Refleks Spinal Pada Katak Ajie
Refleks Spinal Pada Katak Ajie
Refleks Spinal Pada Katak Ajie
Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten
: Ajie Wicaksono AT
: B1J010186
: II
:6
: Devi Olivia Muliawati
I.
PENDAHULUAN
Tujuan
II.1 Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah Katak (Fejervarya
cancrivora), larutan asam sulfat 1%. Alat alat yang digunakan ialah jarum, pinset,
gunting, tempat penggatung katak, baki preparat.
II.2
Metode
2. Refleks katak diamati spserti pembalikan tubuh, penarikan kaki depan dan
belakang kemudian dicelupakan kakinya pada H2SO4 1%.
3. Bagian medulla spinalis dirusak dari mulai , , , dan semua bagiannya
lalu refleks yang terjadi pada point sebelumnya diamati.
4. Hasil dimasukkan kedalam tabel.
III.
III.1 Hasil
Tabel Refleks Spinal pada Katak (Fejervarya cancrivora)
Pembalikan
Penarikan kaki
Penarikan kaki
H2SO4
tubuh
depan
belakang
1%
Perusakan otak
Perusakan
Perlakuan
tulang belakang
Perusakan
tulang belakang
Perusakan
tulang belakang
Perusakan total
Keterangan :
(+) ada reaksi (refleks)
(-) tidak ada reaksi (refleks)
III.2 Pembahasan
Praktikum kali ini memberi perlakuan terhadap katak berupa perusakan otak,
perusakan tulang belakang, tulang belakang tulang belakang dan total.
Berdasarkan tabel pengamatan di atas dapat diketahui respon pembalikan tubuh
hanya terjadi pada perusakan otak, sedangkan pada perlakuan dengan perusakan
tulang belakang, tulang belakang tulang belakang dan total. Selain itu juga
respon berupa penarikan ekor depan, penarikan ekor belakang dan pemberian
H2SO4 hanya terjadi pada perusakan otak. Menurut Rizzoli et al (2003),
penambahan H2SO4 pada keadaan tertentu dapat menyebabkan gerak reflek
karena H2SO4 merupakan zat kimia yang bersifat asam. Zat kimia yang bersifat
asam akan memberikan rangsangan terhadap saraf yang akan mengakibatkan
gerakan refleks, semakin tinggi kadar dari zat kimia tersebut maka akan semakin
cepat merusak sistim dari saraf. Perusakan fisik juga akan menyebabkan sistim
saraf rusak terutama otak dan sumsum tulang belakang.
Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang
bersifat otomatis atau tanpa sadar terhadap suatu stimulus tertentu. Respon
tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya dua neuron,
membentuk suatu busur refleks. Dua neuron yang penting dalam suatu busur
refleks adalah neuron afferen, sensoris, atau penghubung (interneuron) yang
terletak diantara neuron reseptor dan neuron efektor. Refleks spinal merupakan
refleks yang paling sederhana, meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian
otak dan sistem saraf otonom. Refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang
digambarkan
dengan
refleks
pemukulan
ligamentum
partela,
sehingga
menyebabkan otot lutut terentang. Aksi refleks ini tidak memerlukan kontrol
kesadaran (Frandson,1992).
Menurut Ville et al. (1988), sejumlah refleks melibatkan hubungan antara
banyak interneuron dalam sum-sum tulang belakang. Sum-sum tulang belakang
tidak hanya berfungsi dalam menyalurkan impuls dari dan ke otak tetapi juga
berperan penting dalam memadukan gerak refleks. Mekanisme gerak refleks yaitu:
Stimulus
Respon
reseptor
efektor
neuro afferen
neuro
medulla
Sistem syaraf sangat penting pada hewan tingkat tinggi yaitu sebagai sistem
komunikasi yang kompleks dan cepat. Komunikasi intrasel ditengahi oleh impuls
syaraf, impuls tersebut dapat berupa gelembung-gelembung berjalan yang
berbentuk arus ion. Transmisi sinyal antara neuron-neuron dan antara neuron otot
seringkali dimediasi secara kimiawi oleh neurotransmitter (Gunawan, 2002). Refleks
spinal melenturkan dan dibangkitkan oleh substansi elektrik yang digunakan dan
pertama kali di perlakukan pada jari kaki belakang. Posisi jarum di samping sebelah
dalam merupakan contoh dari rangsangan syaraf yang membentuk gelombang nadi
(Darren D et al, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi reflek spinal antara lain :
1. Ada tidaknya rangsangan atau stimulus
Rangsangan
dari
luar
contohnya
adalah
derivat
dari
temperatur,
kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Rangsangan dari dalam yaitu
dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa rangsangan langsung bereaksi
pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan hewan-hewan mempunyai kepekaan yang
spesial. Somato sensori pada reflek spinal dimasukkan dalam urat spinal sampai
bagian dorsal. Sensori yang masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda
memberikan pengaruh hubungan pada urat spinal sehingga terjadi reflek spinal
(Richard et al, 1989).
2. Berfungsinya sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk
mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya
sumsum tulang belakang pasangan syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap
reseptor dan effektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang
belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon
terhadap stimulus atau rangsang (Ville et al., 1988).
IV.
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Katak merupakan salah satu hewan vertebrata yang memiliki reflek spinal,
yaitu merupakan reflek yang sederhana.
2. Perusakan otak tidak mengakibatkan kerusakan reflek spinal karena pusat
refleks terdapat pada medulla spinalis.
3. Perusakan , ,
1.2 Saran
Praktikan sebelumnya seharusnya diberitahu dahulu bagian-bagian yang tidak
langsung menusuk bagian organ dalam katak yang dapat melumpuhkan katak
secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Bevelander, G. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga, Jakarta.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Gordon, M. S. 1979. Animal Physiology. Mc Millan Publishing Co. Ltd, New York
Haryadi, B. 2003. Fisiologi Hewan I. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Gunawan, A. 2002. Mekanisme Penghantaran Dalam Neuron ( Neurotransmisi).
Integral, 7 (1) : 38.
ORielly, Darren D. and Christopher W. Loomis. 2007. Spinal Prostaglandins
Facilitate Exaggerated A and C-fibermediated Reflex Responses and Are
Critical to the Development of Allodynia Early after L5L6 Spinal Nerve
Ligation. the American Society of Anesthesiologists, USA.
Rizzoli, S. O dan Richads, D. A. 2003. Monitoring Synaptic Vesicle Recycling In
Frog Motor Nerve Terminal With FM dyes. Ijournal of Neurocytology. 32, 539549.
Storer, T. I, W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1970. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta
Villee, C.A, Walker dan D.Barnes.1988. Zoologi Umum edisi keenam. Erlangga,
Jakarta.