LAPORAN PRAKTIKUM SFHP

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT FISIK HASIL PERTANIAN

Oleh :
Dinar Ardhi Wicaksono
NIM A1H012072

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT FISIK HASIL PERTANIAN
MENGHITUNG BENTUK, UKURAN
DAN MENGUKUR KEKERASAN PADA BUAH

Oleh :
Dinar Ardhi Wicaksono
NIM A1H012072

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sifat fisik hasil pertanian adalah karakteristik fisik yang dimiliki oleh
masing-masing produk pertanian. Produk pertanian secara fisik memeliki banyak
sekali perbedaan meskipun yang dibandingkan adalah pada jenis tanaman yang
sama. Perbedaan ini perlu diketahui agar dapat ditentukan bagaimana cara
perlakuan yang sesuai pada produk yang dihasilkan.
Data sifat fisik dari hasil pertanian secara dapat digunakan sebagai acuan
dalam perancangan alat dan mesin pengolahannya, pengembangan prosuk baru,
evaluasi kualitas produk, analisis dan perhitungan efisiensi. Data sifat fisik hasil
pertanian tersebut biasa didapatkan setelah melakukan pengukuran pada suatu
produk pertanian. Beberapa acuan yang digunakan dalam menjelaskan bentuk dan
ukuran suatu produk pertanian adalah bentuk acuan, kebundaran, kebulatan,
dimensi sumbu bahan, serta kemiripan produk pertanian dengan benda-benda
geometri tertentu.
B. Tujuan
1. Menentukan bentuk dan ukuran suatu bahan hasil pertanian berdasarkan
perhitungan kebundaran dan kebulatan.
2. Mengukur
pnetrometer.

kekerasan

bahan

hasil

pertanian

dengan

menggunakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian merupakan dua karakter yang tidak
dapat dipisahkan dalam hal objek fisik suatu bahan dan keduanya diperlukan
untuk mendeskripsikan karakter fisik suatu bahan secara jelas. Ada beberapa
kriteria yang dapat digunakan untuk emnjelaskan bentuk dan ukuran bahan hasil
pertanian diantaranya bentuk acuan, kebundaran, kebulatan, dimensi sumbu
bahan, serta kemiripan bahan hasil pertanian terhadap benda-benda geometri
tertentu.
Beberapa nilai perlu diketahui sebelum kita menentukan bentuk serta
ukuran dari suatu hasil pertanian. Nilai-nilai tersebut, meliputi :
Ap = luas permukaan proyeksi terbesar dr bhn dlm posisi bebas
Ac = luas permukaan lingkaran terkecil yg membatasi
a = sumbu terpanjang
b = sumbu intermediate
c = sumbu terpendek
di = diameter lingkaran terbesar di dalam obyek
dc = diameter lingkaran terkecil yg membatasi obyek
Pengukuran bahan biasanya dilakukan untuk mendapatkan nilai
kebundaran dan kebulatan. Kedua nilai ini memiliki persaman yang berbeda serta
variable angka yang berbeda serta variable angka yang berbeada pula. Cara
pengukurannya meliputi :
Kebundaran (Roundness) = Ap/Ac
Nilai 0 -1 bundar/ lingkaran

Gambar 1.ap/ac

Kebulatan (sphericity) = diameter geometri rata2 dibagi dia meter terpanjang

axbxc 1 / 3
Serta dengan rumus :

Kebulatan (sphericity) = di/dc


Nilai 0 1 bola/ bulat

Gambar 2. di/dc

Seiring dengan perubahan tingkat ketuaan dan kematangan, padaumumnya


buah-buahan mengalami serangkaian perubahan komposisi kimiamaupun
fisiknya. Rangkaian perubahan tersebut mempunyai implikasi yang luasterhadap
metabolismedalam jaringan tanaman tersebut. Diantaranya yaitu perubahan
kandungan asam-asam organik, gula dan karbohidrat lainnya (Kader, 2002).
Hasil penelitian Waluyo (1990) menunjukkan bahwa kerusakan fisik buahbuahan selama proses transportasi dipengaruhi oleh varietas buah, jenis kemasan,
pola susunan buah dalam kemasan dan lama transportasi. Kerusakan fisik ditandai
dengan adanya pecah (kulit terkelupas), memar dan luka pada buah. Kerusakan
mekanis pada buah dan sayuran segar paling banyak dihasilkan dari getaran dan
tumbukan yang diterima oleh produk. Getaran dan tumbukan itu berasal dari
ketidak beraturan permukaan jalan dan perpindahan sistem transmisi pada
kendaraan ke produk (Idah, 2007). Kerusakan ini diakibatkan oleh benturan dan
getaran (vibration) selama transportasi (Maezawa, 1990), beban tekanan yang

dialami buah, varietas, tingkat kematangan, bobot dan ukuran buah, karakteristik
kulit buah serta kondisi lingkungan di sekitar buah (Kays, 1991).
Perubahan

tingakat

keasaman

dalam

jaringan

juga

akan

mempengaruhiaktifitas beberapa enzim diantaranya adalah enzim-enzim pektinase


yang mampumengkatalis degradasi protopektinyang tidak larut menjadi substansi
pectin yanglarut. Perubahan komposisi substansi pektin ini akan mempengaruhi
kekerasanbuah-buahan (Sianturi. 2008).
Sifat produk pertanian seperti itulah yang mengakibatkan perlunya
dilakukan uji kekerasan pada setiap komoditas pertanaian. Dengan diketahuinya
nilai kekerasan dalam setiap komoditas maka kerusakan perlakuan pasca panen
yang terjadi dapat diminimalisir karena kita mengetahui tingkat kematangan
bahan serta bagaimana beban maksimum yang diijinkan pada saat dilakukan
penumpukan agar bahan tersebut tidak mengalami kerusakan. Praktikum kali ini
(tim asisten, 2014) menjelaskan bahwa kekerasan buah dapat dihitung dengan
persamaan P = F / A, dimana F merupakan besaran yang didapatkan pada saat
menggunakan pnetrometer pada buah dan A merupakan luasan pada buah
tersebut.

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


1. Jangka sorong
2. Mistar
3. Alat tulis
4. Kertas HVS
5. Millimeter blok
6. Jangka
7. Pnetrometer
8. Buah
B. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menggambar buah di kertas millimeter blok
3. Menentukan nilai Ap, Ac, a, b, c, dc, buah pada kertas millimeter blok
4. Menentukan nilai kebundaran buah.
5. Menentukan nilai kebulatan buah.
6. Mengukur nilai kekerasan buah dengan menggunakan pnetrometer.
7. Menghitung kekerasan buah dengan persamaan P=F/A

IV. HASILDAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Pengukuran nilai kebundaran, kebulatan dan kekerasan
Buah Kebundaran
Kebulatan
Kekerasan
pengukura perhitungan
1
2
3
P
n
Jambu
0.96
0.72
0,93
11,84 14,21 14,47 13,51
1
Jambu
0.94
0.67
1,6
19,73 12,47 10,52 14,24
2
Jambu
0.949
0.69
0,95
26,315 25,52 25,52 25,79
3
Keterangan: tabel hasil pengukuran dan perhitungan praktikum acara 1.
Tabel 2. Pengukuran nilai besaran dimensi yang dimiliki buah.
Buah
a
B
c
di
dc
Jambu
6,74
4,33
3,96
6,1
6,4
1
Jambu
6,45
3,69
3,46
6,4
4
2
Jambu
6,51
4,32
3,295
7
7,3
3
Keteranga: nilai besaran diatas memiliki satuan dimensi panjang.

Ap
29

Ac
30

28

29,5

32

34

B. Pembahasan
Sifat fisik hasil pertanian adalah karakteristik fisik yang dimiliki oleh
masing-masing produk pertanian. Produk pertanian memilki sifat fisik yang
berbeda, sifat fisik tersebut dapat langsung diamati tanpa adanya reaksi kimia.
Pengamatan sifat fisik yang dapat dialkukan pada suatu produk pertanian adalah
dari ukuran, kekerasan, massa, kebulatan, kebundaran, massa jenis, volume, dan
porositas dari produk pertanian. Ukuran merupakan besaran penampang yang
dimiliki oleh suatu hasil pertanian, kekerasan adalah kemampuan yang dimiliki

produk pertanian untuk tetap mempertahankan bentuknya, massa merupakan berat


dari suatu produk, kebulatan adalah pengukuran kemiripan suatu produk pertanian
dengan suatu bangun lingkaran, hampir sama dengan kebulatan yang merupakan
pengukuran kemiripan produk pertanian dengan bangun dengan bentuk bola.
Volume adalah kemampuan produk untuk menenpati suatu ruang, untuk massa
jenis adalah perbandingan massa yang dimiliki produk dengan volume yang
dimilikinya sedangkan untuk prositas adalah ruangan yang dihasilkan oleh produk
karena volume produk tersebut.
Kebulatan adalah cara yang digunakan untuk menjelaskan bentuk dan
ukuran yang dimiliki oleh hasil pertanian dengan menggunakan acuan lingkaran.
Kebulatan adalah cara yang digunakan untuk menjelaskan bentuk dan ukuran
yang dimiliki oleh hasil pertanian dengan menggunakan acuan bangun bentuk
bola. Kekerasa adalah kemampuan yang dimiliki oleh hasil pertanian dalam
mempertahanakn bentuknya dari adanya gaya tekan pada hasil pertanaian
tersebut.
Prosedur dalam melakukan perhitungan kebundaran adalah dengan
membandingakan hasil pertanian dengan sebuah lingkaran, lalu kita tentukan luas
lingkaran luar yang bersinggungan dengan produk(AC) dan lingkaran dalam yang
bersinggungan dengan produk (AP). Setelah didapatkannya nilai AP dan AC maka
untuk melakukan perhitungan kebundaran adalah dengan membandingakan nilai
AP dengan AC. Untuk kebulatan memiliki proses yang hampir sama dengan
kebundaran yaitu membandingkan produk dengan lingkaran lalu mencari nilai
diameter lingkaran luar (dc) dan diameter lingkaran dalam (di), setelah nilai

tersebut diketahui maka untuk mencari kebulatan dapat menggunakan persamaan


di dibandingkan dengan dc. Untuk mendapatkan nilai kekerasan dari hasil
pertanian diperlukan pengukuran luas produk seperti yang telah dijelaskan pada
perhitungan kebundaran (A) dan kebulatan serta gaya yang mampu ditahan oleh
produk. Untuk menentukan besaran gayanya digunakan alat bernama pnetrometer,
alat ini akan menghitung gaya maksimum yang dapat diterima benda (F). Setelah
kedua komponen tersebut terpenuhi maka dalam melakukan perhitungan
kekerasan dapat menggunakan perbandingan antara F dengan A.
Nilai kebulatan berdasarkan pengukuran menggunakan jangka sorong pada
ketiga buah jambu merah berturut-turut menghasilkan 0.72 , 0.67 , 0.69.
sedangkan dalam penentuan kebulatan berdasarkan perhitungan nilai hasil
pengukuran millimeter blok pada ketiga buah jambu merah secara berturut-turut
adalah 0.93 , 1.6, 0.95 . Berdasarkan hasil yang terlah didapatkan, dalam
pengukuran kebulatan ketiga buah jambu merah memiliki nilai yang berbedabeda. Perbedaan dari nilai yang di dapatkan ini dimungkinkan disebabkan oleh
pengukuran yang kurang teliti pada saat menggunakan millimeter blok seta
penentuan titik yang kurang tepat pada saat melakukan pengukuran dengan jangga
sorong. Itu bisa terjadi karena buah yang kelompok kami gunakan adalah buah
jambu merah yang mana memiliki kebulatan dan kebundaran yang hampir
menyerupai obyek acuannya sehingga perlu pengukuran dengan sangat teliti.
Kendala yang terjadi pada saat dilangsungkannya praktikum adalah
ketersediaan alat yang kurang memadahi sehingga disaat akan melakukan
pengukuran secara bersamaan maka masing-masing kelompok harus menunggu

gilirannya. Selain itu kemampuan sebagian praktikan untuk menggunakan jangka


sorong masih belum baik, sehingga data yang dihasilkan tidak mencerminkan
hasil pengukuran yang sebenarnya.
Berdasarkan pada hasil yang didapatkan buah jambu memiliki nilai
kebundaran yang hampir menyerupai obyek referensinya (lingkaran). Pernyataan
ini dibuktikan dengan nilai kebundaran yang dimiliki oleh buah jambu merah
yaitu memiliki nilai diatas 0,9. Suatu benda jika memiliki nilai kebundaran 1
maka benda tersebut memiliki kebundaran yang sempurna.
Kebulatan yang dimiliki oleh buah jampu merah memiliki nilai yang
berbeda pada dua jenis perlakuan. Perlakuannya adalah dengan melakukan
perhitungan menggunakan jangka sorong dengan menggunakan kertas millimeter
blok. Terjadinya peristiwa seperti ini kemungkinan karena adanya kesalahan yang
dilakukan pada saat melakukan pengambilan data yang dibutuhkan sehingga
menghasilkan data yang berbeda.
Pengukuran menggunakan jangka sorong ada praktikan yang belum
mengetahui cara pembacaan skala pada jangka sorong, serta untuk benda yang
hampir bulat seperti jambu biji merah sulit untuk menentukan nilai dimensi
terpendek yang dimiliki oleh produk. Pengukuran menggunakan millimeter blok
juga terdapat kesulitan yaitu disaat benda menyerupai lingkaran sehingga
ketelitian untuk menentukan selisih yang terbentuk antara buah dan lingkaran
yang bersinggungan merupakan hal yang cukup sulit dan membutuhkan ketelitian
yang tinggi. Jika tidak maka akan sangat berpengaruh terhadap hasil perhitungan
luasannya.

Kekerasan pada buah jambu merah ditentukan dengan menggunakan luas


penampang yang dimiliki buah serta pengukuran tekanan dengan pnetrometer.
Penggunaan pnetrometer pada tiap-tiap buah dilakukan sebanyak tiga kali pada
posisi yang berbeda. Pembedaan posisi ini digunakan untuk melakukan
pendekatan dalam pengukuran kekerasan buah secara utuh. Berdasarkan hasil
pengukuran pada tiap-tiap posisi yang digunakan pnetrometer mencatat hasil yang
berbeda-beda. Peristiwa ini dapat terjadi dimungkinkan karena perlakuan pasca
panen yang dilakukan ataupun karena faktor kerapatan partikel buah yang
dipengaruhi jauh dan dekatnya letak pengukuran pnetrometer dengan letak
sambungan antara buah dengan rantingya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Tiga buah jambu biji merah memiliki :
1. Kebundaran : 0.96, 0.94, 0.949, mendekati bundar sempurna
2. Kebulatan: a) jangka sorong : 0.72, 0.67, 0.69
b) millimeter blok : 0.93, 1.6, 0.95
3. Kekerasan (rata-rata) : 13.31, 14.24, 25.79
2. Menghitung kebundaran = Ap/Ac
1

3. Menghitung kebulatan: a. jangka sorong =

(a x b x c) 3
a

b. millimeter blok = di/dc


4. Menghitung kekerasan dengan fruits hardnes tester = F/A
B. Saran
Sebelum dilaksanakan praktikum untuk selanjutnya diharapkan asisten untuk
menjelaskan prinsip kerja serta cara penggunaan setiap alat yang akan digunakan
agar semua praktikan dapat menggunakan semua alat yang digunakan pada saat
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

A.A. Kader. 2002. Praktik-praktik Penanganan Pascapanen Skala Kecil: Manual


untuk Produk Hortikultura (Edisi ke 4) Juli 2002. Pen. Utama, I.M.S.
Denpasar. Universitas Udayana
C. Sianturi. 2008. Perubahan Kimia, Fisika Dan Lama Simpan Buah Pisang
Muli dalam Penyimpanan Atmosfir Pasif. Prosiding Seminar Nasional Sains
dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008.
Idah P.A., E.S.A. Ajisegiri and M.G. Yisa.2007. Fruits and Vegetables Handling
and Transportation in Nigeria. Department Agricultural Engineering.
Federal University of Technology Minna. Niger State.Nigeria. AU J.T.
10(3): 175-183
Kays, S. J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. AVI
Publishing by van Nostrand Reinhold, New York
Maezawa, E. 1990. Cushioning Package Design. Japan International Cooperation
Agency, Japan Packaging Institute
Waluyo, S. B. 1990. Pengkajian Dampak Getaran Mekanik Pengangkutan Truk
terhadap Jeruk dalam Kemasan. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.Bogor

LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT FISIK HASIL PERTANIAN
MENGHITUNG VOLUME, BERAT DAN LUAS PERMUKAAN BUAH

Oleh :
Dinar Ardhi Wicaksono
NIM A1H012072

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sifat fisik hasil pertanian adalah karakteristik fisik yang dimiliki oleh
masing-masing produk pertanian. Produk pertanian secara fisik memeliki banyak
sekali perbedaan meskipun yang dibandingkan adalah pada jenis tanaman yang
sama. Perbedaan ini perlu diketahui agar dapat ditentukan bagaimana cara
perlakuan yang sesuai pada produk yang dihasilkan.
Densitas atau biasa disebut massa jenis adalah pengukuran massa setiap
satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin
besar pula massa setiap volumenya. Data sifat fisik hasil pertanian tersebut biasa
didapatkan setelah melakukan pengukuran pada suatu produk pertanian. Beberapa
acuan yang digunakan dalam menjelaskan bentuk dan ukuran suatu produk
pertanian adalah bentuk acuan, kebundaran, kebulatan, dimensi sumbu bahan,
serta kemiripan produk pertanian dengan benda-benda geometri tertentu.

B. Tujuan
1. Menghitung volume, berat dan luas permukaan buah berdasarkan pengukuran
dan pengamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Luas permukaan bagian-bagian tertentu dari bahan pertanian sangat


berperan penting dalam berbagai teknologi proses. Luas permukaan daun
menentukan kapasitasnya untuk melakukan fotosintesis dan laju pertumbuhannya,
dan berperan penting dalam menentukan hubungan tanaman-tanah-air. Luas
permukaan biji-bijian dan buah-buahan juga sangat penting dalam tes-tes tertentu,
misalnya dalam pengukuran respirasi, dalam penentuan warna dan pemantulan
cahaya dan fenomena transfer panas. Luas permukaan bahan, disamping warna,
juga sangat menentukan dalam pengembangan image-sensor untuk keperluan
otomatisasi dan robotisasi mesin-mesin pertanian.
Sifat fisik bahan sangat berhubungan dengan pengelolaan bahan pangan
secara meknis, banyak jenis pakar yang profesional telah direkomendasikan oleh
ahli nutrisi dalam bentuk formula. Sifat fisik bahan dapat langsung diamati tanpa
adanya reaksi kimia, sedangkan sifat fisik kimia hanya dapat diamati dengan
terjadinya perubahan warna, suhu, pembentukan endapan atau pembentukan gas
(Mardjuki, 1990).
Sifat fisik suatu bahan dapat langsung diamati tanpa adanya reaksi kimia,
sedangkan sifat-sifat fisik kimia hanya dapat diamati dengan terjadinya perubahan
warna, suhu, pembentukan endapan, atau pembentukan gas. Sifat fisik kimia
protein dari lemak selama pengolahan, perubahan protein selama perubahan.
Perubahan protein selama pengolahan sifat fisik sangat berhubungan dengan
kondisi dan pergerakan benda dan dengan aliran transportasi energi (Dewi, 1998).

Karakteristik mutu buah dikelompokkan menjadi dua yaitu mutu eksternal


terdiri atas warna, ukuran, bentuk, cacat fisik, tekstur dan flacor. Mutu eksternal
dipengaruhi oleh faktro iklim seperti angin, curah hujan, kelembaban, cahaya,
suhu, elevansi dan sifat atau kondisi tanah. Sedangkan mutu eksternal terdri atas
tekstur, flavor, kandungan zat gizi, toksikan, dan jasad remik, dipengaruhi oleh
faktor non iklim seperti varietas, batang bawah, tingkat ketuaan saat petik,
kandungan mineral, penyemprotan zat kimia, irigasi, serangan hama dan penyakit,
jarak tanam, serta pengaman panen dan pasca panen (Syaifullah, 1996).
Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat penting
dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan merancang suatu
alat khusus untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa prilaku produk dan
cara penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas
permukaan, warna, penampakan, berat, porositas, densitas dan kadar air. (Suharto,
1991).
Luas permukaan untuk buah-buahan dapat ditentukan dengan pengukuran
langsung, dengan perhitungan, atau dari plot-plot yang berdasarkan pengukuran
dimensi linier (beberapa diameter), dalam dimensi kuadrat (beberapa beberapa
penampang melintang), atau berdasarkan berat. Pengukuran langsung dapat
dilakukan dengan membalutkan selotip pada permukaan buah, sehingga luasan
buah dapat dihitung dengan lebih mudah.
Pengetahuan mengenai densitas dan produk pertanian memeiliki peranan
yang sangat penting dalam proses penanganan produk pertanian. Data densitas
bahan diperlukan dalam proses pengeringan penyimpanan biji-bijian, proses

sortasi, grading, pengemasan, rancang bangun alat dan mesin pertanian dan lainlain.
Penentuan nilai densitas suatu produk memerlukan beberapa besaran yang
dimiliki oleh produk terebut. Besaran yang dibutuhkan untuk melakukan
perhitungan massa jenis adalah massa dan volume dari bahan tersebut. Utuk
menentukan volume produk digunakan persamaan :
V = (/3).h.(r12 + r1.r2 + r22)
Keterangan

V = volume produk
h = tinggi produk
r1 = jari-jari dasar produk
r2 = jari-jari pucuk produk
massa dari produk sendiri dapat dihitung dengan melakukan penimbangan
(Asisten, 2014).

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


1. Jangka sorong
2. Gelas ukur
3. Neraca
4. Selotape
5. Mistar
6. Alat tulis
7. Buah
B. Prosedur Kerja
1. Menimbang massa bahan dengan neraca
2. Menggukur nilai r1, r2 serta h dari buah
3. Melilitkan selotape pada seluruh permukaan buah
4. Menghitung volume dan luas permukaan buah dengan persamaan yang sudah
ditentukan.
5. Menghitung massa jenis dengan persamaan = massa / volume dari buah

IV. HASILDAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Table 1. nilai pengukuran massa, jari-jari dan tinggi bahan.
No Massa
bahan Jari-jari (cm)
(g)
1
1

Dasar (r1)
2

170 140 155 4,3

Pucuk (r2)

Tinggi (cm)

3,6

4,3

3,9

3,4

3,29

6,3

5,6

6,51

3
9
2
6
6
5
1
1
Keterangan : massa dengan satuan gram, jari-jari dan tinggi dengan satuan cm.
Table 2. nilai pengukuran massa dan volume produk.
N
Massa bahan (g)

Volume

o
Jangka sorong
1

selotape
3

Cm3

Ml
2

52,3 4,1 50,1 155,2 173,2 147,1 175 140 150


9
8
5
5
5
5
Keterangan : massa menggunakan satuan gram dan volume menggunakan satuan
ml
Table 3. perhitungan densitas.
Densitas
N
o

Pengamatan
1
0,9

Pengukuran

1,03

0,41

0,6

0,5

1
7
3
8
2
1
Keterangan :densitas dicari berdasarkan pengamatan dan pengukuran

Tabel 4. Regresis linier data praktikum.


NO
X
Y

X^2

XY

Y^2

0.07

50.47

0.0049

3.5329

2547.221

0.0075

45.73

0.0000562
5

0.34298

2091.233

0.08

48.82

0.0064

3.9056

2383.392

0.15

24.11

0.0225

3.6165

581.2921

0.135

26.77

0.018225

3.61395

716.6329

0.155

27.89

0.024025

4.32295

777.8521

0.08

21

0.0064

1.68096

441.5041

0.075

18

0.005625

1.32953

314.2465

0.085

21

0.007225

1.78517

441.084

10

0.08

19

0.0064

1.49024

347.0024

11

0.06

20.24

0.0036

1.2144

409.6576

12

0.075

16

0.005625

1.18613

250.1142

13

0.017

52.39

0.000289

0.89063

2744.712

14

0.014

40.17

0.000196

0.56238

1613.629

15

0.0155

50.14

0.0002402
5

0.77717

2514.02

16

0.08

308.41

0.0064

24.6728

95116.73

17

0.075

306.5

0.005625

22.9875

93942.25

18

0.075

132.01

0.005625

9.90075

17426.64

Jumla
h

1.329

1,227.83

0.1293565

87.8125

224659.2

Rata2

0.07383333

68.213
Y = -164,04X + 80,939

Keterangan : Regresi hasil praktikum kelompok 1-6 (x = massa, y = luas


permukaan).

B. Pembahasan
Volume adalah pernghitungan seberapa banyak ruang yang diperlukan oleh
obyek tersebut. Luas penampang adalah luas salah satu sisi dari suatu benda.
Densitas adalah kerapatan yang dimiliki oleh suatu obyek persatuan luas. Ketiga
komponen tersebut lah yang dilakukan pengukuran dalam penentuan sifat fisik
hasil pertanaian.
Berdasarkan hasil yang telah di dapat pada praktikum kali ini mungkin yang
perlu dilakukan pembahasan adalah pada saat melakukan pengukuran luas
permukaan dan densitas pada tiga buah jambu biji merah. Ini dilakukan karena
pada komponen inilah yang memiliki pembanding, karena dilakukan pengukuran
dengan dua metode yang berbeda. Sedangkan untuk hasil pengukuran jari-jari,
tinggi, dan volume deilakukan dengan metode yang sama. Pada pengukuran luar
permukaan buah didapati perbedaan nilai pada pengukuran dengan menggunakan
selotape dan jangka sorong. Peristiwa ini dapat terjadi dimungkinkan karena
bentuk buah yang sangat tidak beraturan sehingga menimbulkan perbedaan antara
dua metode perhitungan. Untuk pengukuran menggunakan jangka sorong
berpotensi untuk mengalami kekeliruan terletak pada penentuan tinggi serta jarijari yang dimiliki oleh bahan tersebut dan untuk pengukuran menggunakan
selotape

dimungkinkan

terjadi

kesalahan

pada

saat

pembalutan

buah

menggunakan selotape sehingga ada bagian selotape yang terlipat.


Persamaan regresi yang didapatkan pada hasil praktikum kali ini adalah Y =
-164,04X + 80,939, persamaan ini memiliki nilai R 2 = 0,0051. Koefisien
determinasi yang sangat rendah tersebut dikarenakan input data yang digunakan

adalah data massa dan luas permukaan dari buah yang berbeda-beda. Bila data
yang digunakan hanya pada satu jenis buah saja, misalkan pada buah jambu biji
merah yang diamati oleh kelompok kami maka persamaan regresi yang terbentuk
adalah y = 4073,3x 15,57 dengan R2 = 0,8826.

Tabel 5. Nilai massa dan luas permukaan.


No
X
Y
X2
XY
Y2
1
0.017
52.39
0.00029 0.89063 2744.71
2
0.014
40.17
0.0002 0.56238 1613.63
3
0.0155
50.14
0.00024 0.77717 2514.02
Jumlah 0.0465
142.7
0.000725 2.23018 6872.361
Rata2
47.5666
0.0155
7
Keterangan : Nilai massa(x) dan luas permukaan(y) kelompok 4 (jambu biji
merah)

Hubungan Luas Permukaan dan Massa Bahan


60
40
luas penampang (cm2)

f(x) = 4073.33x - 15.57


R = 0.88

20
0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 0.02
massa (kg)

Gambar 1. Persamaan regresi dari luas permukaan dibandingkan dengan


massa kelompok 4 (jambu biji merah).
Praktikum menghitung volume, berat dan luas permukaan buah pada kali ini
memiliki kendala pada saat melakukan pembalutan dengan menggunakan selotape
dan pada saat menentukan tinggi serta jari-jari pada bauh jambu biji merah. Pada

saat melakukan pembalutan dengan selotape terjadi pelipatan pada selotape karena
bentuk buah yang tidak beraturan. Untuk penentuan jari-jari dan tinggi buah
kendala terdapat pada penentuan letak tinggi serta jari-jari dari buah ini, karena
setiap cm dari bagian buah akan menghsilkan tinggi dan jari-jari yang berbeda.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Buah jambu biji merah :
1. Massa = a. 170 gram
b. 140 gram
c. 155 gram
2. Volume = a. 175 ml
b. 140 ml
c. 150 ml
3. Luas permukaan = a. 52,39 cm2
b. 40,17585 cm2
c. 50,144775 cm2
B. Saran
Sebelum dilaksanakan praktikum untuk selanjutnya diharapkan asisten untuk
menjelaskan prinsip kerja serta cara penggunaan setiap alat yang akan digunakan
agar semua praktikan dapat menggunakan semua alat yang digunakan pada saat
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Lidia. Y.A, 1998. Sifat Fisik dan Sensoris Formula. Konsui, UGM.
Suharto, 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Syaifullah, 1996. Petunjuk Memilih Buah Segar. Erlangga, Jakarta.
Mardjuki, 1990. Pertanian Dan Masalahnya. Andi Offsed, Yogyakarta.
Tim Penyusun. 2014. Modul Praktikum Sifat Fisik Hasil Pertanian. Teknik
Pertanian, Pertanian UNSOED. Purwokerto

LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT FISIK HASIL PERTANIAN
MENGHITUNG DENSITAS DAN POROSITAS

Oleh :
Dinar Ardhi Wicaksono
NIM A1H012072

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Densitas atau biasa disebut massa jenis adalah pengukuran massa setiap
satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin
besar pula massa setiap volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis
lebih tinggi (besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (air). Porositas adalah
ukuran dari ruang kosong di antara material, dan merupakan fraksi dari volume
ruang kosong terhadap total volume, yang bernilai antara 0 dan 1, atau sebagai
persentase antara 0-100%.
Pengukuran densitas dan porositas dianggap penting dalam bidang
keteknikkan pertanian karena setiap perlakuan yang dilakukan harus sesuai
dengan karakteristik dari bahan itu sendiri. Ketidak sesuaian perlakuakn akan
berakibat pada kerusakan dari bahan itu sendiri. Produk pertanian merupakan
bahan yang mudah mengalami kerusakan, kerusakan disini dikarenakan adanya
banyak reaksi yang terjadi dan aktifitas dari produk tersebut diantaranya respirasi.
Selain itu produk hasil pertanian juga memiliki kelembaban yang tinggi sehingga
mudah untuk mengalami kebusukan. Dengan demikian pengetahuan terhadap
karakteristik dari produk pertanian (densitas dan porositas) sangat dibutuhkan.
Indonesia untuk saat ini sudah mulai memperhatikan untuk memberikan
perlakuan yang tepat terhadap produk pertanian agar tetap memiliki kualitas yang

baik. Para petani juga diharapkan untuk mengetahui densitas dan porositas yang
dimiliki oleh suatu bahan, salah satu manfaatnya adalah pada saat melakukan
pengiriman petani sudah mengetahui seberapa besar bahan tersebut mampu untuk
menahan beban. Sehingga pada saat sampai di tempat pengiriman maka bahan
tersebut tertap dalam kondisi yang baik tanpa terjadi kerusakan fisik karena
penyusunan secara ditumpuk.
B. Tujuan
Menghitung densitas dan porositas bahan hasil pertanian berdasarkan
pengukuran dan pengamatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat penting
dalam menangani masalah-masalah yang berhubungna dengna merancang suatu
alat khusus untuk suatu prosuk hasil pertanian atau analisa perilaku produk dan
cara penanganannya. Karakter fisik pertanian meliputi bentuk, ukuran luas
permukaan, warna, penampakan, berat, porositas, densitas, dan kadar air. Bentuk
dan ukuran sangat penting dalam perhitungan energi untuk pendinginan dan
pengeringan, rancangan pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan
bahan seperti elektrostatistik, pantulan cahaya dalam evaluasi warna, dan dalam
pengembngan alat grading dan sortasi. (Suharto,1991).
Bobot jenis adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume
zat pada suhu tertentu. Bobot jenis juga didefinisikan sebagai perbandingan
ketentuan suhu zat terhadap kerapatan air. Bobot juga merupakan bilangan murni
atau tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan
rumus yang cocok (Respati,2002).
Menurut Respati (2000), metode-metode yang digunakan dalam penentuan
densitas pada cairan, yaitu:
a. Metode Piknometer
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan
ruang yang ditempati cairan ini. Sehingga dibuthkan wadah untuk menimbang
yang dinamakan Piknometer. Ketelitian metode ini akan bertmbah hingga

mencapai

keoptimuman

tertentudengan

bertambahnya

volume

piknometer.keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30ml.


b. Metode Neraca Mohr-westphal
Benda dari kaca yang dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang
ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot lawan,
keuntungan metode ini adalah penggunaan waktu yang singkat dan mudah
dilakukan.
c. Metode Neraca Hidrostatik
Metode ini berdasarkan hukum archimedes sutu benda yang dicelupkan
kedalam cairan akan kehilangan massa sebesar berta volume cairan yang
terdesak.
d. Metode Aerometer
Penentuan kerapatan dengan metode aerometer berskala (timbangan
benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas
tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung yang ditutup
pelelehan.
Density adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Kerapatan(density)
merupakan jumlah / kwantitas suatu zat pada suatu unit volume. Rumus
densitas dijelaskan dengan:
=m/V
density dapat dinyatakan dalam tiga bentuk : Massa density (p) satuan dalam SI
adalah (kg/m3), Berat spesifik (specific weight) (y) = p . g satuan dalam N/m 3
dimana g=percepatan gravitasi (9,81 m/s2)

Densitas bulk adalah massa partikel yang menempati suatu unit volume
tertentu. Densitas bulk ditentukan oleh berat wadah yang diketahui volumenya dan
marupakan hasil pembagian dari berat granular dengan volume wadah. Porositas
merupakan bagian yang tidak ditempati oleh partikel atau bahan padatan.
Porositas dapat dihitung dengan rumus:
Porositas=1

bulk
100
partikel

(Pantastico, 1989).

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


1. Gelas ukur
2. Neraca
3. Kecang kedelai
4. Kacang tanah
5. Jewawut
B. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengambil 200 biji kacang hijau dan 100 butir kacang tanah.
3. Menimbang massa dan mengukur volume dari masing-masing jenis.
4.

Menghitung besar densitas dua jenis bahan dengan persamaan

m
,r
V

= densitas (g/ml), m = massa (g), V = volume (ml)


5. Memasukkan jewawut kedalam gelas ukur sebanyak 50 ml.
6. Mencampur masing-masing bahan dengan jewawut.
7. Mengukur volume yang dihasilkan setelah proses pencampuran merata
kacang dengan jewawut.
8. Menghitung besar densitas tunggal dan porositas berturut-turut dengan

persamaan = m / V dan

Porositas=1

bulk
100
partikel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Data pengukuran massa, volume, dan porositas.
bahan
kelompo Massa Vawal Vakhir curah
Kacang
tanah

Kacang
kedelai

k
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4

(g)
48,93
50
55,35
49,45
55
46,61
34,08
35
33,95
34,53

(ml)
85
75
100
85
95
70
55
50
50
50

(ml)
115
125
130
120
115
120
100
95
95
90

(g/ml)
0,58
0,67
0,5535
0,582
0,579
0,6658
0,63
0,7
0,679
0,69

tungga

Porosita

l (g/ml)
1,631
1
1,845
1,413
2,75
0,932
0,78
0,78
0,75
0,86

s (%)
64,71
33,3
70
58,8
78,94
28,56
18,18
10,02
9,5
19,8

5
35
50
80
0,7
1,17
6
38,8
55
100
0,7054 0,862
Keterangan : Data pengukuran berdasarkan pengukuan kelompok 1-6.

10,17
18,16

B. Pembahasan
Densitas produk adalah besarnya massa yang dimiliki oleh

setiap

satuan volume produk. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin
besar pula massa setiap volume benda tersebut. Porositas produk adalah ukuran
dari ruang kosong di antara material, dan merupakan fraksi dari volume ruang
kosong terhadap total volume, yang bernilai antara 0 dan 1, atau sebagai
persentase antara 0-100%.
Prosedur yang digunakan dalam mengukur porosita produk adalah dengan :

1. Mengambil 200 biji kacang hijau dan 100 butir kacang tanah.
2. Menimbang massa dan mengukur volume dari masing-masing jenis.
3. Menghitung besar densitas dua jenis bahan dengan persamaan

m
,r=
V

densitas (g/ml), m = massa (g), V = volume (ml)


4. Memasukkan jewawut kedalam gelas ukur sebanyak 50 ml.
5. Mencampur masing-masing bahan dengan jewawut.
6. Mengukur volume yang dihasilkan setelah proses pencampuran merata
kacang dengan jewawut.
7. Menghitung besar densitas tunggal dan porositas berturut-turut dengan

= m / V dan

Porositas=1

bulk
100
partikel

Secara teori semakin tinggi densitas yang dimiliki oleh suatu produk maka
porositas yang dimiliki oleh produk tersebut juga akan semakin kecil. Tetapi pada
praktikum kali ini ada beberapa kelompok yang mendapatkan hasil tidak sesuai
dengan teori yang ada. Peristiwa seperti itu dapat terjadi dikarenakan pada saat
pencampuran

kancang

dengan

jewawut

terjadi

ketidakrataan

sehingga

mengakibatkan meningkatnya nilai volume dari bahan tersebut, selain itu juga
terdapat kemungkinan terjadi kesalahan pada saat pengukuran volume bahan
campuran. Kesalahan ini terjadi karena pada saat dilakukan pencampuran bahan
yang dicampur memiliki volume yang berbeda pada masing-masing luasannya,
sehingga dapat terjadi kesalahan pada proses ini.
Densitas dan porositas berdasarkan pada hasil praktikum pada masingmasing kelompok memiliki perbedaan yang tidak terlalu mencolok. Perbedaan

nilai densitas dan porositas yang berbeda dimungkan karena massa jenis tunggal
dari kedua kacang yang diamati memiliki perbedaan, sehingga pada saat
diakumulasikan dengan jumlah 100 butir (kacang tanah) dan 200 butir (kacang
kedelai) juga terdapat perbedaan seperti yang ada pada hasil yang didapatkan.
Kendala yang terjadi pada praktikum ini adalah pada saat melakukan
penentuan volume kacang bercampur jewawut. Permasalahan ini terjadi karena
perbedaan tinggi luasan permukaan bahan yang tercampur, sehigga untuk
menentukan volume yang tepat sangat sulit dilakukan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. 100 butir kacang tanah :

a. Densitas : tunggal = 1,413 g/ml , curah = 0,582 g/ml


b. Porositas : 58,8%
2. 200 butir kacang kedelai :
a. Densitas : tunggal = 0,86g/ml , curah = 0,69 g/ml
b. Porositas : 19,8%
B. Saran
Tim asisten dimohon untuk menunjukkan bagaimana perlakuan yang paling
baik harus dilakukan oleh praktikan pada setiap proses yang dilakukan agar
nantinya data yang didapatkan bisa sesuai dengan teori yang ada, dengan
demikian proses dari praktikum ini dapat berguna disaat nanti praktikan akan
melakukan penelitian.

DAFATAR PUSTAKA

Pantastico, 1989. Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-buahan dan


Sayuran-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press:
Jojakarta.

Respati, H. 2000. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta: Erlangga


Suharto, 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai