LAPORAN PRAKTIKUM SFHP
LAPORAN PRAKTIKUM SFHP
LAPORAN PRAKTIKUM SFHP
Oleh :
Dinar Ardhi Wicaksono
NIM A1H012072
LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT FISIK HASIL PERTANIAN
MENGHITUNG BENTUK, UKURAN
DAN MENGUKUR KEKERASAN PADA BUAH
Oleh :
Dinar Ardhi Wicaksono
NIM A1H012072
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifat fisik hasil pertanian adalah karakteristik fisik yang dimiliki oleh
masing-masing produk pertanian. Produk pertanian secara fisik memeliki banyak
sekali perbedaan meskipun yang dibandingkan adalah pada jenis tanaman yang
sama. Perbedaan ini perlu diketahui agar dapat ditentukan bagaimana cara
perlakuan yang sesuai pada produk yang dihasilkan.
Data sifat fisik dari hasil pertanian secara dapat digunakan sebagai acuan
dalam perancangan alat dan mesin pengolahannya, pengembangan prosuk baru,
evaluasi kualitas produk, analisis dan perhitungan efisiensi. Data sifat fisik hasil
pertanian tersebut biasa didapatkan setelah melakukan pengukuran pada suatu
produk pertanian. Beberapa acuan yang digunakan dalam menjelaskan bentuk dan
ukuran suatu produk pertanian adalah bentuk acuan, kebundaran, kebulatan,
dimensi sumbu bahan, serta kemiripan produk pertanian dengan benda-benda
geometri tertentu.
B. Tujuan
1. Menentukan bentuk dan ukuran suatu bahan hasil pertanian berdasarkan
perhitungan kebundaran dan kebulatan.
2. Mengukur
pnetrometer.
kekerasan
bahan
hasil
pertanian
dengan
menggunakan
Bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian merupakan dua karakter yang tidak
dapat dipisahkan dalam hal objek fisik suatu bahan dan keduanya diperlukan
untuk mendeskripsikan karakter fisik suatu bahan secara jelas. Ada beberapa
kriteria yang dapat digunakan untuk emnjelaskan bentuk dan ukuran bahan hasil
pertanian diantaranya bentuk acuan, kebundaran, kebulatan, dimensi sumbu
bahan, serta kemiripan bahan hasil pertanian terhadap benda-benda geometri
tertentu.
Beberapa nilai perlu diketahui sebelum kita menentukan bentuk serta
ukuran dari suatu hasil pertanian. Nilai-nilai tersebut, meliputi :
Ap = luas permukaan proyeksi terbesar dr bhn dlm posisi bebas
Ac = luas permukaan lingkaran terkecil yg membatasi
a = sumbu terpanjang
b = sumbu intermediate
c = sumbu terpendek
di = diameter lingkaran terbesar di dalam obyek
dc = diameter lingkaran terkecil yg membatasi obyek
Pengukuran bahan biasanya dilakukan untuk mendapatkan nilai
kebundaran dan kebulatan. Kedua nilai ini memiliki persaman yang berbeda serta
variable angka yang berbeda serta variable angka yang berbeada pula. Cara
pengukurannya meliputi :
Kebundaran (Roundness) = Ap/Ac
Nilai 0 -1 bundar/ lingkaran
Gambar 1.ap/ac
axbxc 1 / 3
Serta dengan rumus :
Gambar 2. di/dc
dialami buah, varietas, tingkat kematangan, bobot dan ukuran buah, karakteristik
kulit buah serta kondisi lingkungan di sekitar buah (Kays, 1991).
Perubahan
tingakat
keasaman
dalam
jaringan
juga
akan
III. METODOLOGI
A. Hasil
Tabel 1. Pengukuran nilai kebundaran, kebulatan dan kekerasan
Buah Kebundaran
Kebulatan
Kekerasan
pengukura perhitungan
1
2
3
P
n
Jambu
0.96
0.72
0,93
11,84 14,21 14,47 13,51
1
Jambu
0.94
0.67
1,6
19,73 12,47 10,52 14,24
2
Jambu
0.949
0.69
0,95
26,315 25,52 25,52 25,79
3
Keterangan: tabel hasil pengukuran dan perhitungan praktikum acara 1.
Tabel 2. Pengukuran nilai besaran dimensi yang dimiliki buah.
Buah
a
B
c
di
dc
Jambu
6,74
4,33
3,96
6,1
6,4
1
Jambu
6,45
3,69
3,46
6,4
4
2
Jambu
6,51
4,32
3,295
7
7,3
3
Keteranga: nilai besaran diatas memiliki satuan dimensi panjang.
Ap
29
Ac
30
28
29,5
32
34
B. Pembahasan
Sifat fisik hasil pertanian adalah karakteristik fisik yang dimiliki oleh
masing-masing produk pertanian. Produk pertanian memilki sifat fisik yang
berbeda, sifat fisik tersebut dapat langsung diamati tanpa adanya reaksi kimia.
Pengamatan sifat fisik yang dapat dialkukan pada suatu produk pertanian adalah
dari ukuran, kekerasan, massa, kebulatan, kebundaran, massa jenis, volume, dan
porositas dari produk pertanian. Ukuran merupakan besaran penampang yang
dimiliki oleh suatu hasil pertanian, kekerasan adalah kemampuan yang dimiliki
A. Kesimpulan
1. Tiga buah jambu biji merah memiliki :
1. Kebundaran : 0.96, 0.94, 0.949, mendekati bundar sempurna
2. Kebulatan: a) jangka sorong : 0.72, 0.67, 0.69
b) millimeter blok : 0.93, 1.6, 0.95
3. Kekerasan (rata-rata) : 13.31, 14.24, 25.79
2. Menghitung kebundaran = Ap/Ac
1
(a x b x c) 3
a
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT FISIK HASIL PERTANIAN
MENGHITUNG VOLUME, BERAT DAN LUAS PERMUKAAN BUAH
Oleh :
Dinar Ardhi Wicaksono
NIM A1H012072
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifat fisik hasil pertanian adalah karakteristik fisik yang dimiliki oleh
masing-masing produk pertanian. Produk pertanian secara fisik memeliki banyak
sekali perbedaan meskipun yang dibandingkan adalah pada jenis tanaman yang
sama. Perbedaan ini perlu diketahui agar dapat ditentukan bagaimana cara
perlakuan yang sesuai pada produk yang dihasilkan.
Densitas atau biasa disebut massa jenis adalah pengukuran massa setiap
satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin
besar pula massa setiap volumenya. Data sifat fisik hasil pertanian tersebut biasa
didapatkan setelah melakukan pengukuran pada suatu produk pertanian. Beberapa
acuan yang digunakan dalam menjelaskan bentuk dan ukuran suatu produk
pertanian adalah bentuk acuan, kebundaran, kebulatan, dimensi sumbu bahan,
serta kemiripan produk pertanian dengan benda-benda geometri tertentu.
B. Tujuan
1. Menghitung volume, berat dan luas permukaan buah berdasarkan pengukuran
dan pengamatan
sortasi, grading, pengemasan, rancang bangun alat dan mesin pertanian dan lainlain.
Penentuan nilai densitas suatu produk memerlukan beberapa besaran yang
dimiliki oleh produk terebut. Besaran yang dibutuhkan untuk melakukan
perhitungan massa jenis adalah massa dan volume dari bahan tersebut. Utuk
menentukan volume produk digunakan persamaan :
V = (/3).h.(r12 + r1.r2 + r22)
Keterangan
V = volume produk
h = tinggi produk
r1 = jari-jari dasar produk
r2 = jari-jari pucuk produk
massa dari produk sendiri dapat dihitung dengan melakukan penimbangan
(Asisten, 2014).
III. METODOLOGI
A. Hasil
Table 1. nilai pengukuran massa, jari-jari dan tinggi bahan.
No Massa
bahan Jari-jari (cm)
(g)
1
1
Dasar (r1)
2
Pucuk (r2)
Tinggi (cm)
3,6
4,3
3,9
3,4
3,29
6,3
5,6
6,51
3
9
2
6
6
5
1
1
Keterangan : massa dengan satuan gram, jari-jari dan tinggi dengan satuan cm.
Table 2. nilai pengukuran massa dan volume produk.
N
Massa bahan (g)
Volume
o
Jangka sorong
1
selotape
3
Cm3
Ml
2
Pengamatan
1
0,9
Pengukuran
1,03
0,41
0,6
0,5
1
7
3
8
2
1
Keterangan :densitas dicari berdasarkan pengamatan dan pengukuran
X^2
XY
Y^2
0.07
50.47
0.0049
3.5329
2547.221
0.0075
45.73
0.0000562
5
0.34298
2091.233
0.08
48.82
0.0064
3.9056
2383.392
0.15
24.11
0.0225
3.6165
581.2921
0.135
26.77
0.018225
3.61395
716.6329
0.155
27.89
0.024025
4.32295
777.8521
0.08
21
0.0064
1.68096
441.5041
0.075
18
0.005625
1.32953
314.2465
0.085
21
0.007225
1.78517
441.084
10
0.08
19
0.0064
1.49024
347.0024
11
0.06
20.24
0.0036
1.2144
409.6576
12
0.075
16
0.005625
1.18613
250.1142
13
0.017
52.39
0.000289
0.89063
2744.712
14
0.014
40.17
0.000196
0.56238
1613.629
15
0.0155
50.14
0.0002402
5
0.77717
2514.02
16
0.08
308.41
0.0064
24.6728
95116.73
17
0.075
306.5
0.005625
22.9875
93942.25
18
0.075
132.01
0.005625
9.90075
17426.64
Jumla
h
1.329
1,227.83
0.1293565
87.8125
224659.2
Rata2
0.07383333
68.213
Y = -164,04X + 80,939
B. Pembahasan
Volume adalah pernghitungan seberapa banyak ruang yang diperlukan oleh
obyek tersebut. Luas penampang adalah luas salah satu sisi dari suatu benda.
Densitas adalah kerapatan yang dimiliki oleh suatu obyek persatuan luas. Ketiga
komponen tersebut lah yang dilakukan pengukuran dalam penentuan sifat fisik
hasil pertanaian.
Berdasarkan hasil yang telah di dapat pada praktikum kali ini mungkin yang
perlu dilakukan pembahasan adalah pada saat melakukan pengukuran luas
permukaan dan densitas pada tiga buah jambu biji merah. Ini dilakukan karena
pada komponen inilah yang memiliki pembanding, karena dilakukan pengukuran
dengan dua metode yang berbeda. Sedangkan untuk hasil pengukuran jari-jari,
tinggi, dan volume deilakukan dengan metode yang sama. Pada pengukuran luar
permukaan buah didapati perbedaan nilai pada pengukuran dengan menggunakan
selotape dan jangka sorong. Peristiwa ini dapat terjadi dimungkinkan karena
bentuk buah yang sangat tidak beraturan sehingga menimbulkan perbedaan antara
dua metode perhitungan. Untuk pengukuran menggunakan jangka sorong
berpotensi untuk mengalami kekeliruan terletak pada penentuan tinggi serta jarijari yang dimiliki oleh bahan tersebut dan untuk pengukuran menggunakan
selotape
dimungkinkan
terjadi
kesalahan
pada
saat
pembalutan
buah
adalah data massa dan luas permukaan dari buah yang berbeda-beda. Bila data
yang digunakan hanya pada satu jenis buah saja, misalkan pada buah jambu biji
merah yang diamati oleh kelompok kami maka persamaan regresi yang terbentuk
adalah y = 4073,3x 15,57 dengan R2 = 0,8826.
20
0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.02 0.02
massa (kg)
saat melakukan pembalutan dengan selotape terjadi pelipatan pada selotape karena
bentuk buah yang tidak beraturan. Untuk penentuan jari-jari dan tinggi buah
kendala terdapat pada penentuan letak tinggi serta jari-jari dari buah ini, karena
setiap cm dari bagian buah akan menghsilkan tinggi dan jari-jari yang berbeda.
A. Kesimpulan
Buah jambu biji merah :
1. Massa = a. 170 gram
b. 140 gram
c. 155 gram
2. Volume = a. 175 ml
b. 140 ml
c. 150 ml
3. Luas permukaan = a. 52,39 cm2
b. 40,17585 cm2
c. 50,144775 cm2
B. Saran
Sebelum dilaksanakan praktikum untuk selanjutnya diharapkan asisten untuk
menjelaskan prinsip kerja serta cara penggunaan setiap alat yang akan digunakan
agar semua praktikan dapat menggunakan semua alat yang digunakan pada saat
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Lidia. Y.A, 1998. Sifat Fisik dan Sensoris Formula. Konsui, UGM.
Suharto, 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Syaifullah, 1996. Petunjuk Memilih Buah Segar. Erlangga, Jakarta.
Mardjuki, 1990. Pertanian Dan Masalahnya. Andi Offsed, Yogyakarta.
Tim Penyusun. 2014. Modul Praktikum Sifat Fisik Hasil Pertanian. Teknik
Pertanian, Pertanian UNSOED. Purwokerto
LAPORAN PRAKTIKUM
SIFAT FISIK HASIL PERTANIAN
MENGHITUNG DENSITAS DAN POROSITAS
Oleh :
Dinar Ardhi Wicaksono
NIM A1H012072
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Densitas atau biasa disebut massa jenis adalah pengukuran massa setiap
satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin
besar pula massa setiap volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis
lebih tinggi (besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (air). Porositas adalah
ukuran dari ruang kosong di antara material, dan merupakan fraksi dari volume
ruang kosong terhadap total volume, yang bernilai antara 0 dan 1, atau sebagai
persentase antara 0-100%.
Pengukuran densitas dan porositas dianggap penting dalam bidang
keteknikkan pertanian karena setiap perlakuan yang dilakukan harus sesuai
dengan karakteristik dari bahan itu sendiri. Ketidak sesuaian perlakuakn akan
berakibat pada kerusakan dari bahan itu sendiri. Produk pertanian merupakan
bahan yang mudah mengalami kerusakan, kerusakan disini dikarenakan adanya
banyak reaksi yang terjadi dan aktifitas dari produk tersebut diantaranya respirasi.
Selain itu produk hasil pertanian juga memiliki kelembaban yang tinggi sehingga
mudah untuk mengalami kebusukan. Dengan demikian pengetahuan terhadap
karakteristik dari produk pertanian (densitas dan porositas) sangat dibutuhkan.
Indonesia untuk saat ini sudah mulai memperhatikan untuk memberikan
perlakuan yang tepat terhadap produk pertanian agar tetap memiliki kualitas yang
baik. Para petani juga diharapkan untuk mengetahui densitas dan porositas yang
dimiliki oleh suatu bahan, salah satu manfaatnya adalah pada saat melakukan
pengiriman petani sudah mengetahui seberapa besar bahan tersebut mampu untuk
menahan beban. Sehingga pada saat sampai di tempat pengiriman maka bahan
tersebut tertap dalam kondisi yang baik tanpa terjadi kerusakan fisik karena
penyusunan secara ditumpuk.
B. Tujuan
Menghitung densitas dan porositas bahan hasil pertanian berdasarkan
pengukuran dan pengamatan.
Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat penting
dalam menangani masalah-masalah yang berhubungna dengna merancang suatu
alat khusus untuk suatu prosuk hasil pertanian atau analisa perilaku produk dan
cara penanganannya. Karakter fisik pertanian meliputi bentuk, ukuran luas
permukaan, warna, penampakan, berat, porositas, densitas, dan kadar air. Bentuk
dan ukuran sangat penting dalam perhitungan energi untuk pendinginan dan
pengeringan, rancangan pengecilan ukuran, masalah distribusi dan penyimpanan
bahan seperti elektrostatistik, pantulan cahaya dalam evaluasi warna, dan dalam
pengembngan alat grading dan sortasi. (Suharto,1991).
Bobot jenis adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume
zat pada suhu tertentu. Bobot jenis juga didefinisikan sebagai perbandingan
ketentuan suhu zat terhadap kerapatan air. Bobot juga merupakan bilangan murni
atau tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan
rumus yang cocok (Respati,2002).
Menurut Respati (2000), metode-metode yang digunakan dalam penentuan
densitas pada cairan, yaitu:
a. Metode Piknometer
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan
ruang yang ditempati cairan ini. Sehingga dibuthkan wadah untuk menimbang
yang dinamakan Piknometer. Ketelitian metode ini akan bertmbah hingga
mencapai
keoptimuman
tertentudengan
bertambahnya
volume
Densitas bulk adalah massa partikel yang menempati suatu unit volume
tertentu. Densitas bulk ditentukan oleh berat wadah yang diketahui volumenya dan
marupakan hasil pembagian dari berat granular dengan volume wadah. Porositas
merupakan bagian yang tidak ditempati oleh partikel atau bahan padatan.
Porositas dapat dihitung dengan rumus:
Porositas=1
bulk
100
partikel
(Pantastico, 1989).
III. METODOLOGI
m
,r
V
persamaan = m / V dan
Porositas=1
bulk
100
partikel
A. Hasil
Tabel 1. Data pengukuran massa, volume, dan porositas.
bahan
kelompo Massa Vawal Vakhir curah
Kacang
tanah
Kacang
kedelai
k
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
(g)
48,93
50
55,35
49,45
55
46,61
34,08
35
33,95
34,53
(ml)
85
75
100
85
95
70
55
50
50
50
(ml)
115
125
130
120
115
120
100
95
95
90
(g/ml)
0,58
0,67
0,5535
0,582
0,579
0,6658
0,63
0,7
0,679
0,69
tungga
Porosita
l (g/ml)
1,631
1
1,845
1,413
2,75
0,932
0,78
0,78
0,75
0,86
s (%)
64,71
33,3
70
58,8
78,94
28,56
18,18
10,02
9,5
19,8
5
35
50
80
0,7
1,17
6
38,8
55
100
0,7054 0,862
Keterangan : Data pengukuran berdasarkan pengukuan kelompok 1-6.
10,17
18,16
B. Pembahasan
Densitas produk adalah besarnya massa yang dimiliki oleh
setiap
satuan volume produk. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin
besar pula massa setiap volume benda tersebut. Porositas produk adalah ukuran
dari ruang kosong di antara material, dan merupakan fraksi dari volume ruang
kosong terhadap total volume, yang bernilai antara 0 dan 1, atau sebagai
persentase antara 0-100%.
Prosedur yang digunakan dalam mengukur porosita produk adalah dengan :
1. Mengambil 200 biji kacang hijau dan 100 butir kacang tanah.
2. Menimbang massa dan mengukur volume dari masing-masing jenis.
3. Menghitung besar densitas dua jenis bahan dengan persamaan
m
,r=
V
= m / V dan
Porositas=1
bulk
100
partikel
Secara teori semakin tinggi densitas yang dimiliki oleh suatu produk maka
porositas yang dimiliki oleh produk tersebut juga akan semakin kecil. Tetapi pada
praktikum kali ini ada beberapa kelompok yang mendapatkan hasil tidak sesuai
dengan teori yang ada. Peristiwa seperti itu dapat terjadi dikarenakan pada saat
pencampuran
kancang
dengan
jewawut
terjadi
ketidakrataan
sehingga
mengakibatkan meningkatnya nilai volume dari bahan tersebut, selain itu juga
terdapat kemungkinan terjadi kesalahan pada saat pengukuran volume bahan
campuran. Kesalahan ini terjadi karena pada saat dilakukan pencampuran bahan
yang dicampur memiliki volume yang berbeda pada masing-masing luasannya,
sehingga dapat terjadi kesalahan pada proses ini.
Densitas dan porositas berdasarkan pada hasil praktikum pada masingmasing kelompok memiliki perbedaan yang tidak terlalu mencolok. Perbedaan
nilai densitas dan porositas yang berbeda dimungkan karena massa jenis tunggal
dari kedua kacang yang diamati memiliki perbedaan, sehingga pada saat
diakumulasikan dengan jumlah 100 butir (kacang tanah) dan 200 butir (kacang
kedelai) juga terdapat perbedaan seperti yang ada pada hasil yang didapatkan.
Kendala yang terjadi pada praktikum ini adalah pada saat melakukan
penentuan volume kacang bercampur jewawut. Permasalahan ini terjadi karena
perbedaan tinggi luasan permukaan bahan yang tercampur, sehigga untuk
menentukan volume yang tepat sangat sulit dilakukan.
A. Kesimpulan
1. 100 butir kacang tanah :
DAFATAR PUSTAKA