Termal 1
Termal 1
Termal 1
Oleh:
Lutfita Diaz A
NIM A1H013046
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada proses insulasi. Zaman ini, sistem insulasi digunakan pada banyak kasus.
Salah satu penerapan sistem insulasi yang dikenal ialah sistem insulasi perpipaan.
Fluida yang dialirkan dalam pipa memiliki kondisi yang perlu dipertahankan
sehingga membutuhkan sistem insulasi yang baik. contoh lain ialah sistem
insulasi pada oven dan kulkas. Oleh karena, hal tersebut diatas maka perlu
dipelajari dengan baik sistem perpipaan, diantaranya ialah tebal kritis insulasi,
tahanan kalor tergabung, dan konduktivitas termal.
Perpindahan kalor konduksi tak-tunak memiliki perbedaan dengan konduksi
tunak dimana pada konduksi tak-tunak terjadi perubahan pada energi
internal.contoh dari konduksi tak-tunak ialah proses pemanasan dan pendinginan
makanan. Pada proses ini terjadi aliran kalor yang tidak langsung setimbang
secara termal. Aplikasi dari hukum fourier ini membahas aliran kapasitas kalor
tergabung, aliran kalor transien pada benda semi-infinite, batasan-batasan
konveksi, dan angka biot, angka fourier, serta bagan heisler.
B. Tujuan
1.
2.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Konduksi
Konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana panas mengalir dari
tempat yang suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah, tetapi
medianya tetap. Perpindahan kalor secara konduksi tidak hanya terjadi pada
padatan saja tetapi bisa juga terjadi pada cairan ataupun gas, hanya saja
konduktivitas terbesar pada padatan.
Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik
merupakan pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang
energinya rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang
lebih tinggi. Konduksi terjadi melalui getaran dan gerakan elektron bebas.
Berdasarkan perubahan suhu menurut waktu, konduksi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu konduksi tunak dan konduksi tidak tunak.
Pada zat padat, energi kalor tersebut dipindahkan hanya akibat adanya
vibrasi dari atom- atom zat padat yang saling berdekatan. Hal ini disebabkan
karena zat padat merupakan zat dengan gaya intermolekular yang sangat kuat,
sehingga atom-atomnya tidak dapat bebas bergerak, oleh sebab itu perpindahan
kalor hanya dapt terjadi melalui proses vibrasi. Sedangkan proses konduksi pada
fluida disebabkan karena pengaruh secara langsung karena atom-atomnya dapat
lebih bebas bergerak dibandingkan dengan zat padat.
Konduksi merupakan suatu proses perpindahan kalor secara spontan tanpa
disertai perpindahan partikel media karena adanya perbedaan suhu, yaitu dari suhu
yang tinggi ke suhu yang rendah.
Konduksi atau hantaran kalor pada banyak materi dapat digambarkan
sebagai hasil tumbukan molekul-molekul. Sementara satu ujung benda
dipanaskan, molekul-molekul di tempat itu bergerak lebih cepat. Sementara itu,
Perpindahan kalor secara konduksi dibedakan menjadi dua, yaitu konduksi tunak
dan konduksi tak-tunak. Aplikasi dari konduksi tunak ini ialah pada proses
insulasi. Zaman ini, sistem insulasi digunakan pada banyak kasus. Salah satu
penerapan sistem insulasi yang dikenal ialah sistem insulasi perpipaan. Fluida
yang dialirkan dalam pipa memiliki kondisi yang perlu dipertahankan sehingga
membutuhkan sistem insulasi yang baik. contoh lain ialah sistem insulasi pada
oven dan kulkas. Oleh karena, hal tersebut diatas maka perlu dipelajari dengan
baik sistem perpipaan, diantaranya ialah tebal kritis insulasi, tahanan kalor
tergabung, dan konduktivitas termal.
Perpindahan kalor konduksi tak-tunak memiliki perbedaan dengan konduksi tunak
dimana pada konduksi tak-tunak terjadi perubahan pada energi internal.contoh
dari konduksi tak-tunak ialah proses pemanasan dan pendinginan makanan. Pada
proses ini terjadi aliran kalor yang tidak langsung setimbang secara termal.
Aplikasi dari hukum fourier ini membahas aliran kapasitas kalor tergabung, aliran
kalor transien pada benda semi-infinite, batasan-batasan konveksi, dan angka biot,
angka fourier, serta bagan heisler.
2.2 Konduktivitas Thermal(Daya Hantar Panas)
Tetapan kesebandingan (k) adalah sifat fisik bahan atau material yang
disebut konduktivitas termal. Pada umumnya konduktivitas termal itu sangat
tergantung pada suhu.Konduktivitas termal menunjukkan seberapa cepat bahan itu
dapat menghantarkan panas konduksi. Pada umumnya nilai (k) dianggap tetap,
namun sebenarnya nilai k dipengaruhi oleh suhu (T) (Anonim 1, 2014).
Tabel 1.1 Konduktivitas Termal Berbagai Bahan pada 0 oC.
merupakan
W/m.C
Btu/h . ft . F
410
385
202
93
73
43
35
16,3
41,6
4,15
2,08-2,94
1,83
0,78
0,17
0,059
0,038
8,21
0,556
0,540
0,147
0,073
0,175
0,141
0,024
0,0206
0,0146
237
223
117
54
42
25
20,3
9,4
24
2,4
1,2-1,7
1,06
0,45
0,096
0,034
0,022
4,74
0,327
0,312
0,085
0,042
0,101
0,081
0,0139
0,0119
0,00844
suatubesaran
intensif
bahan yang
termal
adalah
suatu
perbedaan
temperatur menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke
daerah yang sama pada temperatur yang lebih rendah.Konduktivitas termal dari
material adalah laju perpindahan panas dengan konduksi per satuan panjang per
Hukum Fourier yang berlaku pada setiap lokasi di dalam suatu benda, pada setiap
waktu. Hukum tersebut dapat dituliskan sebagai:
dq
T
=k
dA
n
(1)
dimana A = luas permukaan isothermal yang tegak lurus terhadap arah aliran
kalor(m)
n = jarak, diukur tegak lurus terhadap permukaan itu(m / det)
q = laju aliran kalor melintas permukaan itu pada arah normal terhadap
permukaan(kj / det,W)
T = suhu( C, F )
k = konstanta proporsionalitas (tetapan kesebandingan)(W/m.C)
(Tim Penyusun,2014).
Konduksi pada kondisi distribusi suhu konstan disebut konduksi keadaan
stedi (steady-state conduction). Pada keadaan stedi, T hanya merupakan fungsi
posisi saja dan laju aliran kalor pada setiap titik pada dinding itu konstan. Untuk
aliran stedi satu-dimensi, persamaan (1) dapat dituliskan :
q
dT
=k
A
dn
(2)
Konstanta proporsionalitas k di atas adalah suatu sifat fisika bahan yang disebut
konduktivitas termal (Tim Penyusun,2014).
2.4 Aliran Kalor Melintasi Lempeng
(Tim Penyusun, Suatu lempeng rata seperti terlihat pada Gambar 1.1,
diandaikan bahwa (k) tidak tergantung pada suhu dan luas dinding sangat besar
dibandingkan dengan tebalnya, sehingga kehilangan kalor dari tepi-tepinya dapat
diabaikan. Permukaan-permukaan luar dinding tegak lurus terhadap bidang
gambar, dan kedua permukaan itu isothermal.Arah aliran kalor tegak lurus
terhadap dinding. Karena keadaan stedy, tidak ada penumpukan ataupun
pengurasan kalor di dalam lempeng itu, dan q konstan di sepanjang lintas aliran
kalor. Jika x adalah jarak dari sisi yang panas, maka persamaan 2 dapat
dituliskan :
q
dT
=k
A
dx
(3)
T1
T2
x1
x2
q
T 1T 2 T
=k
=
A
x 2x 1 x
Dimana T
(4)
= tebal lempeng
(Tim Penyusun,2014).
k . Nilai
rata-rata aritmetik dari k pada kedua suhu permukaan, T1 dan T2, atau dengan
menghitung rata-rata aritmetik suhu dan menggunakan nilai k pada suhu itu.
Persamaan (4) dapat dituliskan dalam bentuk :
q=
T
R
(5)
dimana R adalah tahanan termal zat padat antara titik 1 dan titik 2 (Tim
Penyusun,2014).
TI
kb
kc
TO
xa
xb
xc
(6)
Selanjutnya,
q xa
xb
xc
( T 1T 8 ) =( T a + T b + T c )= A k + k + k
a
b
c
(7)
atau
q
=U (T I T O )
A
(8)
dimana
x x x
1
= a + b + c =R
U
ka kb kc
(9)
Koefisien
perpindahan
panas
menyeluruh
(overall
heat
transfer
III.
METODOLOGI
Bak multilapis
Penangkas/kompor
Heater
Panci
Air
B Prosedur Kerja
Tuangkan air yang telah dipanaskan pada suhu 100 C kedalam bak air
multilapis, perthanankan suhu air tersebut sampai pengukuran selesai
Ukur perubahan suhu yang terjadi pada setiap titik observasi dengan
interval waktu 2 menit selama 30 menit
IV.
A. Hasil
Pengeringan Ubi
1
20 gram17 gram
20 gram
x 100%
x 100%
= 15 %
2
Sinar Matahari
Waktu
Suhu (C)
Ka (%)
10
20
30
40
50
60
31
30
30
32
29
30
19.86
19.48
19.23
19.02
18.76
18.55
6,55
4,65
3,4
2,35
1,05
0
Ka (BB%) pengovenan
Berat air
Ka bb
100
7,25
100
x 20 gram
= 1,45 gram
Padatan
Ka t = 10
Padatan sama (Ya)
Ka =
air
100
m
Air1 = m1 ya
Ka1 =
air
m x 100%
= 19,86 18.55
= 1,31 gram
Air2 = m2 ya
1,31
20
x 100%
= 6,55 %
air
Ka2 = m x 100%
= 19.48 18,55
= 0,93 gram
Air3 = m3 ya
= 19.23 18,55
0,93
20
x 100%
= 4,65 %
air
Ka3 = m x 100%
= 0,68 gram
0,68
920
x 100%
= 3,4 %
Air4 = m4 ya
= 19,02 18,55
= 0,47 gram
Ka4 =
air
m x 100%
0,47
20
x 100%
= 2,35 %
Air5 = m5 ya
= 18,76 18,55
= 0,21 gram
Ka5 =
air
m x 100%
0,21
20
x 100%
= 1,05 %
Air6 = m6 ya
= 18,55 18,55
= 0 gram
Ka6 =
air
m x 100%
0
= 20 x 100%
=0%
B. Pembahasan
makanan yang telah dikeringkan akan memiliki berat yang lebih rendah dan
ukuran yang lebih kecil.
Faktor- Faktor yang mempengaruhi proses pengeringan
1. Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air menguap
melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan
merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat
pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong
atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:
(1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan
permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air
mudah keluar,
(2) potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana
panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan
mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke
permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.(Supriyono, 2003)
2. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan
makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula
penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan
menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang.
Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan
semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan,
akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu
keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya
masih basah.(Supriyono, 2003)
3. Kecepatan Aliran Udara
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari
permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan
bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan
bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan
memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat
pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu
semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.(Supriyono,
2003)
4. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara
semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.
5. Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering udara
maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan
menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi
masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan
kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari
atmosfir (Supriyono, 2003).
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan
pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama panas harus di
transfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan
air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium
sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus di
transfer melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Jadi
panas harus di sediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui
berbagai macam tahanan agar supaya dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air
yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang di keringkan
dan cara pemanasan yang digunakan. Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran
udara pengeringan makin cepat pula proses pengeringan berlangsung. Makin
tinggi suhu udara pengering, makin besar energi panas yang di bawa udara
sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang di uapkan dari permukaan
bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran udara pengering makin tinggi maka
makin cepat massa uap air yang dipindahkan dari bahan ke atmosfer. Kelembaban
udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap air. Pada kelembaban udara
tinggi, perbedaan tekanan uap air didalam dan diluar bahan kecil, sehingga
pemindahan uap air dari dalam bahan keluar menjadi terhambat. Pada
pengeringan dengan menggunakan alat umumnya terdiri dari tenaga penggerak
dan kipas, unit pemanas (heater) serta alat-alat kontrol. Sebagai sumber tenaga
untuk mengalirkan udara dapat digunakan blower. Sumber energi yang dapat
digunakan pada unit pemanas adalah tungku, gas, minyak bumi, dan elemen
pemanas listrik.
Berdasarkan
prosesnya
dikenal
dua
macam
pengeringan
yaitu
energi panas yang biasanya dipakai adalah gas, minyak bumi, batubara, atau
elemen pemanas listrik.
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100
persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen.
Adapun beberapa jenis mesin pengering diantaranya, yaitu :
1.
Tray dryer
Pengering baki (tray dryer) disebut juga pengering rak atau pengering
kabinet, dapat digunakan untuk mengeringkan padatan bergumpal atau pasta, yang
ditebarkan pada baki logam dengan ketebalan 10-100 mm. Pengeringan jenis baki
atau wadah adalah dengan meletakkan material yang akan dikeringkan pada baki
yang lansung berhubungan dengan media pengering. Cara perpindahan panas
yang umum digunakan adalah konveksi dan perpindahan panas secara konduksi
juga dimungkinkan dengan memanaskan baki tersebut.
Rangka bak pengering terbuat dari besi, rangka bak pengerik di bentuk dan
dilas, kemudian dibuat dinding untuk penyekat udara dari bahan plat seng dengan
tebal 0,3mm. Dinding tersebut dilengketkan pada rangka bak pengering dengan
cara di revet serta dilakukan pematrian untuk menghindari kebocoran udara panas.
Kemudian plat seng dicat dengan warna hitam buram,agar dapat menyerap panas
dengan lebih cepat. Pada bak pengering dilengkapi dengan pintu yang berguna
untuk memasukan dan mengeluarkan produk yang dikeringkan. Di pintu tersebut
dibuat kaca yang mamungkinkan kita dapat mengetahui temperature tiap rak,
dengan cara melihat thermometer yang sengaja digantungkan pada setiap rak
pengering. Di bagian atas bak pengering dibuat cerobong udara, bertujuan untuk
memperlancar sirkulasi udara pada proses pengeringan.
2. Drum (Rotary) Dryer
Rotary dryer atau bisa disebut drum dryer merupakan alat pengering
berbentuk sebuah drum yang berputar secara kontinyu yang dipanaskan dengan
tungku atau gasifier. Alat pengering ini dapat bekerja pada aliran udara melalui
poros silinder pada suhu 1200-1800 oF tetapi pengering ini lebih seringnya
digunakan pada suhu 400-900 oF.
Rotary dryer sudah sangat dikenal luas di kalangan industri karena proses
pengeringannya jarang menghadapi kegagalan baik dari segi output kualitas
maupun kuantitas. Namun sejak terjadinya kelangkaan dan mahalnya bahan bakar
minyak dan gas, maka teknologi rotary dryer mulai dikembangkan untuk
berdampingan dengan teknologi bahan bakar substitusi seperti burner batubara,
gas sintesis dan sebagainya.
Pengering rotary dryer biasa digunakan untuk mengeringkan bahan yang
berbentuk bubuk, granula, gumpalan partikel padat dalam ukuran besar.
Pemasukkan
dan
pengeluaran
bahan
terjadi
secara
otomatis
dan
sehingga
pengeringan yang dilakukan oleh alat ini lebih merata dan lebih banyak
mengalami penyusutan. Selain itu rotary ini mengalami pengeringan berturutturut selama satu jam tanpa dilakukan penghentian proses pengeringan. Pengering
rotary ini terdiri dari unit-unit silinder, dimana bahan basah masuk diujung yang
satu dan bahan kering keluar dari ujung yang lain.
Proses pengeringan terjadi ketika bahan dimasukkan ke dalam silinder yang
berputar kemudian bersamaan dengan itu aliran panas mengalir dan kontak
dengan bahan. Didalam drum yang berputar terjadi gerakan pengangkatan bahan
dan menjatuhkannya dari atas ke bawah sehingga kumpulan bahan basah yang
menempel tersebut terpisah dan proses pengeringan bisa berjalan lebih efektif.
Pengangkatan memerlukan desain yang hati-hati untuk mencegah dinding yang
asimetri. Selain itu bahan bergerak dari bagian ujung dryer keluar menuju bagian
ujung lainnya akibat kemiringan drum. Bahan yang telah kering kemudian
keluar melalui suatu lubang yang berada di bagian belakang pengering drum.
Sumber panas didapatkan dari gas yang diubah menjadi uap panas dengan cara
pembakaran.
Kontak yang terjadi antara padatan dan gas pada alat pengering rotary
dryer dilengkapi dengan flights, yang diletakkan di sepanjang silinder rotary
dryer. Volume material yang ditransport oleh flights antara 10 sampai 15 % dari
total volume material yang terdapat di dalam rotary dryer. Mekanismenya sebagai
berikut, pada saat silinder pengering berputar, padatan diambil keatas oleh flights,
terangkat pada jarak tertentu kemudian terhamburkan melalui udara. Kebanyakan
pengeringan terjadi pada saat seperti proses ini, dimana padatan berkontak dengan
gas. Flights juga berfungsi untuk mentransfer padatan melalui silinder. (Heriana,
dkk., 2012)
Proses yang terjadi di dalam rotary dryer sangat kompleks dan masih sedikit
dimengerti dengan baik sehingga menjadi obyek penelitian dari banyak peneliti.
Untuk dapat menganalisis dan mendesain sistem rotary dryer secara benar dan
meyakinkan, perlu difahami fenomena perpindahan panas, perpindahan massa dan
transportasi partikel padat di dalam rotary dryer. Mula-mula panas dipindahkan
dari gas ke padatan basah, karena adanya driving force suhu, dan temperatur
padatan akan naik dan kehilangan uap air. Uap air berpindah ke aliran gas karena
adanya gradien tekanan uap. Hal ini merupakan proses simultan dari perpindahan
massa dan perpindahan panas yang terjadi pada saat partikel padat bergerak secara
kontinyu membentuk pancaran berputar di seluruh silinder dari masukan sampai
keluaran (Earle,1989). Metoda perpindahan panas yang terjadi adalah konveksi
dan konduksi.
Pada umumnya kebanyakan alat pengering, panas dipindahkan dengan lebih
dari satu cara, tetapi pengering industri tertentu (misalnya pengeringan makanan)
mempunyai satu metoda perpindahan panas yang dominan. Sedangkan
pada rotary dryer, perpindahan panas yang dominan adalah perpindahan panas
konveksi, panas yang diperlukan biasanya diperoleh dari kontak langsung antara
gas panas dengan padatan basah. Pengeringan dalam rotary dryer menggunakan
suhu tidak lebih dari 70oC dengan lama pengeringan 80-90 menit, dan
putaran rotary dryer 17-19 rpm. Untuk memperoleh hasil pengeringan yang baik
selain ditentukan oleh suhu dan putaran mesin juga ditentukan oleh kapasitas
mesin pengering. Kapasitas perbatch mesin pengering ditentukan oleh diameter
mesin itu.
Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari suatu padatan
2.
3.
4.
5.
Operasi sinambung
6.
7.
2.
3.
4.
5.
yang menguap tidak terbawa bersama media pemanas. Hal ini menunjukkan
bahwa perpindahan panas terjadi secara hantaran (konduksi), sehingga disebut
juga Conduction Dryer/ Indirect Dryer.
Pengeringan beku (freeze drying) adalah salah satu metode pengeringan yang
mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil pengeringan,
khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap panas.
Keunggulan pengeringan beku, dibandingkan metoda lainnya, antara lain adalah :
a. Dapat mempertahankan stabilitas produk (menghindari perubahan aroma,
warna, dan unsur organoleptik lain)
b. Dapat mempertahankan stabilitas struktur bahan (pengkerutan dan
perubahan bentuk setelah pengeringan sangat kecil)
c. Dapat meningkatkan daya rehidrasi (hasil pengeringan sangat berongga
danlyophile sehingga daya rehidrasi sangat tinggi dan dapat kembali ke sifat
fisiologis, organoleptik dan bentuk fisik yang hampir sama dengan sebelum
pengeringan).
Keunggulan-keunggulan tersebut tentu saja dapat diperoleh jika prosedur
dan proses pengeringan beku yang diterapkan tepat dan sesuai dengan
karakteristik bahan yang dikeringkan. Kondisi operasional tertentu yang sesuai
dengan suatu jenis produk tidak menjamin akan sesuai dengan produk jenis lain.
5. Fluidized Bed Dryer
Pengeringan hamparan terfluidisasi (Fluidized Bed Drying) adalah proses
pengeringan dengan memanfaatkan aliran udara panas dengan kecepatan tertentu
memperbesar
luas
kontak
pengeringan,
peningkatan
koefisien
dengan potongan bahan yang berbeda, dan catat hasilnya. Kemudian masukkan
potongan bahan dan wadahnya pada oven dengan suhu 105 0C (wadah ke 1), dan
pada wadah yang ke 2 di letakkan di bawah sinar matahari langsung. Kemudian
ukur berat potongan bahan pada wadah 1 setelah dioven selama 60 menit. Dan
ukur berat potongan bahan, setiap 10 menit sekali pada wadah 2 lalu ukur suhu
lingkungan dengan menggunakan termometer setiap kali potongan bahan diambil
untuk ditimbang dan hitung kadar air setiap menitnya. Setelah di hitung kita dapat
mengetahui massa bahan setelah dan sebelum di keringkan dari 2 metode tersebut
(metode pengeringan dengan sinar matahri dan metode dengan menggunakan alat
pengering oven) dan juga dapat mengetahui kadar air dari masing-masing
perlakuan. Setelah di hitung dan di lihat dari hasil perlakuan yang di dapat massa
bahan mengalami penurunan. Itu artinya kadar air yang terdapat pada bahan juga
berkurang.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah di lakukan bila di lihat dari
keefektifan maka dapat di simpulkan bahwa yang lebih efektif adalah dengan
menggunakan metode pengeringan mekanis yaitu dengan menggunakan alat.
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu oven. Dimana pada alat
pengering oven dapat di atur suhunya yaitu pada saat praktikum kami
menggunakan suhu 105oC , sementara jika pengeringan yang menggunakan
metode alami atau dengan pengeringan matahari langsung suhunya tidak
beraturan. Bila dibandingkan dengan literatur Sun Drying Pengeringan dengan
menggunakan sinar matahari sebaiknya dilakukan di tempat yang udaranya
kering dan suhunya lebih dari 100o Fahrenheit. Pengeringan dengan metode ini
memerlukan waktu 3-4 hari. Untuk kualitas yang lebih baik, setelah
pengeringan, panaskan bahan di oven dengan suhu 175 o Fahrenheit selama
10-15 menit untuk menghilangkan telur serangga dan kotoran lainnya.
Sedangkan pengeringan menggunakan oven dengan mengatur panas,
kelembaban, dan kadar air, oven dapat digunakan sebagai dehydrator. Waktu
yang diperlukan adalah sekitar 5-12 jam. Agar bahan menjadi kering,
temperature oven harus di atas 140o derajat Fahrenheit. Kelebihan Pengeringan
Buatan adalah suhu dan kecepatan proses pengeringan dapat diatur seuai
keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitisi dan higiene dapat dikendalikan.
Metode pengeringan beserta kelebihan dan kekurangannya yaitu :
a. Pengeringan alami.
Pengeringan alami terdiri dari:
1.
kimiawi,
enzimatik
atau
kombinasi
antara
ketiganya.
Dimana :
m
Wm
Wd
Wt
air yang diuapkan dibagi berat bahan setelah pengeringan. Jumlah air yang
diuapkan adalah berat bahan sebelum pengeringan dikurangi berat bahan setelah
pengeringan dan dinyatakan dalam persamaan berikut:
Dimana :
M
Wd
ka.t
2.00%
1.00%
0.00%
0
10 20 30 40 50 60
70
Waktu (menit)
30
29
Suhu
Linear (Suhu)
28
27
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
18.5
18
17.5
50
0 100
Waktu (menit)
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini, tampak bahwa
waktu pengeringan semakin lama, berat pada bahan semakin berkurang. Semakin
tinggi suhu pengeringan maka semakin cepat waktu pengeringannya. Hal ini dapat
dilihat dari grafik yang ada pada gambar diatas.
Kendala-kendala yang dialami dalam praktikum acara 2 ini adalah
1 Alat (timbangan digital) yang tersedia hanya satu, kurang efektif
2 Asisten kurang jelas dalam menjelaskan materi, sehingga praktikan
bingung.
V.
A. Kesimpulan
1. Pengeringan merupakan proses penghilangan sejumlah air dari material. Dalam
pengeringan, air dihilangkan dengan prinsip perbedaan kelembaban antara
udara pengering dengan bahan makanan yang dikeringkan. Material biasanya
dikontakkan dengan udara kering yang kemudian terjadi perpindahan massa air
dari material ke udara pengering.
2. Alat yang digunakan dalam pengeringan diantaranya try dryer, cabinet dryer,
spray dryer, drum dryer, rotary dryer, dan freeze dryer.
B. Saran
Semoga untuk praktikum selanjutnya praktikan dapat datang praktikum
tepat waktu dan bersungguh-sungguh saat jalannya praktikum, untuk kenyamanan
bersama, maka disarankan untuk lebih aktif dalam hubungan antara praktikan dan
asisten bersangkutan. Serta lebih berhati-hati dalam menggunakan alat saat
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas