PH Darah
PH Darah
PH Darah
PENGUKURAN PH
I. TUJUAN
I.1 Mengetahui prinsip dan cara pengukuran pH darah
I.2 Membandingkan pH darah hewan pada kondisi tertentu
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 pH darah
pH darah diatur untuk tetap berada dalam kisaran sempit 7,35-7,45,
sehingga sedikit basa. Darah yang memiliki pH di bawah 7,35 terlalu
asam, sedangkan pH darah di atas 7,45 terlalu basa. PH darah, tekanan
parsial oksigen (pO2), tekanan parsial karbon dioksida (pCO2), dan
HCO3-diatur dengan hati-hati oleh sejumlah mekanisme homeostatis,
yang
menggunakan
pengaruh
mereka
terutama
melalui
sistem
pernapasan, dan sistem kemih untuk mengontrol keseimbangan asambasa dan respirasi. Tes gas darah arteri akan mengukur ini. Plasma juga
beredar hormon mengirimkan pesan mereka ke berbagai jaringan. Daftar
rentang referensi yang normal untuk berbagai elektrolit darah sangat luas
(Waugh, 2007).
pH darah menggambarkan konsentrasi ion hidrogen, yang
menentukan keasaman atau kebasaan relative dari larutan. Dalam air
destilasi, ion hidrogen (H+) (yang bersifat asam) setara dengan ion
hidroksil (OH-) (yang bersifat basa atau alkalis), pH-nya 7, yang
menggambarkan keadaan netral, tidak bersifat asam dan tidak pula
bersifat basa. Larutan dengan pH antar 1 sampai 7 adalah larutan asam;
semakin kecil angka itu, semakin asamlah sifatnya. pH untuk larutan
basa berkisar dari 7 sampai 14, semakin besar angkanya, semakin basalah
larutan itu. Dalam keadaan normal pH terletak di antara 7,35dan 7,45,
sedikit berada di daerah yang basanya netral. pH darah dipertahankan di
dalam suatu batas-batas yang relative sempit oleh adanya buffer kimia,
terutama natrium bikarbonat. Bufer bereaksi dengan asam kuat atau basa
kuat hingga menghasilkan garam netral dan asam atau basa lemah. Suatu
contoh adalah natrium bikarbonat atau system asam karbonat:
HCl + NaHCO3 NaCl + H2CO3
NaOH + H2CO3 NaHCO3 + H2O
H2CO3
CO2 + H2O
cadangan
alkali
menurun
demikian
rupa
sehingga
III. METODOLOGI
3.1.
Alat
3.1.1
Kertas lakmus
3.1.2
Blok warna pH indikator
3.1.3
Alat bedah
3.2.
Bahan
3.2.1 Ayam (Gallus sp.)
3.3 Cara kerja
3.3.1
Alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu.
3.3.2
Ayam disembelih dan dibedah, kemudian bagian-bagian
dalam tubuh ayam dipisah-pisah.
3.3.3
Kertas lakmus dimasukkan ke dalam bagian dalam ayam
yang terdiri tembolok, proventikulus, ventrikulus, intestinum tenue,
intestinum crassum, dan kloaka dan dibiarkan selama 5 menit.
3.3.4
Setelah warna dari kertas lakmus berubah, kertas lakmus
diangkat dan dibandingkan dengan warna standar pada blok pH
indikator.
3.3.5
pH dicatat di kertas pengamatan.
ORGAN
GAMBAR
NILAI PH
1.
Tembolok
2.
Proventrikulus
3.
Ventrikulus
4.
Intestinum tenue
5.
Intestinum crassum
6.
Kloaka
7.
Darah
V. PEMBAHASAN
Praktikum Fisiologi Hewan kali ini berjudul Observasi Darah II
Kimiawi Darah: Mengukur Tingkat Keasaman Darah yang dilaksanakan di
Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan Jurusan Biologi Fakultas
Sains dan Matematika Universitas Diponegoro. Praktikum ini dilaksanakan
pada hari Selasa, 20 Oktober 2015 pukul 13.00 WIB yang bertujuan untuk
mengetahui prinsip dan cara pengukuran pH darah serta membandingkan pH
darah hewan pada kondisi tertentu. Alat dan bahan yang digunakan yaitu
kertas lakmus, blok warna pH indikator, alat bedah, dan Gallus sp.
Pengukuran pH darah ini dilakukan dengan cara membelah ayam
terlebih dahulu, kemudian organ-organ dalam tubuh ayam dipisah-pisah,
setelah itu kertas lakmus dimasukkan pada organ sistem digesti
ayam
dan
Sun
(2006),
menyatakan
bahwa
faktor
yang
VI. KESIMPULAN
6.1 Pengukuran PH darah dengan menggunakan kertas lakmus dilakukan
dengan cara mencelupkan kertas lakmus pada serum darah, kemudian
dibandingkan perubahan warna dengan warna standar pada blok pH
indikator.
6.2 Kelainan pada tingkat keasaman darah terdiri dari asidosis dan alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung
asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan
menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah
terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam)
dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. Dan D. H. Bade. 1992. Ilmu Peternakan edisi keempat. Yogyakarta:
Gadjah Mada University.
Brosnan, T. & Sun, D. 2006. Improving quality inspection of food products by
computer vision-a review. Journal of Food Engineering. Volume 61, pp. 316.
Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak IV. Yogyakarta: Gadjah Mada
Press.
Harlod, A. H. 1979. Review of Physiological Chemistry. Jakarta: EGC.
Kusmajadi, Suradi. 2000. Perubahan FisikDaging Ayam Broiler Post Mortem
Selama Penyimpanan Temperatur Ruang. Universitas Padjajaran : Fakultas
Peternakan.
Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Gramedia,
Jakarta.
Reviany, Widjayakusuma dan Sri Hartini. 1986. Fisiologi Hewan Jilid 1 . Institut
Pertanian, Bogor.
Sudarmadji. 2005. Penuntun Dasar-Dasar Kimia. Jakarta: Lepdikbud.
Sjofjan,O. Aulaniam. Sutrisdiarto. Rosdiana, A. dan Supiati. 2003. Isolasi dan
Identifikasi Bacillus spp Dari Usus Ayam Petelur Sebagai Sumber
Probiotik. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati ( life sciences ). Vol.15- No.2.
Yuwanta, Tri. 2000. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta: Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada.
Waugh, Anne; Grant, Allison .2007. "2". Anatomy ans Physiology in Health and
Illness (10th ed.). Churchill Livingstone Elsevier. p. 22.
William, A. 1985. Patro Fisiologi. Edisi Ke-7. Jilid 11. Jakarta: Erlangga.