Ekosistem Rumen
Ekosistem Rumen
Ekosistem Rumen
PENDAHULUAN
Ruminansia menurut kata asalnya berasal dari bahasa latin, yaitu ruminae yang berarti
biak atau mengunyah kembali. Spesies ternak ruminansia bagi manusia dirasakan sangat
protein hewani, dan ternak kerja. Hewan ternak yang temasuk golongan ruminnsia adalah
Ciri lain dari ternak ruminansia adalah terbaginya lambung ruminansia menjadi 4
kompartemen, yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Setiap masing masing
ternak dalam mencerna bahan pakan yang diberikan. Oleh karena itu ternak ini biasa
disebut dengan bioindustri melalui suatu peristiwa bioproses. Berdasarkan paparan diatas,
sebagai mahasiswa peternakan sudah seharusnya kita mengetahui anatomi dari ternak
Kondisi rumen sangat penting agar proses pencernaan pakan di dalam rumen dapat
optimal. Hal ini karena proses pencernaan ruminansia tidak terlepas dari peran mikrobia
rumen yang sangat membantu dalam proses pencernaan dan penyediaan zat makanan dan
energi bagi ternak ruminansia tersebut. Jumlah mikrobia yang terdapat di dalam cairan rumen
Metabolisme mikroba di dalam rumen diatur oleh jumlah dan kecepatan degradasi
karbohidrat dan protein. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik fisik dan kimia
pakan. (Hindratiningrum, 2011). Mikroba rumen memiliki peranan penting dalam proses
metabolisme pakan bagi ruminansia. Beberapa spesies mikroba rumen mampu menghasilkan
enzim selulase dan hemiselulase yang dapat mencerna dinding sel tanaman. Hal tersebut yang
membedakan ruminansia dengan ternak lainnya karena dapat memanfaatkan tanaman yang
mengandung serat tinggi. Mikroba rumen merupakan salah satu sumber utama protein bagi
(Mayasari, 2014).
pakan dan aktivitas fermentasi di rumen. Perkembangan dan pertumbuhan mikroba rumen
yang sempurna membutuhkan berbagai unsur mineral, antara lain S (belerang). Unsur S
diperlukan mikroba untuk pembentukan asam amino cystein dan cystin. Apabila pakan
(Uhi, 2005).
Isi rumen (ruminal contents) adalah makanan yang belum dicerna secara sempurna
pada lambung pertama ruminansia dan mengandung saliva, mikroba anaerob, selulosa,
hemiselulosa, protein, lemak, karbohidart, mineral dan vitamin (Van Soest, 1982). Isi rumen
yang merupakan limbah rumah potong hewan bila tidak ditangani dengan baik dapat
mencemari lingkungan, sebaliknya isi rumen berpotensi sebagai feed additive. Menurut Gohl
(1981) isi rumen dapat mencapai 8-10% dari berat sapi atau kerbau yang dipuasakan
sebelum dipotong. Jovanovic dan Cuperlovic (1977) menyatakan mikrobia rumen dapat
meningkatkan nilai gizi bahan makanan karena adanya enzim yang dihasilkan oleh mikroba
Kualitas isi rumen dipengaruhi oleh jenis makanan, mikrobia rumen dan lamanya
makanan dalam rumen. (Barnet dan Nair, 1961). Menurut Jovanovic dan Cuperlvic (1977)
kualitas isi rumen tidak begitu bervariasi antara hewan yang dipotong dari berbagai tempat,
sebab hewan dipuasakan terlebih dahulu sehingga adanya variasi dari ransum akan teratasi.
A. Cairan Rumen
Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kondisi kantong yang dan mencampur
pakan hasil fermentasi mikroba. Kondisi dalam rumen adalah anaerobik dan hanya
mikroorganisme yang paling sesuai dapat hidup di dalamnya. Tekanan osmosis dalam rumen
mirip dengan tekanan aliran darah dan suhunya 38-420C. Ternak dewasa, volume rumen
mempunyai proporsi lebih besar daripada bobot badan. Ternak muda, rumen belum berkembang
dan masih didominasi oleh abomasum. Perkembangan bakteri rumen terjadi karena adanya
kontaminasi dari lingkungan dan kontak langsung induknya sehingga dengan demikian,
perkembangan populasi bakteri rumen akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur
ternak. Pemberian hijauan dan pakan berserat tinggi pada ternak ruminansia akan menstimulasi
perkembangan rumen. Rumen (sapi, kambing, domba dan ruminansia lainnya) dipadati oleh
menghasilkan D-glukosa, yang kemudian akan difermentasi menjadi asam lemak berantai
B. Mikroba Rumen
Secara garis besar terdapat 4 kelompok utama mikroba rumen, yaitu: bakteri,
protozoa, jamur dan virus. Secara kuantitatif golongan terakhir belum diketahui. Disamping
itu terdapat sejumlah amoeba yang juga belum diketahui secara pasti populasinya.
Mikroba rumen mampu mencerna pakan yang mampu mencerna pakan serat kasar yang
tinggi menjadi VFA yaitu asam asetat, propionat, butirat, valerat, dan asam isobutirat.
1. Bakteri
Bakteri rumen mempunyai fungsi penting dalam proses degradasi pakan. Beberapa
spesies bakteri rumen yang mampu mendegradasi selulose dan hemiselulosa dalam pakan
a. Bakteri Selulolitik
1.4,sellulosa dan dimer selobiosa, karena tidak ada organisme yang mampu mencerna serat
maka selulosa sangat tergantung pada bakteri yang terdapat di sepanjang saluran pencernaan
pakan. Bakteri selulolitikakan dominan apabila makanan utama ternak berupa serat
b. Bakteri Hemiselulolitik
heksosa serta biasanya asam uronat. Hemiselulosa merupakan struktur polisakarida yang
penting dalam dinding sel tanaman. Mikroorganisme yang dapat menghidrolisa selulosa
Beberapa jenis bakteri dalam rumen dapat menggunakan asam laktat. Jenis lainnya
dapat menggunakan asam suksinat, malat dan fumarat yang merupakan hasil akhir fermentasi
oleh bakteri jenis lainnya. Asam oksalat yang bersifat racun pada mamalia akan dirombak
tanaman yang beracun bagi ternak lainnya sebagai bahan makanan. Contoh:
d. Bakteri Amilolitik
yang tinggi yang segera akan mengalami fermentasi begitu sampai diretikulo-rumen.
f. Bakteri Proteolitik
Bakteri proteolitik merupakan jenis bakteri yang paling banyak terdapat pada saluran
spesies diketahui menggunakan asam amino sebagai sumber utama energi. Contoh:
g. Bakteri Methanogenik
Sekitar 25 persen dari gas yang diproduksi didalam rumen adalah gas methan.Contoh:
h. Bakteri Lipolitik
Enzim lipase bakteria dan protozoa sangat efektif dalam menghidrolisa lemakdalam
2. Protozoa
Populasi protozoa di dalam rumen berbanding lurus dengan produksi gas metan.
menguntungkan, karena propionat mampu mengurangi energi yang terbuang menjadi metana.
Protozoa mengandung nucleus (eukaryotic), uniseluler dan bergerak menggunakan silia atau
flagela. Jumlah protozoa dalam rumen berkisar 105 – 106/ml cairan rumen (Hungate, 1966)
dan ukuran diameternya berkisar antara 5-250 μm. Aktifitas protozoa rumen yang
oleh mikrobial-enzymes. Sebagian besar komponen pakan yang dikonsumsi oleh protozoa
rumen difermentasi menjadi H2, CO2, asamasetat dan asam butirat. Sebagian besar protozoa
yang terdapat didalam rumen adalah cilliata meskipun flagellata juga banyak dijumpai.
yang normal dapat dijumpai ciliata sebanyak 105 -106 perml isi rumen. Protozoa sebagai
sumber protein dengan keseimbangan kandungan asam amino yang lebih baik dibandingkan
dengan bakteri sebagai makanan ternakruminansia. Selain itu ciliata/protozoa juga menelan
tertentu dari ciliata ini yang mampu mencerna selulosa dengan hasil akhir berupa asam lemak
terbang (VFA). Tidak seperti bakteri rumen, ciliata dapat diklasifikasikan atas dasar
morfolginya karena ukuran selnya cukup besar yaitu antara 200 - 200 mm.
Repoduksi dan siklus hidup protozoa dapat secara seksual dan aseksual. Aseksual
dengan pembelahan biner, skizogami, dan budding. Pembelahan biner atau ganda biasanya
terjadi pada flagelata, amoeba, dan ciliata. Pembelahan ganda yaitu pembelehan berulang-
ulang dimana sitoplasma mengelilingi inti kemudian sitoplasma membelah. Budding adalah
sel anak yang kecil memisahkan diri dari induknya lalu tumbuh menjadi individu baru.
Reproduksi secara dengan cara singami dan konjugasi. Singami dengan persatuan dua gamet,
sedangkan konjugasi adalah penggabungan secara temporer dua individu dari spesies yang
sama untuk melakukan pertukaran materi inti. Pada singami terbentuk dua gamet haploid
yang berkembang menjadi zigot. Pada konjugasi setelah pertukaran inti maka inti makro
berregenerasi dan inti mikro membelah beberapa kali. Kemudian bagian tersebut memisah,
pakan yang mudah difermentasi (Readly Fermentable Carbohydrate atau RFC). Ciliata
biasanya langsung menumpuk karbohidrat di dalam tubuhnya, sehingga laju konversi RFC
yang terlalu cepat oleh aktivitas fermentasi bakteri menjadi asam laktat dapat dicegah oleh
ciliata. Laju konversi RFC yang terlalu cepat dapat menurunkan pH, karena penurunan pH
a) Oligotrichia
Mempunyai ukuran sel lebih kecil dan hanya memiliki cilia disekitar prostoma
(mulut). Jenis ini hanya sedikit sekali menggunakan gula terlarut sebagai makananannya,akan
tetapi butir-butir pati akan menjadi sasaran utama. Beberapa spesies juga memangsa
amilopektin dari Holotricha disamping ada pula yang secara aktif menelan serat kasar
tanaman dan mencerna selulosa. Hasil penelitian terakhir meragukan kemampuan protozoa
rumen untuk dapat mencerna selulosa. Pencernaan selulosa dapat dilakukan karena protozoa
memangsa bakteri dan bakteri inilah yang akan menghasilkan enzim selulase didalam tubuh
protozoa sehingga selulosa yang dimangsa dapat dicerna. Bakteri selulolitik hidup secara
Entodinium caudatum.
b) Holotricha
Mempunyai ukuran sel lebih besar dengan cilia menutupseluruh tubuh. Ciri-cirinya
pergerakannya yang cepat, bentuk sel umumnya oval. Dapat menggunakan glukosa, fruktosa,
sukrosa dan pektin. Karbohidrat akan disimpan dalam bentuk amilopektin. Jenis ciliata rumen
ini mempunyai peranan penting dalam metabolisme karbohidrat dengan jalanmenelan gula
segera setelah masuk ke rumen dan menyimpannya dalam bentuk amilopektin, yang
selanjutnya akan melepaskan kembali senyawa ini kedalam cairanrumen pada saat populasi
Holotricha mengalami lisis atau pada fase pertumbuhannya. Mekanisme ini mempunyai
carbohydrate) bagi bakteri rumen, terutama apabila tidakterdapat lagi karbohidrat dalam
makanan misalnya pada saat ternak beristirahat. Contoh: Isotricha intestinalis dan Isotricha
prostoma.
3. Jamur
Kenyataan bahwa mikrooganisme ini selalu banyak terdapat dalam rumen ternak
ruminansia yang diberi ransum basal dengan kandungan serat kasar tinggi (misalnya jerami),
kasar. Dalam rumen fungi mempunyai siklus hidup yang terdiri atas phase bergerak zoospora
dan phase vegetatif sporocyst. Zoospora melekat pada permukaan partikel pakan dan dalam
waktu 15 menit, spora tersebut tumbuh membentuk mycelium menghasilkan rhizoid. Rhizoid
akan mempenetrasi jaringan partikel pakan yang memungkinkan fungi rumen mendapatkan
Salah satu ciri khas jamur rumen ini bila dibandingkan dengan jenis jamur lainnya
dan terbentuknya senyawa hidrogen (H) dalam proses fermentasiselulosa. Siklus kehidupan
rumen sangat erat kaitannya dengan material yangsukar dicerna. Contoh: Neocallimastix
Interaksi antar bakteri terjadi baik pada bakteri yang terdapat/menenmpel padapartikel
digesta maupun yang terdapat pada ephitelium rumen. Bentuk hubungan inibiasanya bersifat
mutualisme dimana hasil hasil fermentasi oleh satu jenis bakteri akandigunakan oleh bakteri
jenis lainnya untuk pertumbuhannya.Contoh hubungan ini adalah proses fermentasi selulosa
menjadi VFA dimanaterjadi interaksi antar bakteri penghasil hidrogen dan bakteri pemakai
kemungkinan untuk dilakukan manipulasi akan interaksi yang ada kecuali penghambatan
methanogenesis.
berkurang sehingga laju kolonisasi partikel makanan didalam rumen akan berkurang pula.
Pengaruh ini mungkin kurang nyata pada ternak ruminansia dengan pakan basal yang
mengandung banyak partikel terlarut misalnya gula, pati dan sebagainya. Akan tetapi jika
pakan basal adalah limbah pertanian, maka pengaruh penurunan biomassa bakteri akibat
dimangsa oleh protozoa akan kelihatan nyata sekali dengan diperpanjangnya lag phase yakni
akan membantu pencegahan terjadinya acidosis apabila ransum basal berupagula terlarut atau
pati, karena protozoa akan menelan partikel gula dan pati sehingga fermentasi kedua senyawa
oleh bakteri tersebut dapat ditunda sampai senyawa tersebut dilepas kembali pada saat
terjadinya lysis atau pecahnya sel protozoa akibat terlalu banyak menyimpan amilopektin.
Diperkirakan tiap ekor protozoa dapat memangsa bakteri dengan kecepatan antara 130 -
21200 bakteri/protozoa/jam pada kondisi kepadatan bakteri 109 sel/ml. Pencernaan bakteri
dalam sel protozoa dapat berkisar antara 345 – 1200bakteri/protozoa/jam. Jumlah ini akan
setara dengan 2,4 - 45 persen bakteri bilakonsentrasi protozoa mencapai 106/ml isi rumen
domba. Kondisi optimal terjadinya predasi adalah pH rumen sekitar 6,0 dan akan menurun
meningkatnya populasi jamur rumen setelah proses defaunasi,daya cerna serat kasar akan
meningkat secara nyata 6 – 10 unit/24 jam. Disamping itujumlah bakteri juga meningkat
apabila protozoa dihilangkan dari rumen sehingga padakondisi pakan dengan kandungan
protein rendah tapi kandungan enersi tinggi, diperolehkenaikan produksi wool serta bobot
digunakan untuk proses sintesis protein mikrobial. Meskipun demikian peningkatanlaju aliran
mikroba akibat meningkatnya jumlah bahan organik yang terfermentasi di dalam rumen. Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi antar mikroba rumen sangat kompleks dan
tidak menguntungkan bagi hewan inang. Protozoa denganpopulasi yang besar akan
mengurangi produktivitas ternak, melalui penurunan ratioantara asam amino dengan enersi
pada hasil pencernaan yang terserap. Hal inidisebabkan kehadiran protozoa dalam jumlah
besar akan mengurangi biomassa bakteridan juga jamur didalam rumen ternak yang diberi
pakan basal limbah pertanian ataudengan kadar serat kasar tinggi. Dalam kondisi ini laju
C. Digesta Rumen
Isi rumen kaya akan nutrisi, limbah ini sebenarnya sangat potensial bila dimanfaatkan
sebagai pakan ternak. Kandungan rumen sapi meliputi protein 8,86%, lemak 2,60%, serat
kasar 28,78%, kalsium 0,53%, phospor 0,55%, BETN 41,24%, abu 18,54%, air 10,92%. Isi
rumen dapat dimanfaatkan sebagai starter apabila diproses terlebih dahulu, mengingat
kandungan yang kaya akan mutrisi dan mikroorganisme. Starter isi rumen dapat
Komposisi gas didalam rumen kurang lebih terdiri dari 63-63,35 % CO2;26,76-2%
CH4; 7% N2 dan sedikit H2S, H2 dan O2. Karena kondisi anaerob didalam rumen
merupakan faktor yang sangat penting maka produksi CO2 pada proses fermentasi sangat
pengaruh tekanan permukaan terhadap perubahan populasi mikroba rumen. Namun demikian
kasus terjadinya kembung (bloat)adalah erat kaitannya dengan perubahan tekanan
permukaan. Pada umumnya tekanan osmotik isi rumen adalah hipotonik terhadap tekanan
osmosis darah, akan tetapi akan terjadi fluktuasi sebagai akibat mengkonsumsi
pakan.Osmolalitas isi rumen akan cenderung menjadi hipertonik pada saat beberapa jam
Fajar, A. P. 2013. Amonia Cairan Rumen, pH dan Urea Plasma Darah Kambing Kacang
Hendrawan S. Mikrobiologi Rumen. Bahan Kuliah Nutrisi Ruminansia Jurusan Nutrisi &
Hidratiningrum, N., Bata, M., dan Santosa, S. A. 2011. Produk Fermentasi Rumen dan
Produksi Protein Mikroba Sapi Lokal yang Diberi Pakan Jerami Amoniasi dan
Ismartoyo. 2011. IlmuNutrisiRuminansia. Buku Ajar, Jurusan Nutrisi dan Makan Ternak
Khasanah U. 2009. Identifikasi Ciliata di Dalam Rumen Sapi Brahman Cross, Peranakan
Ongole, Sumba Ongole dan Frisien Holstein Lampung. Skripsi. Program Studi
Biologi Fakultas Sains dan Tekhnologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Mayasari, I., Kusmartono, dan Marjuki. 2014. Pengaruh Penambahan Daun Tanaman Pohon
dalam Pakan Berbasis Ketela Pohon (Manihot Utilissima) terhadap Produksi Gas,
Konsentrasi N-NH3 dan Efisiensi Sintesis Protein Mikroba secara In-Vitro. Fakultas
Muhtarudin dan Liman. 2006. Penentuan Tingkat Penggunaan Mineral Organik Untuk
Menengah Kejuruan.
Prihartini1, I & Khusnul, K. 2011. Produksi Probiotik Rumen Berbasis Bakteri Lignichloritik
dan Aplikasinya pada Ternak Sapi Perah. Jurnal Gamma Volume 7, Nomor 1,
September 2011: 27 – 31.
Purbawati, E. 2014. Karakteristik Cairan Rumen, Jenis, dan Jumlah mikroba Dalam Rumen
Sapi Jawa dan Peranakan Ongole. Buletin Peternakan. Vol. 38(1) : 21-26.
Suwandi. 1997. Peranan Mikroba Rumen Pada Ternak Ruminansia. Lokakarya Fungsional
Uhi, H. T., dkk. 2005. Pengujian in Vitro Gelatin Sagu, Sumber NPN, Mineral Kobalt dan
Seng pada Cairan Rumen Domba. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 5(2): 53-57.