Pengelolaan Keuangan Negara Dan Daerah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

DEVI ASTRIANI

161502032
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH
Pegertian Keuangan Negara/Daerah
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
Definisi keuangan negara sebagaimana tersebut di atas berasal dari bunyi
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Namun,
pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara sebenarnya
berasal dari subjek, objek, proses, dan tujuan, sebagaimana diuraikan berikut ini:
1. Dari sisi objek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi semua hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan
kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
2. Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh objek
sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan
lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.
3. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari
perumusan

kebijakan

dan

pengambilan

keputusan

sampai

dengan

pertanggunggjawaban.
4. Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek
sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
negara.
Ruang Lingkup Keuangan Negara/Daerah
Keuangan negara meliputi:

1 | Akuntansi Pemerintahan

1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
2. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
3.
4.
5.
6.
7.

negara dan membayar tagihan pihak ketiga;


Penerimaan Negara;
Pengeluaran Negara;
Penerimaan Daerah;
Pengeluaran Daerah;
Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan

negara/ perusahaan daerah;


8. kekayaan pihak lain yang

dikuasai

oleh

pemerintah

dalam

rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;


9. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
Yang dimaksud dengan kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan
menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah meliputi kekayaan yang dikelola
oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di
lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.
Prinsip-prinsip Keuangan Negara adalah sebagai berikut:
1. Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan

memperhatikan

rasa

keadilan

dan

kepatutan.

Jelasnya,

setiap

penyelenggara negara wajib mengelola keuangan negara secara tertib, taat


pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Pengelolaan

dimaksud

mencakup

keseluruhan

kegiatan

perencanaan,

penguasaan, penggunaan, pengawasan, dan pertanggung-jawaban.


2. APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN setiap
tahun ditetapkan dengan undang-undang.
3. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap
tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
4. APBN/APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi.
5. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban
negara dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam
APBN.
2 | Akuntansi Pemerintahan

6. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban
daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam
APBD.
7. Surplus

penerimaan

negara/daerah

dapat

digunakan

untuk

membiayai

pengeluaran negara/daerah tahun anggaran berikutnya.


8. Penggunaan surplus penerimaan negara/daerah untuk membentuk dana
cadangan atau penyertaan pada Perusahaan Negara/Daerah harus memperoleh
persetujuan terlebih dahulu dari DPR/DPRD.
Fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi
yang dimiliki oleh APBN/APBD mengandung arti sebagai berikut:
1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan

mengandung

arti

bahwa

anggaran

negara

menjadi

pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan


negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk

memelihara

dan

mengupayakan

keseimbangan

fundamental

perekonomian.
Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara di Tangan Presiden
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan
pengelolaan Keuangan Negara dimaksud meliputi kewenangan yang bersifat umum
dan kewenangan yang bersifat khusus:
1. Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum,
strategi, dan prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman
pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan
3 | Akuntansi Pemerintahan

rencana kerja kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan,


serta pedoman pengelolaan Penerimaan Negara.
2. Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/kebijakan teknis yang
berkaitan dengan pengelolaan APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di
bidang

pengelolaan

APBN,

keputusan

rincian

APBN,

keputusan

dana

perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara.


Kekuasaan pengelolaan keuangan negara oleh Presiden:
1. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil
Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan.
2. Dikuasakan
kepada
menteri/pimpinan
lembaga
selaku

Pengguna

Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.


3. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan
daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
4. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain
mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.
Yang dimaksud dengan lembaga dalam frase kementerian negara/lembaga
adalah lembaga negara dan lembaga pemerintah nonkementerian negara. Di
lingkungan lembaga negara, yang dimaksud dengan pimpinan lembaga adalah
pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan lembaga yang
bersangkutan.
Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai
tujuan bernegara. Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk
mencapai tujuan bernegara dimaksud setiap tahun disusun APBN dan APBD.
Menteri Keuangan
Dalam penyelenggaraan kekuasaan pengelolaan keuangan negara oleh
Presiden tersebut, sebagian dikuasakan kepada : Menteri Keuangan, sebagai
pengelola fiskal dan wakil pemerintah pusat dalam hal kepemilikan kekayaan
negara yang dipisahkan. Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam
bidang keuangan bertindak selaku Chief Financial Officer (CFO), mempunyai tugas:
1.
2.
3.
4.
5.

Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;


Menyusun RAPBN dan Rancangan Perubahan APBN
Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran,
Melakukan perjanjian internasional dibidang keuangan,
Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dalam
UU;

4 | Akuntansi Pemerintahan

6. Melaksanakan fungsi bendahara umum negara


7. Menyusun laporan keuangan yang merupakan

pertanggunganjawaban

pelaksanaan APBN;
8. Melaksanakan tugas-tugas lain dibidang pengelolaan fiskal berdasarkan UU.
Sebagian kekuasaan itu diserahkan kepada Menteri Keuangan yang kemudian
berperan sebagai pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan negara
dalam kekayaan negara yang dipisahkan. Sebagian kekuasaan lainnya diberikan
kepada menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang
lembaga/kementrian yang dipimpinnya. Jika Presiden memiliki fungsi sebagai Chief
Executive Officer (CEO) maka Menteri Keuangan berperan dan berfungsi sebagai
Chief Financial Officer (CFO) sedangkan menteri/pimpinan lembaga berperan
sebagai Chief Operating Officers (COOs).
Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada
hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) yang berwenang dan bertanggung
jawab atas pengelolaan asset dan kewajiban negara secara nasional, sedangkan
para menteri dan pimpinan lembaga negara pada hakikatnya adalah Chief
Operational

Officer

(COO)

yang

berwenang

dan

bertanggung

jawab

atas

penyelenggaraan pemerintahan sesuai bidang tugas dan fungsi masing-masing.


Pemisahan fungsi seperti di atas dimaksudkan untuk membuat kejelasan dan
kepastian dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab. Sebelumnya fungsifungsi tersebut belum terbagi secara tegas sehingga seringkali terjadi tumpang
tindih

antar

lembaga.

Pemisahan

ini

juga

dilakukan

untuk

menegaskan

terlaksananya mekanisme checks and balances. Selain itu, dengan fokusnya fungsi
masing-masing

kementrian

atau

lembaga

diharapkan

dapat

meningkatkan

profesionalisme di dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah. Menteri


Keuangan dengan penegasan fungsi sebagai CFO akan memiliki fungsi-fungsi
antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengelolaan kebijakan fiskal;


Penganggaran;
Administrasi Perpajakan;
Administrasi Kepabeanan;
Perbendaharaan (Treasury);
Pengawasan Keuangan.
Pembagian kewenangan yang jelas, sebagaimana tampak dalam gambar

diatas, dalam pelaksanaan anggaran antara menteri keuangan dan menteri teknis
5 | Akuntansi Pemerintahan

tersebut diharapkan dapat memberikan jaminan terlaksananya mekanisme saling


uji (check and balance) dalam pelaksanaan pengeluaran negara dan jaminan atas
kejelasan akuntabilitas Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara dan
Menteri Teknis sebagai Pengguna Anggaran. Selain itu, pembagian kewenangan ini
akan memberikan fleksibilitas bagi menteri teknis, sebagai pengguna anggaran,
untuk mengatur penggunaan anggaran kementeriannya secara efisien dan efektif
dalam rangka optimalisasi kinerja kementeriannya untuk menghasilkan output yang
telah ditetapkan.
Pembagian kewenangan yang jelas tersebut berimplikasi pada perubahan
pelaksanaan dalam pembayaran atas beban APBN. Sebelum pengundangan UU
Nomor 1 Tahun 2004 kewenangan menteri teknis/kepala lembaga negara dalam
pelaksanaan pembayaran atas beban APBN terbatas pada aspek pembuatan
komitmen/perjanjian dalam rangka pengadaan barang/jasa serta pengujian dalam
rangka penerbitan SPP dan pembebanan anggaran atas transaksi yang terjadi
sesuai dengan Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang dimilikinya.
Tugas Menteri/Pimpinan Lembaga
Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menyusun

rancangan

anggaran

kementerian

negara/lembaga

yang

dipimpinnya;
2. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
3. Melaksanakan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
4. Melaksanakan
pemungutan
penerimaan
negara
bukan
pajak
menyetorkannya ke Kas Negara;
5. Mengelola piutang dan utang

negara

yang

menjadi

tanggung

dan
jawab

kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;


6. Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
7. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara/lembaga
yang dipimpinnya;
8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan
ketentuan undang-undang.
Yang dimaksud dengan piutang dan utang negara adalah sebagai berikut:

6 | Akuntansi Pemerintahan

1. Yang dimaksud dengan piutang adalah hak negara dalam rangka penerimaan
negara

bukan

pajak

yang

pemungutannya

menjadi

tanggung

jawab

kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.


2. Yang dimaksud dengan utang adalah kewajiban negara kepada pihak ketiga
dalam rangka pengadaan barang dan jasa yang pembayarannya merupakan
tanggung jawab kementerian negara/lembaga berkaitan sebagai unit pengguna
anggaran dan/atau kewajiban lainnya yang timbul berdasarkan undangundang/keputusan pengadilan.
Adapun penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah dalam rangka
akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, termasuk
prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran.
Gubernur/Bupati/Walikota
Sesuai dengan azas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan,
Presiden dalam pengelolaan keuangan negara menyerahkan kepada Gubernur,
Bupati/Walikota, selaku pengelola keuangan daerah, yang dilaksanakan oleh Kepala
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (KSKPKD), selaku pejabat pengelola APBD.
KSKPKD mempunyai tugas:
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD,
2. Menyusun RAPBD dan Rancangan Perubahan APBD,
3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Perda;
4. Melaksanakan fungsi Bendahara umum daerah,
5. Menyusun

laporan

keuangan

yang

merupakan

pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD.
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah:
1. Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku
pejabat pengelola APBD;
2. Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat
pengguna anggaran/barang daerah.
Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah mempunyai tugas sebagai berikut :
1. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;
2. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;

7 | Akuntansi Pemerintahan

3. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan


Peraturan Daerah;
4. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
5. menyusun
laporan
keuangan
yang
merupakan

pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD.
Kepala

satuan

kerja

perangkat

daerah

selaku

pejabat

pengguna

anggaran/barang daerah mempunyai tugas sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.
5.

Menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;


Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja

perangkat daerah yang dipimpinnya;


6. Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan
kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
7. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah
yang dipimpinnya.
Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud adalah dalam rangka
akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan daerah, termasuk
prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran.
Penyusunan dan Penetapan APBN
Pengertian APBN
APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap
tahun dengan Undang-Undang. APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran
belanja, dan pembiayaan. Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak,
penerimaan bukan pajak, dan hibah. Dalam pungutan perpajakan tersebut
termasuk pungutan bea masuk dan cukai.
Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah. Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis
belanja, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan susunan
kementerian negara/lembaga pemerintahan pusat.
2. Rincian belanja negara menurut fungsi antara lain terdiri dari pelayanan umum,
pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan

8 | Akuntansi Pemerintahan

dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan


perlindungan sosial.
3. Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri
dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
Penyusunan APBN
APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan
negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Dalam menyusun
APBN dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan
dalam

tahun

anggaran

yang

bersangkutan.

Penyusunan

Rancangan

APBN

sebagaimana dimaksud berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah dalam


rangka

mewujudkan

tercapainya

tujuan

bernegara.

Dalam

hal

anggaran

diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit


tersebut dalam Undang-undang tentang APBN. Defisit anggaran dimaksud dibatasi
maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto. Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60%
dari Produk Domestik Bruto.
Dalam

hal

anggaran

diperkirakan

surplus,

Pemerintah

Pusat

dapat

mengajukan rencana penggunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan


Rakyat.

Penggunaan

surplus

anggaran

perlu

mempertimbangkan

prinsip

pertanggungjawaban antargenerasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk


pengurangan utang, pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.
Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal
Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka
ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat
selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan. Pemerintah Pusat dan
Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok
kebijakan

fiskal

yang

diajukan

oleh

Pemerintah

Pusat

dalam

pembicaraan

pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.


Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal,
Pemerintah Pusat bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum
dan

prioritas

anggaran

untuk

dijadikan

acuan

negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.

9 | Akuntansi Pemerintahan

bagi

setiap

kementerian

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga


Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga
selaku

pengguna anggaran/pengguna barang menyusun

rencana kerja dan

anggaran kementerian negara/lembaga (RKA-K/L) tahun berikutnya. Rencana kerja


dan anggaran sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan prestasi kerja yang
akan dicapai. Rencana kerja dan anggaran disertai dengan prakiraan belanja untuk
tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun. Rencana kerja dan
anggaran disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan rancangan APBN.
Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri
Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN
tahun berikutnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah. Saat artikel ini
terakhir disunting, Peraturan Pemerintah yang berlaku adalah Peraturan Pemerintah
Nomor 90 Tahun 2010.
Pembentukan Undang-Undang APBN
Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN,
disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada Dewan
Perwakilan Rakyat pada bulan Agustus tahun sebelumnya. Pembahasan Rancangan
Undang-undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan undang-undang yang
mengatur susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat. Dewan Perwakilan
Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan
dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN.
Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan
Undang-undang tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 bulan sebelum
tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. Perubahan Rancangan Undangundang tentang APBN dapat diusulkan oleh DPR sepanjang tidak mengakibatkan
peningkatan defisit anggaran.
APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak
menyetujui Rancangan Undang-undang sebagaimana dimaksud, Pemerintah Pusat

10 | A k u n t a n s i P e m e r i n t a h a n

dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun


anggaran sebelumnya.
Penyusunan dan Penetapan APBD
Pengertian APBD
APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan
setiap tahun dengan Peraturan Daerah. APBD terdiri atas anggaran pendapatan,
anggaran belanja, dan pembiayaan. Pendapatan daerah berasal dari pendapatan
asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.
Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja, dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. Rincian belanja daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan
perangkat daerah/lembaga teknis daerah.
2. Rincian belanja daerah menurut fungsi antara lain terdiri dari pelayanan umum,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas
umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, serta perlindungan
sosial.
3. Rincian belanja daerah menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri
dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, dan
bantuan sosial.
Penyusunan APBD
APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan pendapatan daerah. Artinya, dalam menyusun APBD dimaksud,
diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun
anggaran yang bersangkutan.
Penyusunan Rancangan APBD sebagaimana dimaksud berpedoman kepada
rencana kerja Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan
bernegara.
Dalam

hal

anggaran

diperkirakan

defisit,

ditetapkan

sumber-sumber

pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD.
Defisit anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari Produk Regional Bruto daerah
yang bersangkutan. Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Regional
Bruto daerah yang bersangkutan.

11 | A k u n t a n s i P e m e r i n t a h a n

Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan penggunaan surplus


tersebut dalam Peraturan Daerah tentang APBD. Penggunaan surplus anggaran
perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antargenerasi, sehingga
penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang, pembentukan cadangan,
dan peningkatan jaminan sosial.
Kebijakan Umum APBD
Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran
berikutnya sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, sebagai landasan
penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan Juni tahun
berjalan. DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan oleh Pemerintah
Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.
Berdasarkan

kebijakan

umum

APBD

yang

telah

disepakati

dengan

DPRD,

Pemerintah Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah membahas prioritas


dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah.
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
Dalam rangka penyusunan RAPBD, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
selaku pengguna anggaran menyusun rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKA-SKPD) tahun berikutnya. RKA-SKPD disusun dengan
pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
RKA-SKPD disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah
tahun anggaran yang sudah disusun. RKA-SKPD disampaikan kepada DPRD untuk
dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan rencana kerja
dan anggaran disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai
bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahun berikutnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan RKA-SKPD diatur dengan Peraturan
Daerah.
Pembentukan Peraturan Daerah Tentang APBD
Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD,
disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada
minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya. Pembahasan Rancangan

12 | A k u n t a n s i P e m e r i n t a h a n

Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan sesuai dengan undang-undang yang


mengatur susunan dan kedudukan DPRD.
DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah
penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.
Perubahan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dapat diusulkan oleh DPRD
sepanjang

tidak

mengakibatkan

peningkatan

defisit

anggaran.

Pengambilan

keputusan oleh DPRD mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD


dilakukan

selambat-lambatnya

satu

bulan

sebelum

tahun

anggaran

yang

bersangkutan dilaksanakan.
APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan
Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud, untuk membiayai keperluan setiap bulan
Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar
angka APBD tahun anggaran sebelumnya.
Pertanggungjawaban Keuangan Negara/Daerah
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN
Presiden

menyampaikan

rancangan

undang-undang

tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan


yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 bulan
setelah tahun anggaran berakhir. Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
diselesaikan selambat-lambatnya 2 bulan setelah menerima laporan keuangan dari
Pemerintah Pusat.
Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi
APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang
dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. Laporan
Realisasi Anggaran selain menyajikan realisasi pendapatan dan belanja, juga
menjelaskan prestasi kerja setiap kementerian negara/lembaga.
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Gubernur/Bupati/Walikota

menyampaikan

rancangan

peraturan

daerah

tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan


keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambatlambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Pemeriksaan laporan keuangan

13 | A k u n t a n s i P e m e r i n t a h a n

oleh Badan Pemeriksa Keuangan diselesaikan selambat-lambatnya 2 bulan setelah


menerima laporan keuangan dari Pemerintah Daerah.
Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi
APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang
dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah. Laporan Realisasi Anggaran
selain menyajikan realisasi pendapatan dan belanja, juga menjelaskan prestasi kerja
satuan kerja perangkat daerah.

Pengawasan Keuangan Negara/Daerah


Pengawasan keuangan negara dan daerah merupakan bagian integral dari
pengelolaan keuangan negara dan daerah. Menurut Baswir. Manajemen keuangan
daerah dalam Halim A. (2004: 307-308), bahwa berdasarkan pengertiannya
pengawasan keuangan negara dan daerah pada dasarnya mencakup segala
tindakan untuk menjamin agar pengelolaan keuangan negara dan daerah berjalan
sesuai dengan rencaa, ketentuan dan undang-undang yang berlaku. Sedangkan
berdasarkan obyeknya, pengawasan APBN / APBD, pengawasan BUMN / BUMD,
maupun pengawsan barang-barang milik negara dan daerah lainnya.
Pengawasan

bukan

tahap

tersendiri

dari

daur

anggaran

walaupun

pengawasan sebagian besar berkaitan dengan pengawasan anggaran, namun


pengawasan sesungguhnya merupakan bagian yang penting dari pengurusan
keuangan negara dan daerah secara keseluruhan. Oleh karena itu bila dikaitkan
dengan

daur

anggaran,

maka

pengawasan

keuangan

meliputi

tahap

penyusunannya, tahap pelaksanaannya, maupun tahap pertanggung jawabannya,


Dengan kata lain pengawasan anggaran sudah harus dimulai sejak tahap
penyusunannya dan baru berakhir pada tahap pertanggung jawaban.
Pengawasan keuangan negara dan daerah menurut ruang lingkupnya dibedakan
menurut jenis, yaitu:
1. Pengawasan intern, dapat dibedakan menjadi dua:
a. Pengawasan intern dalam arti sempit, adalah pengawasan yang dilakukan
oleh pengawas dimana pejabat yang diawasi itu dengan aparat pengawas
sama-sama bernaung dalam pimpinan seorang menteri atau ketua lembaga
negara. Lembaga yang bertugas melakukan pengawasan dalam arti sempit
14 | A k u n t a n s i P e m e r i n t a h a n

ini adalah inspektorat jenderal departemen (IRJENDEP), inspektorat wilayah


propinsi (ITWILPROP), inspektorat wilayah daerah kabupaten (ITWILKAB),
inspektorat wilayah daerah kota (ITWILKOT).
b. Pengawasan intern dalam arti luas, pada

dasarnya

sama

dengan

pengawasan intern dalam arti sempit, perbedaan pokoknya hanya terletak


pada adanya korelasi lansung pengawas dan pejabat yang diawasi, dalam
arti pengawas yang melakukan pengawasan tidak bernaung dalam satu
departemen atau lembaga negara tetapi masih dalam struktur organisasi
pemerintahan. Fungsi pengawasan dalam arti luas ini diselenggarakan oleh
badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BPK) dan inspektorat
jenderal pembangunan (IRJENDBANG).
2. Pengawasan ekstern, adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh
suatu unit pengawasan yang berada dalam organisasi yang diawasi dan tidak
mempunyai hubungan kedinasan. Secara operasional, tugas pengawasan
internal dilakukan oleh BPK, Disamping itu dikenal pula pengawasan legeslatif
yang mempunyai arti adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh
DPR, DPRD tingkat I dan tingkat II terhadap kebijakan dan pelaksanaan tugastugas umum pemerintahan dan pembangunan. Bentuk pengawasan yang masih
termasuk pengawasan eksternal adalah pengawasan masyarakat, yaitu suatu
bentuk pengawasan yang dilakukan oleh warga masyarakat yang disampaikan
secara lisan atau tulisan kepada aparatur pemerintahan yang berkepentingan.
Merujuk pada pengertian pengawasan dan pengertian keuangan daerah yang
dikemukakan, maka pengawasan keuangan daerah dapat diartikan sebagai segala
kegiatan dan tindakan yang dilakukan untuk menjamin agar pengaturan dan
pengelolaan segala hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang
dalam bentuk APBD, dapat dilakukan tidak menyimpang dari rencana yang
digariskan untuk mencapai tujuan. Artinya pengawasan keuangan daerah dapat
menjamin kesesuaian pengelolaan APBD dengan rencana dan tujuan yang telah
ditetapkan.

15 | A k u n t a n s i P e m e r i n t a h a n

Anda mungkin juga menyukai