LAPORAN KASUS Missed Abortion
LAPORAN KASUS Missed Abortion
LAPORAN KASUS Missed Abortion
MISSED ABORTION
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepanitraan Klinik
Stase Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Tugurejo Semarang
Pembimbing :
dr. Diana H, SpOG
Di susun Oleh :
EKO BUDHIARTI
H2A010014
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil,
yang dilaporkan dapat hidup diluar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram
waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat
badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari
20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan.
Abortus buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan.
Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.
Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%.
Missed abortion merupakan salah satu bagian dari abortus spontan. Missed
abortion yaitu keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi
tertanam di dalam rahim selama beberapa minggu (8 minggu atau lebih) setelah
janin mati (tidak dikeluarkan). Penyebab dari missed abortion belum diketahui
secara pasti namun diduga salah satunya karena ada pengaruh dari hormone
progesteron. Progesteron merupakan suatu hormon yang diproduksi di dalam
ovarium, disekresikan oleh korpus luteum. Hormon ini adalah hormon utama
selama kehamilan yang digunakan untuk implantasi. Kekurangan progesterone
dapat sangat berpengaruh pada seseorang, antara lain terganggunya siklus
menstruasi, tidak terjadinya ovulasi; meningkatnya stress dan rasa tidak nyaman
selama kehamilan, terutama pada trimester I; keringnya mukosa vagina;
meningkatkan risiko keguguran. Peyebab dari kekurangan progesterone sendiri
antara lain adalah stress, diet, kontrasepsi, dan lingkungan.
Untuk memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin diperlukan pemeriksaan kehamilan (Antenatal care
[ANC]) yang rutin dilakukan. Jadwal kunjungan ANC sebaiknya dilakukan 4 kali
selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester pertama (sebelum 14 minggu),
satu kali pada trimester ke dua (antara minggu 14-28), dan dua kali pada trimester
2
ke tiga (antara minggu 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36). Pelayanan
standar pada ANC adalah 7T, a) (Timbang) berat badan, b) Ukur (Tekanan)
darah, c) Ukur (Tinggi) fundus uteri, d) Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid), e)
Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan, f) Tes terhadap
penyakit menular sexual, g) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
BAB II
KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Alamat
: Ny. MR
: 40 tahun
: Perempuan
: Islam
: wiraswasta
: SMA
: Jalan Ringintelu RT 04 RW 01 Kel. Kalipancur
Tanggal masuk
No. CM
Biaya pengobatan
Nama Suami
: Tn. H
Umur
: 45 th
Alamat
Agama
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan Terakhir
: SMA
II. ANAMNESIS
hamil, perut pasien tidak terasa membesar dan tidak ada keluhan. Nyeri
perut (-). pasien baru mengetahui hamil setelah periksa di poli kandungan
RSUD tugurejo dan didapatkan janin dalam kandungan sudah tidak ada.
Riwayat jatuh disangkal.
Riwayat aktifitas berat disangkal.
Riwayat haid :
Menarche pada usia 12 tahun
Lama haid : 7 hari
Nyeri Haid : tidak ada.
HPHT : lupa
HPL
:-
Riwayat nikah :
Pasien menikah 1 kali dengan suami yang sekarang selama 12 tahun
Riwayat obstetri : G4P3A0
1. 2004, Laki-laki, berat badan lahir 3100 gram, lahir spontan, ditolong
oleh bidan, cukup bulan, usia anak sekarang 11 tahun, sehat.
2. 2010, Perempuan, berat badan lahir 2700 gram, lahir spontan, ditolong
oleh dr.Sp.OG, letak sungsang,cukup bulan, usia anak sekarang 5
tahun, sehat.
3. 2012, Laki-laki, berat badan lahir 2900 gram, lahir spontan, ditolong
: disangkal.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
diakui
(pasien
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
Riwayat Alergi
: disangkal
III.
Riwayat Pribadi
-
Merokok
: disangkal
Minum jamu
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Vital sign
TD
: 100/70 mmHg
Nadi
RR
: 20 x/ menit
Suhu
: 36 0C
BB
: 50 kg
TB
: 155 cm
BMI
: 20,81 kg/m2
Kesan
Status internus :
-
Hidung : simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-),
septum di tengah, concha hiperemis (-/-).
Mulut : sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-),
faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1).
Thoraks :
Cor :
Inspeksi
Palpasi
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
(-)
-
Ekstremitas
Edema
Akral dingin
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Superior
-/-/+N/+N
-/-
Status Gynekologi
-
VT
Inferior
-/-/+N/+N
-/-
IV.
V/U/V
Portio
OUE
: tertutup
Cavum douglas
Parametrium adnexa
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
USG:
-
Tampak uterus ukuran 10,52 x 7,22 x 9,28 cm, kontur dan tekstur dalam
batas normal.
Tampak janin I intrauterine FM (-), FHM (-), FHR (-), CRL 11 W 1 d
V. DIAGNOSIS
G4P3A0, 40 tahun
Hamil 11 minggu
Missed Abortion
VI.
PENATALAKSANAAN
a. Sikap :
- Pertahankan dan tingkatkan KU
- Diet biasa
- Rencana Program kuretase tanggal 8 januari 2015
- Ijin tindakan (informed consent)
8
VII.
Konsul anestesi
Pengawasan KU, TV
b. Pengobatan pasca kuretase
Infus RL 20 tpm
Amoxicillin 3x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Vit Bc/C/Sf tablet 1x1
Diet biasa
Pengawasan KU, TV, BAK, BAB
PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal /
Perjalanan penyakit
jam
Selasa
Keluhan :
06-01-2015
10.30
Pengobatan
-
Infus RL 20 tpm
misoprostol tablet
2x1
Di anjurkan ibu
untuk istirahat
Diet biasa
Rencana kuretase
tanggal 08-01-2015
Pengawasan KU,
Diagnosis :
G4P3A0, 40 tahun.
9
Hamil 11 minggu
Missed Abortion
Rabu
07-01-2015
lahir berkurang
KU : baik, composmentis
TV : TD : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Frek. napas : 20 x/mnt
Suhu : 370C
Mata : conj. palpebra anemis -/Thorax : cor/pulmo dbn
Abdomen : datar, nyeri tekan (-),
06.00
Terapi lanjut
Infuse RL 20 tpm
(habisaff)
Amoxicillin
3x500mg
Asam mefenamat
3x500mg
Vitamin BC/C/SF
2x1
pengawasan KU, TV,
BAK, BAB.
edema (-/-)
Fluxus : (-)
Fluor : (-)
V/u/v : tak ada kelainan
Portio : ukuran jempol kaki
Cut
: ukuran telur bebek
AP
: tak ada kelainan
CD
: tak ada kelainan
BAK : (+)
BAB : (+)
Diagnosis :
P3A1, 40 tahun
Pasca curetase a/i missed abortion
VIII. LAPORAN OPERASI
Diagnosis Pre operatif
Diagnosis Post operatif
: Kuretase
Tanggal Operasi
Lama Operasi
: 10 menit
Langkah-langkah operasi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ABORTUS
1. DEFINISI
Pengguguran kandungan atau aborsi atau abortus menurut:
a. Medis : abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun
sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20
minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir
atau berat janin kurang dari 500 gram ( Obstetri Williams, 2006).
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia : terjadi keguguran janin, melakukan
abortus (dengan sengaja karena tidak menginginkan bakal bayi yang
dikandung itu).
c. Keguguran adalah pegeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan (Rustam Muchtar, 1998).
d. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin
yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan,
mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena
jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500
gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari
20 minggu (Sarwono, 2005).
2. ETIOLOGI
12
3.
misalnya
adhesi
intrauterin
dan
sindrom
abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat
yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis
cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil
konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau
diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan
pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam
cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis
atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering
menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan
minggu ke 14 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan
keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta
masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi
uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan
umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari
penjelasan di
15
2.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC,
Wenstrom KD. Uterine Leiomyomas. In : Williams Obstetrics. 22nd edition.
Mc Graw-Hill. New York : 2005.
2. Bagian obstetric dan ginekologi FK UNPAD. Abortus dlam: Obstetric
patologi. Bandung. p: 7-17
3. Medical mini notes. Abortus dalam obstetric. 2014. p: 61-3
4. Manuaba, IBG. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC.2007.
22