Debu
Debu
Debu
pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM pada
umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan
bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya.
Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat
dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di
udara. Beberapa istilah digunakan dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara
seperti : Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack smake.
Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan dimana partikulat debu
dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic particulate yang terutama mengedap disaluran
pernafasan bagian bawah, yaitu dibawah pangkal tenggorokan (larynx ). Istilah lainnya yang juga
digunakan adalah PM-10 (partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik <10 mikron),
yang mengacu pada unsur fisiologi maupun metode pengambilan sampel.
Partikel debu yang dapat dihirup berukuran 0,1 sampai 10 mikron,
5-10 mikron
3-5 mikron
1-3 mikron
< 1 mikron
0,1-0,5 mikron
bila terhisap akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas
tertahan dan tertimbun pada saluran napas tengah.
disebut debu respirabel merupakan yang paling berbahaya karena tertahan
dan tertimbun mulai dari bionkiolus terminalis sampai alveoli
tidak mudah mengendap di alveoli
berdifusi dengan gerak Brown keluar masuk alveoli; bila membentur
alveoli ia dapat tertimbun di situ
Bayangkan Dengan menarik nafas, udara yang mengandung debu masuk kedalam paruparu . Apa yang akan terjadi dengan debu itu , tentu sangat tergantung pada besarnya ukuran
debu yang masuk. Debu-debu berukuran diantara 5-10 mikron masih mending karna akan
ditahan oleh saluran pernafasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron mungkin
akan di tahan oleh bagian tengah saluran pernafasan .
Meskipun batas debu respirabel adalah 5 mikron, tetapi debu dengan ukuran 5-10 mikron
dengan kadar berbeda dapat masuk ke dalam alveoli. Debu yang berukuran lebih dari 5 mikron
akan dikeluarkan semuanya bila jumlahnya kurang dari 10 partikel per miimeter kubik udara.
Bila jumlahnya 1.000 partikel per milimeter kubik udara, maka 10% dari jumlah itu akan
ditimbun dalam paru. Debu yang nonfibrogenik adalah debu yang tidak menimbulkan reaksi
jaring paru, contohnya adalah debu besi, kapur, timah. Debu ini dulu dianggap udak merusak
paru disebut debu inert. Belakangan diketahui bahwa tidak ada debu yang benar-benar inert.
Dalam dosis besar, semua debu bersifat merangsang dan dapat menimbulkan reaksi walaupun
ringan. Reaksi itu berupa produksi lendir berlebihan; bila m terus berlangsung dapat terjadi
hiperplasi kelenjar mukus. Jaringan paru juga dapat berubah dengan terbentuknya jaringan ikat
retikulin. Penyakit paru ini disebut pneumokoniosis nonkolagen Debu fibrogenik dapat
menimbulkan reaksi jaringan paru sehingga terbentuk jaringan parut (fibrosis). Penyakit ini
disebut pneumokoniosis kolagen. Termasuk jenis ini adalah debu silika bebas, batubara dan
asbes
B. REAKSI PARU TERHADAP DEBU
Debu yang masuk ke dalam saluan napas, menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme
pertahanan nonspesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport mukosilier dan fagositosis oleh
makrofag Otot polos di sekitar jalan napas dapat terangsang sehingga menimbulkan penyempitan.
Keadaan ini terjadi biasanya bila kadar debu melebihi nilai ambang batas .
Sistem mukosilier juga mengalami gangguan dan menyebabkan produksi lendir
bertambah. Bila lendir makin banyak atau mekanisme pengeluarannya tidak sempurna terjadi
obstruksi saluran napas sehingga resistensi jalan napas meningkat Partikel debu yang masuk ke
dalam alveoli akan membentuk fokus dan berkumpul di bagian awal saluran limfe paru. Debu ini
akan difagositosis oleh makrofag. Debu yang bersifat toksik terhadap makrofag seperti silika
bebas menyebabkan terjadinya autolisis. Makrofag yang lisis bersama silika bebas merangsang
terbentuknya makrofag baru. Makrofag baru memfagositosis silika bebas tadi sehingga terjadi
lagi autolisis, keadaan ini terjadi berulang-ulang. Pembentukan dan destruksi makrofag yang
terus menerus berperan penting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin
pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu pada dinding alveoli
dan jaringan interstisial. Akibat fibrosis paru menjadi kaku, menimbulkan gangguan
pengembangan paru yalta kelainan fungsi paru yang restriktif
C. SUMBER
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh
angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran yang tidak sempurna dari
bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan murni atau bercampur dengan gas-gas
organik seperti halnya penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik. Partikulat
debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna sehingga
terbentuk aerosol kompleks dari butir-butiran tar. Dibandingkan dengan pembakaraan batu bara,
pembakaran minyak dan gas pada umunya menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan
kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu. Demikian juga
pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber SPM yang cukup
penting. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat
menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan
bermotor.
jaringan, yang jenis dan lokasinya bervariasi, tergantung kepada jenis debunya. Penyakit yang
yang terjadi di antara sejumlah pekerja tambang. Keadaan ini menyebabkan timbulnya
pengaturan terhadap keadaan kerja.). Pengendalian debu adalah penekanan partikel padat dengan
diameter kurang dari 500 mikrometer. Pelanggaran kendali debu paling sering terjadi di
pembangunan perumahan baru di daerah perkotaan. Inhalasi merupakan satu-satunya rute
pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau
demikian ada juga beberapa senjawa lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti timah
hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui rute lain. Pengaruh
partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada
ukurannya. Ukuran partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada diudara sangat
tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu
yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron.
Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat
langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa
ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat
yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi.
Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang
terdapat di udara juga. Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin
akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata
(Visibility) Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di udara
merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar hanya
mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara
Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi reaksi
sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung
di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama
yang besaral dari makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat
pada partikulat patut mendapat perhatian .
F. PENGENDALIAN
1.
2.
3.
4.
5.
Masker debu
BAB II
keluar dan terdispersi ke udara bersama sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina,
oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2
sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera
tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah
banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk
seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang
disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati.
Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti
dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis
ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan
dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya
juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit
saluran pernapasan lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja
akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data
kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk
pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu waktu diperlukan.
2. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat
asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang
paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri
yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain
sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan
batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar /
melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam
dahak tersebut.
3. Penyakit Bisinosis
penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran
debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas
atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan
pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti
tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya. Masa inkubasi penyakit
bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak
napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap
minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan
beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam
saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau
berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin
juga disertai dengan emphysema.
4. Penyakit Antrakosis
penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu
batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada
pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada
tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler
pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara. Masa inkubasi penyakit ini antara 2 4
tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya,
penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara
terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan
penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit
antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan
penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu
yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis
menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya
kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis
yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan
silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit
tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya.
5. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida,
sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang
disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan
pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit
beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran
berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada
pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat)
dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed
berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun
setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun
setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut,
penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat
badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu
dilaksanakan terus menerus.
PENGELOLAANNYA
Menambah Alat Bantu. Untuk melengkapi cara penaggulangan pencemaran lingkungan secara
teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran. Alat
bantu yang digunakan tergantung pada keadaan dan macam kegiatan. Beberapa alat bantu yang
digunakan untuk mengurangi atau menanggulangi pencemaran lingkungan antara lain adalah:
1.
Filter Udara, Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack,
agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar
dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau
sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru.
Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari proses
industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain
2.
sebagainya.
Pengendap Siklon. Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu
yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja
pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja
dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif berat akan
jatuh ke bawah. Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara
5 u 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan. Bentuk
3.
4.
5.
6.
terhembus keluar.
Kipas angin boleh dipakai.
BAB III
MENGATASI ALERGI DEBU RUMAH
Debu yang ada dalam lingkungan rumah dan terhirup pada waktu menarik napas sering
merupakan sumber penyakit alergi. Seseorang dengan bakat alergi bila terpapar debu rumah,
berulang kali dapat membentuk antibodi yang dapat menimbulkan reaksi alergi. Pada orang yang
tidak mempunyai bakat alergi, tidak akan menimbulkan reaksi alergi bila terpapar oleh debu
rumah.
Debu rumah?
Debu rumah mengandung berbagai bahan seperti serat kain, serat kapuk, jamur, sisa
makanan, rambut, bulu hewan, tungau, dan sebagainya. Tungau merupakan komponen debu
rumah yang paling penting karena paling sering menyebabkan alergi. Tungau merupakan
binatang yang sangat kecil seperti kutu dan tidak tampak oleh mata. Tungau hidup dari serpihan
kulit manusia dan biasanya tungau ini terdapat pada kasur dan bantal, terutama yang terbuat dari
kapuk. Bahan pengisi bantal, kasur, kursi, mainan dan buku-buku yang sudah lama, korden,
karpet, selimut, dan sebagainya merupakan tempat mengumpulnya debu rumah. Pada orang yang
alergi terhadap debu rumah, biasanya gejala akan muncul bila terpapar oleh debu rumah tersebut.
Gejalanya berupa bersin-bersin, buntu hidung, hidung berair dan rasa gatal pada hidung. Kadang
rasa gatal dapat dirasakan pada mata ataupun langit-langit mulut.
CARA MENGHINDARI
Penderita yang alergi terhadap debu rumah sebenarnya tidak perlu merasa bingung karena debu
rumah masih dapat dihindari. Berikut ini akan disampaikan beberapa cara menghindari debu
rumah.
1.
Ventilasi ruangan dan sinar matahari. Rumah sebaiknya mempunyai jendela yang cukup
untuk ventilasi ruangan sehingga ruangan tetap segar, tidak pengap maupun lembab.
Ventilasi yang kurang baik akan menyebabkan debu mudah menumpuk serta udara lembab
menyebabkan tungau, jamur mudah berkembang biak. Diusahakan agar sinar matahari dapat
2.
ke seluruh bagian rumah. Sebaiknya membersihkan lantai dilakukan dengan cara mengepel
langsung dengan menggunakan pel basah. Pengepelan lantai dapat dilakukan berulang kali,
yaitu pertama untuk membersihkan kotoran yang kasar, selanjutnya diulangi sehingga lantai
menjadi bersih. Hal ini sama dikerjakan bila kita akan membersihkan perabot rumah tangga
3.
4.
5.
6.
7.
tidak beterbangan.
Hindari tumpukan buku-buku, pemakaian kelambu, korden yang tebal, mainan yang terbuat
dari bulu, binatang yang dikeringkan, dan selimut wool/lorek. Semua bahan ini merupakan
8.
BAB IV
DUST COLLECTOR
Hindari menyedot permukaan yang belum kering benar. Karena butiran air yang lembab
akan tersedot dan terjadi kelembaban di bagian mesin yang bisa berakibat terjadinya korosi.
2.
Ganti kantong penampung debu paling tidak sebulan sekali, terutama bila memiliki hewan
peliharaan dirumah. Debu dan bakteri yang terhisap akan menjadi sarang penyakit. Bahkan,
bakteri itu pun dapat terhirup melalui udara saat membersihkan rumah. Hal ini dimungkinkan
karena debu dan bakteri tersebut berjalan dari kantong penampung menuju sistem penyaring
pada mesin yang dikembalikan ke udara.
3.
4.
Gantilah tali putaran mesin vacuum cleaner setiap tiga bulan sekali dan jangan menunggu
hingga tali putus agar mesin dapat terus bekerja secara sempurna. Bersihkan tali dari debu
dengan menggunakan kain. Jangan gunakan air karena dapat mengkerut.
5.
Matikan segera vacuum cleaner bila tiba-tiba mesin terasa terlalu panas atau ada suara
aneh pada mesin. Periksalah bagian dalamnya, karena mungkin ada sesuatu yang
terperangkap di dalam selang.
6.
Bersihkan selalu vacuum cleaner tiap kali selesai menggunakan. Agar saat akan
digunakan kembali, dapat bekerja dengan baik
7.
Simpanlah vacuum cleaner di tempat yang kering dan tidak lembab serta jauhkan dari
matahari untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan.