BAB I1 Referat Fix
BAB I1 Referat Fix
BAB I1 Referat Fix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal jantung merupakan kelainan multisistem dimana terjadi gangguan
pada jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta
perubahan neurohormonal yang kompleks. Kematian akibat penyakit
kardiovaskuler khususnya gagal jantung adalah 27%. Sekitar 3- 20 per 1000
orang mengalami gagal jantung, angka kejadian gagal jantung meningkat
seiring pertambahan usia ( 100 per 1000 orang pada usia di atas 60 tahun. Dari
penelitian framingham pada tahun 2000 menunjukkan angka kematian dalam 5
tahun terakhir sebesar 62% pada pria dan 42% wanita, berdasarkan data dari
amerika terdapat 3 juta gagal jantung dan setiap tahunnya bertambah dengan
400.000 orang, sedangkan untuk di insonesia angka kejadian gagal jantung
menyebabkan kematian nomor satu. Padahal sebelumnya menduduki peringkat
ketiga. 4
Gagal jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat
dihindari dan yang tidak dapat dihindari. Faktor-faktor penyebab gagal jantung
diantaranya adalah kebiasaan merokok, diabetes, hipertensi, kolesterol,
kelebihan berat badan hingga stres. Ada tiga faktor lainnya yang tidak dapat
dihindari oleh manusia yakni faktor keturunan dan latar belakang keluarga,
faktor usia dan jenis kelamin. Yang banyak ditemui pada kasus kegagalan
jantung. Selain hipertensi , penyebab gagal jantung adalah otot jantung,
aterosklerosis dan peradangan pada miokardium. Sesuai dengan pernyataan
bahwa aritmia, mengkonsumsi obat-obatan yang berlebihan, mengkonsumsi
alkohol, sepsis, hipertiroid, gagal ginjal dan emboli paru.
Gagal jantung menjadi masalah utama di bidang kardiologi yang
mempunyai prevalensi paling tinggi dalam masyarakat dan berperan besar
terhadap mortalitas dan morbiditas. Insiden CHF terkait perubahan pola dan
gaya hidup. Sehingga angka kejadian CHF terus meningkat setiap tahunnya.1
B. Tujuan
Tujuan penyusunan referat ini untuk memberikan penjelasan tentang
penatalaksanaan pada gagal ginjal.
C. Manfaat
1. Memberi informasi tentang gagal jantung
2. Memberi informasi penatalaksanaan pada penyakit gagal jantung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atrium
dipisahkan
oleh
sekat
antar
atrium
(septum
2. Katup-Katup Jantung
Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang
memisahkan keduanya yaitu katup trikuspidalis sedangkan atrium kiri dan
ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup
mitral/bikuspidalis. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat
terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
1) Katup Trikuspid
3) Katup bikuspid
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal
aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi
sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan
menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, segingga mencegah darah
masuk kembali kedalam ventrikel kiri. Jantung adalah salah satu organ
tubuh vital. Jantung kiri berfungsi memompa darah kaya oksigen ke
seluruh tubuh sedangkan jantung kanan menampung darah kaya CO2
yang kemudian dialirkan ke paru-paru untuk dibersihkan.
sama
jantung juga
harus
memompakan
darah
yang
a. Beban tekanan
b. Beban volume
c. Tamponade jantung atau konstriksi perikard (jantung tidak dapat
diastole)
d. Obstruksi pengisian ventrikel
e. Aneurisma ventrikel
f. Disinergi ventrikel
g. Retriksi endokardial atau miokardial
2. Abnormalitas otot jantung
a. Primer (kardiomiopati, miokarditis metabolik (DM,gangguan
ginjal kronik, anemia) toksin atau sitostatika)
b. Sekunder
(iskemia,
penyakit
sistemik,
penyakit
infiltrat,
korpulmonal
3. Gangguan irama jantung atau gangguan konduksi
d) NYHA kelas IV, penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun
tanpa menimbulkan keluhan. Waktu istirahat juga dapat menimbulkan
gejala-gejala insufisiensi jantung, yang bertambah apabila mereka
melakukan kegiatan fisik meskipun sangat ringan (Barbara, 2005).
maka
akan
semakin besar
kemungkinan menderita
gagal
jantung karena kekuatan pembuluh darah tidak seelastis saat muda dan juga
timbulnya penyakit jantung yang lain pada usia lanjut yang merupakan
faktor resiko gagal jantung. Menurut penelitian Siagian di Rumah Sakit Haji
Adam Malik (2009) proporsi penderita gagal jantung semakin meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia yaitu 9,6% pada usia 15 tahun, 14,8%
pada usia 16-40 tahun dan 75,6% pada usia > 40tahun.
2. Jenis kelamin
Pada umumnya laki-laki lebih beresiko terkena gagal jantung daripada
perempuan. Hal ini disebabkan karena perempuan mempunyai hormon
estrogen yang berpengaruh terhadap bagaimana tubuh menghadapi lemak
dan kolesterol.
3. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner dalam Framingham study dikatakan sebagai
penyebab gagal jantung 46% pada laki-laki dan perempuan 27%.
Faktor risiko koroner seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor
yang dapat berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain itu
berat badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL
juga dikatakan sebagai faktor risiko independen perkembangan gagal
jantung.
4. Hipertensi
melalui
beberapa
normal
menurunnya
2. Pemeriksaan Fisik
Didapatkan takikardi, gallop, peningkatan JVP, kardiomegali, ronki
basah halus dibasal paru,edema. Didapatkan juga asites dengan pasien
karena penyakit katup mitral, efusi pleura dan hepatomegali
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan kardiomegali
(rasio kardiotorasik (CTR) > 50%), terutama bila gagal jantung sudah
kronis. Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri atau
kanan, LVH, atau kadang oleh efusi perikard. Derajat kardiomegali tidak
berhubungan dengan fungsi ventrikel kiri.
b. Elektrokardiografi
memperlihatkan
beberapa
abnormalitas
pada
sebaigian besar pasien (80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan STT, hipertropi LV, gangguan konduksi, aritmia.
c. Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis
gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi ventrikel (sistolik dan
diastolik), dan abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai dan penyakit
katub jantung dapat disinggirkan.
d. Tes darah dirkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan menilai
fungsi ginjal sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat
menyebabkan gagal jantung sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus
selalu dilakukan.
e. Pencitraan radionuklida menyediakan metode lain untuk menilai fungsi
ventrikel dan sangat berguna ketika citra yang memadai dari
ekokardiografi sulit diperoleh. Pemindahan perfusi dapat membantu
dalam menilai fungsional penyakit jantung koroner.
f. Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah
sehingga hasil hemodilusi darah dari adannya kelebihan retensi air.
g. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan
dalam fungsi/struktur katub atau penurunan kontraktilitas ventrikuler.
Kriteria Framingham :
a. Kriteria mayor :
1. Darah yang tinggal didalam bilik kiri akan lebih banyak pada akhir sistole
daripada sebelumnya dan karena pengisian pada saat diastole berlangsung
terus maka akan terdapat lebih banyak darah di dalam bilik kiri pada akhir
diastole. Peninggian volume dari salah satu ruang jantung yaitu bilik kiri
(preload). Jika penyakit jantung berlanjut, maka diperlukan peregangan
yang makin lama makin besar untuk menghasilkan energi yang sama. Pada
suatu saat akan terjadi bahwa peregangan diastolik yang lebih besar tidak
lagi menghasilkan kontraksi yang lebih baik dari jantung akan gagal
melakukan fungsinya (dekompensasi).
2. Jika bilik kiri tidak mampu memompa darahnya yang cukup ke aorta untuk
memenuhi kebutuhan dari organ yang terletak perifer bearti curah jantung
turun dan akan menyebabkan tensi turun. Pada kasus berat perfusi darah
arteri otak akan berkurang dan otak akan terganggu.
3. Sistem renin angiontensin aldosteron (sistem RAA) karena perfusi dari
glomerus berkurang maka filtrasinya yang akan berkurang natrium
direabsorbsi lebih sempurna didalam nefron dan natrium yang hilang dari
urin akan berkurang. Pada saat yang sama perfusi dari aparatus
jugstaglomelurus juga berkurang sistem RAA diaktifkan akan terjadilah
sekresi aldosteron oleh kelenjar adrenal. Aldosteron ini akan menyebabkan
reabsorpsi Na+ di tubulus distal bertambah banyak yang diganti dengan ion
K+ dan H+ dari retensi ini tertahannya air dalam ruang ekstraseluler dan
dalam aliran darah oleh tekanan osmotik dari natrium. Volume darah akan
bertambah dan cadangan vena akan terisi penuh dengan darah. Tekanan
didalam vena sistemik sentral akan meninggi. Serambi dan bilik akan lebih
direnggangkan dari sebelumnya (preload yang meninggi) dan dengan
demikian mekanisme kompensasi dapat diperbaiki. Namun bertambahnya
jumlah ion Na+ dan H2O pada ruangan interstisial bersama-sama dengan
tekanan yang tinggi didalam sitem vena kadang-kadang akan menimbulkan
pitting edema.
Beban Awal
Beban Akhir
Kontraktilitas
Miokard
Pemendekan miokart
Ventrikel kiri
gagal
memompa
Gangguan
irama
Edem
Peningkatan
residu
Gagal jantung
ventrikel
akibat
peningkatan
preload
atau
after-load.
e.
alkohol
merubah
keseimbangan
cairan,
inotropik
gejala
dan hemodinamik
bermakna.
b. Diet
Karena fungsi jantung terganggu maka aliran darah ginjal juga
akan terganggu. Agar kadar ureum darah tidak meningkat maka perlu
diberikan protein yang rendah. Sebagai akibat kegagaglan jantung bisa
menyebabkan timbulnya oedem. Untuk mengurangi oedem permberian
garam harus dibatasi.
2. Medikamentosa
a. Diuretik
Digunakan pada semua keadaan dimana dikehendaki peningkatan
pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung (Tjay,
2007). Diuterik yang sering digunakan golongan diuterik loop dan
thiazide (Lee, 2005).
Diuretik Loop (bumetamid, furosemid) meningkatkan ekskresi
natrium dan cairan ginjal dengan tempat kerja pada ansa henle asenden,
namun efeknya bila diberikan secara oral dapat menghilangkan pada
gagal jantung berat karena absorbs usus. Diuretik ini menyebabkan
hiperurisemia.
Diuretik
Thiazide
(bendroflumetiazid,
klorotiazid,
II
di
reseptor,
sehingga
dapat
menyebabkan
inhibitor
disamping
dapat
mengatasi
gangguan
enzyme-(ACE)
inhibitor
telah
berkurang
untuk
mengurangi
kongesti
paru
tanpa
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Sitopul Barita., Sugeng JI .2002. Gagal jantung In: Dalam Buku Ajar
Kardiologi. Editor: Rilantono LI, dkk. FKUI. Jakarta
3.
4.
5.
Guyton AC., Hall JE., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 11.
Jakarta : EGC
6.
McMurray JJ., Packer M., Desai AS., Gong J., Lefkowitz MP., Rizkala
AR., Rouleau JL., Shi VC., Solomon SD., Swedberg K., Zile MR. 2014.
Angiotensin-neprilysin inhibition versus enalapril in heart failure. N Engl J
Med. 11;371(11):993-1004.
8.
9.
10.
Whelton dkk., 2001. Risk Factors Congestive Heart Failure in US Men and
Women. American Medical Association
11.
12.
13.
Dickstain et al., 2008. Guidelines for the diagnosis and treatmentof acute
and chronic heart failure. European Society Cardiology: European Heart
14.
15.
Mann DL. 2008. Heart Failure and Cor Pulmonale In : Fauci AS,
Braunwald E, Kasper DL, editor Harrisons Principles of Internal Medicine.
17th ed. New York: Mc graw hill.
16.
17.
18.