BAB I Makalah Amputasi
BAB I Makalah Amputasi
BAB I Makalah Amputasi
1 LATAR BELAKANG KESEHATAN tulang adalah salah satu daripada elemen penting untuk kesejahteraan hidup. Tanpa sokongan dan perlindungan daripada tulang, kita tidak mungkin dapat melakukan aktiviti-aktiviti fizikal walaupun aktiviti yang paling mudah. Kita hanya mempunyai satu set tulang untuk digunakan seumur hidup. Dan jika tulang mengalami kelainan yang disebabakan oleh penyakit seperti diabetes militus, infeksi dan tumor ganas dan sampai terjadi amputasi maka akan menyebabkan kecacatan dan juga bisa menyebabkan orang tersebut menjadi stress karena kehilangan kepercayaan pada dirinya. Oleh sebab itu, kesehatan tulang yang baik adalah kunci kepada kehidupan yang sihat dan aktif. Kita perlu memberi perhatian untuk memastikan tulang-tulang kita mendapat khasiat pemakanan yang betul agar kita dapat terus melakukan aktiviti-aktiviti yang kita gemari. 1.2 TUJUAN PENULISAN 1.2.1 Tujuan umum Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan amputasi 1.2.2 Tujuan khusus Mahasiswa diharapkan mampu : a. Mengkaji status kesehatan dan keperawatan pada klien amputasi Menganalisa data b. Merumuskan diagnosa keperawatan c. Membuat rencana keperawatan. 1.3 RUANG LINGKUP Ruang lingkup dari penulisan makalah ini terdiri dari anatomi dan fisiologi,definisi, etiologi, patofisiologi, mekanisme klinis, indikasi, kontraindikasi,
komplikasi,
pemeriksaan
diagnostik,
penatalaksanaan
medis
dan
asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan intervensi 1.4 METODE PENULISAN Metode penulisan yang digunakan dalam membuat makalah ini yaitu menggunakan metode deskriptif dengan cara mengumpulkan data, menganalisa dan menarik kesimpulan dari data yang telah di dapat untuk kemudian di susun menjadi sebuah makalah. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika dalam penulisan makalah ini terdii dari 3 BAB antara lain: BAB I PENDAHULUAN Yang terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode dan sistematika penulisan. BAB II PEMBAHASAN Yang meliputi: anatomi dan fisiologi, definisi, etiologi, patofisiologi, mekanisme klinis, indikasi, kontraindikasi, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan intervensi BAB III PENUTUP Yang meliputi: kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI 2.1.1 Kerangka anggota gerak atas Tulang-tulang yang membentuk kerangka lengan antra alain: gelang bahu: scapula dan klavikula humerus, ulna dan radius, karpalis metakarpalia dan falangus Humerus (tulang pangkal lengan). Mempunyai tulang panjang seperti tongkat bagian yang mempunyai hun=bungan denga bahu bentuknya bundar membentuk kepala sendir yang disebut kaput humeri. Pada kaput humeri terdapat onjolan yang disebut tuberkel mayor dan minor disebelah bawah kaput hemeri terdapat lekukan yang disebut kolumna humeri. Pada bagian yang berhubungan dengan bawah terdapat taju diantaranya, kapitulum, epikondilus lateralis dan epikondilus. Disamping itu juga mempunyai lekukan disebut fosa koronoid (bagian depan) dan fosa olekrani(bagian belakang). Ulna ( tulang hasta) yaitu tulang bawah yang lengkungnya sejajar dengan tulang jari kelingking. Arah kesiku mempunyai taju yang disebut prosesus olekrani gunanya ialah tempat melekatnya otot dan menjaga agar siku tidak membengkok kebelakang. Radius (tulang pengupil) . letaknya lateral, sejajar dengan ibu jari. Dibagian yang berhubungan dengan humerus dataran sendinya berbentuk bundar yang memungkinkan lengan bawah dapat berputar atau telungkup Karpalia (tulang pergelangan tngan). Terdiri dari 8 tulang tersusun dalam 2 baris 1. bagian proksimal meliputi Os navikular ( tulang kepala). Os lunatum ( tulang berbentuk bulan sabit), Os triquetrum ( tulang berbentuk segi tiga). Os fisiformis ( tulang berbentuk kacang).
2. bagian distal : Os multangulum mavus (tulang besar bersegi banyak). Os multangulum minusd (tulang kecil segi banyak), Os kapitatum (tulang berkepala), Os hamatum (tulang berkaki) meta karpalia (tul;ang telapak tangan). Terdiri dari tulang pipa penduk banyknya 5 buah setiap batang mempunyai dua ujung yang bersendi dengan tulang karpalia dan besendi dengan falangus atau tulang jari falangus (tulang jari tangan). Juga terdiri dari tulang pipa pendek yang banyknya 14 buah dibentuk dalam 5 bagian tulang yang berhubungan dengan metakerpalia perantaraan persendian. 2.1.2 Kerangka angota gerak bawah Os koksa ( tulang pangkal paha). Os koksa turut berbntuk gelang panggul. Letaknya di setiap sisi dan didepan bersatu dengan simfisis pubis dan membentuk sebagian besar tulang pelvis. Tulang koksa terdiri dari Os illium, Osd Iski. Os koksa ( tulang pangkal paha). Terdiri dari 3 buah tulang picak yang masing-masing benyaknya 2 buah, kiri dan kanan yang satu sama lainya berhubungan sangat rap[at sekali sehingga persendian tersebut tidak dapat digerakkan Tulang tulang terdiri dari Os illium (tulang usus). Os iski (tulang duduk) dan Os pubis ( tulang Kemaluan). Os illium (tulang usus). Banyknya 2 buah kiri dan kanan, bentuknya lebar dan gepeng serta melengkung menghadap keperut. Bagian yang melekat disebut tsaliaka bagian tepi disebut Krista iliaka danbagian ujung yang menonjol disebut spina iliaka. Os femur merupakan tulang pipa terpanjang dna terbesar didalam tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan masotabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris Os tarsalia (tulang pangkal kaki) dihubungkan dengan tiungkai bawah os sendi pergelangan kaki
Meta tarsalia ( tulang telapak kaki). Terdiri dari tulang-tulang pendek yang benyaknya 5 buah, yang masing-masing berhubungan dengan tarsus dan falangus dengan perantaran persendian. Falangus (rua jari kai) merupakan tulang pipa pendek yang masing-masing terdiri atas 3 ruas kecuali ibu jari banyaknya 2 ruas. Pada metatarsalia bagian ibu jari terdapat dua buah tulang kecil bentuknya bundar yang disebut tulang bijiuan ( Os sesamoid). 2.2 DEFINISI Amputasi adalah perlakuan pengangkatan melalui bedah atau traumatic. Amputasi ekstremitas bawah lebih sering dilakukan daripada ekstremitas atas. 5 tingkatan yang sering digunakan pada amputasi ekstremitas bawah telapak dan pergelangan kaki, bawah lutut (ABL), disartikulasi dan atas lutut, disartikulasi otot panggul dan hemipelvektomi dan amputasi translumbal. Marilynn Doengoes (1999) Amputasi adalah penghilangan ujung anggota tubuh oleh trauma fisik atau operasi. Sebagai ukuran medis, amputasi digunakan untuk memeriksa rasa sakit atau proses penyebaran penyakit dalam kelenjar yang terpengaruh, misalnya pada malignancy atau gangrene. Dalam beberapa kasus amputasi dilakukan untuk mencegah penyakit tersebut menyebar lebih jauh dalam tubuh. (http:/.www.google.com) Amputasi adalah pengakatan parsial atau local melalui pembedahan terhadap ktermitas atau jari. Amputasi dilakukan pada kasus ketidakadekuatan perfusi jaringan yang tidak responsive terhadap tindakan lain, seperti diabetes militus atau penyakit vaskuler lain; trauma berat; tumor malignan; atau deformitas congenital. (Nettina, Sandra. M, 1997) Amputasi adalah kehilangan anggota pada ektermitas bawah dan atas akibat penyakit vaskuler perifer progresif(sering sebagai gejala sisa diabetes militus), ganggren, trauma (cedar remuk, luka bakar), deformitas congenital, atau tumor ganas, infeksi dan malformasi kongenital (Sudadarth, Brunner,1997)
Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap. Bedah amputasi merupakan suatu titik awal kehidupan baru yang lebih bermutu. (Steud Wim Pejong) Amputasi adalah pengangkatan parsial atau total melalui pembedahan terhadap ekstremitas atau jari. Amputasi dilakukan pada kasus ketidakadekuatan perfusi jaringan yang yang tidak responsive terhadap tindakan lain seperti DM atau penyakit vascular lain ; trauma berat; tumor malignant ; atau deformitas congenital. Luas amputasi didasarkan pada tingkat kelayakan jaringan maksimal yang tersedia untuk penyembuhan luka (Sandra. M. Metina, 2002) Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan amputasi adalah perlakuan pengangkatan yang mengakibatkan cacat menetap yang biasanya pada ektermitas atas dan bawah 2.3 ETIOLOGI 2.2.1 Pada ektermitas bawah : Akibat penyakit vaskuler perifer progresif Gangrene Trauma(cedera remuk, luka bakar) Deformitas congenital Tumor ganas 2.2.2 Pada ektermitas atas : Trauma berat Tumor ganas Infeksi (gas gangrene, osteomielitis, kronis) Malforusi kongenital
2.4 PATOFISIOLOGI
DM
Tumor
Infeksi
Trauma mendadak
Sel tulang merangsang peningkatan osteobalas Mengalamitransform asi (tumbuh scr autonom lepas dari kendali sel normal) Mendesak jaringan sekitar Terus tumbuh membesar dg batas yang jelas
Kekurangan insulin Kadar gula rendah Glukosa dalam sel berkurang Sel kekurangan glukosa Glukosa menumpuk dalam darah Kerusakan pembuluh darah
Kehilang an cairan masuk ke bula Bula pecah Kerusakan jaringan (infeksi meluas) Timbul nanah(pus)
Kelemahan jaringan
nekrotik
Gangren
Amputasi
2.5 MANIFESTASI KLINIS 1. Demam 2. Nyeri edema 3. Kerusakan jaringan kulit 4. 2.6 INDIKASI AMPUTASI Kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit pembuluh darah, cedera dan tumor ganas dan trauma berat. Amputasi jarang dilakukan karena infeksi, kelainan bawaan atau kelainan neurologik seperti paralysis dan anesthesia. 2.7 KONTRAINDIKASI Tidak ada. Tidak semua bagian tubuh yang terputus dapat dipasang kembali khususnya jika masing-masing bagian tersebut hancur atau rusak tapi keputusan tersebut paling baik dilimpahkan kepada seorang ahli bedah repplantasi yang sudah berpengalaman 2.8 KOMPLIKASI 1. Pendarahan, nekrosis 2. Infeksi, sepsis 3. Kerusakan kulit 4. Nyeri 5. Pelambatan penyembuhan tungkai sisa 2.9 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Foto rontagen : mengindentifikasi abnormalitas tulang 2. CT-scan : mengidentifikasi lesi neoplastik dan hematomi
3. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah : mengevaluasi perubahan siklus / perfusi jaringan dan membantu meperkirakan opotensial penyembuhan jari setelah amputasi 4. Laju Endap Darah : peninggian mengidikasikan respon inflamasi 5. Hitung darah lengkap : untuk mengetahui proses infeksi 6. Biopsi : mengkorfirmasikan diagnosa masa benigna / maligna 7. Termografi : mengukur perbedaan suhu pada iskemik pada 2 sisi dari jaringan kutaneus setengah tulang. Perbedaan yang rendah antara 2 pembacaan makin besar kesempatan sembuh. 8. Plestimografi : mengukur tekanan darah segmental bawah terhadap ektermitas bawah mengevaluasi aliran darah arterial 9. USG Doppler dan Flowmetri Doppler Laser : untuk mengkaji dan mengukur aliran darah 10. Tekanan O2 Transkutaneus : memberi peta area perfusi plg besar dan kecil dalam ekstremitas 11. Kultur Luka : mengidentifikasi adanya inflamasi dan organisme penyebab 2.10 PENATALAKSANAAN MEDIS Dalam penatalaksanaan medis disini yang harus diperhatikan adalah 1. Batasan amputasi a. Batasan amputasi ditentukan oleh luas dan jenis penyakit b. Batas amputasi pada cedera ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat c. Batas amputasi pada tumor maligna ditentukan oleh darah bebas, tumor dan bebas resiko ditentukan kekambuhan local, sedangkan pada penyakit pembuluh darah ditentukan oleh vaskularisasi sisa ektermitas dan daya sembuh luka putung. d. Umumnya dapat dika6takan bahwa amputasi akan dilakukan sedistal mungkin e. Batas amputasi ektermitas bawah yang lazim dipakai yang disebut batas amputasi klasik
2. Penilaian / Batas amputasi 1. Jari kaki Amputasi transmetatarsal memberi pputung yang baik. Amputasi disendi tarsometatasus lisfranc mengakibatkan pes ekulnus dengan pembebanan berlebihan pada kulit putung yang sukar ditanggulangi 2. Proksimal sendi pergelangan kaki Amputasi transmaleolar baik sekali bila kulit utuh dan sehat sehingga dapat menutup ujung putung 3. Tungkai bawah Panjang putung tungkai bawah paling baik antara 12 dan 18 cm dari sendi lutut, tergantung keadaan setempat, usia penderita dan tinggi badan 4. Eksartikulasi lutut Menghasilkan putung yang baik sekali. Amputasi ini dapat dilakukan pada penderita geriatrik. 5. Tungkai atas Putung tungkai atas sebaiknya tidak kurang dari 10 cm dibawah sendi panggul/ putung juga tidak boleh kurang dari 10 cm diatas sendi lutut karena ujung putung sepanjang ini sukar dibebani 6. Sendi panggul akan hemipeluektomi Eksartikulasi sendi panggul kadang dilakukan pada tumor ganas 7. Tangan Amputasi parsial jari/ ytangan harus sehemat mungkin. Stiap jari dengan digunakan untuk fungsi menggenggam/ fungsi oposisi ibu jari 8. Pergelangan tangan Pada amputasi melalui pergelangan tangan, fungsi pronasi dan supinasi dipertahankan. 9. Lengan bawah
10
Batas amputasi dipertengahan lengan bawah paling baik untuk memasang prostesis 10. Siku dan lengan atas Eksartikulasi bahu dan amputasi intertorakoskapular yang merupakan amputasi termasuk gelang bahu, ditangani dengan prostesis yang biasanya hanya merupakan protesis kosmetik 3. Pembedahan Pembedahan dilakukan dalam lingkungan bebas darah dengan menggunakan tourniquet, kecuali apabila dilakukan atas indikasi obstruksi pembuluh nadi. Pembedahan dilakukan secara terbuka atau tertutup. Amputasi terbuka, dikerjakan pada luka kotor seperti luka perang atau infeksi berat, antara lain gangren gas. Pada cara ini, sayatan kulit dibuat sirkular, sedangkan otot dipotong sdikit proksimal dari sayatan kulit dan tulang digergaji sedikit proksimal dari otot. Luka dibiarkan terbuka sampai infeksi teratasi, kemudian baru dikerjakan reamputasi. Amputasi tertutup, dibuat flap kulit yang direncanakan luas dan bentuknya secara teliti untuk memperoleh kulit penutup ujung puntung yang baik dengan lokasi bekas pembedahan di luar tempat pembebanan prostesis dan sesuai dengan jenis prostesis yang akan dipasang. Otot, pembuluh darah, dan saraf dipotong pada batas tersendiri. Biasanya otot difiksasi pada ujung tulang dengan teknik miodesis atau dijahit di sekitar ujung tulang secraa mioplastik. Dengan demikian, otot mendapat insersi kembali dan dapat berkontraksi sehingga tidak menjadi hipotropi. Bila fungsi otot baik, peredaran darah di puntung juga membaik. Saraf akan dipotong cukup tinggi agar ujungnya menarik diri ke dalam jaringan supaya neuroma yang akan terbentuk pada ujungnya terletak cukup terlindung dari tekanan sehingga tidak mengganggu. 4. Prostesis Prostesis sementara kadang diberikan pada hari pertama pascabedah sehingga latihan segera dapat dimulai. Kadang prostesis darurat baru diberikan setelah satu minggu luka menyembuh tanpa penyulit. Khususnya setelah
11
amputasi karena penyakit pembuluh darah, prostesis sementara baru dipasang setelah 4 minggu. Keuntungan pemakaian prostesis ialah penderita dibiasakan menggunakan prostesi secara dini. Prostesi dimaksud untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang. Ini berate defek system musculoskeletal harus diatasi, termasuk defek faali. Tujuan ini sebagian besar dapat dicapai pada ekstremitas bawah. Untuk faal tangan yang sangat bergantung pada umpan balik sensibilitas kulit maupun persendian jari, tujuan ini sukar dicapai. Dengan prostesis tangan, bahkan dengan tangan mioelektrik canggih yang bekerja atas signal mioelektrik dari otot biseps dan triseps tidak dapat diperoleh hasil yang meyakinkan karena penderita umumnya akan menggunakan tangan yang masih ada dan dengan puntung sebagai pembantu. Pemasangan prostesis diadakan dengan kontak total, sebagai prostesi terbuka atau dengan ruang tekanan rendah. 5. Masalah Puntung Puntung memerlukan perawatan khusus karena pembebanan tinggi dan kulit sukar menyesuaikan diri untuk faal baru itu. Biasanya kulit puntung menunjukkan pigmentasi dan udem. Pada udem lama sering terdapat hyperplasia varikosa dengan hyperkeratosis. Kadang prostesis isap harus diganti dengan prostesis kontak total untuk mengatasi kelainan ini. Dermatitis karena alergi juga sering terjadi, sedangkan pada tempat tekanan acap kali ditemukan kista, berupa kista epidermoid atau aterom. Folikulitis dan furunkolosis sering ditemukan, umumnya karena kebersihan kulit diabaikan. Nyeri di puntung mungkin berasal dari neuroma ujung saraf yang terletak terlalu dekat permukaan. Neuroma dapat ditentukan dengan palpasi karena menimbulkan nyeri tekan local yang khas. Terapinya adalah pembedahan unutk memindahkan neuroma ke tempat lain yang lebih dalam dan terlindung dari tekanan. Bursa sering terbentuk antara penonjolan tulang dan kulit.
12
3.1 Data Dasar Pengkajian Pasien Data tergantung pada alasan untuk prosedur bedah, misalnya trauma berat, penyakit oklusi vascular perifer atau arterial diabetic neuropati, osteomyelitis, kanker. Aktivitas / istirahat Gejala : keterbatasan actual/antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi/amputasi Integritas Ego Gejala : masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial, Tanda : Seksualitas Gejala : masalah tentang hubungan intim Interaksi Sosial Gejala : masalah sehubungan dengan penyakit/kondisi, masalah tentang peran, fungsi dan reaksi orang lain 3.2 Proses Keperawatan 3.2.1 Pengkajian 1. Adanya factor-faktor yang berperan pada perlunya amputasi : a. Penyakit arteri kronis b. Trauma c. Frosbite d. Kanker tulang reaksi orang lain, perasaan putus asa, kondisi/amputasi ansietas, ketakutan, peka, marah, menarik diri
13
e. Infeksi berat 2. Pemeriksaan fisik berdasarkan pada pengkajian vascular perifer (warna, suhu, denyut nadi, penyebaran rambut, keadaan kulit, respon terhadap pengubahan posisi, sensasi, nyeri) dan menggunakan Doppler ultrasonic untuk mengevaluasi aliran darah arteeri, nutrisi, masalah kesehatan yang ada misalnya : dehidrasi, anemia, insufiensi jantung, respirasi. a. Kaji peraaan pasien tentang amputasi dan dampaknya pada gaya hidup b. Kaji kekuatan otot pada ektermitas yang tak sakit 3.2.2 Diagnosa keperawatan a. Diagnosa Pre Operasi 1. Cemas berhubungan dengan tindakan operasi 2. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b. Diagnosa Pos Operasi 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d cidera fisik jaringan dan trauma saraf 2. Resiko tinggi infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer. 3. Gangguan citra diri b.d kehilangan bagian tubuh 4. Kerusakan mobilitas fisik b.d kehilanagn anggota gerak tubuh. 3.2.3 Asuhan keperawatan a. Diagnosa Pasca Operasi 1. Cemas berhubungan dengan tindakan operasi Tujuan : dengan dilakukan tindakan keprwatan 1 x 30 menit diharapakan klien tidak cemas lagi dengan criteria hasil : a. Klien tampak releks b. Cemas berkurang Intervensi : a. obersevasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas. Rasional :
14
Ansietas ringan dapat menunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkekmbang kedalam keadaan panic dapat menimbulkan perasaan teramcam, terror, ketidakmapuan untuk bicara dan bergerak b. pantau respon pisi, palpasi, gerakan yang berulang-ulang heperventilasi, isomnia Rasional : Peningkatan pengeluaran penyekal beta adrenengik pada daerah reseptor, bersamaan dengan efek-efek kelebihan tiroid c. jelaskan prosedur lingkungan sekeliling / suara yang mungkin didengarkan oleh pasien Rasional : Memberikan informasi akurat dapat menurunkan kesalahan interpensi yang dapat berperan pada reaksi ansitas/ ketakutan d. diskusikan dengan klien / orang terdekat penyebab emosional yang labil / reaksi psikotik Rasional : Memahami bahwa tingkah laku didasrkan atas fisiologi dapat kan pendekatan yang berbeda, menerima terhadap situasi e. tetapkan harapan bahwa pendidikan emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan perkembangan terapi obat. Rasional : Memberikan informasi dan meyakinkan pasien bahwa keadaan ini adalah sementara dan akan membaik dengan pengobatan. 2. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan Tujuan : setelah dilakukan keperawatan 1 x 60 menit diharapkan kebutuhan klien terpenuhi dengan kriteria hasil : a. menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan
15
b. melakukan dengan benar prosedur tertetu dan menjelaskan masalah tindakan c. melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan. Intervensi : a. kaji uloang proses penyakit / prosedur bedah dan harapan yang akan dating Rasional : Memberikan dasar pengtahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi b. intrusikan perawatan balutan /luka , infeksi putung dengan menggunkan cermin utnuk melihat semua area pijat kulit dan tutup putung dengan tepat. Rasional : Meningkatkan perawatan diri kompeten membantu menyembuhkan dan pemasangan prostese dan menurunkan potensial untuk komplikasi c. masase putung setelah balutan dilepas dan jahitan sembuh Rasional : Masae melembutkan jaringan parut dan mencegah perlengketan pada tulang d. hindari penggunaan losion/bedak Rasional : Meskipun dalam jumlah kecil losien mungkin diindikasikan bila kulit kering , emolin/bedak dapat mengeringkan , potensial iritasi kulit e. gunakan T-shirt katun bersih dipakai untuk prostese tungkai atas Rasional : Mengabsorpsi keringat, mencegah iritasi kulit dari pengikat f. gunakan hanya kaus kaki yang pas, bersih tidak berkerut untuk tungkai Rasional :
16
Putung dapat terus mengisut samapi 2 tahun dan kaus kaki yang tidak pas atau bila atau kotor dapat menyebapkan kerusakan kulit g. tekankan pentingnya diet seimbang dan pemasukan cairan adekuat Rasional : Memenui kebutuhan nutrisi untuk regenerasi jaringan / penyembuhan, membantu dalam mempertahankan volume sirkulasi dan fungsi organ normal dan memprtahankan berat (berat badan mengubah pengaruh pemasangfan prostese) b. Diagnosa pasca oprasi 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d cidera fisik jaringan dan trauma saraf Tujuan : seelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien dengan criteria hasil : a. nyeri pasien hilang b. klien tmpak rileks danmapu tidur / istirahat yang tepat c. klien menyatkan pemahaman nyeri fantom dan metode yntuk menghilangkannya Intervensi : a. Catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik nyeri Rasional : Membantu dalam evalusai kebutuhan dan keefektifan interfensi perubahan mengifentifikasikan komplikasi. b. Tinggikan bagian yang sakit dengan meninggikan kaki tempat tidur atau menggunkan bantal guling untuk amputasi tungkai atas Rasional : Mengurangi pembentukan edema dengan peningkatan aliran balik vena menurukan kelemahan otot dan tekanan kulit /jaringan . c. Terima kenyataan sensasi fantom tungkai yang biasnya hilang dengan sendirinya.
17
Rasional : Mengtahui tentang sensasi ini memungkinkan pasien memahami fenomena normal ini yang dapat terjadi segera atau beberapa minggu pasca operasi d. berikan tindakan kenyamanan(contoh : ubah posisi sering , pijatan punggung) dan aktivitas terapiutik. Dorong penggunaan tehnik menajemen stress. Rasional : Memfokus kembali perhatian, meningkatkan relasasi, dapat meningkatkan kemapuan koping dan dapat menurukan terjadinya nyeri fantom tungkai e. berikan pijatan lembut pada pada putung sesuai kolerasi bila balutan telah dilepas. Rasional : Meningkatkan sirkulasi, menurunkan tegangan otot f. Selidiki keluhan nyeri lokal/kemasukan yang tidak teganagn otot. Rasional : Dapat mengindikasikan terjadinya sindrom kompartemen, khususnya cedera traumatik. g. Berikan obat sesuai indikasi, contoh: analgesik, relaksan otot. Rasional : Menurunkan nyeri spasme otot h. Pertahankan alat TENS bila menggunakan. Rasional : Memberikan rangsang saraf terus menerus, blok transmisi, sensasi nyeri. i. Berikan pemanasan lokal/sesuai indikasi Rasional : Mungkin digunakan untuk meningkatkan relaksi otot, meningkatkan sirkulasi, dan membantu perbaikan edema.
18
2. Resiko tinggi infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1-2 x 30 hari diharapkan klien tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil: a. Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya b. Bebas drainase paraler atau eritma, dan c. Tidak demam Intervensi: a. Pertahankan tehnik antiseptik bila mengganti balutan/merawat luka. Rasional : Meminimalkan kesempatan introduksi bakteri b. Inspeksi balutan. Rasional : Deteksi dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk interfensi tepat waktu dan mencegah komplikasi lebih serius c. Pertahankan patensi dan pengosongan alat drainase secara rutin. Rasional : Hemovae drain Jakson-Pratt membantu membuang drainse, meningkatkan penyembuhan luka dan menurunkan resiko infeksi. d. Tutup balutan dengan plastik bila menggunakan pispot atau bila inkontinensi. Rasional : Mencegah konfirmasi pada amputas tungkai atas. e. Buka puntung terhadap udara , pencucian denagan sabun tangan dan air setelah pembalut dikontra indikasikan. Rasional : Mempertahankan kebersihan meminimalkan kontaminasi kulit dan meningkatkan penyembuhan kulit yang lunak/kulit rapuh
19
f. Awasi tanda vital. Rasional : Peningkatan suhu/takikardia dapat menunjukan terjadinya sepsis. g. Kolaborasi untuk pengambilan kultur luka /drainase dengan tepat. Rasional : Mengidentifikasikan adanya infeksi/organisme khusus. h. Berikan antibiotik sesuai indikasi. Rasional : Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara propilaktid antibiotik mungkin disesuaikan terhadap organisme khusus. 3. Gangguan citra diri b.d kehilangan bagian tubuh Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan: a. Klien mulai menunjukan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri. b. Klien mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep dari yang akurat tanpa harga diri yang negatif. c. Membuat rencana nyata untuk adaptasi peran/perubahan peran. Intervensi: a. Kaji/ pertimbangan persiapan pasien dan pandangan terhadap amputasi. Rasional : Pasien yang memandang amputasi sebagai pemotongan hidup/rekonstruksi akan menerima diri yang baru lebih cepat. b. Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negatif dan kehilangan tubuh. Rasional : Ekspresi emosi membatntu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup tanpa tungkai. c. Beri penguatan informasi pasca operasi termasuk tipe/ lokasi amputasi, tipe prostese bila tepat, harapan tindakan pasca operasi termasuk kontrol nyeri dan rehabilitasi. terapi
20
Rasional : Memberi kesempatan untuk menanyakan dan mengasimilasi informasi dan mulai menerima perubahan gambaran diri dan fungsi yang dapat membantu penyembuhan. d. Kaji derajat dukungan yang ada pada untuk pasien. Rasional : Dukungan ynag cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu proses rehabilitasi. e. Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi yang biasanya. Rasional : Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu pemecahan masalah. f. Dorongan dalam partisipasi aktivitas sehari-hari, berikan kesempatan untuk memandang atau merawat putung menggunakan waktu untuk menunjukan tanda positif penyembuhan. Rasional : Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan perasaan harga diri. g. Dorong/berikan kunjungan oleh orang yang telah diamputasi khususnya orang yang berhasil dalam rehabilitasi. Rasional : Teman senasib yang telah mengalami pengalaman yang sama bertindak sebagai model peran dan dapat emberikan harapan pemulihan. h. Berikan lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah tentang seksualitas. Rasional : Meningkatkan pernyataan keyakinan/nilai tentang subjek positif dan mengidentifikasi kesalahan konsep. i. Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal negatif penggunaan penyangkalan.
21
Kolaborasi j. Diskusikan tersedianya berbagai sumber, contoh konseling, psikiatrik terapi konsumen. Rasional : Untuk membantu adaptasi lansia yang optimal dan rehabilitasi. 4. Kerusakan mobilitas fisik b.d kehilanagn anggota gerak tubuh. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, diharapkan kerusakan mobilitas fisik klien dapat ditangani dengan kriteria hasi: a. Menyatakan pemahaman situasi individu. b. Program pengobatan c. Tindakan keamanan. Intervensi: a. Berikan perawatan secara teratur, contoh inspeksi area, keringkan dan bersihkan dan tutup kembali dengan elastik atau udara, atau berikan penyusustan untuk kelembaban prastese. Ukur lingkaran secara periodik. Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi penyembuahandan komplikasi (kesuali ditutup dengan prostese cepat). Penutupan puntung mengontrol edema dan membantu memasang prostese. Catatan; udara penekan mungkin lebih baik untuk memungkankan inspeksi luka. Pengukuran dilakukan untuk memperkirakan usia pengisutan untuk menyakinkan kecocokan yang tepat terhadap kaus kaki dan prostese. b. Segera tutup kembali dengan balutan elastik. Bila gips berubah posisi segera/dini secara tidak disengaja. Siapkan penggunaan gips ulang.
22
Rasional : Edema akan terjadi dengan cepat dan rehabilitasi dapat memperlambat. c. Bantu latihan rentang gerak khusus untuk area yang sakit dan tak sakit mulai secara dini pada tahap pasca operasi. Rasional : Mencegah kontraktur, perubahan bentuk, yang dapat terjadi dengan cepat dan dapat memperlambat prostese. d. Dorong latihan/aktif isometrik untuk paha atas dan lengan atas. Rasional : Meningkatkan kekuatan otot untuk membantu pemindahan/ambulasi e. Mencegah rotasi eksternal puntung tungkai bawah. Rasional : Mencegah rotasi neksternal puntung tungkai bawah. f. Intruksikan pasien untuk berbaring dnegan posisi tengkurap sesuai toleransi sedikitnya 2 kali sehari dengan bantal dibawah abdomen dan puntung ekstremitas bawah. Rasional : Menggunakan otot ekstensor dan mencegah kontraktur fleksi pada panggul. g. Waspadai tekanan bantal dibawah ekstremitas bawah terhadap puntung atau memungkinkan ABL untuk menggantung secara defenden disamping tempat tidur atau kursi. Rasional : Penggunaan bantal dapat menyebabkan kontraktur fleksi permanen pada panggul dan posisi dependent puntung manggangu aliran vena dan dapat meningkatkan edema. h. Tunjukan atau bantu tehnik pemindahan dan penggunaan alat mobilitas atau contoh: trapeze, kruk, atau walker. Rasional :
23
Membantu cepat.
perawatan
diri
dan
kemandirian
pasien.
Teknik
pemindahan yang dapat mencegah cedera abrasi/kulit karena lari i. Bantu dengan ambulasi Rasional : Menurunkan potenmsial untuk cedera. Ambulasi setelah amputasi tungkai bawah tergantung pada waktu pemasangan protese. j. Bantu klien melanjutkan latihan otot praoperasi sesuai kemampuan/bila di ijinkan turun dari tempat tidur. Contoh pasien harus (saat memegang kursi untuk keseimbangan melakukan latihan pengencangan abdominal dan menekuk lutut; berdiri pada telapak; berdiri pada ibu jari kaki. Rasional : Membantu memperbaiki/meningkatkan perbaikan rasa keseimbangan dan kekuatan kompensasi bagian tubuh. k. Intruksikan pasien dalam latihan pengkondisian puntung, contoh mendorong puntung malawan bantal pada awalnya, kemudian berlanjut permukaan yang keras. Rasional : Pengerasan puntung dengan sentuhan kulit dan perubahan umpan balik saraf yang dipotong untuk membantu penggunaan prostese. l. Kolaborasi untuk merujuk ke tim rehabilitasi, contoh terapi fisik dan kejuruan. Rasional : Memberikan bentuk program latihan aktivitas unuk memenuhi kebutuhan dan kekuatan individu, dan mengidentifikasi mobilitas fungsional membantu meningkatkan kemandirian fisik. Penggunaan dini prostese sementara meningkatkan aktivitas dan mengingkatkan kesehatan umum/pandangan positif. Contoh: konseling kejuruan/latihan ulang juga mungkin diidikasikan. m. Kolaborasi untuk pemberian tempat tidur biasa.
24
Rasional : Menurunkan tekanan pada kulit/jaringan yang dapat mengganggu sirkulasi, potensial resiko iskemia jaringan atau kerusakan. BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Jadi dapat disimpulkan dari penjelasan makalah ini bahwa amputasi adalah penghilangan ujung anggota tubuh oleh trauma fisik atau operasi. Sebagai ukuran medis, amputasi digunakan untuk memeriksa rasa sakit atau proses penyebaran penyakit dalam kelenjar yang terpengaruh, misalnya pada malignancy atau gangrene. Dalam beberapa kasus amputasi dilakukan untuk mencegah penyakit tersebut menyebar lebih jauh dalam tubuh. Amputasi dapat dianggap sebagai jenis menghilangkan rekonstruksi darastis. digunakan untuk menghilankan gejala, memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas hidup pasien. 4.2 SARAN Diaharapkan tim perawat mampu berkomunikasi dengan gaya positif maka pasien akan lebih menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpartisifasi aktif dalam rencana rehabilitasi. Kehilang ektermitas memerlukan penyesuaian besar. Persepsi pasien mengenai amputasi harus difahami oleh tim perawatan kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen
25
DAFTAR PUSTAKA Doengoes Marilynn, et.all, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Nettina, Sandra. M, 1997, Pedoman Praktik Keperawatan, EGC, Jakarta . Sudadarth, Brunner, 1997, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta. Smeltizer C. Suzanne, Bare Brenda G, 1997, Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta. http/:www.google.com
26