Asfiksia Kelompok 6

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATA ANAK

ASFIKSIA

DOSEN PENGAMPU :

NS. YOSSY UTARIO,M.KEP., SP.KEP.AN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6

1. Bayu Prayuda P00320121004

2. Handoko P00320121013

3. Farhan Dipa Prayoga P00320120014

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU PRODI DIII
KEPERAWATAN CURUP 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT , berkat rahmat


dan hidayah-Nya ,kami dapat menyelesaikan makalah kami ini yang
berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Pada Anak Asfiksia”

Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen

pembimbing (Ns. Yossy Utario,M.Kep,Sp.Kep.An) yang telah memberikan


arahan hingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik.

Dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kesalahan baik secara
teknis maupun secara materi yang ada, sehingga kami menerima setiap
kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca agar kami bisa lebih
baik lagi kedepannya.

Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi


kita semua.

Curup , 16 Juli 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................6
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................6
D. Manfaat........................................................................................................7
BAB II.......................................................................................................................
TINJAUAN TEORI...................................................................................................
A. Definisi Asfiksia...........................................................................................8
B. Klasifikasi Asfiksia......................................................................................8
C. Penyebab Asfiksia / etiologi.........................................................................9
D. Patofisiologi...............................................................................................11
E. Bagan WOC...............................................................................................12
F. Penatalaksanaan.........................................................................................13
BAB III......................................................................................................................
Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................................
A. Pengkajian..................................................................................................15
B. Diagnosa....................................................................................................17
C. Intervensi....................................................................................................17
Tabel Intervensi Keperawatan NANDA NOC NIC 2015...................................
D. Implementasi..............................................................................................19
E. Evaluasi......................................................................................................20
BAB IV......................................................................................................................
Penutup......................................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................21
B. Saran..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asfiksia neonatorum merupakan salah satu penyebab utama


morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir baik di Negara
berkembang maupun Negara maju. Asfiksia paling sering
terjadi pada periode segera setelah lahir dan menimbulkan
sebuah kebutuhan resusitasi dan intervensi segera untuk
meminimalkan mortalitas dan morbiditas (Anik, 2012).
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan ibu, tali pusat atau
masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. Bila ini
tidak segera teratasi akan menyebabkan kematian yang terjadi
dimulai kekurangan O2, penumpukan Co2 dan akan terjadi
suatu periode apneu yang mempengaruhi fungsi sel tubuh dan
kerusakan jaringan pada otak. Tindakan yang akan dilakukan
pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan membatasi gejala- gejala lanjut yang mungkin timbul
(Hanifa, 2012).

Menurut laporan dari organisasi dunia yaitu World Health


Organization (WHO) 2010 , bahwa setiap tahunnya 3% (3.6
juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1
juta bayi ini kemudian meninggal. Penyebab kematian bayi
baru lahir di Indonesia diantaranya asfiksia neonatorum
(27%), Bayi Baru Lahir Rendah (29%), tetanus neonatorum
(10%), masalah pemberian makan (10%), infeksi (5%)
(DepKes RI, 2011). Angka kematian bayi ini sebanyak 47%
meninggal pada masa

neonatal. Kejadian asfiksia di rumah sakit pusat rujukan provinsi


di Indonesia sebesar 41,94%. Provinsi dengan Asfiksia

4
tertinggi adalah Jawa Tengah (33,1%), Jawa Barat (23%),
Sumatra utara (18,69%), Papua (15,38%) (Kemenkes RI,
2014). Pasuruan 30,8% (Profil Kesehatan Kabupaten
Pasuruan, 2015). Di RSUD Bangil 439.

Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir yang mengalami


gangguan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur
setelah lahir (Amru sofian, 2012). Tanda dan gejala asfiksia,
tidak bernapas atau pernapasan lambat < 30 kali per menit,
pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan
dada), tangisan lemah atau merintih, warna kulit pucat atau
biru (sianosis), tonus otot lemas atau ekstremitas lemah,
denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardi) (kurang dari
100 kali per menit) (Waspodo dkk, 2007). Asfiksia berarti
hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Prawirohardjo,
2009). Faktor bayi karena lahir prematur, lilitan tali pusat,
persalinan lama, dan caesar. Kehamilan pada usia yang terlalu
muda dan tua termasuk dalam kriteria kehamilan risiko tinggi
dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas pada ibu maupun janin (Widiprianita, 2010).
APGAR-score dapat digunakan untuk menentukan tingkat
atau derajat asfiksia, Bayi normal atau sedikit asfiksia (Nilai
Apgar 7-10), Asfiksia sedang (Nilai Apgar 4-6 ), Asfiksia
berat (Nilai Apgar 0-3) (Mochtar, 2008). Akibat

dari asfiksia yaitu pada janin kekuranga O2 dan kadar CO2


meningkat, akan menjadikan napas cepat, menjadikan bayi
apneu, karena itu penulis mengangkat masalah pemenuhan
kebutuhan dasar aktivitas pada diagnosa ketidakefektifan pola
napas. Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi atau
ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat (NANDA,

5
2015)
Ketidakefektifan pola napas merupakan salah satu masalah utama
pada bayi yang mengalami asfiksia. Membersihkan secret
pada saluran pernafasan sangat penting karena akan
mengurangi pola nafas pada bayi. Pencatatan data frekuensi
pernafasan, dispnea, sianosis, denyut jantung, retraksi dada.
Memonitoring pola napas setelah diberikan O2. Pertahankan
bayi dengan posisi semi fowler untuk memaksimalkan
ventilasi (NIC, 2015).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah-masalah yang


dibahas diantaranya adalah :
1 Apa itu Asfiksia ?
2 Apa saja dan bagaimana Klasifikasi , Penyebab , Patofisiologi ,
bagan woc, penatalaksanaan pada anak asfiksia ?
3 Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak asfiksia ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang diambil dari rumusan masalah tersebut :

1. Mengetahui apa itu Asfiksia


2. Mengetahui apa saja dan bagaimana Klasifikasi , Penyebab ,
Patofisiologi, bagan woc, penatalaksanaan pada anak asfiksia
3. Mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak
asfiksia

D. Manfaat

Manfaat Teoritis

6
Manfaat teoritis adalah untuk pengembangan ilmu keperawatan
terkait pada Asuhan Keperawatan Pada Klien Asfiksia
Neonatorum dengan Masalah Ketidakefektifan Pola Napas

Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah memberikan kontribusi laporan kasus pada
Asuhan Keperawatan Pada Klien Asfiksia Neonatorum
dengan Masalah Ketidakefektifan Pola Napas bagi
pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah
khususnya dalam bidang atau profesi

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir
yang mengalami gangguan tidak segera bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir (Amru sofian,
2012)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana
bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya
disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperapneu serta
berakhir dengan asidosis (Arief dkk, 2009)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi
tidak bernapas secara spontan dan teratur segera lahir.
Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat
janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu,
tali pusat, atau masalah pada bayi selama ataupun
sesudah persalinan (Depkes RI, 2009)

B. Klasifikasi Asfiksia
Menurut WHO (dalam Mochtar, 2008)
Klasifikasi klinis asfiksia dibagi dalam 2 macam, yaitu
sebagai berikut :
a. Asfiksia livida adalah asfiksia yang memiliki ciri
meliputi warna kulit kebiru-biruan, tonus otot
masih baik, reaksi rangsangan masih positif, bunyi
jantung regular, prognosis lebih baik.
b. Asfiksia pallida adalah asfiksia dengan ciri meliputi
warna kulit pucat, tonus otot sudah kurang, tidak
ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irregular,

8
C. Penyebab Asfiksia / etiologi
A. Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (Proverawati, 2010)

1. Faktor Ibu
Oksigenisasi darah ibu yang tidak mencukupi
akibat hipoventilasi selama anastesi, penyakit
jantung, sianosis, gagal pernapasan, keracunan
karbon monoksida, dan tekanan darah ibu yang
rendah akan menyebabkan asfiksia pada janin.
Gangguan aliran darah uterus dapat
menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen
ke plasenta dan ke janin. Hal ini sering
ditemukan pada gangguan kontraksi uterus,
misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus
akibat penyakit atau obat: hipotensi mendadak
pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada
penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin
dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, misalnya:
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak
menempel, dan perdarahan plasenta.

3. Faktor Fetus
Kompresi umbilikus dapat mengakibatkan
terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat
ditemukan pada keadaan tali pusat melilit leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,
dan lain-lain.

9
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru
lahir dapat terjadi oleh karena pemakaian obat
anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu
secara langsung dapat menimbulkan depresi
pusat pernapasan janin, maupun karena trauma
yang terjadi pada persalinan, misalnya
perdarahan intra kranial. Kelainan kongenital
pada bayi, misalnya stenosis saluran pernafasan,
hipoplasia paru dan lain-lain.

5. Faktor Persalinan
Partus lama dan partus karena tindakan
dapat berpengaruh terhadap gangguan paru-paru.

B. Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (DepKes RI, 2009)


1. Factor ibu
a. Preeklamsia dan eklamsia.
b. Perdarahan abnormal (plasenta prervia atau solutio
plasenta).
c. Partus lama atau partus macet.
d. Demam selama persalinan.
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
f. Kehamilan post matur

g. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.


h. Gravida empat atau lebih.

2. Faktor Bayi

10
a. Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ektraksi vakum, porsef).
c. Kelainan kongenital.
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).

3. Faktor Tali Pusat


a. Lilitan tali pusat.
b. Tali pusat pendek.
c. Simpul tali pusat.
d. Prolapsus tali pusat.

D. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir
bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Oksigen dan
pengembangan paru merupakan rangsang utama
relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat pasokan
oksigen berkurang, akan terjadi kontriksi arteriol
pada organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun
demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap
stabil atau meningkat untuk mempertahankan
pasokan oksigen. Sebagai akibat dari kekurangan
perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan
menimbulkan kerusakan jaringan otak yang
irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau
kematian.

Dengan memperlihatkan tonus otot buruk, karena


kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ
lainnya. Frekunsi jantung menurun karena oksigen
dalam otot jantung atau sel otak kurang. Pernapasan

11
Bagan WOC

WOC Asfiksia Neonatorum

Persalinan lama, lilitan tali Faktor lain : obat- obatan


pusat, presentasi janin narkotik

ASFIKSIA

Resiko syndrome
Janin kekurangan O2& Kadar kematian
Bersihan jalan bayi
nafas
tidakefektif Paru-paru terisi cairan
CO2 meningkat

Gangguan metabolism &


Nafas cepat Suplai O2 ke Paru
perubahan asam basa
menurun

Asidosis respiratorik
Apneu Kerusakan otak

Gangguan perfusi
ventilasi
Resiko cidera Kematian bayi

Nafas cuping hidung,


sianosis, hipoksia

DJJ & TD menurun Proses keluarga


terhenti
Gangguan Pertukaran
gas

Pola napas tidak Janin tidak bereaksi


efektif terhadap rangsangan

E.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Tindakan resusitasi sesuai dengan tingkat asfiksia, antara

12
lain:
1. Asfiksia Ringan (Apgar Score 7-10)
1) Bayi dibungkus dengan kain hangat.
2) Bersihkan jalan nafas dengan menghisap
lender pada hidung kemudian mulut.
3) Bersihkan badan dan tali pusat.
4) Lakukan observasi tanda vital dan apgar skor
dan masukan kedalam incubator.
2. Asfiksia sedang (Apgar Score 4-6)
1) Bersihkan jalan napas.
2) Berikan oksigen sesuai kebutuhan

3) Rangsang pernapasan dengan menepuk


telapak kaki apabila belum ada reaksi, bantu
pernapasan melalui masker.
4) Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih
sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%
sebanyak 6cc. dekstrosa 40% sebanyak 4cc
disuntikkan melalui vena umbilicus secara
perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan
intra kranial meningkat.
3. Asfiksia berat (Apgar Score 0-3)
1) Bersihkan napas sambil pompa melalui ambubag.
2) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
3) Apabila bayi sudah mulai bernapas tetapi
masih sianosis berikan natrium bikarbonat
7,5% sebanyak 6cc, Dekstrosa 40% sebanyak
4cc. ( Prawirohardjo, 2010)

13
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Merupakan data dasar klien yang komprehensif


mencakup riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil
pemeriksaan diagnostik dan laboratorium serta informasi dari
tim kesehatan serta keluarga klien, yang meliputi :
1. Biodata :

Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama,


anak keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang
lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan
diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2. Keluhan Utama :
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas.

3. Riwayat kesehatan sekarang : Apa yang dirasakan klien


sampai di rawat di Rumah Sakit atau perjalanan penyakit.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan :

Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature,


aterm, letak bayi belakang kaki atau sungsang.
5. Kebutuhan dasar :
a. Pola Nutrisi

Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral,


karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna.
b. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ
tubuh terutama pencernaan belum sempurna.

c. Kebersihan diri

14
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan
pasien, terutama saat BAB dan BAK, saat BAB dan
BAK harus diganti popoknya.
d. Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak napas.

6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan
lemah, sesak napas, pergerakan tremor, reflek tendon
hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis.
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor
masih cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih
bergerak.
e. Mata

Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya.


f. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya
pernapasan cuping hidung.

g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernapasan yang irregular dan
frekwensi pernafasan yang cepat.
h. Neurology atau reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam).

15
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan menurut SDKI:
1.bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
spasme jalan napas dibuktikan dengan meconium jalan napas
2.pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan
upaya napas dibuktikan dengan pola napas abnormal
3.ganguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak
seimbangan ventilasi perfusi

C.Intervensi
1.bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan napas dibuktikan dengan meconium jalan napas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
bersihan jalan napas meningkat
Dengan kriteria hasil:
1.produksi sputum menurun
2.mengi menurun
3.jalan napas membaik

Manajemen jalan napas


Observasi
1.monitor pola napas
2.monitor sputum
Trapeutik
1.lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik
2.pertahankan kepatenan jalan napas
Edukasi
1.anjurkan asupan cairan 2000ml/hari.

16
2.pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas dibuktikan dengan pola napas abnormal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pola
napas membaik
Dengan kriteria hasil:
1.penggunaan otot bantu napas menurun
2.frekuensi napas membaik
3.dipsnea menurun

Edukasi
1.anjurkan asupan cairan 2000ml/hari.

2.pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya


napas dibuktikan dengan pola napas abnormal

Pemantauan respirasi
Observasi
1.monitor frekuensi,irama,kedalam dan upaya napas
2.monitor pola napas
Trapeutik
1.Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1.Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

3.ganguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan


ventilasi perfusi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
pertukaran gas meningkat
Dengan kriteria hasil:
1.dipsnea menurun
2.bunyi napas tambahan menurun
3.pola napas membaik

17
Terapi Oksigen
Observasi
1.Monitor kecepatan aliran oksigen
2.Monitor posisi alat terapi oksigen
Terapeutik
1.Bersihkan secret pada mulut,hidung,dan trakea
2.pertahankan kepatenan jalan napas

D.Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tahap keempatbdalam proses


keerawatan dengan berbagai tindakan keperawatan yang telah
direncanakan (Hidayat Alimul, 2012).

1.bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme


jalan napas dibuktikan dengan meconium jalan napas
1.Memonitor pola napas
2.Memonitor sputum
3.Melakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik
4.Mempertahankan kepatenan jalan napas
5.Menganjurkan asupan cairan 2000ml/hari.

2.pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya


napas dibuktikan dengan pola napas abnormal
1.Memonitor frekuensi,irama,kedalam dan upaya napas
2.Memonitor pola napas
3.Mendokumentasikan hasil pemantauan
4.Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

3.ganguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan


ventilasi perfusi
1.Memonitor kecepatan aliran oksigen

18
2.Memonitor posisi alat terapi oksigen
3.Membersihkan secret pada mulut,hidung,dan trakea
4.Mempertahankan kepatenan jalan napas

19
20
2
1

C. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian terhadap sejumlah informasi yang


diberikan untuk tujuan yang telah ditetapkan ( potter & perry, 2005).
1.bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan napas dibuktikan dengan meconium jalan napas
S : Ibu bayi mengatakan bayi Nampak sesak

O : Bayi Nampak sesak

A : Masalah belum teratasi

Kriteria
No 1 2 3 4 5
Hasil

Produksi
1. √
sputum

2. Mengi √

3. Jalan napas √

P : Intervensi dilanjutkan

2.pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

dibuktikan dengan pola napas abnormal

S : Ibu bayi mengatakan bayi tidak menangis

O : Bayi tidak menangis

A : Masalah belum teratasi

Kriteria
No 1 2 3 4 5
Hasil

Penggunaan
1. otot bantu √
napas

21
2
2

Frekuensi
2. √
napas

3. Dipsnea √

3.ganguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak


seimbangan ventilasi perfusi
S : Ibu bayi mengatakan ada bunyi napas

O : terdengar bunyi napas

A : Masalah belum teratasi

Kriteria
No 1 2 3 4 5
Hasil

1. Dipsnea √

2. Bunyi napas √

3. Pola napas √

22
2
3

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir
yang mengalami gangguan tidak segera bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir (Amru sofian,
2012)
Menurut WHO (dalam Mochtar, 2008)
Klasifikasi klinis asfiksia dibagi dalam 2 macam, yaitu
sebagai berikut :
c. Asfiksia livida adalah asfiksia yang memiliki ciri
meliputi warna kulit kebiru-biruan, tonus otot
masih baik, reaksi rangsangan masih positif, bunyi
jantung regular, prognosis lebih baik.
d. Asfiksia pallida adalah asfiksia dengan ciri meliputi
warna kulit pucat, tonus otot sudah kurang, tidak
ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irregular,
prognosis jelek.
Penyebab Asifiksia dapat terjadi dari factor
ibu ,factor plasenta, fetus , neonates, dan persalinan

B. Saran
Diharapkan setelah mempelaari materi ini Ini akan
mendukung profesionalisme dalam wewenang dan tanggung
jawab perawat sebagai bagian dari tenaga medis yang
memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan secara
komprehensif

23
2
4

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek G, dkk. 2015. Nursing Interventions Clarification (NIC).


Singapore : Elvesier Ine.

Dinas Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Pasuruan.


Pemerintah kabupaten Pasuruan. Pasuruan.

Heather, T. Herdman. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015- 2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.


Jakarta: Salemba Medika.

Kolo, Yolanda. 2015. Masalah Keperawatan Pola Nafas Tidakefektif


dengan Diagnosa Medis Asfiksia. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Nusantara PGRI Kediri.

Maryunani, anik dan Sari, Eka Puspita. 2013. Asuhan Keperawatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Trans Info Media.

Maryunani, anik dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan


Dan Penyulit Pada Neonatus. Jakarta : Trans Info Media.

Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi
Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Nursalam, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk


perawat dan bidan).Jakarta : Salemba Medika.

Prof. Dr. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

24
2
5

Respatiningrum. 2013. Hubungan Kejadian Asfiksia Neonatorum


dengan Perkembangan Bayi. Jurnal kebidanan. Indonesia

Saryono, Skp.,MKes. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam


Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Sulistyorini, Suci. 2015. Gambaran Umur dan Usia Kehamilan Ibu


yang Melahirkan Bayi Asfiksia. Kesehatan Bina Husada.
Indonesia.

Tri, Maharani, dkk. 2016. Panduan Karya Tulis Ilmiah: Studi Kasus
Program Studi D-III Keperawatan. Jombang : STIKes ICM

25

Anda mungkin juga menyukai