Asfiksia Kelompok 6
Asfiksia Kelompok 6
Asfiksia Kelompok 6
ASFIKSIA
DOSEN PENGAMPU :
2. Handoko P00320121013
Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen
Dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kesalahan baik secara
teknis maupun secara materi yang ada, sehingga kami menerima setiap
kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca agar kami bisa lebih
baik lagi kedepannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................6
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................6
D. Manfaat........................................................................................................7
BAB II.......................................................................................................................
TINJAUAN TEORI...................................................................................................
A. Definisi Asfiksia...........................................................................................8
B. Klasifikasi Asfiksia......................................................................................8
C. Penyebab Asfiksia / etiologi.........................................................................9
D. Patofisiologi...............................................................................................11
E. Bagan WOC...............................................................................................12
F. Penatalaksanaan.........................................................................................13
BAB III......................................................................................................................
Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................................
A. Pengkajian..................................................................................................15
B. Diagnosa....................................................................................................17
C. Intervensi....................................................................................................17
Tabel Intervensi Keperawatan NANDA NOC NIC 2015...................................
D. Implementasi..............................................................................................19
E. Evaluasi......................................................................................................20
BAB IV......................................................................................................................
Penutup......................................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................21
B. Saran..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
tertinggi adalah Jawa Tengah (33,1%), Jawa Barat (23%),
Sumatra utara (18,69%), Papua (15,38%) (Kemenkes RI,
2014). Pasuruan 30,8% (Profil Kesehatan Kabupaten
Pasuruan, 2015). Di RSUD Bangil 439.
5
2015)
Ketidakefektifan pola napas merupakan salah satu masalah utama
pada bayi yang mengalami asfiksia. Membersihkan secret
pada saluran pernafasan sangat penting karena akan
mengurangi pola nafas pada bayi. Pencatatan data frekuensi
pernafasan, dispnea, sianosis, denyut jantung, retraksi dada.
Memonitoring pola napas setelah diberikan O2. Pertahankan
bayi dengan posisi semi fowler untuk memaksimalkan
ventilasi (NIC, 2015).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang diambil dari rumusan masalah tersebut :
D. Manfaat
Manfaat Teoritis
6
Manfaat teoritis adalah untuk pengembangan ilmu keperawatan
terkait pada Asuhan Keperawatan Pada Klien Asfiksia
Neonatorum dengan Masalah Ketidakefektifan Pola Napas
Manfaat Praktis
Manfaat praktis adalah memberikan kontribusi laporan kasus pada
Asuhan Keperawatan Pada Klien Asfiksia Neonatorum
dengan Masalah Ketidakefektifan Pola Napas bagi
pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah
khususnya dalam bidang atau profesi
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir
yang mengalami gangguan tidak segera bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir (Amru sofian,
2012)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana
bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya
disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperapneu serta
berakhir dengan asidosis (Arief dkk, 2009)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi
tidak bernapas secara spontan dan teratur segera lahir.
Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat
janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu,
tali pusat, atau masalah pada bayi selama ataupun
sesudah persalinan (Depkes RI, 2009)
B. Klasifikasi Asfiksia
Menurut WHO (dalam Mochtar, 2008)
Klasifikasi klinis asfiksia dibagi dalam 2 macam, yaitu
sebagai berikut :
a. Asfiksia livida adalah asfiksia yang memiliki ciri
meliputi warna kulit kebiru-biruan, tonus otot
masih baik, reaksi rangsangan masih positif, bunyi
jantung regular, prognosis lebih baik.
b. Asfiksia pallida adalah asfiksia dengan ciri meliputi
warna kulit pucat, tonus otot sudah kurang, tidak
ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irregular,
8
C. Penyebab Asfiksia / etiologi
A. Penyebab terjadinya Asfiksia menurut (Proverawati, 2010)
1. Faktor Ibu
Oksigenisasi darah ibu yang tidak mencukupi
akibat hipoventilasi selama anastesi, penyakit
jantung, sianosis, gagal pernapasan, keracunan
karbon monoksida, dan tekanan darah ibu yang
rendah akan menyebabkan asfiksia pada janin.
Gangguan aliran darah uterus dapat
menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen
ke plasenta dan ke janin. Hal ini sering
ditemukan pada gangguan kontraksi uterus,
misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus
akibat penyakit atau obat: hipotensi mendadak
pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada
penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin
dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat
gangguan mendadak pada plasenta, misalnya:
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak
menempel, dan perdarahan plasenta.
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilikus dapat mengakibatkan
terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara
ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat
ditemukan pada keadaan tali pusat melilit leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,
dan lain-lain.
9
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru
lahir dapat terjadi oleh karena pemakaian obat
anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu
secara langsung dapat menimbulkan depresi
pusat pernapasan janin, maupun karena trauma
yang terjadi pada persalinan, misalnya
perdarahan intra kranial. Kelainan kongenital
pada bayi, misalnya stenosis saluran pernafasan,
hipoplasia paru dan lain-lain.
5. Faktor Persalinan
Partus lama dan partus karena tindakan
dapat berpengaruh terhadap gangguan paru-paru.
2. Faktor Bayi
10
a. Bayi Prematur (Sebelum 37 minggu kehamilan).
b. Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ektraksi vakum, porsef).
c. Kelainan kongenital.
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
D. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir
bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Oksigen dan
pengembangan paru merupakan rangsang utama
relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat pasokan
oksigen berkurang, akan terjadi kontriksi arteriol
pada organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun
demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap
stabil atau meningkat untuk mempertahankan
pasokan oksigen. Sebagai akibat dari kekurangan
perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan
menimbulkan kerusakan jaringan otak yang
irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau
kematian.
11
Bagan WOC
ASFIKSIA
Resiko syndrome
Janin kekurangan O2& Kadar kematian
Bersihan jalan bayi
nafas
tidakefektif Paru-paru terisi cairan
CO2 meningkat
Asidosis respiratorik
Apneu Kerusakan otak
Gangguan perfusi
ventilasi
Resiko cidera Kematian bayi
E.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Tindakan resusitasi sesuai dengan tingkat asfiksia, antara
12
lain:
1. Asfiksia Ringan (Apgar Score 7-10)
1) Bayi dibungkus dengan kain hangat.
2) Bersihkan jalan nafas dengan menghisap
lender pada hidung kemudian mulut.
3) Bersihkan badan dan tali pusat.
4) Lakukan observasi tanda vital dan apgar skor
dan masukan kedalam incubator.
2. Asfiksia sedang (Apgar Score 4-6)
1) Bersihkan jalan napas.
2) Berikan oksigen sesuai kebutuhan
13
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
c. Kebersihan diri
14
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan
pasien, terutama saat BAB dan BAK, saat BAB dan
BAK harus diganti popoknya.
d. Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak napas.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan
lemah, sesak napas, pergerakan tremor, reflek tendon
hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
c. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis.
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor
masih cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih
bergerak.
e. Mata
g. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernapasan yang irregular dan
frekwensi pernafasan yang cepat.
h. Neurology atau reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam).
15
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan menurut SDKI:
1.bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
spasme jalan napas dibuktikan dengan meconium jalan napas
2.pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan
upaya napas dibuktikan dengan pola napas abnormal
3.ganguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak
seimbangan ventilasi perfusi
C.Intervensi
1.bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme
jalan napas dibuktikan dengan meconium jalan napas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
bersihan jalan napas meningkat
Dengan kriteria hasil:
1.produksi sputum menurun
2.mengi menurun
3.jalan napas membaik
16
2.pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas dibuktikan dengan pola napas abnormal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pola
napas membaik
Dengan kriteria hasil:
1.penggunaan otot bantu napas menurun
2.frekuensi napas membaik
3.dipsnea menurun
Edukasi
1.anjurkan asupan cairan 2000ml/hari.
Pemantauan respirasi
Observasi
1.monitor frekuensi,irama,kedalam dan upaya napas
2.monitor pola napas
Trapeutik
1.Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1.Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
17
Terapi Oksigen
Observasi
1.Monitor kecepatan aliran oksigen
2.Monitor posisi alat terapi oksigen
Terapeutik
1.Bersihkan secret pada mulut,hidung,dan trakea
2.pertahankan kepatenan jalan napas
D.Implementasi
18
2.Memonitor posisi alat terapi oksigen
3.Membersihkan secret pada mulut,hidung,dan trakea
4.Mempertahankan kepatenan jalan napas
19
20
2
1
C. Evaluasi
Kriteria
No 1 2 3 4 5
Hasil
Produksi
1. √
sputum
2. Mengi √
3. Jalan napas √
P : Intervensi dilanjutkan
Kriteria
No 1 2 3 4 5
Hasil
Penggunaan
1. otot bantu √
napas
21
2
2
Frekuensi
2. √
napas
3. Dipsnea √
Kriteria
No 1 2 3 4 5
Hasil
1. Dipsnea √
2. Bunyi napas √
3. Pola napas √
22
2
3
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir
yang mengalami gangguan tidak segera bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir (Amru sofian,
2012)
Menurut WHO (dalam Mochtar, 2008)
Klasifikasi klinis asfiksia dibagi dalam 2 macam, yaitu
sebagai berikut :
c. Asfiksia livida adalah asfiksia yang memiliki ciri
meliputi warna kulit kebiru-biruan, tonus otot
masih baik, reaksi rangsangan masih positif, bunyi
jantung regular, prognosis lebih baik.
d. Asfiksia pallida adalah asfiksia dengan ciri meliputi
warna kulit pucat, tonus otot sudah kurang, tidak
ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irregular,
prognosis jelek.
Penyebab Asifiksia dapat terjadi dari factor
ibu ,factor plasenta, fetus , neonates, dan persalinan
B. Saran
Diharapkan setelah mempelaari materi ini Ini akan
mendukung profesionalisme dalam wewenang dan tanggung
jawab perawat sebagai bagian dari tenaga medis yang
memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan secara
komprehensif
23
2
4
DAFTAR PUSTAKA
24
2
5
Tri, Maharani, dkk. 2016. Panduan Karya Tulis Ilmiah: Studi Kasus
Program Studi D-III Keperawatan. Jombang : STIKes ICM
25