Tata Tertib HMTI
Tata Tertib HMTI
Tata Tertib HMTI
Fakultas Teknik UNLAM Jl. Brigjend H.Hasan Basry Banjarmasin 70123 Telp. (0511)3303802 Fax (0511)3303802
TATA TERTIB MUSYAWARAH BESAR MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BAB I NAMA DAN TUJUAN Pasal 1 NAMA Permusyawaratan ini dinamakan Musyawarah Besar Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika yang selanjutnya disingkat dengan MUBES HMTI. Pasal 2 TUJUAN Tujuan Tata Tertib MUBES HMTI adalah mengatur jalannya persidangan Musyawarah Besar Mahasiswa Teknik Informatika FT. UNLAM. BAB II KEDUDUKAN, KEKUASAAN, DAN WEWENANG Pasal 3 KEDUDUKAN MUBES HMTI merupakan forum tertinggi dari Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika FT. UNLAM. Pasal 4 KEKUASAAN DAN WEWENANG MUBES HMTI memiliki agenda untuk : 1. Musyawarah luar biasa a. Menetapkan AD dan ART HMTI FT. UNLAM. b. Menetapkan Garis Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) HMTI FT. UNLAM. 2. Memilih Ketua HMTI.
BAB III DEFINISI, HAK, DAN KEWAJIBAN PESERTA Pasal 5 DEFINISI PESERTA Peserta MUBES HMTI terdiri dari : 1. Peserta penuh yang terdiri dari seluruh mahasiswa Program Studi Informatika FT. UNLAM. 2. Peserta peninjau, yaitu peserta undangan.
Pasal 6 HAK
Hak peserta MUBES HMTI terdiri dari:
1. Peserta dapat mengajukan pertanyaan, usul, dan atau pendapat baik secara lisan maupun tertulis. 2. Peserta Penuh mempunyai hak bicara dan hak suara. 3. Peserta Peninjau hanya memiliki hak bicara.
Pasal 7 KEWAJIBAN Kewajban peserta MUBES HMTI adalah: 1. Peserta diharapkan berpakaian rapi dan sopan dalam mengikuti acara. 2. Peserta Penuh wajib mengikuti seluruh agenda acara. 3. Peserta mengikuti seluruh acara dengan baik dan serius. 4. Meminta persetujuan pimpinan sidang apabila hendak menggunakan hak bicara dan ketika meninggalkan sidang. 5. Peserta yang tidak ada di tempat dianggap menyetujui segala hal keputusan sidang. 6. Setiap peserta harus mematuhi peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh panitia pelaksana serta tata tertib yang telah dimusyawarahkan.
BAB IV SANKSI SANKSI Pasal 8 SANKSI SANKSI 1. Sanksi diberikan kepada peserta yang melanggar tata tertib. 2. Sanksi dapat berbentuk peringatan, pencabutan hak bicara, atau dikeluarkan dari forum musyawarah oleh pimpinan sidang atas persetujuan peserta sidang.
2
BAB V SIDANG SIDANG Pasal 9 KETENTUAN UMUM SIDANG 1. Persidangan terdiri dari sidang pleno. 2. Sidang pleno dihadiri oleh peserta MUBES HMTI FT. UNLAM. Pasal 10 SIDANG PLENO Sidang Pleno bertugas: 1. Memimpin persidangan agar tetap dalam suasana kebersamaan sehingga dapat berjalan dengan kondusif. 2. Berusaha mempertemukan pendapat, menyimpulkan pembicaraan dan persoalan sesuai dengan proporsinya serta meluruskan pembicaraan sesuai dengan acara persidangan. 3. Membuat keputusan dan atau ketetapan selama MUBES. BAB VI PIMPINAN SIDANG Pasal 11 PIMPINAN SIDANG Sidang Pleno dipimpin oleh presidium sidang.
Pasal 12 ANGGOTA PIMPINAN SIDANG Presidium sidang pleno terdiri dari tiga orang pimpinan sidang.
BAB VII QUORUM Pasal 13 QUORUM 1. Sidang pleno dinyatakan sah jika dihadiri lebih dari peserta MUBES HMTI. 2. Apabila quorum sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 diatas tidak tercapai maka sidang ditunda 2 x 5 menit.
3. Apabila 2 kali penundaan seperti yang dimaksud dalam ayat 1 dan 2 di atas masih juga belum tercapai quorum, maka sidang dapat dilanjutkan dan dianggap sah (memenuhi quorum) dan dapat mengambil keputusan. BAB VIII PUTUSAN Pasal 14 BENTUK Bentuk-bentuk putusan MUBES HMTI adalah : 1. Keputusan MUBES HMTI adalah putusan yang memiliki kekuatan mengikat. 2. Ketetapan MUBES HMTI adalah putusan yang mempunyai ketetapan hukum dalam musyawarah.
Pasal 15 TATA CARA PUTUSAN 1. Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan dengan asas musyawarah untuk mufakat. 2. Apabila tidak tercapai kemufakatan, maka dilakukan penundaan selama 1 x 5 menit untuk dilakukan lobi. 3. Apabila point 2 tidak tercapai maka dilakukan voting. Pasal 16 VOTING 1. Pengambilan keputusan voting adalah sah apabila: a. Diambil dalam sidang yang memenuhi quorum. b. Disetujui oleh lebih dari setengah peserta yang hadir memenuhi quorum. 2. Apabila dalam pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak diperoleh hasil yang sama, maka pemungutan suara diulang paling banyak 2 kali. 3. Apabila dari hasil pemungutan suara yang terakhir masih menghasilkan suara yang sama, maka usul/hak yang akan diputuskan ditolak, tetapi akan dimusyawarahkan kembali untuk mengambil keputusan yang terbaik dan sepenuhnya diputuskan oleh presidium sidang. 4. Penyampaian suara disampaikan secara lisan, mengacungkan tangan atau tertulis. 5. Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak dilakukan dengan mengadakan perhitungan suara secara langsung.
BAB IX TATA CARA BERBICARA Pasal 17 ATURAN 1. Demi ketertiban dan kelancaran persidangan, tiap peserta berbicara melalui dan seizin Presidium Sidang. 2. Ketentuan mengenai waktu dan lamanya pembicara berbicara diatur oleh Presidium Sidang. 3. Untuk efisiensi waktu maka setiap pembicara dapat berbicara hendaknya ada pokok persoalan dan disampaikan secara singkat dan jelas.
Pasal 18 INTERUPSI 1. Setiap peserta dapat menyampaikan interupsi setelah mendapat izin dari Presidium Sidang berdasarkan prioritas jenis interupsi sebagai berikut: a. Point of Order : Mengajukan usul prosedur mengenai soal yang dibicarakan beserta solusi. b. Point of Clearent : Mengajukan keberatan terhadap materi yang pembicaraannya diluar masalah yang dibahas. c. Point of Informasi : Meminta penjelasan tentang duduk perkara sebenarnya atau tentang masalah yang dibicarakan dan memberikan penjelasan mengenai masalah yang dibicarakan. 2. Interupsi disetujui oleh Presidium Sidang dan diprioritaskan berdasarkan pada point a, b, dan c. Pasal 19 PENGARAHAN 1. Apabila seseorang pembicara menyimpang dari pokok pembicaraan, maka Presidium Sidang dapat memperingatkan dan meminta supaya kembali kepada pokok pokok permasalahan. 2. Apabila pembicara dalam berbicara menggunakan kata-kata yang menyinggung pribadi seseorang atau mengajurkan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum, maka Presidium Sidang dapat memberikan nasehat dan memperingatkan agar pembicara tertib kembali serta menarik kembali kata kata yang menyebabkan ia diberi peringatan.
BAB X PALU SIDANG Pasal 20 PALU SIDANG Ketentuan ketukan yang dilakukan pimpinan sidang yaitu sebagai berikut : 1. 1 ketukan untuk satu pasal atau hal lain yang telah disepakati. 2. 2 ketukan untuk pergantian setiap acara dan pimpinan sidang. 3. 3 ketukan untuk pembukaan dan penutupan sidang.
BAB XI PENUTUP Pasal 21 PENUTUP 1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diputuskan oleh pimpinan sidang dengan persetujuan peserta sidang. 2. Tata tertib ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Tata Tertib ini ditetapkan di Banjarmasin pada Hari Tanggal : Selasa : 02 September 2012
MUSYAWARAH BESAR MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT TAHUN 2012
Presidium Sidang 1
Presidium Sidang 2
Presidium Sidang 3
Suryani H1G111207