Conference Presentations by SISKA EFENDI
West Sumatra is one producing coffee region in Indonesia that contributes to the economy in Indon... more West Sumatra is one producing coffee region in Indonesia that contributes to the economy in Indonesia because unstable need expand. Optimizing generative propagation of coffee plants with gibberellin hormone treatment and different water temperatures on coffee seed germination stage. The research was conducted at the Seed Technology Laboratory Faculty Agriculture, Andalas University from July to September 2020. Research methods used randomized block design [RBD] with 2 treatments namely concentration hormone gibberellin and immersion water temperature differences. Measurement parameters are maximum growth potential [%], First Count Test [FCT] [%], and Index Value Test [IVT] [days]. All parameter observation results showed a significant effect on the treatment of gibberellin hormone concentration and water temperature treatment. G4S1 sample [the combination of 200 ppm gibberellin hormone concentration and room water temperature treatments] has resulted as the best treatment for all parameters. Respectively, 0.79 days for index value test, 76.67% for the first count test, and 85% for the maximum growth potential parameters.
Peremajaan (replanting) merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produksi kel... more Peremajaan (replanting) merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produksi kelapa sawit. Hanya saja pelaksanaan replanting kelapa sawit dihadapkan dengan berbagai kendala teknis dan non teknis. Ditambah tanaman kelapa sawit pada areal replanting tidak tumbuh optimal sehingga rentan serangan hama. Hama kelapa sawit yang selama ini ditakuti petani adalah ulat api, karena jenisnya yang banyak dan daya rusak yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis ulat api, kelimpahan dan tingkat serangan beberapa spesies ulat api pada perkebunan kelapa sawit pasca replanting. Penelitian ini telah dilakukan di Nagari Muaro Sopan, Kabupaten Dharmasraya. Pada bulan Februari sampai dengan Mei 2020. Penelitian ini berbentuk survei dengan penentuan tanaman sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua spesies ulat api yaitu Setora nitens dan Setothosea asigna yang menyerang kelapa sawit pada areal replanting. Kelimpahan spesies ulat api tertinggi yakni pada umur tanaman empat tahun pasca replanting dengan jumlah 816 individu sedangkan kelimpahan ulat api terendah di umur tanaman dua tahun pasca replanting dengan jumlah 644 individu. Tingkat kerusakan akibat ulat api meningkat selama tiga bulan pengamatan dengan rata-rata tingkat kerusakan tertinggi terjadi pada umur tanaman empat tahun pasca replanting dengan persentase 61,33%, sedangkan kerusakan terendah terjadi pada umur tanama dua tahun pasca replanting dengan persentase 54,98%. Kata kunci: S. nitens, S. asigna, predator dan parasitoid Pendahuluan Pola budidaya kelapa sawit setelah replanting berbeda dengan lahan bukaan baru, sehingga perlu perencanaan yang komprehensif. Selain itu selama proses budidaya akan E
Tanaman kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki peranan ya... more Tanaman kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional, khususnya sebagai sumber pendapatan dan devisa negara. Kakao juga memiliki harga yang relatif stabil dan mahal di pasaran, jika dibandingkan dengan karet dan kelapa sawit. Biji yang dihasilkan oleh tanaman kakao mempunyai prospek untuk dikembangkan menjadi berbagai produk baik sebagai bahan minuman, makanan dan industri kosmetik. Hal ini membuat kakao menjadi sumber pendapatan petani dan sumber penghasil devisa negara. Pengusahaan kakao di Indonesia dikelola oleh beberapa pihak terutama perkebunan rakyat, swasta dan negara. Sebagian besar perkebunan kakao di Indoensia berbentuk perkebunan rakyat. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan (2017) luas perkebunan rakyat pada tahun 2013-2017 berturut-turut yakni 1.660.767 Ha; 1.686.178 Ha; 1.667.337 Ha; 1.659.598 Ha; dan 1.649.827 Ha.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sangat mendukung pengembangan komoditi kakao, karena komoditi ini memiliki peranan yang sangat penting di masa mendatang, oleh karena itu perlu dilakukan pembudidayaan tanaman kakao secara intensif. Supaya pertumbuhan tanaman kakao menjadi baik dan memiliki produksi tinggi, maka perlu dilakukan teknologi budidaya yang baik seperti menggunakan bibit unggul, tanah yang subur, penyiangan, pemangkasan dan lain-lain.
Dharmasraya adalah salah satu kabupaten yang berupaya mengembangkan kakao. Hal ini tidak terlepas dari anjloknya harga TBS kelapa sawit dan latek. Hal ini menyebakan petani beralih ke tanaman kakao. Pada tahun 2016 luas pertanaman kakao di Kab. Dharmasraya yakni 2.108 ha yang tersebar di sebelas kecamatan terutama di Kecamatan Sitiung. Rata-Rata produksi kakao tahun 2016 di Kab. Dharmasraya yakni 549,94 kg/ha. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa produksi kakao di Kab. Dharmasraya belum optimal. Berdasarkan survei yang sudah dilakukan diketahui salah satu penyebab rendahnya produksi tersebut adanya terbatasnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam aplikasi kultur standar kakao
Kecamata Pulau Punjung menjadi prioritas pengembangan komoditi kelapa sawit di Kabupaten Dharmasr... more Kecamata Pulau Punjung menjadi prioritas pengembangan komoditi kelapa sawit di Kabupaten Dharmasraya. Program ekstensifikasi dengan membuka perkebunan baru belum memberikan hasil yang optimal, terbukti pada tahun 2014 produktivitas kelapa sawit di Kab. Dharmasraya turun 3,93 persen. Rendahnya produksi kelapa sawit rakyat disebabkan proses penyerbukan tidak optimal sehingga terbentuk buah partenokarpi dengan nilai fruit set Tandan Buah Segar (TBS) yang rendah. Proses penyerbukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan agens penyerbuk salah satunya adalah serangga polinator Elaeidobius kamerunikus Faust. Serangga tersebut tidak tersedia pada perkebunan kelapa sawit rakyat yang jauh dari perkebunan tua. Solusi dari pemasalahan tersebut adalah aplikasi teknik hatch & carry serangga polinator E. kamerunikus.
Mitra kegiatan ini adalah Kelompok Tani Budidaya dan Cinta Maju, kedua mitra adalah petani kelapa sawit yang terdapat di Kec. Pulau Punjung, Kab. Dharmasraya. Mitra tergolong petani yang belum produktif secara ekonomis, tetapi berhasrat kuat menjadi sukses dan mandiri. Aplikasi teknologi hatch & carry serangga polinator E.kamerunikus pada perkebunan kelapa sawit rakyat terdiri dari beberapa tahap. Metode pendekatan yang digunakan untuk kegiatan pengabdian yakni sosialisasi, penyuluhan, pelatihan dan demontrasi, demplot, bantuan alat berupa paket teknologi hatch & carry, serta monitoring dan evaluasi. Tahap pertama adalah penyuluhan tentang proses penyerbukan kelapa sawit dan pengenalan teknologi hatch & carry serangga penyerbuk E. kamerunikus kepada mitra. Berikutnya tahap kedua yakni pelatihan dan demontrasi aplikasi teknologi hatch & carry yang terdiri dari 1) Pelatihan pembuatan rumah dan kotak hatch & carry, 2) Pelatihan pengumpulan serbuk sari, 3) Pelatihan cara penyimpanan dan menguji viabilitas serbuk sari, 4) Pelatihan operasional teknologi hatch & carry , 5) Pelatihan penyerbukan buatan (assisted pollination). Percontohan langsung aplikasi teknologi hatch & carry kepada mitra dilakukan dalam bentuk demplot. Demplot pecontohan dilakukan pada kebun kelapa sawit milik mitra dengan luas lahan ± 1 ha. Pada akhir kegiatan dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan.
Secara umum pelaksanaan pengabdian masyarakat ditargetkan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi mitra. Pengetahun dan keterampilan mitra bertambah setelah mengikuti rangkaian kegiatan pengabdian. Mitra memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang budidaya kelapa sawit khususnya tentang penyerbukan. Mitra terampil dalam mengaplikasi teknologi hatch & carry serangga polinator E.kamerunikus pada lahan masing-masing. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mira akan berimplikasi langsung pada peningkatan produksi kelapa sawit di Kec. Pulau Punjung.
Keywords: Penyerbukan, polinator, Rendemen, Tandan Buah Segar (TBS)
Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit Ekosistem hutan yang komplek dengan keanekarag... more Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit Ekosistem hutan yang komplek dengan keanekaragaman tinggi menjadi agroekosistem monokultur skala luas Penyederhanaan yang drastis berdampak terhadap komponen penyusun ekosistem, salah satunya laba-laba
Nagari Aia Dingin Kabupaten Solok memiliki komoditi unggulan yaitu jenis kopi specialty yang mula... more Nagari Aia Dingin Kabupaten Solok memiliki komoditi unggulan yaitu jenis kopi specialty yang mulai dikenal secara nasional dan bahkan internasional yang diberi nama Kopi Solok Radjo. Agar Kopi Solok Radjo dapat menjadi salah satu faktor ekonomi sektor pertanian yang penting bagi masyarakat setempat serta berdampak terhadap pembangunan ekonomi lokal maka diperlukan upaya menjadikan Nagari Aia Dingin sebagai sentra kopi arabika yang berkelanjutan dan inklusif. Agar Pengembangan Ekonomi Lokal (LED) menjadi efektif, kita perlu mengidentifikasi dan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ekonomi masyarakat, dan menyetujui strategi bersama. Perencanaan strategis PEL menawarkan masyarakat peluang untuk bekerja bersama untuk meningkatkan ekonomi lokal dan meningkatkan daya saing, dengan demikian mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif. Namun demikian perlu dilakukan kajian mendalam tentang kelayakan Nagari Aia Dingin dalam pengembangan komoditi kopi Solok Radjo. Evaluasi kelayakan perlu dilandasi basis data yang akurat sehingga dapat menentukan kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang yang dapat direkomendasi bagi pemerintah derah menyusun program pengembangan jangka pendek, menengah dan panjang komoditas kopi di Nagari Aia Dingin. Permasalahannya adalah belum tersedia data akurat tentang luas lahan potensial, dan eksisting lahan budidaya kopi di Nagari Aia Dingin. Disamping itu, belum diketahui sejauhmana budidaya kopi berdampak terhadap peningkatan ekonomi masyarakat khususnya di Nagari Aia Dingin dan sekitarnya.
Abstrak. Efendi S, Yaherwandi, Nelly N. 2016. Studi preferensi dan tanggap fungsional Menochilus ... more Abstrak. Efendi S, Yaherwandi, Nelly N. 2016. Studi preferensi dan tanggap fungsional Menochilus sexmaculatus dan Coccinella transversalis pada beberapa mangsa yang berbeda. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 2: 125-131. Tanggap fungsional Menochilus sexmaculatus Fabricius (Coleoptera: Coccinellidae) dan Coccinella transversalis Thunberg (Coleoptera: Coccinellidae) pada tiga mangsa yang berbeda, yaitu Aphis gossypii Glover (Homoptera: Aphididae), Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae), dan Myzus persicae Sulz (Homoptera: Aphididae), telah diteliti dengan tujuan untuk menentukan tipe tanggap fungsional pada masing-masing mangsa. Kerapatan mangsa yang dipaparkan adalah 10, 20, 30, 40, dan 50 individu. Pemaparan dilakukan selama satu jam. Predator Coccinellidae yang digunakan adalah imago betina yang sudah dilaparkan selama 24 jam. Penentuan tipe tanggap fungsional dianalisis dengan regresi logistik, sedangkan laju pemangsaan dianalisis menggunakan rumus Holling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan dan jenis mangsa mempengaruhi laju pemangsaan dan tipe tanggap fungsional kedua serangga uji. Laju pemangsaan M. sexmaculatus dan C. transversalis berbeda tidak nyata pada ketiga jenis mangsa yang dipaparkan. Begitu juga berdasarkan hasil analisis regresi logistik terungkap bahwa M. sexmaculatus memperlihatkan tanggap fungsional tipe I terhadap A. craccivora dan tipe III pada mangsa M. persicae dan A. gossypii. Berbeda dengan C. transversalis, pada mangsa A. gossypii, A. craccivora, dan M. persicae tergolong tanggap fungsional tipe I. Hasil ini menunjukkan bahwa predator M. sexmaculatus dan C. transversalis berpotensi sebagai agens kontrol biologis yang efektif. Abstrak. Efendi S, Yaherwandi, Nelly N. 2016. Study of preference and functional response of Menochilus sexmaculatus and Coccinella transversalis in several different preys. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 2: 125-131. Functional response of Menochilus sexmaculatus Fabricius (Coleoptera: Coccinellidae) and Coccinella transversalis Thunberg (Coleoptera: Coccinellidae) on three different preys namely Aphis gossypii Glover (Homoptera: Aphididae), Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae) and Myzus persicae Sulz (Homoptera: Aphididae) had been investigated with the aim to determine the type of functional response in each of prey. The densities of prey exposed were 10, 20, 30, 40 and 50 individuals. Exposure was carried out for one hour. Coccinellidae predators used were the female imago that made hungry for 12 hours. The determination of the type of functional response was analyzed by a logistic regression, while the predation rate was analyzed by using a Holling formula. The results showed that density and type of prey affected the predation rate and type of functional response on both test insects. The rate of predation of M. sexmaculatus and C. transversalis is no significant on three types of prey exposed. Likewise, based on the results of logistic regression analysis revealed that M. sexmaculatus showed a functional response to A. craccivora of type I and type III on preys of M. persicae and A. gossypii. In contrast to C. transversalis, the prey of A. gossypii, A. craccivora and M. persicae were belonging to the functional response of type I. These results indicated that the predator of M. sexmaculatus and C. transversalis were potential as an effective biological control agents. PENDAHULUAN Tanggap fungsional menjadi salah satu indikator untuk menentukan ukuran keefektifan suatu predator dalam pengendalian hayati. Pada awalnya, tanggap fungsional dikembangkan dari model pemangsaan predator (Rogers 1972). Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Solomon pada tahun 1949 untuk menyatakan jumlah mangsa yang diserang oleh predator pada kerapatan populasi mangsa per satuan waktu. Selanjutnya disampaikan oleh Nelly (2005) bahwa tanggap fungsional merupakan komponen yang esensial dalam dinamika interaksi antara predator dengan mangsanya, karena dapat memberi gambaran mengenai keefektifan predator dalam mengendalikan populasi mangsanya.
Papers by SISKA EFENDI
Agrika: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, Nov 27, 2023
Aphis gossypii Glover merupakan salah satu hama penting pada tanaman cabai. Salah satu metode pen... more Aphis gossypii Glover merupakan salah satu hama penting pada tanaman cabai. Salah satu metode pengendalian yang ramah lingkungan dan efektif adalah menggunakan Coccinellidae predator yang memiliki keanekaragaman rendah pada tanaman cabai. Kehadiran Coccinellidae predator secara alami selalu terlambat dibandingkan A. gossypii. Pengendalian hama tersebut dapat dioptimalkan melalui rekayasa ekosistem dengan penanaman tanaman refugia dan tanaman pinggir di tanaman cabai. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh tanaman pinggir dan refugia terhadap keanekaragaman dan kehadiran Coccinellidae predator pada tanaman cabai. Penelitian berbentuk eksperimen yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, yaitu: 1) budidaya cabai monokultur, 2) budidaya cabai dan tanaman pinggir, 3) budidaya cabai dan refugia, 4) budidaya cabai, kombinasi tanaman pinggir dan refugia. Percobaan dilakukan pada lahan seluas 35 m x 10 m. Data diolah dengan menggunakan analisis ragam. Jika terdapat perbedaan antar perlakuan, pengolahan dilanjutkan dengan uji Tukey pada taraf nyata 5 %. Hasil penelitian menunjukkan refugia dan kombinasi refugia dengan tanaman pinggir berpengaruh terhadap jumlah individu, jumlah spesies, keanekaragaman, dan kemerataan Coccinellidae predator. Penanaman tanaman refugia dan tanaman pinggir tidak mampu menarik Coccinellidae predator hadir lebih cepat ke tanaman cabai, tetapi dapat menjadi alternatif pengendalian A. gossypii yang ramah lingkungan dan berpotensi meningkatkan keanekaragaman hayati di lahan pertanian.
Jurnal Riset Perkebunan
Information on the type of OPT that attacks plantation commodities in Buton Regency is incomplete... more Information on the type of OPT that attacks plantation commodities in Buton Regency is incomplete, even though the data can be the basis for mitigating attacks and controls if the plants have been attacked. For this reason, research was conducted to identify the type and distribution of pests in plantation crops, especially in cocoa, cloves, cashew, pepper, and coconut commodities. They analyzed the damage caused by OPT in plantation crops, especially in cocoa, cloves, cashews, pepper, and coconut commodities, and determined alternative solutions for control and prevention. Observations were made in several villages in several sub-districts in Buton Regency. Direct observations were made on the specified land, and interviews with farmers and various related parties were conducted. To get OPT-type data and damage levels. OPT that attacks cashew consists of two types of pests and one disease. The level of damage OPT in the categorized category of guava plants. The level of damage to t...
CELEBES Agricultural
Nurseries are one of the essential agronomic activities in oil palm cultivation. Oil palm seedlin... more Nurseries are one of the essential agronomic activities in oil palm cultivation. Oil palm seedlings are cultivated on a large scale, different from nurseries for other plantation commodities. The nursery expanse comprises various biotic components, one of which is Arthropods. This study aims to determine the Artropod community and its function in oil palm nurseries. The research was carried out at two nurseries, Nagari Gunung Medan and Nagari Kurnia Selatan, Dharmasraya Regency, West Sumatra Province. Sampling using the pitfall trap, yellow pan trap, insect nets, and direct collection methods. The results showed that the Arthropods that make up the oil palm nursery ecosystem were insects and spiders. Arthropods in oil palm nurseries act as phytophages, predators, parasitoids, and detrivores. Phytophage insects found in oil palm nurseries were 700 individuals consisting of 4 orders, nine families, and 14 genera/species. Predatory insects, parasitoids, and detritivores were found in a...
Jurnal Riset Perkebunan
Cameroon and Angola, accession palms oil, were two plants with different flower architectures suc... more Cameroon and Angola, accession palms oil, were two plants with different flower architectures such as bunch size, bunch length, number of spikelets and flowers, and volatile compounds produced. The difference in flower characteristics was thought to affect the presence of flower-visiting insects in the two palm oil accessions. The study aimed to determine the insects that visit Cameroon and Angola palm oil flower accessions. Insects that visit flowers were collected directly, using yellow pan traps, swing nets, and aspirators. Collected flower-visiting insects were identified as species. Diversity and evenness were calculated using the Shannon diversity index and the Simpsons’ evenness. The total number of flower-visiting insects collected was 2039 individuals. In the Angola accession, 150 individuals were found consisting of 5 orders, 10 families, and 14 species. Insects that visited Cameroon’s accession of palm oil flowers were 1889 individuals consisting of 8 orders, 16 families,...
Jurnal Agronomi Tanaman Tropika (JUATIKA), Jan 21, 2019
Penelitian bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan Coccinellidae Pred... more Penelitian bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan Coccinellidae Predator. Pengambilan sampel spesies Coccinellidae Predator dilakukan dengan menggunakan jaring ayun dan koleksi secara langsung pada tajuk tanaman. Keanekaragaman Coccinellidae Predator dihitung menggunakan Shannon-Wienner. Total jumlah Coccinellidae predator yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah 146 individu yang terdiri dari 11 spesies, spesies predator yang ditemukan di pertanaman cabai adalah Chilocorus melanophthalmus,
Media Pertanian
Penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei Ferr. adalah salah satu hama utama yang menyerang ... more Penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei Ferr. adalah salah satu hama utama yang menyerang tanaman kopi Arabika di seluruh dunia termasuk Indonesia. Secara umum, Hypothenemus hampei dapat menyerang berbagai jenis kopi, tetapi kopi Arabika (Coffea arabica) cenderung lebih rentan terhadap serangan ini dibandingkan dengan kopi Robusta (Coffea canephora). Di Indonesia, jenis kopi yang banyak ditanam adalah kopi Arabika dan kopi Robusta. Kopi Arabika lebih banyak ditanam di dataran tinggi, sementara kopi Robusta lebih banyak ditanam di dataran rendah. Menarik untuk mengetahui kelimpahan populasi PBKo dan tingkat kerusakan pada kopi arabika di dataran tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan populasi dan tingkat kerusakan PBKo pada kopi arabika di dataran tinggi. Pengamatan dilakukan di perkebunan kopi rakyat di Kabupaten Kerinci dan Laboratorium Bioekologi Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Hasil penelitian menunjukkan ...
Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia, Feb 15, 2023
ABSTRAK Legume Cover Crop (LCC) yang banyak ditanam pada perkebunan kelapa sawit adalah Mucuna br... more ABSTRAK Legume Cover Crop (LCC) yang banyak ditanam pada perkebunan kelapa sawit adalah Mucuna bracteata. M. bracteata dapat mempengaruhi faktor biotik dan abiotik tanah seperti suhu dan kelembaban tanah, perubahan faktor fisik tersebut diduga akan mempengaruhi beberapa organisme yang terdapat pada ekosistem perkebunan kelapa sawit terutama organisme tanah yang salah satunya adalah semut. Semut memiliki beberapa peranan diantaranya adalah sebagai penyerbuk, predator, pengurai dan herbivora. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman semut pada ekosistem kelapa sawit yang memiliki LCC M. bracteata. Penelitian dilakukan di lahan perkebunan kelapa sawit PT. Sumbar Andalas Kencana (SAK) yang terletak di Kecamatan Padang Laweh, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat pada bulan Desember 2018 sampai Februari 2019. Pengambilan sampel pada tiap-tiap lahan menggunakan Hand Collecting, Pitfall Trap, dan Bait Trap. Data pengamatan berupa indeks keanekaragaman Shannon-Wienner, indeks kemerataan Simpson, indeks Dominansi Simpson, dan Indeks Nilai Penting (INP). Total semut yang dikoleksi selama penelitian sebanyak 4.295 individu terdiri dari 10 genus dan 14 spesies. Kebun yang paling banyak jumlah spesies semut adalah kebun yang ditanami mucuna yakni dengan total 12 spesies dan 1.811 individu.
JURNAL AGRONOMI TANAMAN TROPIKA (JUATIKA)
Deforestation or functional change from forest to non-forest plays a role in changing ecosystems... more Deforestation or functional change from forest to non-forest plays a role in changing ecosystems and species within it. Insects as one of the faunas in it is an interesting aspect to be studied, especially ants. The research was conducted in Nagari Gunung Selasih and Sungai Kambut, Pulau Punjung District, Dharmasraya Regency, West Sumatra from November 2017 to January 2018. This study aims to determine the diversity of ants in the palm oil plantation ecosystem bordering the forest ecosystem. This research takes the form of a survey where the Purposive Random Sampling method was used for points sampling. Hand Collecting, Bait Trap, and Pitfall Trap sampling methods were applied for each plant. Identification of the samples obtained was carried out at the Animal Taxonomy Laboratory, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Andalas University, Padang. Total ants (Hymenoptera: Formicidae) collected during the study were 3,046 individuals consisting of 5 subfa...
RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT YANG DIBERI PUPUK BOKASHI DI MAIN NURSERY ABSTRAK Penelit... more RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT YANG DIBERI PUPUK BOKASHI DI MAIN NURSERY ABSTRAK Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Universitas Andalas Kampus III Dharmasraya. Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai bulan Mei 2018. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan kelapa sawit yang diberi pupuk Bokashi di main nursery dan mendapatkan dosis pupuk Bokashi yang terbaik dalam memperbaiki pertumbuhan kelapa sawit pada pembibitan utama main nursery. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 4 taraf perlakuan dan 4 ulangan. Setiap plot terdiri dari 3 tanaman sehingga semuanya berjumlah 48 tanaman. Adapun perlakuannya, yaitu P0 tanpa perlakuan atau 0,0 kg Bokashi/polibag, P1 1,0 kg Bokashi/polibag, P2 1,5 kg Bokashi/polibag, P3 2,0 kg Bokashi/polibag. Data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji Duncans New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5 %. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perla...
AGRISAINTIFIKA: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Elaeidobius kamerunicus adalah serangga polinator utama tanaman kelapa sawit. E. kamerunicus diin... more Elaeidobius kamerunicus adalah serangga polinator utama tanaman kelapa sawit. E. kamerunicus diintroduksi ke Indonesia Pada tahun 1983 dari Negara Kamerun, kurang lebih 35 tahun E. kamerunicus hidup dan berkembang biak pada tanaman kelapa sawit yang biasa ditanaman di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kelimpahan dan frekuensi kunjungan E. kamerunicus pada kelapa sawit Aksesi Kamerun dan Angola. Penelitian ini dilakukan di Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) Provinsi Sumatera Barat Gunung Medan. dengan menggunakan Aksesi Kamerun dan Angola, metode yang digunakan adalah metode survei dengan empat tahap yaitu penentuan lokasi, penentuan bunga jantan dan betina untuk pengamatan, pengamatan kelimpahan E. kamerunicus dan pengamatan frekuensi kunjungan E. kamerunicus. Hasil penelitian kelimpahan populasi E. kamerunicus pada Aksesi Kamerun lebih tinggi dibandingkan dengan Aksesi Angola, dan frekuensi kunjungan bunga betina tertinggi pada pagi hari dan terendah sore hari.
Jurnal Riset Perkebunan
Both oil palm plantations boerdering forests and oil palm plantations bordering rubber plantation... more Both oil palm plantations boerdering forests and oil palm plantations bordering rubber plantations were studied using purposive random sampling with pit fall traps, sweep nets and yellow pan traps. Species biodiversity was analyzed using the Shanon-Wienner index and the Simpson index. The dominant species was determined using the Important Value Index. This study found 1,683 individuals, 7 orders and 18 families of predatory and parasitoid insects. The Shanon-Wienner diversity index was 2.78 for oil palm plantations adjacent to forest and 2.62 for oil palm plantations adjacent to rubber plantations. While the Simpson diversity index was 1.00 for oil palm plantations adjacent to forest and 0.94 for oil palm plantations adjacent to rubber plantations. The Order Hymenoptera Family Formicidae had the highest Important Value Index (0.58 for oil palm plantations bordering forest and 0.62 for oil palm plantations adjacent to rubber plantations).
KEANEKARAGAMAN CAPUNG (ODONATA) PADA BEBERAPA EKOSISTEM PERTANIAN DI KECAMATAN SITIUNG KABUPATEN ... more KEANEKARAGAMAN CAPUNG (ODONATA) PADA BEBERAPA EKOSISTEM PERTANIAN DI KECAMATAN SITIUNG KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRAK Capung (Odonata) berperan penting bagi keberlagsungan ekosistem yaitu sebagai agen pengendali hayati dan bioindikator lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman capung (Odonata) pada ekositem berbeda yaitu ekositem sawah, sawit dan karet di Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya. Provinsi Sumatera Barat pada bulan Februari sampai April 2018. Penelitian ini berbentuk survey dan pengambilan titik sampel dilakukan secara acak sistematis menggunakan jaring serangga dan hand collecting. Sampel diambil dengan menentukan plot mengikuti garis transek sepanjang 30 m pada setiap ekosistem. Jumlah plot pada setiap tipe ekosistem sebanyak 2 plot yang dibuat sepanjang aliran irigasi sawah dengan jarak 2 m ke setiap tipe ekosistem. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 494 individu yang terdiri dari 2 sub ordo, 3 famili, 7 genus dan 10 spesies. Jumlah in...
The fluctuations of the availability of water is a matter of in growth this licensing process for... more The fluctuations of the availability of water is a matter of in growth this licensing process for rice. The availability of the water sufficient is advantages for the growth of plants rice farming. The rice crop need the different volume for each phase the real sector growth reached. Water had a very important role at the time of the nymph formation and initiation panicles . This studied attempts to watchful over the influence of the waterworks frequency on the growth and production of rice fields with water. Design was used in this research was Random design a group ( a shelf ) non factorials consisting of 5 treatment and 3 preparation of test questions, Namely A = ( times inundated by persistently even rising up early ), B = the frequency of of waterworks 4 once over days, C = the frequency of of waterworks 8 once over days, D = 12 day once upon the irrigation system, and E = frequency irrigation 16 days once. Data was analyzed statistically each observation treatment, and when ma...
Uploads
Conference Presentations by SISKA EFENDI
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sangat mendukung pengembangan komoditi kakao, karena komoditi ini memiliki peranan yang sangat penting di masa mendatang, oleh karena itu perlu dilakukan pembudidayaan tanaman kakao secara intensif. Supaya pertumbuhan tanaman kakao menjadi baik dan memiliki produksi tinggi, maka perlu dilakukan teknologi budidaya yang baik seperti menggunakan bibit unggul, tanah yang subur, penyiangan, pemangkasan dan lain-lain.
Dharmasraya adalah salah satu kabupaten yang berupaya mengembangkan kakao. Hal ini tidak terlepas dari anjloknya harga TBS kelapa sawit dan latek. Hal ini menyebakan petani beralih ke tanaman kakao. Pada tahun 2016 luas pertanaman kakao di Kab. Dharmasraya yakni 2.108 ha yang tersebar di sebelas kecamatan terutama di Kecamatan Sitiung. Rata-Rata produksi kakao tahun 2016 di Kab. Dharmasraya yakni 549,94 kg/ha. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa produksi kakao di Kab. Dharmasraya belum optimal. Berdasarkan survei yang sudah dilakukan diketahui salah satu penyebab rendahnya produksi tersebut adanya terbatasnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam aplikasi kultur standar kakao
Mitra kegiatan ini adalah Kelompok Tani Budidaya dan Cinta Maju, kedua mitra adalah petani kelapa sawit yang terdapat di Kec. Pulau Punjung, Kab. Dharmasraya. Mitra tergolong petani yang belum produktif secara ekonomis, tetapi berhasrat kuat menjadi sukses dan mandiri. Aplikasi teknologi hatch & carry serangga polinator E.kamerunikus pada perkebunan kelapa sawit rakyat terdiri dari beberapa tahap. Metode pendekatan yang digunakan untuk kegiatan pengabdian yakni sosialisasi, penyuluhan, pelatihan dan demontrasi, demplot, bantuan alat berupa paket teknologi hatch & carry, serta monitoring dan evaluasi. Tahap pertama adalah penyuluhan tentang proses penyerbukan kelapa sawit dan pengenalan teknologi hatch & carry serangga penyerbuk E. kamerunikus kepada mitra. Berikutnya tahap kedua yakni pelatihan dan demontrasi aplikasi teknologi hatch & carry yang terdiri dari 1) Pelatihan pembuatan rumah dan kotak hatch & carry, 2) Pelatihan pengumpulan serbuk sari, 3) Pelatihan cara penyimpanan dan menguji viabilitas serbuk sari, 4) Pelatihan operasional teknologi hatch & carry , 5) Pelatihan penyerbukan buatan (assisted pollination). Percontohan langsung aplikasi teknologi hatch & carry kepada mitra dilakukan dalam bentuk demplot. Demplot pecontohan dilakukan pada kebun kelapa sawit milik mitra dengan luas lahan ± 1 ha. Pada akhir kegiatan dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan.
Secara umum pelaksanaan pengabdian masyarakat ditargetkan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi mitra. Pengetahun dan keterampilan mitra bertambah setelah mengikuti rangkaian kegiatan pengabdian. Mitra memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang budidaya kelapa sawit khususnya tentang penyerbukan. Mitra terampil dalam mengaplikasi teknologi hatch & carry serangga polinator E.kamerunikus pada lahan masing-masing. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mira akan berimplikasi langsung pada peningkatan produksi kelapa sawit di Kec. Pulau Punjung.
Keywords: Penyerbukan, polinator, Rendemen, Tandan Buah Segar (TBS)
Papers by SISKA EFENDI
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sangat mendukung pengembangan komoditi kakao, karena komoditi ini memiliki peranan yang sangat penting di masa mendatang, oleh karena itu perlu dilakukan pembudidayaan tanaman kakao secara intensif. Supaya pertumbuhan tanaman kakao menjadi baik dan memiliki produksi tinggi, maka perlu dilakukan teknologi budidaya yang baik seperti menggunakan bibit unggul, tanah yang subur, penyiangan, pemangkasan dan lain-lain.
Dharmasraya adalah salah satu kabupaten yang berupaya mengembangkan kakao. Hal ini tidak terlepas dari anjloknya harga TBS kelapa sawit dan latek. Hal ini menyebakan petani beralih ke tanaman kakao. Pada tahun 2016 luas pertanaman kakao di Kab. Dharmasraya yakni 2.108 ha yang tersebar di sebelas kecamatan terutama di Kecamatan Sitiung. Rata-Rata produksi kakao tahun 2016 di Kab. Dharmasraya yakni 549,94 kg/ha. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa produksi kakao di Kab. Dharmasraya belum optimal. Berdasarkan survei yang sudah dilakukan diketahui salah satu penyebab rendahnya produksi tersebut adanya terbatasnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam aplikasi kultur standar kakao
Mitra kegiatan ini adalah Kelompok Tani Budidaya dan Cinta Maju, kedua mitra adalah petani kelapa sawit yang terdapat di Kec. Pulau Punjung, Kab. Dharmasraya. Mitra tergolong petani yang belum produktif secara ekonomis, tetapi berhasrat kuat menjadi sukses dan mandiri. Aplikasi teknologi hatch & carry serangga polinator E.kamerunikus pada perkebunan kelapa sawit rakyat terdiri dari beberapa tahap. Metode pendekatan yang digunakan untuk kegiatan pengabdian yakni sosialisasi, penyuluhan, pelatihan dan demontrasi, demplot, bantuan alat berupa paket teknologi hatch & carry, serta monitoring dan evaluasi. Tahap pertama adalah penyuluhan tentang proses penyerbukan kelapa sawit dan pengenalan teknologi hatch & carry serangga penyerbuk E. kamerunikus kepada mitra. Berikutnya tahap kedua yakni pelatihan dan demontrasi aplikasi teknologi hatch & carry yang terdiri dari 1) Pelatihan pembuatan rumah dan kotak hatch & carry, 2) Pelatihan pengumpulan serbuk sari, 3) Pelatihan cara penyimpanan dan menguji viabilitas serbuk sari, 4) Pelatihan operasional teknologi hatch & carry , 5) Pelatihan penyerbukan buatan (assisted pollination). Percontohan langsung aplikasi teknologi hatch & carry kepada mitra dilakukan dalam bentuk demplot. Demplot pecontohan dilakukan pada kebun kelapa sawit milik mitra dengan luas lahan ± 1 ha. Pada akhir kegiatan dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan.
Secara umum pelaksanaan pengabdian masyarakat ditargetkan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi mitra. Pengetahun dan keterampilan mitra bertambah setelah mengikuti rangkaian kegiatan pengabdian. Mitra memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang budidaya kelapa sawit khususnya tentang penyerbukan. Mitra terampil dalam mengaplikasi teknologi hatch & carry serangga polinator E.kamerunikus pada lahan masing-masing. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mira akan berimplikasi langsung pada peningkatan produksi kelapa sawit di Kec. Pulau Punjung.
Keywords: Penyerbukan, polinator, Rendemen, Tandan Buah Segar (TBS)
Oleh karena itu untuk menekan biaya input produksi maka diberikan solusi dengan pemanfaatan limbah serasah karet menjadi kompos. Limbah serasah merupakan bahan organik yang berasal dari daun-daun pohon karet yang gugur, rumput, ranting dan bahan organik lainnya yang menutupi tanah perkebunan karet tersebut. Bahan-bahan organik yang digunakan antara lain dedaunan, serasah karet, rumput, jerami, kotoran hewan dan sampah. Menurut Mindawati dan Pratiwi (2008) serasah karet adalah bahan-bahan yang telah mati, terletak diatas permukaan tanah dan mengalami dekomposisi dan mineralisasi berupa daun, ranting, cabang kecil, kulit batang, bunga dan buah.
Terdapat lebih dari 15.000 spesies tumbuhan paku tumbuh di berbagai kawasan di Bumi dan 4000 spesies diantaranya tumbuh di Asia Tenggara. Keberadaan tumbuhan epifit pada suatu ekosistem cukup berkontribusi dalam menyumbang keragaman hayati suatu kawasan dan berperan dalam mempertahankan kelembaban lapisan vegetasi dasar karena mampu beradaptasi terhadap kekeringan. Tumbuhan paku telah dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat sebagai sumber pangan, obat, dan tanaman hias (De Winter Amoroso, 2003).
Tumbuhan paku memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi dan mampu hidup dalam kondisi lingkungan yang bervariasi. Tumbuhan paku memiliki fungsi ekologis yang penting dalam ekosistem hutan serta pemanfaatan bagi manusia sebagai sumber pangan, tanaman hias, dan obat-obatan. Keberadaan paku-pakuan ini masih kurang mendapat perhatian dibanding kelompok tumbuhan lainnya dan seringkali terabaikan (Richard, 1952).