Behaviour Based Safety Training

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 44

Behaviour Based Safety Training

Dodi Ardiansyah, S.KM. M.KKK


Phone : 081317469961-082178078031
www.indonesiasatupersada.com
Jl. Margonda Raya Gang Kober NO 03 Depok-Jawa Barat
FAKTOR-FAKTOR RESIKO KECELAKAAN KERJA

TENAGA
KERJA

KESEHATAN KESELAMATAN
PROSES

BAHAN ALAT

LINGKUNGAN
What Is Behavior Based Safety?

Behavior Based Safety (BBS) is the application


of science of behavior change to real world
problems. BBS focuses on what people do,
analyses why they do it, and then applies a
research supported intervention strategy to
improve what people do. At its very core BBS is
based on a larger scientific field called
Organizational Behavior Analysis.
HISTORY
Originated with the work of Herbert William Heinrich in 1930 with Travelers
Insurance Company. Reviewed thousands of accident reports completed by
supervisors. Drew the conclusion:
Most accidents, illnesses & injuries in the workplace
are directly attributable to man-failures and unsafe
actions of workers.
Classified:
Man-failures
Unsafe actions of workers

Classified the accidents:


73% man-failures

Re-classified the accidents:


83% of all accidents, injuries and illnesses are caused by worker errors.

Heinrichs data does not tell why the person did it, just that the accident occurred.
His conclusion 90% of incidents caused by human error. The Phrase behavior-based
safety (BBS) was coined by Dr. E. Scott Geller of Safety Performance Solutions in 1979.
SUCCESSFUL PROGRAMS

To be successful a BBS program must include:

All Employees CEO to floor associates

A change in policy, procedures and/or systems to achieve


changes in behavior

Buy in and support from all involved in decisions

A basis of scientific knowledge


ELEMENTS
How Behavior-Based Safety Works
A good BBS program will consist of:
Common Goals
Employee and Managerial involvement in the process.

Definition of what is expected


Specification of target behaviors derived from safety assessments.

Observational data collection.

Decision about how best to proceed based on those data.

Feedback to associates.

Review

BBS is not a quick fix. It is a commitment.

The Goal is always the same. ELIMINATE INJURY !


HOW BEHAVIOR-BASED SAFETY WORKS

Observation at Site

Worker Permission

Monitors Worker
Documents Safe Behaviors
Monitors At-Risk Behaviors

Feedback
Explains at Risk Behaviors
Asks HOW
Discussion
Recommendations
Commendable Comments on Safe Behavior
Understood At-Risk Behavior No Reprimand or Penalties.
Check List Filled Out
Workers Name is Not Noted on Checklist
Data Collected for Later Detailed Analysis
Feedback Provided to Workers and Management
What is Behavior Based Safety

Human behavior causes most accidents


Comfort
Saving Time or Saving money??
Lack of understanding and training
Complacency
Wrong Safety focus ???
Celebrating production over safety
BEHAVIOR:
(WHAT PEOPLE DO)

WE ARE ATTRACTED TO NEGATIVE BEHAVIOR

WHO DROVE THE SPEED LIMIT THIS WEEKEND/TODAY?

WHO TEXTED OR TALKED ON CELL COMING HERE TODAY ?

WE PUSH THE ENVELOPE


HUMAN ATTRIBUTES
(KNOWLEDGE, SKILLS, ABILITY, INTELLIGENCE,
MOTIVES, ETC.

.WHAT DO YOU KNOW


WHAT CAN I DO
.DOING IT WELL VS. JUST DOING IT
Theory of Reasoned Action
Theory of Reasoned Action (TRA)
dikembangkan oleh Icek Ajzen dan Martin
Fishbein.
Merupakan derivasi penelitian sebelumnya
yang dimulai dari teori sikap (theory of attitude)
yang mempelajari tentang sikap (attitude) dan
perilaku (behavior)
Niat Perilaku dan Perilaku
Niat perilaku (behavior intention) dan perilaku
(behavior) adalah berbeda.
TRA menjelaskan bahwa perilaku (behavior) dilakukan
karena individu mempunyai niat atau keinginan untuk
melakukannya (behavioral intention)

Niat Perilaku Perilaku


(behavioral intention) (behavior)
Perilaku Volitional dan Mandatori
Perilaku volitional (volitional behavior) adalah perilaku-perilaku
yang diinginkan individu, atau menolak untuk tidak melakukannya
jika mereka memutuskan untuk menolaknya.
Perilaku yang diwajibkan (mandatory behavior) adalah perilaku
yang bukan atas kemauannya sendiri tetapi karena memang
tuntutan atau kewajiban dari pekerjaan.

Proses volitional behavior:


1. Seseorang membentuk suatu keinginan atau niat untuk
melakukan perilaku tertentu. Niat diasumsikan mampu
menangkap faktor motivasional yang berdampak pada
suatu perilaku
2. Suatu usaha kemudian diperlukan untuk menerjemahkan
suatu niat menjadi suatu tindakan.
Konsep Niat
1. Stabilitas Niat
Pada dasarnya niat harus stabil
Niat dapat berubah menurut waktu
Semakin lebar interval waktu, semakin mungkin terjadi
perubahan niat
2. Pengukur Niat
Contoh: Saya merencanakan untuk berjalan di suatu treadmill
paling sedikit 30 menit setiap harinya mulai bulan depan.
Sangat tidak setuju sangat setuju
3. Penentu Niat
Theory of Reasoned Action (TRA)
Sikap terhadap perilaku dan norma subyektif
Sikap
Definisi sikap (attitude) adalah evaluasi kepercayaan (belief)
atau perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus
melakukan perilaku tertentu.
Definisi sikap (attitude) menurut Fishbein dan Ajsen (1975)
adalah sebagai afeksi (perasaan) seseorang untuk menerima
atau menolak suatu obyek atau perilaku dan diukur dengan
suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala
evaluatif dua kutub, misalnya baik atau jelek; setuju atau
menolak, dan sebagainya.
Norma Subyektif
Norma subyektif (subjective norm) adalah persepsi atau pandangan
seseorang terhadap kepercayaan orang lain yang akan
mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku
yang sedang dipertimbangkan.

Sikap terhadap perilaku (attitude Norma subyektif (subjective


toward the behavior) norm)
Evaluasi positif atau negatif Tekanan sosial untuk
individual untuk melakukan melakukan atau tidak
perilaku tertentu melakukan perilaku
Faktor pribadi Pengaruh sosial
Pertimbangan sikap Pertimbangan normatif
Hubungan Sikap, Norma-norma Subyektif, dan
Niat Perilaku

Sikap terhadap Perilaku


(Attitude toward Behavior)
Niat Perilaku
(Behavior Intention)
Norma Subyektif
(Subjective Norm)
Model TRA
Sikap terhadap Perilaku
(Attitude toward Behavior)
Niat Perilaku
(Behavior Intention)
Norma Subyektif
(Subjective Norm)

Perilaku
(Behavior)
Model TRA Lengkap

Attitude
Behavior Toward
Beliefs Behavior

Behavior
Intention Behavior

Normative Subjective
beliefs norm
Keterbatasan TRA
1. Hanya dimaksudkan untuk menjelaskan perilaku
yang akan dikerjakan secara sukarela bukan
perilaku yang diwajibkan atau tanpa ada niat dari
pelakunya
2. Model ini kurang mengena jika digunakan untuk
memprediksi perilaku yang spontan, kebiasaan,
yang diinginkan, sudah diatur
Penerapan TRA di STI
Penerapan TRA baik secara longitudinal (menggunakan
sikap, norma subyektif, dan niat untuk memprediksi
penggunaan sistem setelah implementasi) dan secara
cross section (menggunakan sikap, norma subyektif, dan
niat setelah implementasi untuk memprediksi penggunaan
sistem sekarang).
Sikap dan norma subyektif ditemukan menggunakan jumlah
pengaruh yang berbeda sebelum dan sesudah
pengembangan sistem.
Sebelum pengembangan sistem, ketika pengetahuan dan
kepercayaan pemakai terhadap sistem masih rendah,
norma subyektif ditemukan mempunyai pengaruh lebih
besar ke niat.
Dengan demikian sebelum pengembangan sistem, niat
dapat ditumbuhkan lewat pengaruh normatif (misalnya
dukungan dari manajemen puncak) terbukti lebih efektif.
Continue..
Setelah implementasi sistem, kekuatan dan kelemahan
sistem sudah diketahui, sikap ditemukan mempunyai
pengaruh yang lebih besar ke niat.

Ajzen (1988) menemukan dlm penelitian bahwa niat


(intention) berubah menurut waktu. Semakin pendek interval
waktunya, semakin jarang terjadi perubahan niat dan
sebaliknya.
Penghargaan
Ekstrinsik H1
\ (+)

Kemampuan H2 Sikap Niat untuk


menyerap (+)
Terhadap Berbagi Perilaku
Perilaku H5
Pengetahuan H6 Berbagi
(+) (+) Pengetahuan
H3 Berbagi dan
(+) Pengetahuan Pemahaman dan
dan Pemahaman
Keberagaman
Media Pemahaman

H4
Harapan (+)
mendapatkan
timbal balik

Gambar 1. Model Penelitian


Theory of Planned Behavior
Merupakan pengembangan dari TRA.
Pengembangannya berupa penambahan
konstruk yang tidak ada di TRA yaitu kontrol
perilaku persepsi (perceived behavior control)
Konstruk ini digunakan untuk mengontrol
perilaku individu yang dibatasi oleh
keterbatasan sumber daya yang digunakan
untuk melakukan perilaku.
Model TPB
Attitude Towards
Behavior

Behavior
Behavior
Intention
Subjective Norm

Perceived Behavior
Control

TPB mempunyai dua fitur yaitu:


1. Teori ini mengasumsikan bahwa kontrol perilaku persepsi (perceived
behavior control) mempunyai implikasi terhadap niat.
2. Kemungkinan hubungan langsung antara kontrol perilaku persepsi
(perceived behavior control) dengan perilaku.
Model TPB
Attitude Towards
Behavior

Behavior
Behavior
Intention
Subjective Norm

Perceived Behavior
Control

TPB mempunyai dua fitur yaitu:


1. Teori ini mengasumsikan bahwa kontrol perilaku persepsi (perceived
behavior control) mempunyai implikasi terhadap niat.
2. Kemungkinan hubungan langsung antara kontrol perilaku persepsi
(perceived behavior control) dengan perilaku.
Kontrol Perilaku Persepsian
Didefinisikan sebagai kemudahan atau kesulitan scra
persepsi untuk melakukan perilaku.

Aturan umumnya adalah semakin menarik sikap dan


norma subyektif terhadap suatu perilaku, dan semakin
kuat kontrol perilaku persepsian maka semakin tinggi
niat seseorang untuk melakukan perilaku.
Kepercayaan-Kepercayaan Kontrol

1. Kepercayaan-kepercayaan perilaku (behavioral


beliefs)
2. Kepercayaan-kepercayaan normatif (normative
beliefs)
3. Kepercayaan-kepercayaan kontrol (control beliefs)
Model TPB Lengkap
Attitude
Behavior Toward
Beliefs Behavior

Normative Subjective Behavior


Beliefs Norm Intention Behavior

Control Perceived
Beliefs Behavior
Beliefs
LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB
INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

PROGRAM TIDAK SESUAI


STANDARD TIDAK SESUAI
LACK OF CONTROL

KEPATUHAN TERHADAP
STANDAR

30
LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB
INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

STRUCK AGAINST menabrak/bentur benda diam/bergerak


STRUCK BY terpukul/tabrak oleh benda bergerak
FALL TO jatuh dari tempat yang lebih tinggi
FALL ON jatuh di tempat yang datar
CAUGHT IN tusuk, jepit, cubit benda runcing
CAUGHT ON terjepit,tangkap,jebak diantara obyek besar
INSIDEN

CAUGHT BETWEEN terpotong, hancur, remuk


CONTACT WITH listrik, kimia, radiasi, panas, dingin
OVERSTRESS terlalu berat, cepat, tinggi, besar
EQUIPMENT FAILURE kegagalan mesin, peralatan
EVIRONMENTAL RELEASE masalah pencemaran
31
LEMAHNYA PENYEBAB PENYEBAB
INSIDEN KERUGIAN
KONTROL DASAR LANGSUNG

KEMAMPUAN FISIK ATAU PENGAWASAN / KEPEMIMPINAN


PHISIOLOGI TIDAK LAYAK
ENGINEERING
KEMAMPUAN MENTAL
PENGADAAN (PURCHASING)
TIDAK LAYAK
KURANG PERALATAN
STRESS FISIK ATAU
PHISIOLOGI MAINTENANCE
STRESS MENTAL STANDAR KERJA
KURANG PENGETAHUAN SALAH PAKAI/SALAH MENGUNAKAN
KURANG KEAHLIAN
MOTIVASI TIDAK LAYAK 32
BEHAVIORAL BASED SAFETY

IT CANNOT BE SUCCESSFUL STANDING ALONE


IT IS AN ELEMENT TO BE USED IN
COMBINATION WITH OTHER ELEMENTS
CANT BE THE FLAVOR OF THE MONTH
ITS NOT A MAGIC BULLET OR SHORTCUT..
INCENTIVE PROGRAMS.

Incentive programs
can give a wrong
focus on safety and
health.
They will not
improve the HSE
It will just give us
more fat cats
FOUNDATION CONCEPTS

It is better to slay a dragon than to teach people ways to live peacefully with
him!!!

WHATS THE DIFFERENCE BETWEEN TRADITIONAL &


BEHAVIORALBASED SAFETY PROGRAMS???
TRADITIONAL..
TYPICALLY A TOP-DOWN APPROACH
FOCUS ON REGUALTIONS & PROCEDURES
TREATS SYMPTOMS
EXTERNAL ENFORCEMENT
DO AS I SAYJUST DO IT BUT WHEN BACK
IS TURNEDTHEY WILL DO WHAT THEY
WANT TO DO
BEHAVIORAL BASED.
(Modern)

IS A BOTTOM-UP APPROACH
FOCUS ON EMPLOYEE BEHAVIORS
ADDRESSES ROOT CAUSES
INTERNAL ENFORCEMENT
BY THE NUMBERS:
ACCIDENT/INCIDENT
INCIDENTS.600
PROPERTY DAMAGE... 30
MINOR INJURY10
LOST-TIME INJURY.1

CHANGE BEHAVIOR AT 600 LEVEL & YOU CAN


PREVENT THE OTHER 3 RESULTING ITEMS
$$$$ THE COST $$$$
FOR EVERY $1.00
OF DIRECT COSTS
FOR
INJURY/ILLNESS
THERE ARE UP TO
$100.00 OF
INDIRECT COSTS
BEHAVIORAL ANALYSIS I
WHAT ARE
BEHAVIORS?
ARE BEHAVIORS
OBSERVABLE?
ARE BEHAVIORS
INHERENTLY
GOOD OR
BAD?
BEHAVIORAL ANALYSIS II
BEHAVIORS RESULT IN POSITIVE OR NEGATIVE
CONSEQUENCES FOR WORKERS.
IMMEDIATE, SURE & GOOD CONSEQUENCES
REINFORCED.
IMMEDIATE, SURE & BAD CONSEQUENCES
REFUTED.
Unsafe Acts vs. Unsafe Conditions

80-85% of all incidents are the result of unsafe acts;

15-20% of all incidents are the result of unsafe conditions.


Unsafe Acts vs. Unsafe Conditions

Question: If true, why are most efforts geared towards


unsafe conditions?
Answer: Its easier to deal with unsafe conditions than
unsafe acts.
NEAR MISSES:
UNSAFE BEHAVIORS DONT ALWAYS RESULT IN ACCIDENTS
NEAR MISSES ARE GOLDEN OPPORTUNITIES TO PREVENT
FUTURE ISSUES
DONT IGNORE UNSAFE BEHAVIOR
WE DO A LOT OF UNSAFE THINGS & GET AWAY WITH IT.. DOES
THAT MAKE IT OK?
EVENTUALLY IT WILL CATCH UP TO US

You might also like