Human Trafficking Dalam Al-Qur'ân

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 98

HUMAN TRAFFICKING DALAM AL-QUR’ÂN

(Studi Komparatif Tafsir At-T{abary dan Tafsir Al-Munîr)

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora
Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Oleh:

Fanny Wahyunisa’ Romadloni


NIM: U20181036

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
2022
ii

HUMAN TRAFFICKING DALAM AL-QUR’ÂN


(Studi Komparatif Tafsir At-T{abary dan Tafsir Al-Munîr)

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora
Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Oleh:

Fanny Wahyunisa‟ Romadloni


NIM: U20181036

Disetujui Pembimbing

Hj. Ibanah Suhrowardiyah SM, M.A


NIP: 201708176
iii

HUMAN TRAFFICKING DALAM AL-QUR’ÂN


(Studi Komparatif Tafsir At-T{abary dan Tafsir Al-Munîr)

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu


persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora
Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Hari : Senin
Tanggal : 05 Desember 2022

Tim Penguji
Ketua Sekretaris

Dr. Uun Yusufa,. M.A Mufida Ulfa, M. Th. I


NIP. 198007162011011004 NIP. 198702022019032009

Anggota :

1. H. Mawardi Abdullah, Lc., M.A. ( )

2. Hj. Ibanah Suhrowardiyah SM, M.A. ( )

Menyetujui
Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora

Prof. Dr. M. Khusna Amal, S. Ag., M. Si


NIP. 197212081998031001

iii
iv

MOTTO

           

      


Artinya: Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak
makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. (Q.S Al-
Isra‟ [17]: 70).1

1
Al-Qur‟an dan Terjemhnya, (Kudus: Menara Kudus 2017), 290.

iv
v

PERSEMBAHAN

Segenap rasa syukur dan kasih sayang yang telah Allah swt. curahkan, saya

persembahkan skripsi ini kepada:

1. Ayah & Ibu : Nabi‟ul Fityan dan Supartin

2. Kakak : Lujjah Tamamasy Syauqi

3. Adik : Farhah Zulfa Filkauni

4. Almamater : Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Serta saudara dan rekan-rekan penulis. Semoga Allah senantiasa meridloi-Nya.

Amiin.

v
vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt. Yang telah memberikah rahmat,

hidayah, taufiq dan nikmat-Nya, sehingga penelitian ini bisa terselesaikan dengan

lancar. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung

Muhammad saw. Sang pembawa risalah berupa agama Islam bagi seluruh umat

manusia hingga akhir zaman.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam skripsi ini, namun berkat

dukungan do‟a, ikhtiar penulis, dan bimbingan dari pihak terkait sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof Dr. H. Babun Suharto, S. E., M.M., selaku rektor Universitas

Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember.

2. Bapak Prof Dr. M Khusna Amal, S. Ag., M. SI. selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri KH. Achmad

Siddiq Jember.

3. Bapak H. Mawardi Abdullah,Lc., M.A. selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-

Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora Universitas

Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember.

4. Ibu Hj. Ibanah Suhrowardiyah SM, M.A. selaku dosen pembimbing yang

dengan penuh keikhlasan untuk meluangkan waktu dan kesabaran dalam

membimbing dan memberikan arahan sehingga penelitian ini dapat

terselesaikan dengan baik.

vi
vii

5. Segenap dosen dan karyawan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad

Siddiq Jember yang telah banyak membantu dan memberikan pengalaman

selama proses belajar, baik dari ilmu maupun pelayanan yang diberikan.

6. Berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan pada

penelitian ini. Penulis memohon maaf atas kesalahn, kelalaian, maupun

kekurangan dalam penyusuan penelitian ini. Kritik dan saran yang sangata

diperlukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. Penulis berharap agar

skripsi ini berguna sebagai tambahan ilmu pengetahuan serta dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak khususnya bagi mahasiswa Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

Jember, 12 Juli 2022

Penulis

vii
viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah

Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember tahun 2021.

Awa Tenga Akhi Sendir Latin/Indonesia


l h r i
‫ا‬ ‫ﺎ‬ ‫ﺎ‬ ‫ا‬ a/i/u
‫ﺑ‬ ‫ﺒ‬ ‫ﺐ‬ ‫ﺏ‬ b
‫ﺗ‬ ‫ﺘ‬ ‫ﺖ‬ ‫ﺕ‬ t
‫ﺛ‬ ‫ﺜ‬ ‫ﺚ‬ ‫ﺙ‬ th
‫ﺟ‬ ‫ﺠ‬ ‫ﺞ‬ ‫ﺝ‬ j
‫ﺣ‬ ‫ﺤ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺡ‬ h
‫ﺧ‬ ‫ﺨ‬ ‫ﺦ‬ ‫ﺥ‬ kh
‫ﺩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺩ‬ d
‫ﺫ‬ ‫ﺬ‬ ‫ﺬ‬ ‫ﺫ‬ dh
‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺭ‬ r
‫ﺯ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﺯ‬ z
‫ﺳ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﺲ‬ ‫ﺱ‬ s
‫ﺷ‬ ‫ﺸ‬ ‫ﺶ‬ ‫ﺵ‬ sh
‫ﺻ‬ ‫ﺼ‬ ‫ﺺ‬ ‫ﺹ‬ s{
‫ﺿ‬ ‫ﻀ‬ ‫ﺾ‬ ‫ﺽ‬ d{
‫ﻃ‬ ‫ﻄ‬ ‫ﻂ‬ ‫ﻁ‬ t{
‫ﻇ‬ ‫ﻈ‬ ‫ﻆ‬ ‫ﻅ‬ z{
‫ﻋ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻉ‬ „ (ayn)
‫ﻏ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻎ‬ ‫ﻍ‬ gh
‫ﻓ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻒ‬ ‫ﻑ‬ f
‫ﻗ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﻕ‬ q
‫ﻛ‬ ‫ﻜ‬ ‫ﻚ‬ ‫ﻙ‬ k
‫ﻟ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻞ‬ ‫ﻝ‬ l
‫ﻣ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻡ‬ m
‫ﻧ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻥ‬ n
‫ﻫ‬ ‫ﻬ‬ ‫ ﻪ‬، ‫ـﺔ‬ o ‫ﺓ‬، h
‫ﻭ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻭ‬ w
‫ﻳ‬ ‫ﻴ‬ ‫ي‬ ‫ي‬ y

Untuk menunjukkan bunyi hidup panjang (madd) caranya dengan

menuliskan coretan horizontal (macron) di atas huruf â (‫ آ‬î (‫ )إي‬dan û (‫)أو‬.

viiI
ix

ABSTRAK

Fanny Wahyunisa’ Romadloni, 2022: HUMAN TRAFFICKING DALAM AL-QUR‟ÂN


(Studi Komparatif Tafsir At-T{abary dan Tafsir Al-Munîr).

Kata Kunci: Human Trafficking, Komparatif, Tafsir At-T{abary dan Tafsir Al-Munîr.

Islam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dalam al-Qur‟an dan hadist


banyak yang menegaskan terkait hal tersebut. Selain itu dalam pancasila juga
menjelaskan terkait akan nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu contok perilaku yang tidak
mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan adalah human trafficking yangtelah mengakar
pada masyarakat di penjuru dunia yang dilatar belakangi dengan berbagai motif.
Dalam al-Qur‟an human trafficking tidak disebutkan secara khusus melainkan
ada beberapa ayat al-Qur‟an yang secara tidak langsung menggambarkan akan praktik
human trafficking. Adapun ayat al-Qur‟an yang menggambarkan akan hal tersebut
sekaligus menjadi fokus penelitian ini adalah Q.S An-Nûr [24]: 33 dan Q.S Yûsûf [12]:
20.Untuk menjelaskan secara mendalam mengenai human trafficking dalam al-Qur‟an
penelitian ini menggunakan dua kitab tafsir yaitu Tafsir At-T}abary dan Tafsir Al-Munîr.
Fokus penelitian dalam skripsi ini dibangun atas tiga pertanyaan: 1) Bagaiamana
penafsiran At-T}abary dan Wa||hbah Zuhayli mengenai ayat-ayat yang membahas
masalah Human Trafficking? 2) Bagaimana perbedaan penafsiran At-T}abary dan
Wa||hbah Zuhayli terhadap ayat-ayat yang membahas masalah Human Trafficking?.
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui penafsiran dan perbedaan penafsiran
dari At-T}abary dan Wa||hbah Zuhayli mengenai ayat-ayat yang membahas masalah
Human Trafficking.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan pada riset
perpustakaan (library research). Teknik pengumpulan data menggunakan metodek
dokumentasi dan teknik analisis data menggunakan deskriptif-komparatif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Dalam Q.S Yûsûf [12]: 19-20 Ibnu Jarir
At-T}abary dan Wa||hbah Zuhayli keduanya sama-sama menafsirkan bahwa ayat tersebut
menjelaskan peristiwa yang dialami oleh Yusuf yang telah dibuang oleh saudaranya.
Meskipun dari keduanya terdapat sedikit perbadaan dalam menafsirkan ayat tersebut
dalam kitab tafsirnya. Selain itu Ibnu Jarîr At- T}abary dan Wa||hbah Zuhayli tidak
mengkhusukan penafsiran mengenai human trafficking dalam ayat ini walaupun
peristiwa yang dialami Yusuf menggambarkan praktik human trafficking. 2. Dalam Q.S
An-Nûr [24]: 33 Ibnu Jarîr At-T}abary hanya menjelaskan tentang perintah dan larangan
dalam ayat tersebut. Menurut beliau larangan memaksa budak perempuannya untuk
berzina itu tidak diperbolehkan dan juga beliau tidak mengkhususkan mengenai human
trafficking walaupun larangan dalam ayat tersebut termasuk salaha satu unsur human
trafficking yaitu mengeksploitasi orang. Sedangkan Wa||hbah Zuhayli menafsirkan ayat
ini beliau mengharamkan larangan tersebut yaitu haram hukumnya mengeksploitasi
perempuan baik dilakukan pada budak maupun orang yang merdeka. Dan fenomena
tersebut sudah banyak terjadi pada masa kini yang mana pada masa sekarang dikenal
dengan istilah human trafficking.

ix
x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

MOTTO ..................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ...................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. viii

ABSTRAK ................................................................................................. ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian....................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian..................................................................... 9

E. Definisi Istilah ........................................................................... 10

F. Sistematika Pembahasan ........................................................... 12

BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................... 13

A. Penelitian Terdahulu ................................................................. 13

B. Kajian Teori ............................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 47

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................ 47

B. Sumber Data .............................................................................. 47

x
xi

C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 48

D. Metode Analisis Data ................................................................ 48

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ..................................... 49

A. Human Trafficking dalam al-Qur‟ân ......................................... 49

B. Human Trafficking Menurut Tafsir At-T{abary ......................... 50

C. Human Trafficking Menurut Tafsir Al-Munîr ........................... 64

D. Analisis Komparatif Penafsiran Ayat Human Trafficking ........ 74

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 81

A. Kesimpulan................................................................................ 81

B. Saran .......................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 83

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

BIODATA PENULIS

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dalam

hadits dan al-Qur‟an banyak yang menegaskan bahwasannya kehormatan dan

kemuliaan individu setiap mukmin di hadapan Allah itu tinggi atau mulia

bahkan melebihi mulianya ka‟bah. Di antara salah satu bentuk pemuliaan

Islam terhadap seorang muslim adalah dengan mempersaudarakan sesama

muslim, mengharamkan sifat khianat atau bohong, menolong saat

membutuhkan bantuan, dan mengharamkan penghinaan atau sikap yang

merendahkan. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur‟an dalam Q.S al-Isra‟

ayat 70 :

           

      


Artinya: Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak
makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.2

Selain di sebutkan dalam al-Qur‟an dan hadits, nilai-nilai kemanusian

juga sudah terpapar jelas pada Pancasila, yaitu pada sila kedua yang berbunyi

“Kemanusiaan yang adil dan beradab” yang mencerminkan hubungan antar

manusia dengan sesamanya (Hablum min an-nâs). Dalam sila ini mengajarkan

bagaimana saling menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan

2
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 290.

1
2

memperlakukan manusia dengan adil dan jujur, sehingga akan melahirkan

manuisa yang sopan santun, humanis, baik dalam tindakan maupun ucapan.

Jika kita sebagai manusia menolak semangat untuk menjunjung tinggi nilai-

nilai kemanusiaan yang terkandung dalam sila kedua dari Pancasila, berarti

kita sendiri secara tidak langsung menolak untuk berhubungan baik dengan

sesama manusia secara beradab dan berakhlak. Konsekuensi yang didapat jika

menolak berhubungan baik secara baik dengan sesama manusia sebutan yang

pas bagi kita adalah manusia yang tak bermoral, barbar dan biadab.3

Ada beberapa contoh perilaku yang tidak mencerminkan nilai-nilai

kemanusiaan yang terjadi baik di dunia maya atau yang di kenal dengan sosial

media maupun nyata. Salah satu perbuatan yang sering terjadi di dunia maya

seperti, menghina fisik (body shamming), ujaran kebencian dan sebagainya.

Begitu juga di dunia nyata seperti pencurian, penganiayaan, pemerkosaan,

pembunuhan, dan yang sudah tidak asing lagi adalah human trafficking atau

yang lebih dikenal dengan perdagangan manusia.

Human trafficking menurut ketentuan pasal 297 KUHP di

sempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Peragangan Orang. Dalam BAB 1 pasal 1

“Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,


penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan
uang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara,

3
Husnul Khotimah, Penerapan Pancasila Perspektif Islam, (Jurnal Tahdzib Akhlaq, Vol.
2, No. 4, 2020), h. 92.
3

untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.4


Jika melihat dari sejarah, perdagangan manusia sudah terjadi sejak

dahulu di mana dahulu, hanya perempuan yang di perjual belikan, karena

perempuan pada zaman jahiliyah dipandang sebelah mata seakan-akan

perempun tidak ada gunanya dan tidak ada harganya sama sekali. Zaman

dahulu perempuan diperjual belikan untuk dijadikan budak dan pelacur, hal itu

tidak ada bedanya dengan zaman sekarang di mana kejahatan ini telah tertata

dengan rapi sehingga sulit terorganisir, hal tersebut menimbulkan

kekhawatiran yang amat sangat terutama bagi perempuan mengingat kejahatan

trafficking5 semakin marak.

Bahkan perdagangan dan perbudakan manusia jauh sebelumnya telah

mengakar pada masyarakat penjuru dunia. Tercatat dalam sejarah bahwa

perbudakan telah tejadi sejak berdirinya kekaisaran Romawi, kemudian

menjalar luas hingga diberbagai negara. Adapun motif utama pada era

kekaisaran Romawi melakukan perbudakan adalah peperangan, yang mana

korbannya merupakan perempuan dan anak-anak.Selain itu motif selanjutnya

tidak lain adalah kemiskinan dan kurangnya pemahaman terhadap agama,

karena tidak jarang mereka rela menjual anak bahkan diri sendiri untuk

mencari penghidupan.6

Jual-beli manusia merupakan suatu kejahatan terburuk yang melanggar


4
Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang Pasal 1 ayat (1)
5
Jika selanjutnya ditemukan kembali kata „trafficking‟ maka artinya adalah perdagangan,
tindak perekrutan, pengangkutan, penangkapan, penampungan, pengiriman, pemindahan tau
penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunan kekerasan, penculikan, penyekapan
dan penipuan
6
Niki Alma Febriana Fauzi, Islam dan Human Trafficking (Upaya Nabi dalam Melawan
Human Trafficking Praktik Pada Masal Awal Islam), (Jurnal Muzawah, Vol. 9, No. 2, Desember
2017), 92.
4

hak asasi manusia, berbagai modus yang tidak lazim sering digunakan untuk

menarik korban, di antaranya menjebak suatu keluarga dengan hutang,

penculikan dengan pemerian beasiswa, hingga ajang pencarian bakat untuk

tampil sebagai model atau pengisi acara hiburan. Beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya perdagangan manusia adalah kemiskinan yang

semakin menjadi-jadi, pendidikan yang terbatas dikarenakan ekonomi

semakin hari semakin menipis, pernikahan yang masih terlalu dini dan masih

banyak lagi faktor-faktor yang menjadikan perdagangan manusia yang masih

kerap terjadi. Mereka semua itu rentan menjadi korban penipuan dan diperjual

belikan untuk berbagai kepentingan terutama bisnis prostitusi.

Dalam hukum islam istilah human trafficking atau perdagangan

manusia tidak ada, dalam hukum islam human trafficking bisa disebut dengan

perbudakan. Akan tetapi praktik perbudakan yang sesuai dengan syariat islam

sangatlah berbeda dengan human trafficking yang terjadi di masa sekarang.

Keduanya hanya memiliki kesamaan dalam transaksinya saja, yakni

barangnya berupa manusia, sedangkan perbedaan dari keduanya adalah jika

human trafficking ini lebih tidak manusiawi.

Indonesia menjadi salah satu negara di kawasan Asia khususnya di

kawasan Asia Tenggara yang menjadi salah satu titik aktivitas untuk

melakukan pengiriman dan transit perdagangan manusia baik yang tingkat

lokal maupun internasional, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Arab

Saudi. Filipina, dan masih banyak lagi. Akan tetapi, dari sekian banyak negara

Malaysia merupakan salah satu negara yang menjadi penerima korban


5

perdagangan manusia terbanyak yang berasal dari Indonesia. Dari tahun 2013

hingga sekarang Indonesia mendapat posisi atau ranking 2 dalam Trafficking

in Persons Report yang dibuat oleh United Nations Office on Drugs and

Crime berdasarkan protokol Palermo. Dalam Protokol Palermo juga di

jelaskan adanya tier-tier atau ranking-ranking, yang dilihat dari kekuatan

hukum serta yang berhubungan dengan permasalahan perdagangan manusia

yang ada dalam suatu negara. Indonesia sendiri mendapat tier atau ranking 2

yang mengartikan bahwa hukum peraturan yang telah dikeluarkan mengenai

perdagangan manusia dalam negara tersebut sudah bagus, dan sudah sesuai

dengan standarisasi yang telah dijelaskan oleh protokol Palermo tetapi masih

dianggap lemah dan kurang efektif, sehingga diperlukan adanya perbaikan.7

Di Indonesia sendiri perkembangan kasus trafficking cenderung

meningkat, ibaratkan gunung es, artinya angka kasus yang tersembunyi di

bawah permukaan jauh lebih besar daripada yag terlihat di permukaan. Kasus

ini mencuat sejak tahun 1993 dan paling ramai pada tahun 2000, tercadatat

hingga mencapai 1.022 kasus perdagangan manusia dengan rata-rata korbanya

perempuan.8

Kasus human trafficking di Indonesia bukan suatu hal yang baru.

Selama bertahun-tahun permasalahan human trafficking semakin hari semakin

bertambah dan tidak pernah berhenti. Beberapa upaya yang telah dilakukan

untuk memerangi human trafficking tetapi tidak pernah berhasil menghentikan

7
Pricillia Monique, Vita Amalia Puspamawarni, Buruh Migran dan Human Trafficking:
Studi Tentang Peningkatan Perdagangan Manusia dari Indonesia ke Malaysia (Jurnal
Transformasi Global, Vol. 7 No. 1, 2020), 75
8
Rusdaya Basri, Human Trafficking dan Solusinya Dalam Pespektif Hukum Islam
(Jurnal Hukum Diktum, Vol 10, No. 1, Januari 2012), 88
6

persoalan tersebut. Berdasarkan data laporan Organisasi Internasional untuk

Migrasi (IOM), korban human trafficking mencapai 74.616 hingga 1.000.000

per tahun yang terjadi di Indonesia dan terus bertambah setiap satu detik. Pada

periode Maret 2005 hingga Desember 2014, berdasarkan catatan Organisasi

Internasional untuk Migrasi (IOM) terdapat 6.651 kasus human trafficking

yang terjadi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, kurang lebih sekitar 82 persen

korban merupakan wanita yang telah bekerja di sektor informal, baik yang

dipekerjakan didalam maupun di luar negeri, kemudian sekitar 18 persen

korban perdagangan manusia meupakan laki-laki yang mengalami eksploitasi

ketika bekerja sebagai anak buah kapal. Sepanjang tahun 2016 hingga pada

pertengahan tahun 2019, Kementrian sosial republik Indonesia telah mencatat

bahwasannya korban human trafficking yang ada di Indonesia mencapai

jumlah 4.062 kasus dan setiap tahun cenderung semakin bertambah, meskipun

pada dua tahun terakhir mengalami penurunan kasus dengan perincian sebagai

berikut: 1377 kasus pada tahun 2016, 1.838 kasus pada tahun 2017, 1079

kasus pada tahun 2018, dan pada tahun 2019 dengan jumlah 732 kasus.9

Pada tahun 2020 menurut catatan Organisasi Internasional untuk

Migrasi (IOM), menyatakan bahwa kasus tindak pidana perdagangan orang

meningkat dengan jumlah 154 kasus yang mana mayoritas menjadi korban

eksploitasi seksual.10 Sedangkan pada tahun 2021 meskipun terjadi pandemi

Covid-19 kasus tindak pidana perdagangan orang tidak menurun dan semakin

9
Edwardus Iwantri Goma, Manusia Yang Dijadikan Komoditas: Fenomena Human
Trafficking di Provinsi Nusa Tenggara Timur, (Jurnal Populasi, Vol. 28, No. 1, 2020), 35.
10
Bilal Ramadhan, “Kasus Perdagangan Orang di Indonesia Naik Pada 2020”. Republika,
April 08, 2021, https://www.republika.co.id/berita/qr7v1l330/kasus-perdagangan-orang-di-
indonesia-naik-pada-2020. Diakses pada 08 Januari 2022
7

meningkat dengan jumlah korban yang tercatat dalam Organisasi Internasional

untuk Migrasi (IOM) mencapai 70 korban yang terdiri dari 38 perempuan dan
11
2 laki-laki. Jika kita amati lagi human trafficking merupakan jual beli yang

sangat menguntungkan komisi yang didapat bisa mencapai puluhan juta.

Terutama dimasa pandemi yang membuat kegiatan perekonomian masyarakat

semakin miring dan menjadikan kegiatan human trafficking sebagai alasan

untuk mencari pendapatan.

Berdasarkan uraian di atas penulis melihat fenomena sosial yang telah

ada sejak zaman dahulu penulis tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam lagi

tentang human trafficking ketika dikaitkan dengan al-Qur‟ân, apakah dalam

al-Qur‟ân ada ayat yang membahas human trafficking? mengingat al-Qur‟ân

merupakan pedoman dan petunjuk yang tidak ada keraguan didalamnya.

Dalam al-Qur‟ân human trafficking tidak disebutkan secara khusus

melainkan ada beberapa ayat al-Qur‟ân yang secara tidak langsung

menggambarkan akan praktik human trafficking. Adapun ayat al-Qur‟ân yang

menggambarkan akan hal tersebut sekaligus menjadi fokus penelitian ini

adalah Q.S An-Nûr [24]: 33 dan Q.S Yûsûf [12]: 20. Ayat-ayat yang telah

disebutkan diatas merupakan ayat yang membahas unsur-unsur dari human

trafficking (perdagangan manusia) yaitu, pemindahan, pemaksaan,

penampungan, dan perekrutan dengan tujuan eksploitasi dan pekerja seks

komersial.

11
Anita Permata Dewi, “IOM Indonesia: 2021 Korban TPPO Disominasi Perempuan”.
Antaranews, Desember 03, 2021, https://www.antaranews.com/berita/2562969/iom-indonesia-
2021-korban-tppo-didominasi-perempuan. Diakses pada 08 Januari 2022
8

Untuk menjelasakan ayat-ayat al-Qur‟an yang telah disebutkan, disini

penulis berfokus pada dua mufassir yang berbeda zaman yaitu: mufassir

zaman klasik Tafsir At-T{abary dan mufassir zaman modern Tafsir Al-Munîr fî

Al-„Aqîdah Wa Asy-Syarî‟at wa Al-Manhaj. Alasan penulis menggunakan dua

kitab tafsir yang beda zaman, karena untuk melihat perbedaan dan persamaan

mengenai masalah human trafficking. Selain itu, Tafsir At-T{abary merupakan

kitab induk dari metode tafsir bil ma‟tsur dan bercorak fiqhi. Sedangkan kitab

Tafsir Al-Munîr fî Al-„Aqîdah Wa Asy-Syarî‟at wa Al-Manhaj dengan

menggunakan dua metode sekaligus yaitu tafsir bil ma‟tsur dan bil ra‟yi juga

bercorak fiqhi dan adabi ijtima‟i. Melihat corak kedua kitab tersebut yang

sama-sama bercorak fiqhi menarik perhatian penulis apakah dalam kedua

kitab tafsir tersebut memiliki kesamaan dalam menafsirkan ayat-ayat yang

membahas human trafficking? Karena salah satu rujukan yang digunakan

Wahbah Zuhayli dalam kitabnya Tafsir Al-Munîr fî Al-„Aqîdah Wa Asy-

Syarî‟at wa Al-Manhaj adalah menggunakan kitab Tafsir At-T{abary.

Maka dari itu penulis mengangkat judul penelitian ini adalah : Human

Trafficking Dalam Al-Qur’ân (Studi Komparatif Tafsir At- T{abary dan

Tafsir Al-Munîr.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas maka penulis

merumuskan masalah sebagi berikut:

1. Bagaimana penafsiran At-T{abary dan Wahbah Zuhayli mengenai ayat-ayat

yang membahas masalah human trafficking ?


9

2. Bagaimana perbedaan penafsiran At-T{abary dan Wahbah Zuhayli terhadap

ayat-ayat yang membahas masalah human trafficking?

C. Tujuan Penlitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menjelaskan penafsiran At-T{abary dan Wahbah Zuhayli mengenai ayat-

ayat yang menyinggung masalah human trafficking.

2. Mengetahui perbedaan penafsiran At-T{abary dan Wahbah Zuhayli

terhadap ayat-ayat yang membahas masalah human trafficking.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapakan dapat membantu menambah

pengetahuan serta memperluas keilmuan terutama dalam bidang kajian

tafsir. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan,

referensi dan perbandingan bagi penelitian-penelitian selanjutnya terutama

dalam kajian tafsir.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Memperkaya wawasan penulis dalam penelitian dan

pengetahuan terutama mengenai masalah human trafficking menurut

pandangan kitab Tafsir At- T{abary dan Tafsir Al-Munîr.

b. Bagi pembaca

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan pembaca mengenai masalah human trafficking, serta


10

dapat mengambil hikmah dari persoalan tersebut.

c. Bagi Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangsih pemikiran

untuk memperkaya refernsi terutama dalam bidang ilmu al-Qur‟ân dan

tafsir, serta diharapkan hasil penelitian dapat menjadi acuan, referensi

serta pebandingan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

E. Definisi Istilah

1. Human trafficking

Adapun pengertian human trafficking menurut ketentuan pasal 297

KUHP di sempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Peragangan Orang. Dalam BAB 1

pasal 1

“Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,


penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan
seseorang dengan ancaman kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi
rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat,
sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang
kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam
negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau
mengakibatkan orang tereksploitasi.”12

Pengertian lain dari human trafficking dalam protokol II

Transitional Organized Crime (TOC) disebutkan bahwa:

“Trafficking in person Shall mean there recruitment,


transportation, Transfer, harbouring or receipt of persons, by
means of the threat or use of force or other form of coercion, of
abduction, of froud, of deception, of the abuse of power or a
12
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang Pasal 1.
11

position of vulnerability or of the giving or receiving of payment or


benefits to achieve the consebt of a person having control over
another person, for the purpose of exploitation. Exploitation shall
include, at a minimum, the exploitationof the Prostitution of others
forms of sexual exploitation, forced labour or Service, slavery,
servitude or removal organs.”

Yang terjemahan bebasnya sebagai berikut:

“Perdagangan orang adalah merekrut, transportasi, pemindahan,


penyembunyian, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau
penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk tekanan lain,
penculikan, pemalsuan, penipuan atau pencurangan atau
penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan, ataupun
penerima/pemberian bayaran, atau manfaat sehingga memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang tersebut
untuk dieksploitasi, yang secara minimal termasuk eksploitasi
lewat prostitusi atau bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya,
kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik-praktik yang
menyerupainya, adopsi ilegal atau pengambilan organ-organ
tubuh.”

Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasannya

pengertian human trafficking adalah suatu kegiatan yang meliputi proses

perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, dan pengiriman

perempuan, baik di wilayah Negara untuk pekerjaan atau pelayanan

dengan menggunakan cara-cara kekerasan atau ancaman kekerasan,

kebohongan, penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan,

penghambaan, dan penipuan untuk tuduhan eksploitasi baik berbentuk

prostitusi atau bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya, kerja atau

pelayanan paksa, perbudakan atau praktik-praktik yang menyerupainya,


12

adopsi ilegal atau pengambilan organ-organ tubuh.13

F. Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini menjadi rapi dan terarah seperti yang diharapkan

peneliti, maka peneliti akan menyajikan sistematika penulisan. Adapun

sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bab Pertama, berisi tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta

sumber data dan metodologi yang digunakan dalam penelitian.

Bab Kedua, berisi tentang kajian pustaka yang didalamnya mencakup

dua bahasan, yaitu yang pertama penelitian terdahulu yang berisi tantang

beberapa penelitian yang telah dilakukan dan memiliki tema yang sama.

Kemudian yang kedua membahas tentang kajian teori yang berisi teori yang

digunakan dalam penelitian.

Bab Ketiga, berisi tentang metodologi penelitian yang didalamnya

terdapat jenis dan pendekatan, sumber data, teknik pengumpulan dan teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian.

Bab Keempat, berisi tentang tinjaun umum human trafficking, ayat-

ayat yang membahas human trafficking, biografi dua mufassir, penafsiran dua

mufassir tentang human trafficking dan perbedaan penafsiran dua mufassir

tentang ayat-ayat yang membahas human trafficking

Bab Kelima, berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan

seluruh pembahasan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya serta saran-

saran yang dibutuhkan mengenai penelitian ini.

13
Alfitra, Tindak Pidana Perdagangan Manusia, (Jawa Barat: Raih Asa Sukses 2022), 7.
13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian terdahulu terdapat bebrapa kajian yang relevan

dengan pembahasan penelitian human trafficking serta mendasari akan

penelitian selanjutnya yang akan dilakukan. Banyak sekali penelitian yang

membahas mengenai human trafficking. Disini penulis akan menyebutkan

bebarapa penelitian yang membahas tentang human trafficking, antara lain

adalah:

1. Skripsi yang ditulis oleh Dewi Wardatus Saadah, Mahasiswi Prodi Ilmu

Al-Qur‟an dan Tafsir Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta 2021, dengan Judul

“HUMAN TRAFFICKING DALAM PERSPEKTIF TAFSIR AL-

QUR‟ANUL MAJID AN-NUR KARYA HASBI ASH-SHIDDIEQY”.

Skripsi ini membahas mengenai ayat-ayat al-qur‟an yang membahas

mengenai human trafficking atau perbudakan dan relevansi penafsiran

human trafficking menurut perspektif kitab Tafsir Al-Qur‟anul Majid An-

Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy.

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa istilah yang di gunakan

untuk memaknai human trafficking, antara lain: „abd, amat, raqabah, dan

ma malakat aimanukum. Hasbi ash-shiddieqy dalam menjelaskan human

trafficking tidak terlalu mengkhususkan pada pemaknaan lafadz ma

malakat aimanukum, akan tetapi lebih menjelaskan pada maksud dari tiap-

tiap ayat disertai dengan dalil, keterangan hadits dan pendapat yang kuat.

13
14

Dengan kata lain Hasbi Ash-Shiddieqy memaknai lafadz mâ malakat

aymânukum dengan makna tetap yaitu budak/tawanan.14

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengangkat

tema yang sama yaitu human trafficking. Tetapi dalam penelitian ini

menggunakan Tafsir An-Nur dan ayat yang dibahas juga cukup banyak,

diantaranya yaitu: Q.S Al-Baqarah [2]: 195, Q.S An-Nisâ‟ [4]: 92, Q.S

Yûsûf [12]: 9-10, Q.S An-Nûr [24]: 33, Q.S Asy-Syurâ [42]: 42, Q.S Al-

Hujurât [49]: 13, dan Q.S Al-Balad [90]: 11-13. Dan penelitian ini

menggunakan metode tafsir maudlu‟i. Sedangkan perbedaannya pada

penelitian ini hanya membahas dua ayat saja yaitu: Q.S Yûsûf [12]: 19-20

dan Q.S An-Nûr [24]: 33.

2. Skripsi yang ditulis oleh Nurul Fitri Mahasiswi Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan

Tafsir UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh 2018, dengan Judul

“PERBUDAKAN MENURUT SAYYID QUTB DALAM TAFSIR FI

ZILALIL AL-QUR‟AN”. Skripsi ini membahas penafsiran Sayyid Qutb

tentang pengertian perbudakan, ayat-ayat yang menyinggung masalah

perbudakan, dan cara pembebasan budak dalam Tafsir Fi Zhilal Qur‟an.

Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa menurut penafsiran Sayyid

Qutb permasalahan mengenai masalah perbudakan merupakan masalah

keterpaksaan (darurat), diamana sebuah kondisi darurat yang

memperbolehkan melakukan perbudakan hanya dalam peperangan saja.

Adapun cara pembebasan budak atau cara agar budak bisa dibebaskan
14
Dewi Wardatus Saadah, Human Trafficking Dalam Perspektif Tafsir Al-Qur‟anul
Majin An-Nur Karya Hasbi Ash-Shiddieqy, (Skripsi Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Institut Ilmu
Al-Qur‟an 2021).
15

dengan cara budak tersebut diberi harta yang mana dengan menggunakan

harta tersebut budak bisa dibebaskan.15

Persamaan dengan penelitian ini adalah tema yang digunakan tema

hampir memiliki kemiripaan dengan human trafficking yaitu perbudakan

yang mana istilah perbudakan digunakan pada zaman dahulu yang

sekarang dikenal dengan istilah human trafficking. Sedangkan

perbedaannya dengan penelitian ini adalah fokus penelitian yang dibahas

yaitu ayat-ayat al-Qur‟an tentang perbudakan dan bagaimana cara

pembebasan budak menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir fi Zhilalil Al-

Qur‟an.

3. Skripsi yang ditulis oleh Safrizal Mahasiswa Fakultas Syari‟ah dan Hukum

UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh 2017, dengan judul “HUKUM

TINDAK PIDANA HUMAN TRAFFICKING (Studi Perbandingan

Hukum Positif dan Hukum Islam). Skripsi ini membahas mengenai

hukuman kejahatan human trafficking menurut hukum positif dan hukum

islam serta kelebihan dan kelemahan hukuman kejahatan human

trafficking menurut hukum positif dan hukum islam. Dalam penelitian ini

dijelaskan bahwa hukuman bagi tindak pidana human trafficking menurut

hukum positif telah diatur dalam undang-undang nomor 21 tahun 2007

tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang.

Sedangkan dalam hukum islam tindak pidana human trafficking

dikenakan ta‟zir yang diserahkan kepada hakim. Adapun kelebihan hukum

15
Nurul Fitri, Perbudakan Menurut Sayyid Qutb Dalam Tafsir Fi Zilalil Al-Qur‟an,
(Skripsi Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir UIN Ar-Raniry Darusslam Banda Aceh 2018).
16

positif itu bersifat khusus dan terperinci dan hukum islam kewenangan

menghukum disrahkan pada hakim sedangakan kelemahan hukum positif

kebijakannya tidak cukup hanya dengan UU Nomor 21 Tahun 2007,

melainkan perlu adanya peraturan lain untuk mendukung pencegahan

tindak pidana human trafficking dan hukum Islam hukum yang ditentukan

oleh hakim tidak boleh bertentangan dengan hukum syara‟. Apabila

hukuman tersebut bertentangan maka akan menjadi batal.16

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengangkat

tema human trafficking dan menggunakan metode perbandingan.

Sedangkan perbedaanya dalam penelitian ini adalah perbandingan yang

digunakan bukan menggunakan rujukan kitab tafsir tetapi menggunakan

hukum.

4. Skripsi yang ditulis oleh Mariyah Ulfa Mahsiswi Jurusan Hukum Pidana

dan Politik Islam Fakultas Syari‟ah UIN Walisongo Semarang 2018,

dengan judul “TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DALAM

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA POSITF DAN HUKUM PIDANA

ISLAM”. Skripsi ini membahas pandangan hukum pidana islam dan

hukum pidana positif tentang perdagangan orang dan perbedaan dan

persamaan hukum pidana Islam dan hukum tindak pidana positif terhadap

sanksi pidana tindak pidana perdagangan orang. Dalam penelitian ini

dijelaskan bahwa sanksi bagi tindak pidana perdagangan orang menurut

hukum pidana positif sudah jelas, yaitu pidana penjara 3 tahun sampai

16
Safrizal, HUKUM TINDAK PIDANA HUMAN TRAFFICKING (Studi Perbandingan
Hukum Positif Dan Hukum Islam), (Skripsi UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh 2017).
17

maksimal seumur hidup, pidana denda 120 juta sampai 800 juta, dan

pidana tambahan bagi korporasi.17

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengambil

tema human trafficking tetapi dengan istilah Indonesia. Sedangkan

perbedaannya adalah dalam skripsi ini lebih memfokuskan hukuman yang

akan dialami oleh pelaku kejahatan tindak pidana perdagangan orang

5. Skripsi yang ditulis oleh Jullul Wara Mahasiswa Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan

Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya

2016, dengan judul “TRAFFICKING DALAM AL-QUR‟AN (Studi

Analisis Terkait Penafsiran Surat An-Nûr, [24]: 33 dan Surat Yûsûf, [12]:

20). Skripsi ini membahas tentang penafsiran dan kontekstualisasi

terhadap surat an-Nûr [24]: 33 dan surat Yûsûf [12]: 20 beserta kaitannya

dengan trafficking. Dalam penelitian ini berfokus pada unsur-unsur

trafficking yang terdapat pada Q.S An-Nûr, [24]: 33 menggunakan istilah

kata al-Bigha‟ yang berarti pelacuran atau perzinaan dan pada surat Yusuf,

[12]: 20 dengan menggunakan kata shira yang menunjukkan adanya

perilaku menjual anak. Untuk menjelasakan ayat-ayat tersebut

menggunakan penafsiran dari Ibnu Katsir, M. Quraish Shihab, dan Ahmad

Mustofa al-Maraghi.18

17
Mariyah Ulfa, TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DALAM
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA POSITF DAN HUKUM PIDANA ISLAM, (Skripsi UIN
Walisongo Semarang 2018).
18
Jullul Wara, “TRAFFICKING DALAM AL-QUR‟AN (Studi Analisis Terkait
Penafsiran Surat An-Nur, 24:33 dan Surat Yusuf, 12:20), (Skripsi UIN Sunan Ampel Suabaya
2016).
18

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas

masalah human trafficking dan ayat al-Qur‟ân yang akan dibahas juga

sama yaitu ayat al-Qur‟ân yang memiliki unsur-unsur human trafficking.

Sedangkan perbedaanya adalah rujukan kitab tafsir yang digunakan untuk

menjelaskan ayat al-Qur‟ân yang telah disebutkan menggunakan tiga kitab

tafsir yaitu, Tafsir Ibnu Katsîr karya Ibnu Katsîr, Tafsir Al-Misbah karya

M. Quraish Shihab, dan Tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Mustofa al-

Maraghi.

Table 2.1
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

No. Judul Persamaan Perbedaan


1. Human Trafficking dalam Mengkaji tentang Penelitian ini
Perspektif Tafsir Al- human trafficking. menggunakan objek
Qur‟anul Majid An-Nur penelitian satu kitab tafsir
Karya Hasbi Ash-Shiddieqy. saja yaitu Tafsir An-Nur
karya Hasbi Ash-
Shiddieqy dan ayat yang
dibahas cukup banyak.
Adapun teori yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
metode tafsir maudhu‟i.
2. Perbudakan Menurut Sayyid Mengkaji tema Fokus penelitian yang
Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil yang hampir mirip dibahas ayat-al-Qur‟an
Al-Qur‟an. dengan human tentang perbudakan dan
trafficking yaitu cara pembebasan budak
perbudakan. menurut Sayyid Qutb
dalam Tafsir fi Zhilalil
Al-Qur‟an.
3. Hukum Tindak Pidana Mengkaji tema Penelitian ini tidak
Human Trafficking (Studi human trafficking menggunakan rujukan
Perbandingan Hukum dan metode yang kitab tafsir tetapi
Positif dan Hukum Islam). digunakan menggunakan hukum.
menggunakan Adapun metode yang
perbandingan. digunakan dalam metode
ini adalah metode
19

perbandingan

4. Tindak Pidana Perdagangan Mengkaji tema Fokus penelitian yang


Orang dalam Perspektif human trafficking dibahas tentang hukuman
Hukum Pidana Positif dan tetapi dengan yang akan dialami oleh
Hukum Pidana Islam. istilah Indonesia pelaku kejahatan tindak
yaitu tindak pidana pidana perdagangan
perdagangan orang.
orang.
5. Trafficking dalam al-Qur‟an Mengkaji human Penelitian ini
(studi analisis terkait trafficking, ayat al- menggunakan objek
penafsiran surat an-nur [24]: Qur‟an yang penelitian tiga kitab tafsir
33 dan surat Yusuf [12]: 20. dibahas juga sama yaitu: Tafsir Ibnu Katsir
Karya Ibnu Katsir, Tafsir
Al-Misbah Karya M.
Quraish Shihab, dan
Tafsir Al-Maraghi Karya
Ahmad Mustofa Al-
Maraghi. Adapun metode
yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
menggunakan metode
munasabah dan asbabun
nuzul.

Melihat dari uraian mengenai studi terdahulu penulis belum

menemukan penelitian studi komparatif yang membahas human trafficking.

Penelitian-penelitian diatas membahas human trafficking dari aspek sanksi

tindak pidana trafficking dan human trafficking menurut mufassir-mufassir

lain tetapi tidak berbentuk studi komparatif. Oleh karena itu, penulis

mengangkat tema human trafficking ini dengan menggunakan metode

komparatif.
20

B. Kajian Teori

1. Tinjauan Umum Human Trafficking

a. Sejarah Human Trafficking

Islam merupakan agama samawi yang menolak kelas segala

bentuk perbuatan yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Islam yang

terkenal dengan agama yang tidak mengenal suku, ras, sistem kasta,

bahasa menentang keras adanya praktik perdagangan manusia. Dalam

islam semua manusia sama dihadapan Allah swt. Yang bisa

membedakan antara individual satu sama lain hanyalah ketakwaanya.

Dalam al-Qur‟an banyak sekali ayat yang membahas mengenai

pemberantasan perbudakan. Hal tersebut merupakan salah satu bukti

bahwa Allah swt telah menunjukkan perhatian yang sangat besar

terhadap adanya praktik perdagnagan manusia. Disinilah Nabi

Muhammad saw memiliki peran penting sebagai pembawa syariat

islam untuk memberantas praktik perdagangan manusia yang telah

menjadi budaya dan ajang bisnis yang mana dapat memberikan

keuntungan yang besar bagi pelakunya.19

Sebagaimana upaya Nabi Muhammad saw mengajak kaum

Quraisy untuk membaca dua kalimat syahadat, memberantas adanya

praktik perdagangan manusia tidaklah mudah, karena perdagangan

manusia pada saat itu merupakan suatau hal yang lumrah dilakukan.

Oleh sebab itu pemberantasan tindak pidana perdagangan manusia ini

19
Nurhamid, Kiprah Nabi Muhammad Memberantas Perdagangan Manusia, (Raheema:
Jurnal Studi Anak dan Gender, Vol. 4, No. 1, 2017), 75.
21

harus dilakukan secara sistematis, bertahap dan dengan persiapan yang

matang, serta membutuhkan waktu yang cukup lama.20

Dalam konteks sejarah Indonesia juga pernah mengalami

adanya praktik perdagangan manusia melalui penghambaan pada masa

kerajaan-kerajaan di tanah Jawa. Perdagangan orang yaitu

perdagangan perempuan melalui sistem feodal. Pada masa itu konsep

kerajaan tidak ada batasnya. Tercermin pada beberapa selir yang

dimiliki oleh raja sebagi bentuk dari kesetiaan. Sebagian selir berasal

dari putri Bangsawan dan sebagian yang lain berasal dari masyarakat

biasa dengan menjulanya atau diserahkan langsung oleh keluarganya

dengan tujuan agar memiliki keterkaitang denga keluarga kerajaan,

agar bisa meningkatkan status keluarganya.21

Prostitusi yang merupakan salah satu bentuk perdagangan

manusia mencapai puncaknya pada tahun 1811 di Indonesia, yang

terjadi pada saat pembangunan jalan raya Anyer-Panarukan dan terus

berlanjut hingga pembangunan jalan dan stasiun kereta api oleh

Deandels. Prostitusi yang kedua mencapai puncaknya pada tahun 1870

ketika pemerintahan Belanda melakukan sistem tanam paksa. Kondisi

tersebut terlihat melalui adanya sistem perbudakan tradisional dan

perseliran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Eropa pada saat itu.

Juga bentuk perdagangan orang berupa kerja rodi dan menjual anak

20
Nurhamid, 76.
21
R. Eriska Ginalita Dwi Putri, Perdagangan Manusia Dalam Sudut Pandang Islam,
(Journal Of Islamic Law Studies, Sharia Journal, Vol. 2, No. 1, 2019), 53.
22

perempuan untuk mendapatkan imbalan materi.22

b. Faktor Penyebab Terjadinya Human Trafficking

Penyebab human trafficking terjadi akibat berbagai macam

kondisi dan persoalan yang berbeda. Akan tetapi penyebab human

trafficking yang paling umum dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Kemiskinan

Salah satu faktor penyebab terjadinya human trafficking

adalah kemiskinan. Penduduk miskin akan lebih rentan akan

perdagangan tidak hanya sedikit pilihan untuk mencari nafkah,

tetapi juga kekuasaan sosial yang mereka pegang juga lebih kecil

dan sedikit juga akses bagi mereka untuk mendapat bantuan dang

ganti rugi. Terdapat sebuah studi yang mengatakan mengenai

perdagangan di 41 negara menunjukkan bahwa keinginan

seseorang untuk memperbaiki perekonomiannya dan kurangnya

kesempatan untuk mewujudkan hak tersebut di daerah asalnya

menjadikan sebuah alasan mengapa seseorang melakukan migrasi

hanya untuk mendapat pekerjaan.

Namun demikian, sebuah kajian yang mengatakan tentang

kondisi perekonomian Indonesia juga menunjuukan bahwa

meskipun beberapa masyarakat daerah yang menjadi pengirim

terbesar memiliki medan penghasilan yang rendah dibandingkan

dengan rata-rata nasional. Sehingga dapat dilihat dengan jelas

22
R. Eriska Ginalita Dwi Putri, 54.
23

bahwa faktor kemiskinan bukan salah satu faktor yang ikut andil

dalam perdagangan orang tetapi keinginan untuk menikmati

penghasilan lebih lah yang mendorong orang untuk melakukan

migrasi dan menghadapi resiko diperdagangkan. Dengan status

sosial yang dimiliki mereka lebih rendah, sehingga menjadikan

penduduk miskin memiliki kekuatan yang lebih sedikit untuk

menyuarakan pendapat dan keluhannya atau mendapat bantuan dari

pihak berwenang.23

2) Tingkat Pendidikan yang Rendah

Dalam beberapa dasawarsa terakhir Indonesia telah

mencapai kemajuan dalam tingkat pedidikan. Tetapi masih banyak

penduduk Indonesia yang menrasakan bangku pendidikan hanya

beberapa tahun saja dan sebatas di bangku sekolah dasar. Bahkan

dalam keluarga yang tidak mampu prioritas pendidikan akan

diberikan pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Tingkat

pendidikan yang rendah membuat perempuan rentan menghadapi

resiko lebih besar mengalami eksploitasi karena ketidakmampuan

mereka membaca dan menulis sehingga dalam memahami kontrak

kerja atau dokumen imigrasi mengaalami kesulitan. Hal tersebut

akan menyulitkan mereka terutama dalam mencari bantuan, sebab

mereka tidak tahu hak yang seharusnya diperoleh, bahkan dalam

beberapa kasus tidak dapat berbicara dalam bahasa daerah

23
Ruth Rosenberg, Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia, (Jakarta: USAID,
2003), 25.
24

setempat.24

Seperti kasus yang telah dialami Nabi Yusuf yang

disebutkan dalam Q.S Yûsûf: 19-20. Disini menurut pengamatan

penulis kasus yang dialami yusuf termasuk dalam penyebab human

trafficking akibat rendahnya tingkat pendidikan. Hal ini disebabkan

pada zaman dahulu tingkat pendidikan yang rendah tidak hanya

terjadi di Indonesia tetapi di seluruh dunia, sehingga akibat

rendahnya pendidikan dan pengetahuan musafir yang telah

menemukan Yusuf membuat mereka tidak berpikir panjang dan

tidak ingin mengambil resiko yang besar membuat mereka menjual

Yusuf adalah jalan keluar yang terbaik.

3) Pernikahan Dini

Undang-undang perkawinan pada tahun 1974 menetapakan

bahwa usia minimum pernikahan adalah 16 tahun. Namun seorang

perempuan dapat dikecualikan dari undang-undang tersebut apabila

telah mendapat izin dari orang tua, pengadilan agama. Gadis-gadis

yang menikah tersbut biasanya sedikit sekali yang merasakan

manisnya dunia pendidikan. Hal ini disebabkan mereka yang sudah

menikah akan berhenti sekolah. Selain itu, mereka juga mengalami

tingkat perceraian yang tinggi dan mengakibatkan mereka rentan

terhadap perdagangan manusia. Sebab setelah mereka mengalami

perceraian mereka harus menghidupi diri sendiri. Rendahnya

24
Ruth Rosenberg, Perdagangan Perempuan dan Anak Di Indonesia, 26.
25

pendidikan dan keterampilan mereka mengakibatkan tingkat

perekonomian yang tersedia bagi mereka tidak banyak juga usia

yang masih belia yang membuat mereka tidak siap untuk hidup

madiri.25

4) Kebijakan dan Undang-Undang yang Bias Gender

Masih banyak undang-undang dan kebijakan di Indonesia

yang bias gender. Salah satu undang-undang dan kebijakan yang

dapat mebuta oeremouan rentan akan perdagangan salah satunya

undang-undang perkawinan. Dalam undang-undang ini perempuan

yang telah bercerai dari suaminya yang melakukan kekerasan tidak

berhak mendapat tunjangan dari suaminya dan harus mencari

pekerjaan untuk menghidupi dirinya sendiri. Bagi perempuan yang

berpendidikan rendah tentunya pilihan lapangan pekerjaan

sangatlah terbatas, sehingga menjadikan mereka rentan menjadi

korban tindak kejahatan perdagangan manusia.26

c. Unsur-Unsur Human Trafficking

Mencermati pengertian human trafficking yang tercantum

dalam Pasal 297 KUHP di sempurnakan dengan Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Perdagangan Orang. Dalam BAB 1 Pasal 1 menurut pengertiannnya

setidaknya harus ada tiga (3) unsur pokok sehingga tindakan tersebut

termasuk dalam kategori perdagangan manusia yaitu: proses, cara, dan

25
Ruth Rosenberg, Perdagangan Perempuan dan Anak Di Indonesia, 28.
26
Ruth Rosenberg, Perdagangan Perempuan dan Anak Di Indonesia, 29.
26

tujuan.

1) Proses

Proses yang harus terjadi dalam perdagangan orang

sehingga perbuatan tersebut termasuk dalam perdagangan orang

meliputi, adanya proses perekrutan, pengangkutan, penampungan,

pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang. Dalam artian

ketika seseorang melakukan tindakan yang telah disebutkan diatas,

bias jadi termasuk dalam salah unsur human trafficking.

2) Cara

Cara yang dilakukan disini dengan berlakunya cara-cara

pemaksaan, yang meliputi ancaman kekerasan, penculikan dan

penyekapan serta penyalahgunaan kekuasaan.

3) Tujuan

Tujuan akhir dari semua bentuk perdagangan manusia

adalah semua kegiatan yang mengarah pada eksploitasi dan

menyebabkan korban mengalami berbagai bentuk macam

kekerasan baik dari awal perekrutan hingga pemilik tempat kerja.

Adapun bentuk kekerasan yang dialami korban seperti kekerasan

fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi. Paling tidak bentuk dari

eksploitasi meliputi:

a) Eksploitasi untuk melacurkan orang dan segala bentuk lain dari

eksplotasi seksual.

b) Kerja paksa atau pelayanan paksa.


27

c) Perbudakan atau praktek-praktek serupa dengan perbudakan.

d) Penghambaan.

e) Pengambilan organ-organ tubuh.

Adapun ketiga unsur yang telah disebutkan diatas memiliki

keterkaitan, sehingga apabila suatu kegiatan yang didalamnya terdapat

ketiga unsur tersebut, maka hal tersebut termasuk perdagangan

manusia.27

Adapun lebih jelasnya dapat disimak pada tabel berikut:

Tabel 2.2
Alternatif Proses, Cara dan Tujuan Perdagangan Manusia
Proses Cara Tujuan
1. Perekrutan 1. Ancaman 1. Prostitusi
2. Pengangkutan 2. Pemaksaan 2. Pornografi
3. Penampungan 3. Penculikan 3. Kerja paksa
4. Pengiriman 4. Penipuan 4. Kekerasan
5. Pemindahan 5. Penyalahgunaan 5. Perbudakan atau
6. Penerimaan kekuasaan praktik-praktik
serupa

d. Bentuk - Bentuk Human Trafficking

Semakin berkembangnya era globalisasi, semakin bermacam-

macam pula bentuk operasi human trafficking yang digunakan agar

hal tersebut mencapai misinya. Adapun bentuk-bentuk human

trafficking yang sering kali terjadi di Indonesia diantaranya adalah:

1) Kerja Paksa

Hak asasi manusia merupakan suatu hal yang wajib

dijunjung tinggi. Termasuk dalam dunia pekerjaan. Negara wajib


27
Habib Shulton Asnawi dkk, Perlindungan Korban Human Trafficking Perspektif
Hukum Pidana dan Hak Asasi Manusia, (Morality: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8, No. 1, Juni 2022),
47.
28

menjunjung tinggi, menjamin, dan melindungi hak asasi setiap

warganya baik yang bekerja di dalam dan di luar negeri. Tetapi

pada kenyataanya masih banyak pekerja yang berada dibawah

ancaman dan tidak memiliki kebebasan dalam menyepakati yang

hendak dikerjakan sehinggan jatuh ke dalam kerja paksa.28

Kerja paksa merupakan sistem pekerjaan yang dipaksakan

pada tiap orang dengan menggunakan ancaman hukuman apapun,

dikarenakan orang yang bekerja tersebut tidak bersedia secara

sukarela. Di Indonesia sendiri hingga saat ini kerja paksa masih

tetap berlangsung. Hal ini disebabkan rendahnya upah/gaji,

minimnya aturan, dan control terhadap kondisi kenyamanan kerja,

dan tingginya permintaan pekerja dengan upah yang murah. Kerja

paksa juga terjadi melalui jeratan hutang.29

Dengan cara pelaku mempekerjakan korban di suatu negara

dan segala biaya selama pengurusan dokumen imigrasi sampai

biaya hidup di tanggung pelaku, hal itulah yang menjadikan korban

terjerumus dalam kerja paksa melalui sistem hutang. Disini pelaku

memaksa korban untuk melakukan kerja paksa dan tidak menerima

bayaran sedikit pun dengan dalih mengganti semua biaya yang

telah dikeluarkan pelaku. Jika korban menolak akan hal tersebut,

maka anacaman berupa kekerasan seperti pemukulan, penyekapan,

28
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
(Medan: Perdana Publishing September 2016), 46.
29
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
47.
29

bahkan tidak memberi makan pada korba merupakan sarana ampuh

untuk memaksa korban bekerja.30

2) Pekerja Migran

Pekerja atau lebih sering disebut buruh merupakan orang

yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa

guna memenuhi kebutuhan diri sendiri atau masyarakat. Pekerja

migran (migran worker) ialah orang yang berpindah dari wilayah

negara tempat lahirnya ke tempat lain kemudian bekerja di tempat

yang baru dalam jangka waktu relatif lama. Pekerja migran

sedikitnya mencakup dua tipe: pekerja migra internal (dalam

negeri) dan pekerja migran internasional (luar negeri). Pekerja

migra internal (dalam negeri) adalah orang yang bermigrasi dari

tempat asalnya ke tempat lain dan masih dalam wilayah Indonesia.

Pekerja migran internasional (luar negeri) adalah orang yang

bekerja meninggalkan tanah air untuk bekerja di negara lain.31

Di Indonesia, yang dimaksud dalam pengertia pekerja

migran internasional adalah orang Indonesia yang bekerja di luar

negeri atau dikenal dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Indonesia menjadi salah satu negara pengirim tenaga kerja

internasional, khususnya pekerja kasar dan Pembantu Rumah

Tangga (PRT), atu pekerja domestik terbesar di Asia. Adapun

30
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
48.
31
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
49.
30

kondisi tenaga kerja Indonesia berbeda dengan kondisi di negara

lain. Tenaga kerja Indonesia sering mengalami masalah baik

individu mamupun umum bagi pemerintahan Indonesia. Masalah

yang paling umum yang pada TKI yang berasal dari Indonesia

adalah dalam perekrutan TKI yang berakhir terjerumus dalam

perdagangan orang.32

Korban yang tidak mengerti apa-apa dan hanya berharap

bekerja guna memperbaiki ekonomi dan memenuhi kebutuhan

keluarga, malah berakhir menjadi korba eksploitasi perdagangan

orang. Disini yang menjadi korban perdangan orang adalah semua

kalangan baik perempuan dan laki-laki dewasa maupun anak laki-

laki dan perempuan. Mereka semua telah diperdagangkan dari

Indonesia ke negara-negara lain. Adapun beberapa negara yang

menjadi tujuannya adalah Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan

bahkan ke negara Timur Tengah.33

Sistem perburuhan di Indonesia sangatlah rentan terhadap

praktik perbudakan yang terselubung. Penempatan tenaga kerja

Indonesia keluar negeri secara tidak langsung merupakan contoh

dari praktik trafficking secara nyata. Hal ini disebabkna tenaga

kerja yang berangkat ke luar negeri yang bekerja sebagai pekerja

kasar atau pebantu rumah tangga biasanya bermula dari jeratan

32
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
50.
33
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
51
31

hutang dan berakhir dalam situasi yang menyebebkan

tereksploitasi di negara yang tanpa perlindungan.34

3) Eksploitasi Seksual

Eksploitasi seksual merupakan segala bentuk tindakan

pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ tubuh yang lain guna

memperoleh keuntungan termasuk didalamnya kegiatan pelacuran

dan pencabulan. Eksploitasi sesksual merupakan bentuk

perdagangan orang yang paling banyak terjadi di berbagai negara

khususnya di Eropa. Tidak kurang dari 300.000 korban dari

kalangan perempuan yang diperdagangkan tiap tahunnya.

Eksploitasi seksual meruapakan bisnis global yang memiliki tujuan

komersial terhadap perempuan.35

Perdagangan seks di Indonesia juga kerap terjadi. Paling

banyak korban yang terjerat dalam perdagangan seks dari kalangan

perempuan dan anak-anak yang direkrut menggunakan berbagai

cara. Salah satu modus yang paling umum yang digunakan oleh

pelaku trafficker adalah ajakan untuk bekerja di luar negeri dengan

gaji yang tinggi. Meskipun modus operandi di berbagai negara

berbeda-beda tetapi tujuannya tetap sama yaitu berhasil melakukan

aksinya untuk mendapatkan perempuan dan anak-anak yang akan

34
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
52
35
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
53
32

menjadi korban objek perdagangan seks.36

4) Pekerja Anak

Pekerja anak merupakan istilah yang memiliki konotasi

mengeksploitasi anak kecil atas tenaga mereka dengan gaji yang

sedikit. Yang dimaksud anak disini adalah seseorang yang usianya

belum mencapai 18 tahun. Pada tahun 1979 merupakan titik awal

perhatian pemerintah Indonesia terhadap masalah kesejahteraan

anak dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979

tentang Kesejahteraan Anak.37

Adapun bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak yaitu:

segala bentuk perbudakan, eksploitasi sesksual, dan pemanfaatan

untuk kegiatan produksi obat-obatan. Berbagai alasan yang

menjadi pembenaran terhadap keberadaan pekerja anak. Sehingga

samapai saat ini jumlah pekerja anak makin meningkat dan belum

terdata secara pasti. Beberapa faktor yang paling utama ialah

kemiskinan dan kondisi ekonomi yang miring. Mempekerjakan

anak pada dasarnya adalah suatu hal yang terburuk, namun hal ini

telah terjadi sejak Indonesia dijajah Belanda yang berakibat

menjadi sebuah kebiasaan dan sulit dihilangkan.38

36
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
54
37
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
54.
38
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
55.
33

5) Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak atau di Indonesia lebih dikenal dengan

istilah adopsi. Anak angkat merupakan anak yang bukan hasil

keturunan dari kedua orang tua, yang dipungut, dirawat serta

dianggap oleh orang tua angkatnya sebagai anak kandung atau

anak keturunannya sendiri.39

Menurut peraturaan yang telah berlaku di Indonesia,

pengangkatan anak atau adopsi harus berdasarkan keputusan

Pengadilan Negeri, karena Pengadilan Agama tidak mempunyai

wewenang untuk menetapkan masalah pengangkatan anak.

Pengadilan Agama hanya berwenang menangani masalah

pengangkatan anak yang beragama Islam sesuai dengan hukum

Islam, sedangakn Pengadilan Negeri memiliki wewenang

menangani masalah pengangkatan anak di luar hukum Islam

termsuk pengangkatan anak anatar negara (intercountry

adoption).40

Oleh karena itu, prosedur pengangkatan anak memang

dilakukan secara ketat. Tujuannya agar hak-hak anak yang

diangkat dapat terlindungi dan mencegah berbabagai pelanggaran

kejahatan seperti perdagangan anak. Persepsi yang timbul di

masyarakat hingga kini beranggapan bahwa mengadopsi anak itu

39
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
58
40
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
60.
34

mudah, sehingga menyebabkan kesalahan prosedur dan bertindak

diluar hukum. Hal tersebut sering terjadi dan secara tidak langsung

menjerumus pada tindak pidana perdagangan orang.41

6) Transpalntasi Organ Tubuh

Transplantasi merupakan pemindahan suatu organ manusian

tertentu dari satu tubuh ke tubuh yang lain dengan persyaratan dan

kondisi tertentu. Transplantasi merupakan tindakan yang

bermanfaat bagi seorang pasien penderita gangguan organ tubuh

yang berat. Transplantasi organ dalam Islam diperbolehkan apabila

terjadi keadaan darurat dan meruapakan kebutuhan medis yang

berguna untuk menyelamatkan nyawa seseorang.42

Dari segi hukum transplantasi juga dipandang sebagai

tindakan yang mulia karena hal ini meruapak suatu upaya untuk

menyejahterakn dan meyehatkan manusia. Akan tetapi masih

banyak kasus transplantasi organ yang terjadi secara ilegal dan hal

tersebut merupakan kejahatan transnasional yang terorganisir.

Perdagangan organ tubuh di Indonesia sudah terjadi secara terang-

terangan seperti praktik jual beli ginjal lewat surat kabar dan

online. Di dunia maya praktik donor organ tubuh dapat dicari

dengan mudah. Cukup mencarinya hanya lewat Google saja dalam

waktu yang cukup singkat sega ditampilkan banyak direktori yang

41
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
61.
42
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
62.
35

menyediakan layanan jasa jual beli ginjal.43

Adapun modus operandi yang digunakan pelaku

perdagangan organ tubuh yang paling sering digunakan yaitu: 1)

penculikan; 2) membujuk anak-anak jalanan untuk tinggal dirumah

pelaku dengan janji akan memenuhi kebutuhan sehari-hari; 3)

pengadopsian anak secara ilegal antar negara; 4) janji pekerjaan

dengan gaji yang besar di luar negeri.44

7) Penjeratan Hutang

Penjeratan hutang adalah perbuatan yang menempatkan

orang ke dalam status terpaksa menjaminkan dirinya atau jasa

pribadinya sebagai bentuk pelunasan hutang.45

Perdagangan orang dalam bentuk penjeratan hutang

membuat para korbannya tidak punya pilihan lain sehingga harus

melakukan semua hal yang bertentangan dengan keinginannya.

Jeratan hutang biasanya sudah diterapkan sejak saat pertama kali

perekrutan pada korban. Pelaku/trafficker umumnya

memanfaatkan kondisi ekonomi calon korban dengan cara

memberi iming-iming berupa biaya hidup yang semuanya akan di

tanggung oleh pelaku. Calon pekerja yang memiliki keterbatasan

ekonomi dan minim informasi, tanpa berpikir panjang langsung

43
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
63.
44
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
66.
45
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
67.
36

menyetujui akan hal tersebut. Keinginan besar untuk mengubah

nasib hidupnya menjadikan peluang bagi pelaku untuk melakukan

aksinya, karena bisnis ini sangatlah menjanjikan dan cukup

membantu perekonomian.46

8) Pengantin pesanan

Bentuk lain dari human trafficking adalah pengantin

pesanan atau bentuk lain dari perjodohan. Praktik dari pengantin

pesanan ini sangatlah rentan akan trafficking. Hal ini disebabkan

pihak perempuan tidak dapat menyuarakan keinginannya dalam

perkawinan ini. Di beberapa kasusu perkawinan seperti ada yang

berakhir bahagia, tetapi tidak sedikit yang berakhir tragis. Bahkan

banyak kasus yang terjadi si suami memaksa dan menjual istrinya

ke rumah bordil.47

Ada dua bentuk perdagangan melalui jalur pengantin

pesanan ini. Pertama, perkwainan ini digunakan sebagai tindak

penipuan untuk mengambil seorang wanita dan membawanya ke

tempat lain yang sangat asing, kemudian di masukkan ke dalam

prostitusi. Kedua, perkawinan ini menjerumuskan perempuan

dalam rumah tangga untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan

domestic yang bentuknya sangat eksploitatif. Proses perkawinan

ini biasanya melalui perorangan atau biro jodoh dengan melakukan

46
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
68.
47
Alfitra, Tindak Pidana Perdagangan Manusia, (Jawa Barat: Raih Asa Sukses 2022),
30.
37

pesanan.48

Perkawinan pesanan menjadi perdagangan perempuan

apabila sebagian besar ditemukan korbannya mengalami

eksploitasi seperti penyengsaraan, penahanan dokumen, penipuan

dan menyebabkan perempuan tersebut tertahan dan tidaak bias

melepaskan diri dari eksploitasi.49

e. Pandangan Islam Tentang Human Trafficking

Konsep pengakuan dan penegakan hak-hak manusia dalam

perspektif Islam telah dijelaskan secara universal (global) dan

transparan dalam al-Qur‟an dan juga dicontohkan dalam prilaku

keseharian Nabi Muhammad saw. Islam sebagai agama yang rahmatan

lil „âlamîn selalu menebarkan nilai-nilai kasih sayang dan kedamaian,

kemaslahatan dan mendorong manusia untuk memiliki hubungan yan

baik dalam konteks huqûq al-Allah dan huqûq al-nas.

Untuk menciptakan suatu konsep Islam yang harmonis adalah

dengan menerapkan 5 pokok yang dikenal dengan al-mahfûz{ah „alâ

kuliyat al-khams. Yang telah dikembangkan oleh Al-Juwaini yang

kemudian diikuti oleh al-Ghazali dalam konsep maqâsid al-syar‟i

(tujuan hukum islam/filsafat hukum islam), yaitu meliputi: (1) Hifz al-

dîn (hak kebebasan memilih keyakinan dan agama), (2) Hifz al-nafs

(hak hidup), (3) Hifz al-nasl (hak pengembangan jenis dan keturunan),

dan (4) Hifz al-„aql (hak mengembangkan akal fikiran yang sehat), (5)

48
Alfitra, Tindak Pidana Perdagangan Manusia, 31.
49
Alfitra, Tindak Pidana Perdagangan Manusia, 32.
38

Hifz al-mâl (hak atas pemilikan harta benda).50

Salah satu aktivitas dan pola pada praktik trafficking adalah

korban tidak mendapatkan hak-hak yang semestinya didapatkan,

antara lain: hak beribadah dengan tenang, hak perlindungan dan

keselamatan, hak mengungkapkan pendapat secara bebas, hak

kehormatan akan organ reproduksinya dan hak untuk harta hasil kerja.

Hal ini berbanding terbalik dengan ajaran islam dan korban trafficking

sangat berpeluang kehilangan 5 pokok tujuan risalah islam yang

menjadi hak-hak korban yang telah terampas.51

Seperti yang kita tahu bahwa ketika Islam datang, budaya

perbudakan masih ada dan berlanjut, bahkan tidak hanya terjadi di

Arab saja tetapi di negara-negara yang lain. Islam datang untuk

menghimbau kepada para pemiliki budak untuk bersikap lebih

manusiawi terhadap budaknya serta menjajikan pada pemilik budak

pahala yang besar bagi yang memerdekakan budaknya. Islam

memerintahkan agar umatnya melakukan pembebasan padak budak

karna Islam berprinsip akan mengangkat tinggi kehormatan dan

martabat manusia. Islam agama yang memihak pada masyarkat yang

tertindas menjadi sangat populer dikalangan masyarakat pada masa itu.

Dikisahkan bahwasannya pada masa Nabi Muhammad saw berada di

Makkah hanya sekitar 25 orang saja dai golongan kaya dan bangsawan

selebihnya kebanyakan dari golongan budak, fakir miskin dan


50
Mufidah, Mengapa Mereka Diperdagangkan? Membongkar Kejahatan Trafiking
Dalam Perspektif Islam, Hukum, dan Gender, (Malang: Uin Maliki Press 2011), 65.
51
Mufidah, 66.
39

sebagainya. Para konglomerat Makkah enggan masuk agama Islam

karena dipenuhi oleh golongan fakir miskin.52

Adapun beberapa langkah konkret yang dilakukan Islam untuk

menghapus perbudakan dan perdagangan manusia sebagai berikut:

1) Anjuran memerdekakan seorang budak sebagai bentuk ekspresi

dan usaha untuk mendekatkan diri pada Allah swt dan mendapat

pahala, seperti yang telah disebutkan dalam hadits Nabi:

“Dari Abi Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:

“Siapapun orang muslim yang memerdekakan seorang budak

muslim, niscya Alah akan menyelamatkan setiap anggota tubuhnya

dari api neraka dengan setiap tubuh budak tersebut”. (Muttafaq

alaih).53

2) Menetapakan sanksi sebagai pelanggaran hukum dengan cara

memerdekakan budak seperti: pembunuhan tidak disengaja,

sumpah palsu, dhihar dan lain sebagainya. firman Allah Q.S. An-

Nisâ‟ [24]: 92

           

           

           

         

52
Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif Ulama,
(Medan: Perdana Publishing September 2016), 113
53
Abu Husein Al-Qusyairi, Shahih Muslim Juz 2 (Beirut: Dar Ihya‟ Turats), 1147
40

          

        


Artinya: “Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh
seorang yang beriman (yang lain), kecuali karena tersalah
(tidak sengaja). Barang siapa membunuh orang beriman
karena tersalah (hendaklah) dia memerdekakan hamba
sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan yang
diserahkan pada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika
mereka (keluarga terbunuh) membebaskan pembayaran. Jika
dia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal dia
orang yang beriman, maka (hendaklah si pembunuh)
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Dan jika dia (si
terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai)
antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh)
membayat tebusan diserahkan pada keluarganya (si
terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.
Barang siapa tidak mendapatka (hamba sahaya), maka
hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-
turut sebagai tobat kepada Allah, dan Allah Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana.54”

3) Perintah kepada majikan agak memberikan peluang pada budak agar

dapat menebus dirinya sendiri dengan memeberi zakat dan shadaqah.

Firman Allah Q.S. At-Taubah [10]: 60:

        

          

     


Artinya:“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,
miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang
yang behutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang
sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah.
Allah Mahan Mengetahui, Maha Bijaksana.55”
54
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 94.
55
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 197.
41

4) Mengawini budak agar merdeka56. Firman Allah Q.S. An-Nisâ‟ [4]:

25:

         

 …   


Artinya: “Dan barang siapa diantara kamu tidak mempunyai biaya
untuk menikahi perempuan merdeka yang beriman, maka
(dihalalkan menikahi perempuan) yang beriman dari hamba
sahaya yang kamu miliki. Allah mengetahui
57
keimananmu……”

2. Metode Tafsir Muqaran

a. Pengertian Metode Tafsir Muqaran

Tafsir muqarran secara bahasa berasal dari kata qaarana-

yuqaarinu-muqaaranatan, yang berarti perbandingan (komparatif),

menyatukan atau menggandengkan. Secara istilah menurut Nashruddin

Baidan definisi dari metode ini para ahli tidak ada perbedaan pendapat.

Sehingga dapat didefinisikan metode tafsir muqaran adalah 1)

membandingkan teks (nash) ayat-ayat al-Qur‟ân yang memiliki

persamaan atau kemiripan dalam dua kasus atau lebih, dan atau

memiliki perbedaan redaksi bagi satu kasus yang sama; 2)

membandingkan ayat al-Qur‟ân dengan hadits nabi yang secara

lahiriyah terlihat bertentangan; 3) membandingkan berbagai pendapat

ulama tafsir dalam menafsirkan al-Qur‟ân.58

56
Mufidah, Mengapa Mereka Diperdagangkan? Membongkar Kejahatan Trafiking
Dalam Perspektif Islam, Hukum, Dan Gender, (Malang: Uin Maliki Press 2011), 68.
57
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 191.
58
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
1998), 65.
42

Adapun pendapat lain mengatakan teknik tafsir muqaran adalah

dengan menfasirkan ayat-ayat al-Qur‟ân dengan cara mengumpulkan

teks-teks yang mempunyai tema yang sama, baik teks tersebut dari al-

Qur‟ân, hadits, perkataan sahabat, tabi‟un, mufassir atau pada kitab

suci lainnya. Lalu langkah selanjutnya yaitu membandingkan teks-teks

ayat al-Qur‟ân, memverifikasi berbagai pendapat yang ada,

menyajikan beberapa argument yang didapat, menfasirkan berbagai

pendapat yang paling kuat dan membuang beberapa pendapat yang

lemah. Oleh karenanya objek kajian tafsir muqaran memliki cakupan

yang sangat luas.59

b. Objek Pembahasan Metode Tafsir Muqaran

Berdasarkan pengertian tafsir muqaran yang telah di jelaskan

diatas, maka objek pembahasan metode tafsir muqaran ini memiliki

beberapa kategori. Anatara lain sebagai berikut:

1) Membandingan ayat al-Qur‟ân dengan ayat al-Qur‟ân yang lain

Perbandingan dalam aspek ini dapat digunakan pada semua

ayat al-Qur‟ân. Baik dari segi pemakaian mufradat, urutan kata,

atau redaksi yang mirip.

2) Membandingkan ayat dengan hadits

Perbandingan dari segi aspek ini yang paling utama

dilakukukan terhadap ayat-ayat al-Qur‟ân yang secara lahiriyah

terlihat bertentangan dengan hadits-hadits Nabi yang diyakini

59
Fahd Al-Rumi, Buhuts fi Ushul al-Tafsir wa Manhijih, Terj. Wardani dkk,
(Banjarmasin: Antasari Press 2019), 72.
43

shahih.

3) Membandingkan pendapat para ulama tafsir

Dengan menerapkan metode perbandingan dari aspek

pendapat para ulama tafsir, maka dapat diketahui kecenderungan

mufassir, aliran yang mempengaruhi penafsiran mereka. Menurut

Nashruddin Baidan langkah yang harus ditempuh dalam

menggunakan metode ini ialah: 1) menghimpun sejumlah ayat

yang akan dijadikan objek studi tanpa melihat redaksinya memiliki

kemiripan atau tidak; 2) menggali berbagai pendapat ulama tafsir

dalam menfasirkan ayat-ayat al-Qur‟ân; 3) membandingkan

berbagai pendapat ulama tafsir untuk mendapatkan informasi yang

berkaitan dengan identitas dan pola pikir dari masing-masing

mufassir, serta kecenderungan dan aliran yang diikuti.60

Adapun orang yang pertama kali menggunakan metode ini

adalah Imam at-Thabary dalam kitab tafsirnya yaitu Jâmi‟ Al-

Bayân fî Ta‟wîl Al-Qur‟ân yang mana pada setiap penafsirannya ia

banyak mengemukakan perndapat para ulama tafsir, kemudian

didiskusikan dan mengambil beberapa pendapat yang paling kuat.61

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tafsir Muqaran

Sebagaimana metode-metode tafsir yang lain yang memiliki

kelebihan dan kekurangan, metode tafsir muqaran juga tidak luput dari

hal tersebut.

60
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an, 100.
61
Fahd Al-Rumi, 74.
44

1) Kelebihan Metode Tafsir Muqaran

a) Dapat memberikan wawasan luas bagi pembaca bila

dibandingakn dengan metode-metode tafsir yang lain. Hal ini

dikarenakan alam metode ini satu ayat al-Qur‟ân dapat ditinjau

dari berbagai aspek keilmuan yang sesuai dengan keahlian

mufassir. Dengan begitu al-Qur‟ân terasa lebih luas karena

dapat menampung berbagai pendapat.

b) Membiasakan diri untuk bersikap toleran terhadap pendapat

orang lain. Dengan demikian dapat mengurangi sifat fanatisme

terhadap sesuatu. Contohnya fanatisme berlebihan terhadap

suatu madzhan dan aliran tertentu yang bisa menjadikan

kerusakan dan persatuan umat.

c) Tafsir yang menggunakan metode muqaran ini sangatlah cocok

bagi mereka yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang

suatu ayat.

d) Metode tafsir muqaran ini dapat mendorong mufassir untuk

mengkaji berbagai ayat, hadits dan berbagai pendapat mufassir

lain. Dengan demikian dapat membuat mufassir menjadi lebih

hati-hati dalam menfasirkan suatu ayat, sehingga penafsirang

yang diberikan menjadi lebih terjamin kebenarannya dan dapat

dipercaya.

2) Kekurangan Metode Tafsir Muqaran

a) Metode tafsir muqaran sangat tidak cocok bagi pembaca yang


45

masih pemula. Sebab metode ini memiliki wawasan yang

cukup luas dan terkadang terlalu ekstrim. Sehingga dalam

kondisi yang serupa, jelas pemula belum siap menerima

berbagai pemikiran yang berbeda dan secara spontan akan

mengalami kebingungan terlebih jika yang dibaca adalah

penafsiran ayat tentang akidah, maka dapat menjadikan

pembaca terjerumus pada pemahaman akidah yang keliru.

b) Metode tafsir muqaran tidak direkomendasikan untuk

pemecahan masalah. Karena metode ini lebih mengutaman

pada perbandingan daripada pemecahan masalah.

c) Metode tafsir muqaran juga terkesan lebih banyak menelaah

penafsiran yang dilakukan oleh ulama daripada mengemukakan

penafsiran baru.62

d. Urgensi Metode Tafsir Muqaran

Pada masa yang modern ini metode tafsir muqaran sangatlah

dibutuhkan, dikarenakan banyak sekali berbagai paham dan aliran

yang jauh keluar dari pemahaman yang sebenarnya. Metode tafsir

muqaran dapat digunakan untuk mengetahui alasan penafsiran yang

menyimpang bahkan sampai membuat sikap ekstrim dikalangan

masyarakat. Metode tafsir muqaran ini sangatlah penting posisinya

terutama untuk mengembangkan pemikiran tafsir yang objektif dan

rasional, sehingga nantinya kita bisa mendapat gambaran penafsiran

62
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an, 142.
46

yang komprehensif yang sesuai dengan latar belakaang lahirnya

sebuah penafsiran dan bisa dijadikan sebagai perbandingan pelajaran

untuk mengembangkan penafsiran al-Qur‟ân pada periode-periode

yang selanjutnya. 63

63
Abd. Hadi, Metodologi Tafsir Dari Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer, (Salatiga:
Griya Media, 2020), 71.
47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Jenis Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian menggunakan

pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci.64

Penelitian ini bersifat “Deskriptif Analisis”, yaitu penelitian yang bertujuan

untuk memaparkan suatu objek tertentu dengan cara penyelidikan secara kritis

dan kehati-hatian serta menganlisis masalah yang di hadapi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kepustakaan (Library

Research), yaitu penelitian yang data dan informasinya bersumber dari buku-

buku, jurnal, artikel, dan literature-literatur yang memuat pokok bahasa yang

bersangkutan.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber, yaitu:

1. Data Primer

Data primer yang digunakan peneliti adalah:

a. Al-Qur‟an

b. Kitab Tafsir At-T{abary karya Imam at- T{abary dan Tafsir Al-Munîr fî

Al-„Aqîdah wa Asy-Syarî‟at wa Al-Manhaj karya Wahbah az-Zuhayli.

2. Data Sekunder

64
Sandu Siyoto, Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Literasi Media Publishing:
Yogyakarta 2015), 27

47
48

Data sekunder yang diguanakan peneliti untuk mendukung data

primer adalah buku-buku, jurnal, artikel dan karya-karya ilmiah yang

berhubungan dengan pokok bahasa dalam penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang ditempuh oleh peneliti untuk mengumpulkan data

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan masalah yang akan di bahas.

2. Mencari dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan obyek

penelitian.

3. Mengecek data dan mengkonfirmasi data untuk memperoleh data yang

valid.

4. Mengkaji literatur yang membahas tentang human trafficking secara

keseluruhan kemudian memfokuskan pada hal yang berkaitan dengan

human trafficking.

5. Menyusun pembahasan dengan kerangka yang sempurna.

D. Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah metode komparatif (muqaran), yaitu metode yang membandingkan

data satu dengan data yang lain sehingga di temukan titik temu perbedaan

antara dua data tersebut. Dengan metode ini penulis meniliti Tafsir At- T{abary

dan Tafsir Al-Munîr lalu membandingkan kedua tafsir tersebut.


49

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

A. Human Trafficking dalam al-Qur’ân

Berbicara mengeni human trafficking ternyata dalam al-Qur‟ân juga

menjelaskan beberapa ayat yang berkaitan dengan unsur human trafficking,

yaitu:

1. Q.S Yûsûf [12]: 19-20

           

          

      


Artinya: “19. Dan datanglah sekelompok musafir, mereka menyuruh
seorang mengambil air. Lalu dia menurunkan timbanya. Dia
berkata, “Oh, senangnya, ini ada seorang anak muda!”.
Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang
dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan. 20. Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga
rendah, yaitu beberapa dirham saja, sebab mereka tidak tertarik
padanya”65

Dalam ayat diatas menjelaskan adanya gambaran tentang praktik

human trafficking yaitu perilaku seseorang yang memeperjual belikan

manusia dan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Nabi Yusuf as.

2. Q.S An-Nûr [24]: 33

           

          

65
Al-Qur‟an dan Terjemahnya. 238

49
50

            

            

   


Artinya: “Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah
menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberi kemampuan
kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan jika hamba sahaya
yang kamu miliki menginginkan perjanjiankepada mereka, jika
kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah
kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-
Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya
perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka
sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari
keuntungan duniawi. Barangsiapa memaksa mereka, maka
sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada
mereka) setelah mereka dipaksa”66

Dalam ayat dijelaskan secara jelas larangan memaksa seseorang

untuk melakukan prostitusi atau eksploitasi seks terhadap wanita dengan

maksud dan tujuan untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri. Selain

itu ayat ini juga menjadi dasar peringatan keras dan ancaman terhadap

pelaku ekspoitasi budak pada zaman dahulu dan sekarang.67

B. Human Trafficking Menurut Tafsir At- T{abary

1. Biografi Singkat At- T{abary

Ibnu Jarîr At- T{abary merupakan seorang sastrawan yang dikenal

dengan ungkapan kata-kata yang indah yang mana jarang sekali digunakan

oleh sastrawan lain. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai ahli fiqh. Ibnu

Jarîr At-T{abary juga merupakan mufassir dan sejarawan yang populer

pada masanya. Dalam bidang tafsir karya beliau juga sangat terkenal
66
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 355.
67
Niki Alma Febriana Fauzi, 101.
51

dengan kitab Jâmi‟ Al-Bayân fî Ta‟wîl Al-Qur‟ân atau biasa dikenal

dengan kitab Tafsir At-T{abary.68

Ibnu Jarîr At-T{abary memiliki nama lengkap Abu Ja‟far

Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib Al-Amali At- T{abary

lahir pada tahun 224 H dan wafat pada tahun 310 H. Dengan nama yang

dinisbahkan dan diberi laqab pada daerahnya (T{abary) dan terkadang juga

dinisbahkan pada kota Amal sehingga disebut At- T{abary Al-Amali. Ibnu

Jarîr At-T{abary hidup dan tumbuh berkembang dengan baik di lingkungan

keluarga yang cukup perhatian dalam dunia pendidikan terutama dalam

pendidikan agama. Beliau diberi kunyah dengan nama Abu Ja‟far sebagai

bentuk penghormatan terhadap beliau. Dan hal ini juga telah menjadi

tradisi bangsa Arab ketika mereka banyak menggunakan nama pemimpin

mereka sebagai kunyah.69

Ayah Ibnu Jarîr At-T{abary, Jarîr ibn Yazîd adalah seorang ulama.

Ayahnyalah yang turut membentuk kecintaan Ibnu Jarîr At-T{abary dalam

bidang agama serta ilmiah dengan membawanya berguru pada guru-guru

yang ada di daerah tempat lahirnya hingga ke negara lain. Semasa

hidupnya Ibnu Jarîr At-T{abary banyak sekali menulis karya dalam banyak

bidang keilmun. Menurut Dr. Abdullah bin Abd al-Muhsin al-Turkiy

dalam Muqaddimah Tahqîq Tafsir al-T{abary disebutkan bahwasannya

terdapat karya Ibnu Jarîr At-T{abary sebanyak 40 lebih. Diantara karya

68
Saifuddin Herlambang Munthe, Studi Tokoh Tafsir Dari Klasik Hingga Kontemporer,
(Kalimantan Barat: IAIN Pontianak Press Desember 2018). 20.
69
Asep Abdurrohman, Metodologi Al-Thabari Dalam Tafsir Jami‟ul Al-Bayan Fi Ta'wili
Al-Qur‟an, (Jurnal Kordinat,Vol. 17, No. 1, April 2018), 69.
52

beliau dalam bidang hukum, yaitu: Adab al-Manâsik, Ikhtilâf, Ikhtiyâr min

Aqâwil Fuqahâ, dan lain-lain. Dalam bidang al-Qur‟ân dan Tafsirnya,

yaitu: Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, kitab al-Qirâ‟at. dan Fashl

Bayân fî Tafsir al-Qur‟ân. Dalam bidang sejarah, yaitu: Dhayl al-

Mudhayyîl, Tarîkh al-Umâm wa al-Muluk dan Tahdzîb al-Ashar. Dan

masih banyak lagi beberapa karya beliau dalam bidang keilmuan yang

lain. 70

2. Tafsir At-T{abary (Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân)

Popularitas yang dialami Ibnu Jarîr At-T{abary baik di negerinya

sendiri dan kota-kota disekitarnya tidak terbantahkan. Selain itu pada masa

hidupnya bersamaan dengan kaum muslimin yang dihadapkan dengan

pluralitas etnis, ilmu pengetahuan, pemikiran keagamaan, dan

heterogenitas kebudayaan dan peradaban yang terjadi secara langsung dan

tidak langsung. Hal ini menjadikan pola dan cara berpikir kaum muslim

berubah. Di sisi lain telah muncul aliran tradisional yang disebut dengan

aliran Asy‟ariyah yang ikut menyemarakkan pemikiran sejarah umat

islam. Pergulatan madzhab yang telah terjadi berdampak kuat pada beliau

sehingga membangkitkan sensivitas keilmuannya khususnya bidang

keilmuan tafsir yang beliau tuangkan dalam karya tulis. Kitab tafsir ini di

tulis pada paruh abad III H dan disosialisasikan pada murid-muridnya pada

tahun 282-290 H memakan waktu sekitar kurang lebih 8 tahun.71

70
Srifariyati, Manhaj Tafsir Jami‟ Al-Bayan Karya Ibnu Jarir Ath-Thabari, (Jurnal
Madaniyah, Vol. 7, No. 2, Agustus 2017), 322.
71
Ratnah Umar, Jami‟ Al-Bayan Ta‟wil Al-Qur‟an (Manhaj/Metode Penafsirannya),
(Jurnal Al-Asas, Vol. 1 No. 2, Oktober 2018), 17.
53

Tafsir At-T{abary dikenal dengan sebuah tafsir bil-ma‟tsur, yang

mana dalam penafsirannya lebih banyak pada riwayat-riwayat yang

bersumber pada Nabi Muhammad saw, sahabat, tabi‟in, dan tabi‟ut

tabi‟in. Dalam tafsirnya Ibnu Jarîr At-T{abary menggunakan metode tahlili,

yaitu sebuah metode yang menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur‟ân

dengan melibatkan semua aspeknya dengan berdasarkan urutan ayat dan

surat dalam al-Qur‟an dengan diikuti penjelasan makna kata dalam

terminologis bahasa Arab dan struktur linguistiknya. Sedangkan untuk

corak pada Tafsir Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân dengan melihat latar

belakang keilmuan dari Ibnu Jarîr At-T{abary yang merupakan seorang

fuqaha‟ maka tafsirnya juga bercorak fiqhi (hukum).72

3. Penafsiran Ayat-Ayat Human Trafficking Menurut Ibnu Jarîr At-T{abary

Berbicara tentang human trafficking dalam al-Qur‟ân setidaknya

ada dua ayat yang membahasnya yaitu terdapat pada Q.S Yûsûf [12]: 19-

20 dan Q.S An-Nûr [24]: 33. Dengan mengungkapan penafsiran dari Ibnu

Jarîr At-Tabary dalam kitabnya yaitu Jâmi‟ Al-Bayân fî Ta‟wîl Al-Qur‟ân.

a. Q.S Yûsûf [12] : 19-20

           

          

      


Artinya: 19. Dan datanglah sekelompok musafir, mereka menyuruh
seorang mengambil air. Lalu dia menurunkan timbanya. Dia

72
Ratnah Umar, 19.
54

berkata, “Oh, senangnya, ini ada seorang anak muda!”.


Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang
dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan. 20. Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga
rendah, yaitu beberapa dirham saja, sebab mereka tidak
tertarik padanya.73

Pada ayat 19 ini dijelaskan bahwasannya pada saat itu datanglah

sekelompok musafir kemudian mereka menyuruh salah satu orang dari

mereka untuk mengambil air dari dalam sumur dengan menurunkan

timbanya dalam sumur tersebut dan pada saat itulah Yusuf bergantung

pada uluran timba yang diturunkan dan kemudian ia bisa keluar dari

sumur tersebut. Pada saat yang bersamaan juga mereka berteriak ‫ش ٰرى‬
ْ ُ‫يٰ ب‬

‫“ ٰى َذا غُ ٰل ٌم‬Oh, kabar gembira, ini seorang anak muda!”. Maksud ayat

tersebut para ahli tafsir berbeda pendapat. Ada yang menafsirkan

bahwa yang dimaksud bukan kabar gembira melainkan nama dari

seorang laki-laki dari kalangan musafir yang dipanggil oleh orang yang

diperintahkan untuk menimba air. Menurut Ibnu Jarîr At- T{abary

pendapat yang tepat adalah yang menafsirkan ayat tersebut merupakan

kabar gembira.74

Kemudian orang yang menyembunyikan Yusuf sebagai barang

dagangan menurut Ibnu Jarîr At-T{abary adalah kelompok musafir yang

menurunkan timbanya, sebab mereka takut apabila kelompok musafir

lain mengetahui akan penjualan Yusuf maka musafir yang lain akan

73
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 238.
74
Ibnu Jarîr At- T{abary, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân Jilid 14, Tahqiq al-Bakri
dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam 2007), 508.
55

meminta bagian dari hasil penjualan. Sehingga untuk menghindari hal

tersebut mereka berkata pada musafir lain “Ini adalah barang dagangan

yang diminta penduduk air untuk kami perdagangkan”. Seperti riwayat

berikut: “Ibnu Waki menceritakan kepada kami, ia berkata: Amr bin

Muhammad menceritakan kepada kami, ia berkata: Asbath

menceritakan kepada kami dari As-Suddi, mengenai ayat ً‫اعة‬


َ‫ض‬ َ ِ‫َواَ َس ُّرْوهُ ب‬

“Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan,”

ia berkata. “Ketika kedua orang laki-laki itu menjualnya, timbul

perselisihan dari kelompok tersebut agar mereka berkata, „Kami telah

membelinya‟, lalu mereka meminta bagian. Keduanya berkata, „Jika

merek menanyakan kepada kami apa ini? maka kami akan katakana

bahwa ini merupakan barang dagangan yang dititipkan penduduk mata

air kepada kami.”75

Selanjutnya pada ayat 20 menurut Ibnu Jarîr At-T{abary dalam

kitab Tafsir At-T{abary terdapat beberapa riwayat berpendapat bahwa

yang menjual Yusuf adalah saudara-saudaranya. Pendapat lain

mengatakan bahwa yang dimaksud adalah musafir yang menemukan

Yusuf adalah orang yang menjualnya dengan harga yang murah.

Menurut Ibnu Jarîr At-T{abary pendapat yang mengatakan bahwa yang

menjual Yusuf adalah saudara-saudaranya, mereka juga

menyembunyikan identitas asli Yusuf dan mengatakan bahwa Yusuf

adalah barang dagangan. Selain itu, Yususf dijual dengan cara

75
Ibnu Jarîr At-T{abary, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, 513.
56

sembunyi-sembunyi agar sahabat-sahabat mereka tidak meminta

bagian dari hasil penjualan. Maksud penggalan ayat ٍ ‫بِثَ َم ٍنۢ بَ ْخ‬
‫س‬

“dengan harga yang murah”. Ialah saudara-saudaranya sangat tidak

tertarik terhadap Yusuf dan hanya karena itu mereka menjual Yusuf

dengan harga yang murah. Yang dimaksud bakhsin pada penggalan

ayat diatas adalah kurang, dan ada yang memaknainya haram. Ada

pendapat yang mengatakan bahwa maksud bakhsin adalah zhalim dan

ada yang berpendapat bakhsin adalah sedikit. Ibnu Jarîr At-T{abary

berpendapat makna bakhsin adalah dzalim.76

Firman Allah swt, ٍ‫اى َم َم ْع ُد ْو َدة‬


ِ ‫“ در‬Yaitu beberapa dirham saja.”
ََ

Maksud penggalan ayat ini adalah Yusuf dijual dengan beberapa

dirham saja, tidak ditimbang, kurang, bahkan tidak sempurna.

Dikatakan ٍ‫ َم ْع ُد ْو َدة‬karena telah mengetahui harganya, yaitu kurang dari

40 dirham. Sebab timbangan yang paling kecil disebut uqiyah, nilai

dari satu uqiyah sama dengan empat puluh diham. Ada beberapa yang

mengatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah 20 dirham. Pendapat

lain mengatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah 22

dirham. Hal ini karena saudara Yusuf berjumlah sebelas dan nantinya

hasil penjuaalan akan dibagi menjadi sebelas dengan masing-masing

mendapat dua dirham saja. Menurut pendapat Ibnu Jarîr At-T{abary

76
Ibnu Jarîr At-T{abary, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, 515.
57

yang tepat untuk menakwilkan ayat tersebut adalah yang mengatakan

bahwa sesungguhnya Allah swt hanya memberikan informasi yang

menyatakan bahwa Yusuf dijual hanya beberapa dirham saja, tidak ada

batasan timbangan, nilainya, dan bilangannya. Tidak ada bukti secara

jelas mengenai jumlah tersebut baik pada kitab maupun khabar

Rasulullah saw.77

Firman Allah swt ‫الزِى ِديْ َن‬ ِِِ


ّٰ ‫“ َوَكانُ ْوا ف ْيو م َن‬Dan mereka merasa tidak

tertarik hatinya kepada Yusuf”. Ibnu Jarîr At-T{abary mengatakan

bahwa saudara Yusuf melakukan hal tersebut karena mereka tidak tahu

akan kemuliaan dan kedudukan Yusuf di sisi Allah, ketidaktahuan

tersebutlah membuat mereka melakukan perbuatan yang keji agar

ayahnya bisa berpaling dari Yusuf dan memutuskan kekerabatan

sehingga ayah mereka beralih perhatian terhadap mereka.78

b. Q.S An-Nûr [24]: 33

           

          

           

            

    


Artiunya: “Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah

77
Ibnu Jarîr At-T{abary, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, 522.
78
Ibnu Jarîr At-T{abary, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, 528.
58

menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberi


kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan jika
hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan
perjanjiankepada mereka, jika kamu mengetahui ada
kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka
sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya
kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya
perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka
sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak
mencari keuntungan duniawi. Barangsiapa memaksa
mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.79

Dalam ayat ini dijelaskan beberapa permasalahan, yaitu tentang

perintah untuk menjaga kesuciannya bagi orang yang tidak mampu

menikah dengan menghindari segala perbuatan keji yang dilarang oleh

Allah swt, perintah untuk memeberikan perjanjian kitabah kepada

budak, dan larangan bagi majikan memerintahkan budaknya untuk

melakukan perzinaan.

Firman Allah swt:

ْ َ‫احا َح ٰتّى يُ ْغنِيَ ُه ُم ال ٰلّوُ ِم ْن ف‬


‫ض ِلوۢ ۢ َوال ِذيْ َن‬ ِ ِ ِ ِِ
ً ‫َولْيَ ْستَ ْعفف الذيْ َن ََل يَج ُد ْو َن ن َك‬
‫ت اَيْ َمانُ ُك ْم فَ َكاتِبُ ْو ُى ْم اِ ْن َع ِل ْمتُ ْم فِ ْي ِه ْم َخ ْي ًرا‬
ْ ‫ٰب ِمما َملَ َك‬ ِ
َ ‫يَ ْبتَ غُ ْو َن الْكت‬
Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga
kesucian (dirinya), sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka
dengan karunia-Nya. Dan jika hamba sahaya yang kamu miliki
menginginkan perjanjian kepada mereka, jika kamu mengetahui ad a
kebaikan pada mereka,

Ayat ini menjelaskan tentang perintah agar orang yang tidak

mampu menikah untuk menjaga kesuciannya, dengan cara menjauhkan

diri dari segala perbuatan keji yang telah diharamkan oleh Allah swt,

hingga Allah swt melapangkan rezeki kepadanya. Kemudian ayat ini

79
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 355.
59

menjelaskan mengenai kitabah budak kepada majikannya. Menurut

Ibnu Jârir At-T{abary ketika budak menginginkan perjanjian untuk

mencicil kemerdekaan dari majikan mereka maka lakukan perjanjian

tersebut selama majikan mengetahui ada kebaikan dalam budaknya.80

Menurut Ibnu Jârir At-T{abary wajib bagi majikan memberikan

perjanjian kitâbah kepada budaknya jika ada kebaikan dalam dirinya.

Kebaikan yang dimaksud disini adalah yang mampu bekerja, berkata

jujur, dan menepati apa yang telah dijanjikan atas dirinya. Perjanjian

kitabah tetap diwajibkan karena zhahir dari lafadz “‫”فَ َكاتِبُ ْو ُى ْم‬

“Hendaklah kamu membuat perjanjian dengan mereka” adalah

perintah, dan perintah dari Allah swt hukumnya wajib, selama tidak

ada dalil sunnah yang menyatakan hal tersebut sunnah.81

Kemudian makna firman Allah swt:

ٓ ‫َّواٰتُ ْوُه ْم ِّم ْن َّم ِال ال ٰلّ ِه الَّ ِذ ْيٓ اٰ ٰتى ُك ْم‬
Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu.

Pada penggalan ayat ini dijelaskan maksud dari memberikan

sebagian hartanya yang diwajibkan adalah memberikan sedekah wajib.

Menurut Ibnu Jârir At-T{abary yang dimaksud sedekah wajib ialah

zakat, sebab budak merupakan salah satu dari delapan golongan yang

berhak menerima zakat seperti yang telah disebutkan dalam Q.S At-

Taubah [9]: 60 “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah utnuk orang-


80
Ibnu Jarîr At-T{abary, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân Jilid 19, tahqiq al-Bakri dkk,
(Jakarta: Pustaka Azzam 2007), 129.
81
Ibnu Jarîr At-T{abary, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, 132.
60

orang fakir, miskin, pengurus zakat, mu‟allaf yang diujuk hatinya,

untuk (memerdekakan) budak”. Dan budak mukatab juga termasuk

dari golongan tersebut.82

‫اْلَٰيوةِ الدُّنْيَا ٓ َوَم ْن‬


ْ ‫ض‬ ُّ َ‫َوََل تُ ْك ِرُه ْوا فَتَ ٰيتِ ُك ْم َعلَى الْبِغَاِۤء اِ ْن اََرْد َن ََت‬
َ ‫صنًا لِّتَْبتَ غُ ْوا َعَر‬
‫يُّ ْك ِرْه ُّه َّن فَاِ َّن ال ٰلّهَ ِم ْنٓ بَ ْع ِد اِ ْكَر ِاه ِه َّن َغ ُف ْوٌر َّرِحْي ٌم‬

Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk


melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian,
karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Barangsiapa
memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.

Ibnu Jârir At-T{abary mengatakan maksud ayat diatas adalah

perintah Allah swt untuk menikahkan orang-orang yang salih dari

kalangan budak-budak yang dimiliki baik budak tersebut laki-laki

maupun perempuan, serta larangan memaksa seorang budak untuk

ُّ ‫ اِ ْن اَ َر ْد َن تَ َح‬jika mereka
melakukan perzinaan. Lalu makna lafadz ‫صنًا‬

sendiri menginginkan kesucian, ialah seorang budak tersebut ingin

menghindari perbutan zina dan ingin menyucikan diri dari zina.

Kemudian makna lafadz ‫ْح ٰيوةِ الدُّنْ يَا‬ َ ‫ لِّتَْبتَ غُ ْوا َع َر‬karena kamu hendak
َ ‫ض ال‬

mencari keuntungan kehidupan duniawi ialah pemaksaan yang

dilakukan majikan kepada budaknya untuk melakukan perzinahan,

karena ingin mendapatkan keuntungan duniawi. Maksud lafadz ‫َوَم ْن‬

‫ يُّ ْك ِرْىهُّن فَِان ال ٰلّوَ ِم ْنۢ بَ ْع ِد اِ ْك َر ِاى ِهن غَ ُف ْوٌر رِح ْي ٌم‬Siapa yang memaksa mereka,

82
Ibnu Jarîr At-T{abary, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, 145.
61

maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

(kepada mereka) setelah mereka dipaksa, ialah siapa saja yang

memaksa budak-budak untuk melakukan perzinaan maka Allah akan

mengampuni dosa-dosa dari budak yang telah menjadi korban dari

pemaksaan tersebut.83

Selain itu menurut Ibnu Jârir At-T{abary dalam beberapa

riwayat ayat ini diturunkan kepada Abdullah bin Ubai bin Salul yang

memaksa budaknya yang bernama Musaikah untuk melakukan

perzinaan. Seperti riwayat berikut:

1) Ibnu Ibrahim Al-Mas‟udi menceritakan kepadaku, ia berkata:

Bapakku menceritakan kepadaku dari bapaknya, dari kakeknya,

dari Al-Amsasy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, dia berkata, “Budak

perempuan Abdullah bin Ubai bin Salul yang bernama Musaikah

dipaksa atau disewakan-At- T{abary ragu- maka ia mendatangi Nabi

saw untuk mengadukan hal tersebut. Allah lalu menurunkan

firman-Nya,

‫اْلَٰيوةِ الدُّنْيَا ٓ َوَم ْن‬


ْ ‫ض‬ َ ‫صنًا لِّتَْبتَ غُ ْوا َعَر‬ُّ َ‫َوََل تُ ْك ِرُه ْوا فَتَ ٰيتِ ُك ْم َعلَى الْبِغَاِۤء اِ ْن اََرْد َن ََت‬
‫يُّ ْك ِرْه ُّه َّن فَاِ َّن ال ٰلّهَ ِم ْنٓ بَ ْع ِد اِ ْكَر ِاه ِه َّن َغ ُف ْوٌر َّرِحْي ٌم‬

Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk


melakukan pelacuran, jika mereka sendiri menginginkan kesucian,
karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi.
Siapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) setelah
mereka dipaksa.84

83
Ibnu Jarîr At-Tabary, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân,149.
84
Ibnu Jarîr At-Tabary, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, 150.
62

2) Ibnu Juraij berkata: Amru bin Dinar memberitahukan kepadaku

dari Ikrimah, dia berkata, “Seorang budak perempuan milik

Abdullah bin Ubai bin Salul diperintahkan oleh tuannya untuk

berzina, maka budak perempuan itu datang dengan membawa

uang. Abdullah lalu berkata, „Kembalillah berzina lagi!‟ Budak

wanita itu berkata, „Demi Allah, aku tidak akan melakukannya.

Jika hal ini baik, maka aku telah terlampau banyak melakukannya,

dan jika ini perbuatan jelek, maka telah tiba saatnya bagiku untuk

meninggalkannya.”

Ibnu Juraij berkata: Mujahid mengatakan seperti ini, dan

menambahkan, “Maksud lafadz ‫ الْبِغَاۤ ِء‬adalah perzinaan.”

Megenai aya ‫غَ ُف ْوٌر رِح ْي ٌم‬ “Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” dia berkata, “Ayat ini diturunkan kepada mereka yang
dipaksa untuk berzina.85”

3) Al-Hasan menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdurrazaq

memberitahukan kepada kami, ia berkata: Ma‟mar

memberitahukan kepada kami dari Az-Zuhri, bahwa seorang laki-

laki Quraisy ada yang terperangkap sebagai seorang tawanan pada

Perang Badar, adapun orang yang menawannya adalah Abdullah

bin Ubai, sedangkan waktu itu dia memiliki seorang budak

perempuan bernama Muaz{ah. Orang Quraisy itu menginginkan

wanita tersebut untuk dirinya, sedangkan budak itu adalah seorang

85
Ibnu Jarîr At-Tabary, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, 151.
63

muslimah, sehingga keislamannya menghalanginya dari orang

Quraisy itu. Abdullah bin Ubay lalu memaksanya untuk berzina,

dengan harapan budak itu hamil dari orang Quraisy itu, sehingga

Abdullah bisa meminta tebusan anak tersebut. Allah kemudian

berfirman,

ُّ َ‫َوََل تُ ْك ِرُه ْوا فَتَ ٰيتِ ُك ْم َعلَى الْبِغَاِۤء اِ ْن اََرْد َن ََت‬


‫ص ًن‬
“Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk
melakukan pelacuran, jika mereka sendiri menginginkan
kesucian.”

Az-Zuhri berkata tentang ayat, ‫َوَم ْن يُّ ْك ِرْىهُّن فَِان ال ٰلّوَ ِم ْنۢ بَ ْع ِد‬
‫“ اِ ْك َر ِاى ِهن غَ ُف ْوٌر رِح ْي ٌم‬Siapa yang memaksa mereka, maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(kepada mereka) setelah mereka dipaksa.”
Ia berkata, “Maha pengampun bagi mereka terhadap hal-hal

dipaksakan kepada mereka.”86

Dapat disimpulkan, dalam Tafsir At-T{abary dalam Q.S

Yûsûf [12]: 19-20 secara tidak langsung tergambar praktik human

trafficking yang dialami oleh Yusuf, tetapi beliau menfasirkan ayat

tersebut tidak mengkaitkan dengan praktik human trafficking.

Beliau hanya menfasirkan peristiwa yang dialami oleh Yusuf

Selanjutnya, dalam Q.S An-Nûr [24]: 33 juga terdapat

gambaran praktik human trafficking yang dapat disimpulkan

bahwasannya dalam ayat tersebut terdapat larangan untuk

memakasa budak perempuan untuk melakukan perzinaan dengan

tujuan untuk mendapatkan keuntungan duniawi. Dalam

86
Ibnu Jarîr At-T{abary, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, 152.
64

penafsirannya Ibnu Jârir At-T{abary tidak membahas bahwa

larangan tersebut merupakan gambaran praktik human trafficking.

Beliau hanya menjelaskan larang tidak boleh memaksa budak

perempuannya untuk berzina dan diperkuat dengan beberapa

riwayat.

C. Human Trafficking Menurut Tafsir Al-Munîr

1. Biografi Singkat Wahbah Zuhayli

Wahbah Zuhaily adalah seorang ulama kelahiran Syiria di desa Dir

Athiyah daerah Qalmun, Damaskus, Syiria pada 6 Maret 1932 M/1315 H

dengan nama lengkap Wahbah Ibnu al-Syekh Musthafa al-Zuhayli. Ayah

Wahbah Zuhayli adalah seorang petani sekaligus seorang penghafal al-

Qur‟ân yang sangat ahli beribadah. Wahbah kecil mulai belajar al-Qur‟ân

dengan menyelesaikan sekolah ibtidaiyahnya di Damaskus pada tahun

1946 M. Kemudian studinya berlanjut hingga ke jenjang perguruan tinggi

pada bidang keilmuan syariah pada tahun 1952 M. Setelah itu pendidikan

beliau melanjutkan pendidikannya di Kairo dengan mengikuti perkuliahan

di beberapa fakultas, yaitu Fakultas Syariah dan Fakultas Bahasa Arab di

Universitas al-Azhar dan Fakultas Hukum di Universitas Ain Syams.87

Salah satu cara indikasi kepiawaian seorang ulama untuk

mentransfer ilmunya adalah dengan melahirkan beberapa karya tulis.

Begitu juga dengan Wahbah Zuhayli yang menulis beberpa karya tulis

yang cukup fenomenal. Adapun beberapa karya-karya Wahbah Zuhayli,

87
Abdy Hariyono, Analisis Metode Tafsir Wahbah Zuhaili Dalam Kitab Al-Munir,
(Jurnal Al-Dirayah, Vol.1, No. 1, Mei 2018), 20.
65

yaitu: Atsâr Al-Harb fi Al-Fiqih Al-Islâmy, Juhud Taqnîn Al-Fiqh Al-

Islâmy, Takhrîj wa Tahqîq Ahâdits Tuhfat Al-Fuqohâ‟ li Al-Samarqandy,

Nizam Al-Islâm, Al-Tafsir Wajîz, Al-Tafsir Wasîth, Tafsir Al-Munîr fî Al-

„Aqîdah wa Asy-Syarî‟at wa Al-Manhaj, dan masih banyak lagi karya-

karya beliau dalam bidang keilmua yang lain.88

2. Tafsir Al-Munir (Tafsir Al-Munîr fî Al-„Aqîdah wa Asy-Syarî‟at wa Al-

Manhaj)

Secara pasti alasan yang melatarbelakangi penulisan Tafsir Al-

Munîr ini tidak di jelaskan. Tetapi dalam kitab Tafsir Al-Munîr disebutkan

tujuan penulisannya, yaitu untuk menciptakan ikatan ilmiah antara seorang

muslim dan al-Qur‟ân, karena al-Qur‟ân merupakan konstitusi bagi

kehidupan manusia. Oleh karena itu, Wahbah dalam kitab Tafsir Al-Munîr

tidak hanya menjelaskan hukum-hukum fiqih yang hanya bisa difaham

oleh ahli fiqih tetapi dijelaskan dengan makna yang lebih dalam dan luas

yang meliputi akidah, akhlak, manhaj dan perilaku.89

Dalam tafsirnya Wahbah Zuhayli juga mengatakan bahwa semua

yang beliau tulis tidak dipengaruhi oleh tendensi tertentu, madzhab

khusus, atau sisa keyakinan-keyakian lama. Patokan beliau dalam menulis

tafsir ini hanyalah al-Qur‟ân dan disertai dengan pendapat ulama dan ahli

tafsir. Metode yang digunakan oleh Wahbah Zuhayli dalam Tafsir Al-

Munîr adalah metode tahlili, yaitu penafsiran ayat yang runtut dari surah

88
Muhammad Hambali, Sekilas Tentang Tafsir Wahbah Zuhaily, (Jurnal Ilmu Al-Qur‟an
dan Hadits, Vol. 2, No. 2, Juli 2019), 121.
89
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 1, terj. Al-Kattani dkk. (Jakarta: Gema
Insani, 2013), xvi.
66

al-Fâtihah hingga an-Nâs. Sedangkan corak atau kecenderungan dalam

Tafsir Al-Munir adalah corak fiqhi dan corak adabi ijtima‟i.90

3. Penafsiran Ayat-Ayat Human Trafficking Menurut Wahbah Zuhaily

Setelah menjelasakn penafsiran dari Ibnu Jârir At-Tabary, maka

penulis akan menjelasakan penafsiran dari ayat yang membahas human

trafficking menurut Wahbah Zuhayli dalam Kitab Tafsir Al-Munîr fî Al-

„Aqîdah wa Asy-Syarî‟at wa Al-Manhaj.

a. Q.S Yûsûf [12]: 19-20

           

          

      


Artinya: “19. Dan datanglah sekelompok musafir, mereka menyuruh
seorang mengambil air. Lalu dia menurunkan timbanya. Dia
berkata, “Oh, senangnya, ini ada seorang anak muda!”.
Kemudian mereka menyembunyikannya sebagai barang
dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan. 20. Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga
rendah, yaitu beberapa dirham saja, sebab mereka tidak
tertarik padanya.”91

Menurut Wahbah Zuhayli dalam ayat 19 dijelaskan bahwa pada

saat itu terdapat sekelompok musafir yang pergi untuk berdagang

melewati Madyan hendak menuju ke Mesir berjalan dan melalui sumur

tempat Yusuf dibuang dan Yusuf telah berdiam selama tiga hari dalam

sumur tersebut. Muhammad bin Ishak meriwayatkan bahwa saudara-

saudara Yusuf setelah melemparkan Yusuf, mereka duduk di dekat

90
Muhammad Hambali, Sekilas Tentang Tafsir Wahbah Zuhaily, 125.
91
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 238.
67

sumur tersebut, kemudian Allah menakdirkan para musafir datang

kepada Yusuf. Lalu, Allah menakdirkan kepada mereka untuk

memerintahkan salah seorang dari mereka mencari air untuk diminum.

Ketika penimba air mendekati sumur dan menurunkan timba, Yusuf

memegang timba tersebut hingga dapat mengangkatnya keluar dari

sumur.92

Penimba tersebut sangat gembira dan mengabarkan

kegembiraanya pada musafir lain denga berteriak “Oh, senangnya!

Ada anak laki-laki”. Setelah itu, mereka sembunyikan temuan mereka

dengan menjadikan temuan (Yusuf) menjadi barang dagangan agar

dapat diperjual belikan kepada penduduk Mesir. Allah Yang Maha

Mengetahui akan perbuatan yang dilakukan oleh saudara-saudara

Yusuf dan orang-orang yang menjual dan membelinya.

Selanjutnya pada ayat 20 telah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas

bahwasannya orang yang menjual Yusuf dan merahasiakan identitsnya

kemungkinan saudara-saudaranya dan yang membelinya adalah para

pedagang. Tetapi ada juga kemungkinan yang lain bahwa yang

menjualnya adalah para musafir dan dibeli oleh penduduk Mesir.

Pada lafadz (ُُ ‫ش َرْوه‬


َ ‫ ) َو‬menurut pendapat Ibnu Katsîr adalah

saudara-saudara Yusuf yang menjualnya atau kelompok musafir yang

menjualnya ke penduduk Mesir, dengan harga jual yang sangat rendah

92
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 6, terj. Al-Kattani dkk. (Jakarta: Gema
Insani, 2013), 470.
68

dari harga rata-rata pada umumnya yaitu dengan harga tidak diatas 40

dirham saja dengan kisaran harga 20 sampai 22 dirham saja. Kemudian

yang dimaksud dengan al-bakhs pada ayat ini adalah rendah, hina, atau

keduanya. Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud al-bakhs

adalah dzalim atau haram karena telah menjual orang yang merdeka.

Ibnu Katsir mengatakan bahwasaanya pendapat yang paling rajih

makna al-bakhs adalah pendapat yang pertama yang memaknai

sebagai rendah atau hina.93

Kemudian lafadz (‫الزِى ِديْن‬


ّٰ ‫) َوَكانُ ْوا فِ ْي ِو ِم َن‬ Wahbah Zuhayli

menfasirkan bahwasannya saudara-saudara Yusuf sangatlah

membencinya hingga ingin segera membuat Yusuf membuangnya

dengan cara apapun. Sebab mereka tidak mengetahui kedudukan Yusuf

di sisi Allah swt.94

b. Q.S An-Nûr [24]:33

           

          

           

            

    


Artinya:“Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah

93
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, 471.
94
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, 472.
69

menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberi


kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan jika
hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan
perjanjiankepada mereka, jika kamu mengetahui ada
kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka
sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu.
Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu
untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri
menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari
keuntungan duniawi. Barangsiapa memaksa mereka, maka
sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada
mereka) setelah mereka dipaksa.”95

Ayat ini memerintahkan bagi seseorang yang belum memiliki

biaya untuk melangsungkan pernikahan hendaknya menjaga kesucian

diri secara optimal. Wahbah Zuhayli menafsirkan yang dimaksud

dengan pernikahan disini ialah nikah dalam arti syara‟. Selain itu kata

nikah yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah sesuatu yang bisa

digunakan untuk melangkah pada jenjang pernikahan. Ayat ini

dimaksudkan untuk memberikan penyuluhan dan arahan bagi orang-

orang yang belum memiliki sarana dan prasana yang dibutuhkan untuk

melakukan pernikahan agar bersungguh-sungguh dalam berpegang

teguh pada sifat „iffah (menjaga diri) dari segala sesuatu yang

diharamkan oleh Allah swt hingga Allah swt memberikan kecukupan

untuk menikah. Dalam ayat ini Allah swt juga menjanjikan bagi orang-

orang yang tetap teguh pendiriannya untuk menjaga sifat „iffah dengan

memberikan kecukupan sehingga mereka tidak merasa pesimis,

gelisah, putus asa, dan galau. Beberapa sebagian ulama menjadikan

ayat tersebut sebagai landasan dalil bahwa anjuran jangan menikah

95
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 355.
70

terlebih dahulu bagi orang-orang yang belum memiliki kesiapan untuk

menikah serta untuk hari tetap menjaga dirinya.

(‫خ ْي ًرا‬
َ ‫ت اَيْ َمانُ ُك ْم فَ َكاتِبُ ْو ُى ْم اِ ْن َعلِ ْمتُ ْم فِ ْي ِه ْم‬
ْ ‫ٰب ِمما َملَ َك‬ ِ ِ
َ ‫) َوالذيْ َن يَ ْبتَ غُ ْو َن الْكت‬
Selanjutnya ayat ini menjelaskan tentang akad kitabah, yaitu

akad untuk memerdekakan budak dengan cara budak membayar

sejumlah harta para majikan dalam jangka waktu tertentu. Disini

majikan diperintahkan untuk melakukan akad kitabah apabila budak

termasuk orang yang saleh, bertakwa, dan amanah juga memiliki

kemampuan untuk bekerja mencari pemasukan hingga mampu

membayar kitabah yang telah disepakati sebelumnya dengan majikan.

Pada lafadz (‫ ) َخ ْي ًرا‬ini memiliki banyak versi penafsiran, menurut

penafsiran Ibnu Abbas r.a dan Imam asy-Syafi‟i mengatakan

maksudnya adalah amanah dan kemampuan untuk mencari penafsiran.

Ada juga yang mengatakan maksud lafadz tersebut adalah al-Hirfah

yang berarti memiliki suatu keahlian dalam bidang pekerjaan. Menurut

pandangan yang diriwayatkan dari sejumlah ulama mengatakan

maksud lafadz tersebut adalah harta.96

Pendapat jumhur ulama mengatakan maksud lafadz (‫)فَ َكاتِبُ ْو ُى ْم‬

adalah perintah yang bersifat tuntutan, anjuran, dan sunnah, bukan

perintah yang bersifat wajib. Maksud perintah tersebut ditujukan

96
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 9, terj. Al-Kattani dkk. (Jakarta: Gema
Insani, 2013), 517
71

kepada majikan, jika budak hendak mengajukan permohonan untuk

melakukan akad kitabah maka majikan memiliki kebebasan untuk

memilih antara bersedia atau menolak. Hal ini berdasarkan pada sabda

Rosulullah saw yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud

“Harta seorang muslim tidak halal bagi seseorang yang lain, melainkan

dengan kerelaan hatinya”. Di ibartakan dengan harta, majikan tidak

wajib dan tidak bisa dipaksa untuk menjual budaknya pada seseorang

yang ingin membelinya dan ingin memerdekakan budaknya dengan

membayar kafarat, begitu juga dengan akad kitabah yang tidak bisa

dipaksa dan tidak diwajibkan, karena semua akad pada dasarnya

melibatkan persetujuan dengan yang bersangkutan.97

ُ ‫ال ال ٰلّ ِو ال ِذ ْيۢ ٰا ٰتى‬


(‫ك ْم‬ ِ ‫)وٰاتُ ْو ُىم ِّم ْن م‬
ْ
Sepenggalan ayat ini mengandung perintah kepada majikan

agar memberi bantuan dengan bentuk potongan biaya kitabah daripada

memberi bentuk harta secara langsung. Hukum memberikan bantuan

biaya kitabah dalam bentuk potongan adalah sunnah menurut jumhur

ulama. Sedangkan menurut Imam asy-Syafi‟i hukumnya wajib.

Sejumlah ulama mengatakan bahwa perintah untuk membantu budak

mukatab dalam melunasi biaya kitâbah ditujukan kepada seluruh

masyarakat dan bantuan tersebut bisa diambil dari zakat, seperti yang

telah dijelaskan dalam lafadz ( ‫اب‬ ِّ ‫ ) َوفِى‬dalam Q.S At-Taubah [9]:


ْ َ‫الرق‬

60 “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah utnuk orang-orang fakir,

97
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, 519.
72

miskin, pengurus zakat, mu‟allaf yang diujuk hatinya, untuk

(memerdekakan) budak”. Ibnu Katsir mengatakan bahwa pendapat

yang paling masyhur adalah pendapat yang mengatakan bahwa

bantuan potongan biaya kitabah adalah hal yang ditujukan kepada para

majikan bukan kepada seluruh umat muslim secara umum, sebab

perintah zakat hukumnya adalah fardlu „ain.

ِ‫صنًا لِّتبت غُوا َعرض الْح ٰيوة‬ ِِ ِ


ُّ
(‫الدنْ يَا‬ َ َ َ ْ َ َْ ُّ ‫) َوََل تُ ْك ِرُى ْوا فَ تَ ٰيت ُك ْم َعلَى الْبِغَاۤء ا ْن اَ َر ْد َن تَ َح‬
Larangan Allah swt yang terkandung dalam penggalan ayat ini

adalah untuk tidak memaksa para budak untuk melakukan pelacuran

karena ingin mendapatkan keuntungan duniawi. Pelacuran dan

perzinaan diharamkan secara mutlak. Seperti yang telah diriwayatkan

oleh Ibnu Murdawih dari Ali bin Abi Thalib r.a., bahwasannya sudah

menjadi kebiasaan masyarakat Arab jahiliyyah memkasa budak

perempuannya untuk menjadi pelacur agar majikan bisa mendapat

penghasilan dari upah pelacuran. Sebab turunnya ayat ini adalah

karena perilaku masyarakat Arab yang bernama Abdullah bin Ubay bin

Salul yang memaksa budaknya untuk bekerja sebagai pelacur agar

Abdullah bin Ubay bin Salul mendapat keuntungan. Kebiasaan yang

telah dilakukan masyarakat Arab ini kemudian dinyatakan dalam ayat

ini untuk mengecam dan mencerca perbuatan tersebut. Tindakan

memaksa disini dimaksudkan memakasa perempuan yang ingin

menjaga kesuciannya ataupun perempun yang tidak ingin menjaga


73

kesuciannya tetaplah diharamkan.98

(‫م‬ ِ
ٌ ‫رح ْي‬ ‫) َوَم ْن يُّ ْك ِرْىهُّن فَِان ال ٰلّوَ ِم ْنۢ بَ ْع ِد اِ ْك َر ِاى ِهن غَ ُف ْوٌر‬
Ayat ini mengisyaratkan bahwa ampunan dari Allah bagi

mereka-mereka yang telah dipaksa untuk melakukan perbuatan zina

meskipun perbuatan tersebut tetaplah terhitung dosa besar. Perbuatan

zina semacam itu yang dengan cara dipaksa tetap tidak lepas dari

adanya unsur kemauan dan kepasrahan. Maghfiroh atau ampunan

disini tampak jelas bagi budak perempuan yang telah mengalami

pemaksaan. Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa maghfiroh

ini diperuntukkan bagi majikan yang melakukan pemaksaan terhadap

budaknya dengan syarat mereka bertobat. Namun pendapat ini

merupakan pendapat lemah sebab pendapat tersebut terkesan

menganggap remeh masalah perzinahan, sementara konteks yang

dimaksud ayat diatas adalah untuk mengecam perbuatan orang yang

melakukan tindak pemaksaan dan mempertegas seriusnya perbuatan

tersebut.99

Dapat disimpulkan dalam Q.S Yûsûf [12]: 19-20 Wahbah

Zuhaily tidak mengkaitkan peristiwa yang dialami Yusuf dengan

human trafficking yang terjadi di masa sekarang meskipun dalam ayat

tersebut terdapat gambaran praktik human trafficking yang dialami

oleh Yusuf

Sedangkan dalam Q.S An-Nûr [24]: 33 teradapat larangan

98
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, 520.
99
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, 521.
74

dalam ayat ini untuk tidak memaksa seorang budak perempuan

melakukan perzinaan baik budak tersebut ingin menjaga kesuciannya

atau tidak dengan tujuan untuk mendapat keuntungan duniawi.

Menurut Wahbah Zuhayli perbuatan tersebut secara mutlak

diharamkan karena menurut beliau dalam hal keharaman itu tidak ada

bedanya baik perempuan tersebut menginginkan kesucian atau tidak.

Meskipun dengan tujuan untuk mendapatkan pemasukan materi baik

dalam bentuk harta atau anak tetap diharamkan.

Selain itu menurut Wahbah Zuhayli fenomena tersebut juga

terjadi pada masa sekarang. Menurut beliau pada masa sekarang

perempuan sudah menjadi alat untuk mempromosikan iklan dan

meramaikan dunia pariwisata untuk menarik pelanggan. Secara tidak

langsung fenomena tersebut menggambarkan adanya eksploitasi

perempuan yang mana eksploitasi merupakan salah satu unsur dari

human trafficking.100

D. Analisis Komparatif Penafsiran Ayat Human Trafficking

Penafsiran ayat-ayat human trafficking dalam al-Qur‟an dari kedua

mufassir yaitu Ibnu Jârir At-T{abary dan Wahbah Zuhayli memiliki beberapa

perbedaan. Hal ini mengingat latar belakang pemikiran yang berbeda, hidup

dimasa yang berbeda dan tentunya tiap masa mengalami perubahan, juga

pengaruh spesialisasi keilmuan yang dimiliki oleh mufassir. Berikut akan

dijelaskan beberapa perbedaan dan persamaan penafsiran tentang ayat yang

100
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, 526.
75

membahas human trafficking dalam al-Qur‟an menurut Ibnu Jârir At-T{abary

dan Wahbah Zuhayli.

1. Q.S Yûsûf [12]: 19-20

Ibnu Jârir At-T{abary dan Wahbah Zuhayli sama-sama menafsirkan

bahwa orang yang menolong Yusuf adalah musafir. Tetapi Wahbah

Zuhayli sedikit menjelaskan tujuan musafir tersebut, berapa lama Yusuf

berdiam di sumur dan adanya kuasa Allah yang ikut andil dengan

menakdirkan musafir tersebut mendekat pada Yusuf. Kemudian dalam

menafsirkan lafadz ‫ش ٰرى ٰى َذا غُ ٰل ٌم‬


ْ ُ‫ يٰ ب‬keduanya sama-sama menafsirkan bahwa

perkataan tersebut merupakan teriakan kabar gembiran dari mufasir yang

menemukan Yusuf kepada temannya. Juga menurut kedua mufassir yang

menyembunyikan Yusuf adalah musafir yang menemukan Yusuf. Pada

ayat 20 menurut Ibnu Ibnu Jârir At-T{abary yang menjual Yusuf adalah

saudaranya tetapi menurut Wahbah Zuhayli juga mengatakan saudaranya

tetapi beliau juga berpendapat kemungkinan musafir yang menemukannya

yang menjualnya.

Dalam menafsirkan harga yang diberikan terhadap penjualan Yusuf

Ibnu Jârir At-T{abary dan Wahbah Zuhayli berbeda pendapat. Menurut

Ibnu Jârir At-T{abary mengatakan bahwa tidak ada infomasi terkait hal

tersebut dan Allah swt hanya menyatakan bahwa Yusuf dijual hanya

beberapa dirham saja tidak ada penjelasan secara jelas mengenai jumlah

tersebut dan menurut beliau perbuatan tersebut termasuk dzalim dengan

meninjau penfasiran dari kata bakhsin. Sedangkan menurut Wahbah


76

Zuhayli menyatakan bahwa Yusuf dijual dengan harga tidak diatas 40

dirham saja dengan kisaran 20 sampai 22 dirham saja dan menurut beliau

dengan meninjau penafsiran dari kata bakhsin perbuatan tersebut termasuk

rendah dan hina. Lalu menurut Ibnu Jârir At-T{abary dan Wahbah Zuhayli

keduanya sama-sama menafsirkan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh

saudara Yusuf didasari oleh kebencian terhadap Yusuf dan mereka juga

tidak mengetahui akan kedudukan Yusuf disisi Allah swt.

Kemudian pada Q.S An-Nûr [24]: 33 menurut Ibnu Jârir At-T{abary

dan Wahbah Zuhayli keduanya sama-sama menafsirkan diperintahkan bagi

orang yang tidak mampu untuk menikah untuk menjaga kesuciannya

hingga Allah memberikan karunia kepadanya. Juga terdapat perintah bagi

majikan untuk melakukan akad kitâbah pada budak sekaligus bantuan

untuk biaya akad kitâbah. Terdapat perbedaan dalam penafsiran dari Ibnu

Jârir At-T{abary dan Wahbah Zuhayli yang mana penafsiran Ibnu Jârir At-

T{abary menjelaskan bahwa perintah kitabah hukumnya wajib dilakukan

dan bantuan biaya akad kitâbah menurut Ibnu Jârir At-T{abary adalah

berupa zakat yang berarti diwajibkan bagi seluruh umat muslim untuk

membantu, karena menurut beliau budak termasuk salah satu delapan

golongan yang wajib menerima zakat seperti yang telah disebutkan dalam

Q.S At-Taubah:[9] 60. Sedangkan menurut penafsiran Wahbah Zuhayli

hukumnya tidak wajib bagi majikan untuk mengabulkan permohonan

budak untuk akad kitâbah, karena menurut Wahbah Zuhayli budak

diibaratkan dengan harta. Lagi, menurut Wahbah Zuhayli bantuan kitabah


77

adalah berupa potongan biaya kitâbah dan hal tersebut menjadi

tanggungan dari majikan.

Adapun dalam ayat ini juga mengandung larangan yaitu tidak

diperbolehkan memaksa budak perempuannya untuk melakukan perzinaan

dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan duniawi sedang budak

tersebut ingin menjaga kesuciannya.

Menurut Ibnu Jârir At-T{abary dan Wahbah Zuhayli keduanya

sama-sama menafsirkan hal tersebut tidak di perbolehkan. Tetapi dalam

penafsiran Ibnu Jârir At-T{abary selain larangan tersebut juga terdapat

perintah untuk menikahkan orang-orang shalih dari hamba sahaya baik

laki-laki maupun perempuan. Sedangkan menurut Wahbah Zuhayli dalam

penafsirannya tindakan memaksa tersebut berlaku bagi perempuan yang

ingin menjaga kesuciannya atau tidak. Penyebab turunya ayat ini keduanya

juga sama-sama menyebutkan akibat perbuatan masyarakat Arab yang

bernama Abdullah bin Ubay bin Salul. Lalu Ibnu Jârir At-T{abary dan

Wahbah Zuhayli berpendapat bahwa budak perempuan yang telah dipaksa

tetap mendapat ampunan dari Allah.

Dari substansi penafsiran dapat penulis simpulkan jika Ibnu Jârir

At-T{abary dalam menafsirkan Q.S Yûsûf [12]:19-20 dan Q.S An-Nûr

[24]: 33 mengenai human trafficking beliau tidak mengkhususkan pada

tema tersebut. Beliau hanya menafsirkan Q.S Yûsûf [12]: 19-20 tentang

kejadian yang dialami oleh Yusuf meskipun dalam ayat tersebut tergambar

praktik human tafficking. Begitu juga dalam Q.S An-Nûr [24]: 33 beliau
78

juga tidak mengkhususkan penafsirannya dengan human trafficking.

Meskipun dalam ayat tersebut terdapat larangan mengeksploitasi orang

yang hal tersebut merupakan salah satu unsur dari human trafficking.

Kemudian menurut Wahbah Zuhayli dalam Q.S Yûsûf [12]: 19-20

beliau tidak mengkhusukan penafsirannya dengan human trafficking.

Sama hal nya dengan Ibnu Jarîr At- T{abary beliau hanya menceritakan

kejadian yang dialami oleh Yusuf. Lalu pada Q.S An-Nûr [24]: 33 beliau

juga menjelaskan larangan memaksa budak perempuannya untuk

melakukan perzinaan dengan tujuan mendapat keuntungan duniawi.

Menurut beliau perbuatan tersebut diharamkan. Juga Wahbah Zuhayli

menjelaskan keharaman tersebut berlaku bagi perempuan yang

bersangkutan baik yang ingin menjaga kesuciannya atau tidak.

Selain itu, beliau menjelaskan pada masa kini fenomena tersebut

juga terjadi terhadap perempuan. Apalagi perbudakan pada masa sekarang

telah dihapuskan tetapi masih saja banyak sekali perempuan yang menjadi

korban eksploitasi untuk dijadikan alat meramaikan dunia hiburan juga

alat untuk promosi iklan. Dengan demikian Wahbah Zuhayli

mengharamkan adanya praktik human trafficking berupa eksploitasi orang

baik pada budak maupun seorang yang merdeka.

Di Indonesia unsur-unsur human trafficking sejalan dengan apa

yang telah dijelaskan dalam Q.S Yûsûf: 19-20 dan Q.S an-Nûr: 33. Karena

dilihat dari aspek human trafficiking bentuk dan modus operandinya

secara garis besar adalah perekrutan, penjualan, dan eksploitasi yang lebih
79

condong pada eksploitasi seksual dan yang sering menjadi korban adalah

anak-anak dan perempuan. Dalam trafficking bentuk eksploitasi

perempuan telah dijelaskan dalam Q.S an-Nûr: 33 yang didalamnya

terdapat larangan untuk tidak memaksa budak perempuannya untuk

berzina. Menurut Buya Hamka beliau menjelaskan hal tersebut merupakan

kebiasaan yang buruk yang patut dihilangkan. Menjual kehormatan

perempuan yang termasuk dalam bentuk eksploitasi seksual berupa

prostitusi dengan memaksa mereka untuk melepaskan nafsu kelamin yang

menurut Buya Hamka diibaratkan dengan meminum segelas air ketika

haus belaka. Dalam artian hal tersebut dianggap lumrah.101

Sedangkan dalam Q.S Yûsûf: 19-20 menggambarkan praktik

human trafficking yang korbannya merupakan seorang anak. Kata (‫)غالم‬

dalam Tafsir al-Misbah dijelaskan dalam arti anak laki-laki yang usianya

antara 10-20 tahun. Konon pada saat Yusuf dibuang ia masih berusia tujuh

belas tahun. Sayyid Quthb memperkirakan usia Yusuf ketika dipungut

masih berusia sekitar belasan tahun. Menurut Quraish Shihab nantinya

Yusuf akan di jual di Mesir dan di pekerjakan sebagai pelayan. 102 Hal ini

sejalan dengan salah satu bentuk dari human trafficking yaitu pekerja anak

yang praktiknya adalah menjual anak dan menjadikannya sebagai seorang

pekerja. Sehingga jelas Q.S Yûsûf: 19-20 terdapat keterkaitan dengan

human trafficking yang korbannya ialah Yusuf yang pada saat itu usianya

101
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 18, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1982), 192.
102
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol 6, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 416.
80

masih belasan tahun.

Adapun lebih jelasnya keterkaitan antara unsur-unsur trafficking

dengan Q.S Yûsûf: 19-20 dan Q.S an-Nûr: 33 dapat dilihat pada table

berikut:

Tabel 4.1
Kerangka dan Unsur Perdagangan Orang
Traffickin
Proses Jalan/Cara Tujuan Korban
g
Q.S Yûsûf: Pemindahan/ Kebohongan/ Perbudakan/prakti Anak
19-20 penampungan penipuan/ k-praktik serupa
penjualan (pelayan)
Q.S an- Perekrutan/pe Ancaman/pemak Prostitusi/eksploit Wanita
Nûr: 33 mindahan/peng saan asi
iriman seksual/pornograf
i

Dari uraian tabel diatas terdapat keterkaitan unsur dari trafficking

dan dua ayat yang telah disebutkan. Karena memang pada faktanya

fenomena sosial yang telah terjadi memang sudah tergambar dalam ayat

tersebut, bahkan sama persis dengan apa yang dijelaskan dalam al-Qur‟ân
81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, disini penulis

akan menyimpulkan kedalam beberapa kesimpun, antara lain sebagai berikut:

1. Dalam Q.S Yûsûf [12]: 19-20 Ibnu Jârir At-T{abary dan Wahbah Zuhayli

keduanya sama-sama menafsirkan bahwa ayat tersebut menjelaskan

peristiwa yang dialami oleh Yusuf yang telah dibuang oleh saudaranya.

Meskipun dari keduanya terdapat sedikit perbadaan dalam menafsirkan

ayat tersebut dalam kitab tafsirnya. Selain itu Ibnu Jârir At-T{abary dan

Wahbah Zuhayli tidak mengkhusukan penafsiran mengenai human

trafficking dalam ayat ini walaupun peristiwa yang dialami Yusuf

menggambarkan praktik human trafficking.

2. Dalam Q.S An-Nûr [24]: 33 Ibnu Jârir At-T{abary hanya menjelaskan

tentang perintah dan larangan dalam ayat tersebut. Menurut beliau

larangan memaksa budak perempuannya untuk berzina itu tidak

diperbolehkan dan juga beliau tidak mengkhususkan mengenai human

trafficking walaupun larangan dalam ayat tersebut termasuk salaha satu

unsur human trafficking yaitu mengeksploitasi orang. Sedangkan Wahbah

Zuhayli menafsirkan ayat ini beliau mengharamkan larangan tersebut yaitu

haram hukumnya mengeksploitasi perempuan baik dilakukan pada budak

maupun orang yang merdeka. Dan fenomena tersebut sudah banyak terjadi

pada masa kini yang mana pada masa sekarang dikenal dengan istilah

81
82

human trafficking.

B. Saran

Saran ini penulis berikan pada semua pihak baik mahasiswa, dosen

maupun pada fakultas Ushuluddin

1. Bagi penelitian selanjutnya penulis berharap agar mengembangkan

penelitian ini dengan menggunakan metode yang berbeda dari penelitian

ini.

2. Dalam al-Qur‟an ayat yang membahas perbudakan sangatlah banyak

hanya saja yang berfokus pada Human Trafficking hanya beberapa ayat

saja seperti yang telah peneliti jelaskan, harapan peneliti bagi penelitian

selanjutnya bisa mengembangkan dengan berkaca pada kitab-kitab

mufassir yang lain agar menambah wawasan dan pengertian bagi

pembaca.
83

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman, Asep, Metodologi Al-Thabari Dalam Tafsir Jami‟ul Al-Bayan Fi


Ta'wili Al-Qur‟an, Jurnal Kordinat,Vol. 17, No. 1, April 2018.

Alfitra, Tindak Pidana Perdagangan Manusia, Jawa Barat: Raih Asa Sukses
2022.

Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Kudus: Menara Kudus 2017.

Al-Rumi, Fahd, Buhuts fi Ushul al-Tafsir wa Manhijih, Terjemahan oleh Wardani


dkk, Banjarmasin: Antasari Press 2019.

Asnawi, Habib Sulthon dkk, Perlindungan Korban Human Trafficking Perspektif


Hukum Pidana dan Hak Asasi Manusia, Morality: Jurnal Ilmu Hukum,
Vol. 8, No. 1, Juni 2022

At-T{abary, Ibnu Jarir, Jami‟ Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur‟an Jilid 14, Tahqiq oleh
al-Bakri dkk, Jakarta: Pustaka Azzam 2007.

At-T{abary, Ibnu Jarir, Jami‟ Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur‟an Jilid 19, Tahqiq oleh
al-Bakri dkk, Jakarta: Pustaka Azzam 2007.

Az-Zuhaili, Wahbah, Tafsir Al-Munir Jilid 1, Terjemahan oleh Al-Kattani dkk.


Jakarta: Gema Insani, 2013.

Az-Zuhaili, Wahbah, Tafsir Al-Munir Jilid 6, Terjemahan oleh Al-Kattani dkk.


Jakarta: Gema Insani, 2013.

Az-Zuhaili, Wahbah, Tafsir Al-Munir Jilid 9, Terjemahan oleh Al-Kattani dkk.


Jakarta: Gema Insani, 2013.

Baidan, Nashruddin , Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an , Yogyakarta: Pustaka


Pelajar 1998.

Basri, Rusdaya, Human Trafficking dan Solusinya Dalam Pespektif Hukum Islam
Jurnal Hukum Diktum, Vol 10, No. 1, Januari 2012.

Dewi, Anita Permata, “IOM Indonesia: 2021 Korban TPPO Disominasi


Perempuan”. Antaranews, Desember 03, 2021,
https://www.antaranews.com/berita/2562969/iom-indonesia-2021-korban-
tppo- didominasi-perempuan.

Fauzi, Niki Alma Febriana, Islam dan Human Trafficking (Upaya Nabi dalam
Melawan Human Trafficking Praktik Pada Masal Awal Islam), Jurnal
Muzawah, Vol. 9, No. 2, Desember 2017.
84

Fitri, Nurul, Perbudakan Menurut Sayyid Qutb Dalam Tafsir Fi Zilalil Al-Qur‟an,
Skripsi Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir UIN Ar-Raniry Darusslam Banda
Aceh 2018.

Goma, Edwardus Iwantri, Manusia Yang Dijadikan Komoditas: Fenomena


Human Trafficking di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Jurnal
Populasi, Vol. 28, No. 1, 2020.

Hadi, Abd., Metodologi Tafsir Dari Masa Klasik Sampai Masa Kontemporer,
Salatiga: Griya Media, 2020.

Hambali, Muhammad, Sekilas Tentang Tafsir Wahbah Zuhaily, Jurnal Ilmu Al-
Qur‟an dan Hadits, Vol. 2, No. 2, Juli 2019.

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz 18, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1982,

Hariyono, Abdy, Analisis Metode Tafsir Wahbah Zuhaili Dalam Kitab Al-Munir,
Jurnal Al-Dirayah, Vol.1, No. 1, Mei 2018.

Husein al-Qusyairi, Abu, Shahih Muslim Juz 2, Beirut: Dar Ihya‟ Turats

Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan


Tindak Pidana Perdagangan Orang Pasal 1 ayat (1).

Khotimah, Husnul, Penerapan Pancasila Perspektif Islam, Jurnal Tahdzib Akhlaq,


Vol. 2, No. 4, 2020.

Monique, Pricillia, Vita Amalia Puspamawarni, Buruh Migran dan Human


Trafficking: Studi Tentang Peningkatan Perdagangan Manusia dari
Indonesia ke Malaysia Jurnal Transformasi Global, Vol. 7 No. 1,
2020.

Mufidah, Mengapa Mereka Diperdagangkan? Membongkar Kejahatan Trafiking


Dalam Perspektif Islam, Hukum, dan Gender, Malang: Uin Maliki Press
2011.

Munthe, Saifuddin Herlambang, Studi Tokoh Tafsir Dari Klasik Hingga


Kontemporer, Kalimantan Barat: IAIN Pontianak Press Desember 2018.

Nurhamid, Kiprah Nabi Muhammad Memberantas Perdagangan Manusia,


Raheema: Jurnal Studi Anak dan Gender, Vol. 4, No. 1, 2017.

Nurhayati, Perbudakan Zaman Modern Perdagangan Orang Dalam Perspektif


Ulama, Medan: Perdana Publishing September 2016.

Putri, R. Eriska Ginalita Dwi, Perdagangan Manusia Dalam Sudut Pandang Islam,
Journal Of Islamic Law Studies, Sharia Journal, Vol. 2, No. 1, 2019.
85

Ramadhan, Bilal, “Kasus Perdagangan Orang di Indonesia Naik Pada 2020”.


Republika, April 08 ,2021,
https://www.republika.co.id/berita/qr7v1l330/kasus-perdagangan-orang-
di-indonesia- naik-pada-2020.

Rosenberg, Ruth, Perdagangan Perempuan dan Anak di Indonesia, Jakarta:


USAID, 2003.

Saadah, Dewi Wardatus, Human Trafficking Dalam Perspektif Tafsir Al-Qur‟anul


Majid An-Nur Karya Hasbi Ash-Shiddieqy, Skripsi Prodi Ilmu Al-Qur‟an
dan Tafsir Institut Ilmu Al-Qur‟an 2021.

Safrizal, HUKUM TINDAK PIDANA HUMAN TRAFFICKING (Studi


Perbandingan Hukum Positif dan Hukum Islam), Skripsi UIN Ar-Raniry
Darussalam Banda Aceh 2017.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Vol 6, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Siyoto, Sandu, Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi


Media Publishing 2015.

Srifariyati, Manhaj Tafsir Jami‟ Al-Bayan Karya Ibnu Jarir Ath-Thabari, Jurnal
Madaniyah, Vol. 7, No. 2, Agustus 2017.

Ulfa, Mariyah, TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DALAM


PERSPEKTIF HUKUM PIDANA POSITF DAN HUKUM PIDANA
ISLAM, Skripsi UIN Walisongo Semarang 2018.

Umar, Ratnah, Jami‟ Al-Bayan Ta‟wil Al-Qur‟an (Manhaj/Metode


Penafsirannya), Jurnal Al-Asas, Vol. 1 No. 2, Oktober 2018.

Wara, Jullul, “TRAFFICKING DALAM AL-QUR‟AN (Studi Analisis Terkait


Penafsiran Surat An-Nur, 24:33 dan Surat Yusuf, 12:20), Skripsi UIN
Sunan Ampel Suabaya 2016.
86
87

BIODATA PENULIS

A. Data Pribadi

Nama : Fanny Wahyunisa‟ Romadloni


NIM : U20181036
Tempat. Tanggal lahir : Jember, 07 Desember 1999
Jurusan/Prodi : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Alamat : RT: 001 RW: 002, Dusun Krajan, Desa Sruni,
Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember
No. Tlp : 083835555440
E-mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan

1. RA Al-Barokah Sruni Jenggawah


2. MI Miftahul Huda Kertonegoro Jenggawah
3. MTs Syirkah Salafiyah Pondok lalang Wonojati Jenggawah
4. MA Mambaul Khoiriyatil Islamiyah Bangsalsari

You might also like