Pengawasan Norma Kesehatan Kerja 24 November 2022

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 171

Bahan Ajar Pembinaan Calon Ahli K3

PENGAWASAN NORMA
KESEHATAN KERJA

dr. HARLELAWATI, M.K.M.


BALAI K3 MAKASSAR
2022
Curriculum
Vitae

Nama
• dr. Harlelawati, M.K.M.
Lengkap

Tempat,
• Sungguminasa, 8 Juli 1983
Tanggal Lahir

• Magister Kesehatan Masyarakat


Pendidikan
Terakhir
Peminatan K3

• RSB Masyita, BKIA Rakyat, RSUD Daya


Pengalaman
Kerja
Makassar, PLN Udiklat Makassar

• Analis Bahan Pelayanan Teknis K3


Jabatan

• TBM Calcaneus FKUH, IDI Gowa, IDKI,


Organisasi PDUI
POKOK BAHASAN
NORMA KESEHATAN KERJA
I. Filosofi, Latar Belakang & Permasalahan
II. Tujuan & Dasar Hukum
III. Dasar-Dasar Kesehatan Kerja
IV. Norma Pelayanan Kesehatan Kerja
V. Norma Pengendalian Penyakit Akibat Kerja
VI. Norma Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
VII. Norma P3K di Tempat Kerja
VIII. Norma Penyelenggaraan Makan di Tempat Kerja
IX. Norma Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan
AIDS (P2-HIV & AIDS) di Tempat Kerja
X. Norma Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya
(P4GN) di Tempat Kerja
PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA

I. FILOSOFI, LATAR BELAKANG &


PERMASALAHAN
Filosofi
• Pekerja merupakan aset penting (human capital) dalam
mencapai tujuan pembangunan nasional untuk
HR mewujudkan produktivitas & kesejahteraan.

• Setiap pekerja harus dilindungi dari risiko kecelakaan kerja


dan penyakit akibat kerja melalui program K3
OSH

• Kesehatan kerja merupakan bagian tak terpisahkan dari K3


OH
LATAR BELAKANG
INDUSTRIALISASI DAN K3
Perkembangan  1.000bhn kimia baru dipasarkan
Tekhnologi : mesin, setiap tahun
peralatan, ➢ ribuan kategori bahaya (B3)
bahan & sistem kerja ➢ ratusan bersifat karsinogenik

PROGRAM K3 KURANG → Dampak (-)


P
Masalah R
Kes. Umum pd Pekerja:
O
• HIV & AIDS Tenaga Kerja :
G • Kecelakaan kerja
• NARKOBA
R • Peny.Akibat Kerja
• Tuberculosis/TB
A • Ggn Kes. lainnya
• Flu Baru dll.
M
K3

Lingkungan :
PRODUKTIVITAS Perusahaan : • Pencemaran
(Kuantitas, Kualitas, • Bbg kerugian/Loss • Efek rumah kaca
Efisiensi) • Kualitas-kuantitas • Penyakit pd masy.
& produk
KESEJAHTERAAN • Kelangsungan usaha
Permasalahan
Berbagai faktor bahaya di tempat kerja:
Fisika, Kimia, Biologi, Psikologi, Ergonomi
Permasalahan
Karakteristik masalah kesehatan tenaga kerja:

Setiap pekerja berhadapan dengan risiko bahaya di tempat kerja

Berisiko penyakit/gangguan kesehatan

• Penyakit akibat kerja/PAK (occupational diseases)


• Penyakit umum
• Penyakit terkait kerja (work related disease)

Pekerja menghadapi risiko ganda (dobel risiko) penyakit

Penempatan pekerja harus disesuaikan dengan kondisi kesehatannya

Kondisi kesehatan pekerja sangat berpengaruh terhadap kualitas SDM, produktifitas


dan kelangsungan usaha suatu perusahaan.
PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA

II. Tujuan, Landasan Kebijakan &


Dasar Hukum Pengawasan
Norma Kesehatan Kerja
Tujuan pengawasan norma kesehatan kerja

Mengembangkan
Mencegah kecelakaan
kebijakan dan peraturan
Menjamin hak dan penyakit akibat kerja
perundangan di bidang
perlindungan kesehatan untuk meningkatkan
pengawasan K3
bagi tenaga kerja produktifitas dan
umumnya dan kesehatan
kesejahteraan pekerja
kerja khususnya
LANDASAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM K3 NASIONAL

LANDASAN • Setiap pekerja membutuhkan perlindungan dari risiko bahaya di tempat


kerja
• Pelaksanaan K3 mempunyai dimensi perlindungan dan dimensi
FILOSOFIS produktivitas & kesejahteraan

• UUD 1945 (Psl 27)

LANDASAN •

UU No. 3 Tahun 1951 ttg Pengawasan Perburuhan
UU No. 13 Tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan

KONSTITUSIONIL •

UU No. 1 Tahun 1970 Ttg Keselamatan Kerja
Ratifikasi Konvensi ILO (ILO C.81-UU 21 Th 2003, ILO C.187-Perpres 34 Th
2014, MLC.2016 UU-15 Th 2016)

LANDASAN • PP 50 Th 2012 ttg Penerapan SMK3


• Peraturan Pelaksanaan K3 Kemnaker dan Sektoral (Kementerian
OPERASIONIL Kesehatan, ESDM, PUPR, Perhubungan, Pertanian, dll.)
Dasar Hukum Pengawasan Ketenagakerjaan & K3

UUD 1945 Psl 27 ayat (2) dan Psl 28D ayat (2)

UU No.3 Thn 1951 ttg Pengawasan Perburuhan

UU No. 3 Tahun 1969 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 120 tentang Higiene Dalam Perniagaan Dan Kantor-Kantor

UU No.1 Thn 1970 ttg Keselamatan Kerja

UU No. 13 Thn 2003 ttg Ketenagakerjaan

UU No. 21 Thn 2003 ttg Pengesahan Konvensi ILO No. 81 Thn 1947 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dlm Industri dan Perdagangan

UU No. 40 Thn 2004 Ttg SJSN

UU No. 24 Thn 2011 Ttg BPJS

PP No. 7 Tahun 1973 ttg Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida;

Perpres No 21 Tahun 2010 ttg Pengawasan Ketenagakerjaan

Perpres No 34 Th 2014 ttg Ratifikasi Konvensi ILO No. 187 ttg Kerangka Kerja Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

UU No. 15 Tahun 2016 ttg Pengesahan Maritime Labour Convention, 2006

PP 50 Th 2012 ttg Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Syarat-syarat K3 (UU No.1/70 pasal 3) yg berkaitan dg
Kesehatan Kerja & Lingkungan Kerja :
1. Memberikan P3K
2. Memberikan APD
3. Mencegah & mengendalikan timbul/menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, gas, hembusan
4. Mencegah dan mengendalikan PAK
5. Memperoleh penerangan yang cukup & sesuai
6. Menyelenggarakan suhu & lembab udara yang baik
7. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
8. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
9. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan,
cara kerja & proses kerjanya.
Kewajiban Pengurus Perusahaan dalam Kesehatan Kerja
(Ps 8, 9, 10 UU No 1 tahun 1970)

• Pemeriksaan kesehatan badan,


kondisi mental & kemampuan fisik
TK yang akan diterima & akan
dipindahkan sesuai sifat pekerjaan
• Pemeriksaan kes TK secara berkala
Ps 8 : oleh dokter yg ditunjuk prsh &
dibenarkan oleh Direktur
• Pengurus wajib menunjukkan dan menjelaskan
kpd TK baru :
• Kondisi2 & bahaya2 yg dapat timbul dalam
tempat kerja
• Semua alat pengaman dan alat2 perlindungan
yg diharuskan
• Alat2 perlindungan diri (APD) bagi tenaga kerja
Pasal 9 ybs
• Cara2 dan sikap kerja yang aman
• Hanya mempekerjakan TK apabila sudah meyakini
bahwa tenaga kerja telah memahami syarat2 K3
• Pengurus wajib memberikan pembinaan K3
• Pengurus wajib memenuhi dan mentaati semua
ketentuan yang berlaku bagi usaha & tempat kerja
yg dijalankan

• Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan


Pasal 10
Kesehatan Kerja (P2K3)
PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA

III. Dasar-Dasar Kesehatan Kerja


1. Pengertian KESEHATAN KERJA

Keadaan sejahtera dari badan, jiwa,


dan sosial yang memungkinkan setiap
Ilmu terapan tentang kesehatan yang
pekerja dapat bekerja produktif secara
menyangkut tenaga kerja dan
sosial ekonomi tanpa membahayakan
lingkungan kerja serta faktor-faktor
diri sendiri, teman sekerja, keluarga,
yang berkaitan
masyarakat, dan lingkungan
sekitarnya.
2. Tujuan Kesehatan Kerja menurut Joint
ILO/WHO Committee tahun 1995 :
Promosi dan pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan sosial dari pekerja

Pencegahan gangguan kesehatan disebabkan oleh kondisi kerja

Perlindungan pekerja dari resiko faktor-faktor yang mengganggu


kesehatan

Penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam lingkungan kerja yang


sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya

Penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada


pekerjaannya.
3. Faktor-faktor Yg Mempengaruhi
Kesehatan & Produktivitas Tenaga Kerja

1. Beban Kerja 2. Lingkungan Kerja

Fisik • Fisik
Mental • Kimia
• Biologi
• Ergonomi
3.Kapasitas kerja
• Psikologi

✓ Pengetahuan &
Keterampilan
✓ Kesegaran jasmani & rohani
✓ Status kesehatan/gizi
✓ Usia
✓ Jenis kelamin
✓ Ukuran tubuh
4. Program Kesehatan Kerja
Program kesehatan kerja diarahkan untuk:
1. Optimalisasi beban kerja
2. Pengendalian lingkungan kerja
✓Teknis (eliminasi, substitusi, isolasi, enclosing,
ventilasi, penyempurnaan proses, housekeeping)
✓Administratif (pengurangan waktu kerja terpapar,
rotasi)
✓Personal protektion : APD/PPE
3. Peningkatan kapasitas kerja
Program Kesehatan Kerja……..
➢ Dilakukan melalui Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Kerja (Occupational Health Services)
➢ Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja merupakan
upaya kesehatan kerja berbasis risiko (hazards based) yang
mencakup :
➢ pencegahan (preventif),
➢ peningkatan (promotif),
➢ pengobatan (kuratif) dan
➢ pemulihan (rehabilitatif)
*berbasis risiko (hazards based):
Mempertimbangkan faktor2 bahaya yang ada di
tempat kerja yang berpengaruh terhadap kesehatan
tenaga kerja.
PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA
IV. Norma Pengendalian Penyakit
Akibat Kerja
Acuan:
➢ Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja
➢ Permenakertrans No. 25 Tahun 2008 tentang Pedoman Diagnosis dan
Penilaian Cacat karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
➢ Permenaker RI Nomor 10 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemberian
Program Kembali Kerja Serta Kegiatan Promotif Dan Kegiatan Preventif
Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja
➢ Permenaker RI Nomor 5 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari
Tua
➢ Kepmenakertrans RI Nomor 609 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja
➢ Surat Edaran Menaker RI Nomor M/8/HK.04/V/2020 tentang
Perlindungan Pekerja/Buruh dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja
pada Kasus Penyakit Akibat Kerja karena Corona Virus Disease 2019
(COVID-19)
Kepmenakertrans RI Nomor 609 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus
Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja

Setelah ditegakkan diagnosis PAK

PAK dilaporkan tidak lebih dari 2 X 24 (dua


puluh empat) jam

Laporan PAK menggunakan bentuk Form yang telah ditentukan


FORMULIR BPJS KETENAGAKERJAAN
TERKAIT PAK

Formulir 3
PAK 1

Formulir 3a
PAK 2

Formulir
3b PAK 3
Kepmenaker No. Kep. 25/Men/2008 tentang Pedoman
Diagnosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan
PAK

Digunakan untuk menetapkan diagnosis dan


penilaian cacat karena kecelakaan dan PAK guna
memperhitungkan kompensasi yang menjadi
hak tenaga kerja.
Definisi PAK (regulasi nasional)

PP No. 44 Tahun 2015, PP PAK adalah Penyakit yang


No. 7 Tahun 2019 & disebabkan oleh pekerjaan
Permenaker 26 Th 2015 : dan/atau lingkungan kerja.
PP NO. 7 TAHUN 2019 TENTANG PENYAKIT AKIBAT KERJA

Pekerja yang didiagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja berdasarkan


surat keterangan dokter berhak atas manfaat JKK meskipun hubungan
kerja telah berakhir.

Hak atas manfaat JKK diberikan apabila Penyakit Akibat Kerja timbul dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak hubungan kerja
berakhir

Penyakit Akibat Kerja meliputi jenis penyakit:


a. yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas pekerjaan;
b. berdasarkan sistem target organ;
c. kanker akibat kerja; dan
d. spesifik lainnya.
PERLU DIBEDAKAN
Peny. Terkait Kerja (Work Related
PAK (Occupational Disease)
Disease)

• Harus ada causa di tempat kerja


• Ada triger di tempat kerja
• Disebabkan oleh pekerjaan • Dicetuskan, dipermudah atau diperberat
dan/lingkungan kerja oleh pekerjaan dan/lingkungan kerja
• Single causes • Multi causes
• Mendapat kompensasi • Tidak mendapat kompensasi (Non
(Compensabel) BPJS Compensabel) BPJS Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan Contoh :
• Contoh : ✓ Ambien/Wasir
• Tuli akibat bising (NIHL) ✓ Hernia dengan predisposisi
✓ Asma dg riwayat
• Pneumokoniosis keluarga/keturunan
• Leukemia akibat benzen
Faktor Penyebab PAK & PTK
FAKTOR BAHAYA
Fisik, Kimia, Biologi, Ergonomi, Psikologi
Mis Managemen K3

Unsafe
Human Unsafe Working/
Kerentanan Activity
Env. Condition
Individu
Pengendalian
Layanan risiko minim
kesja minim

PAK (occupational diseases) & PTK


(work related diseases)
Contoh kasus PAK/PTK pada pekerjaan
dengan pajanan faktor bahaya fisik
Penyebab Industri/pekerjaan Penyakit yang ditimbulkan
Kebisingan Penggunaan mesin, penurunan pendengaran
generator dan peralatan sampai ketulian
kerja lainnya
Suhu tinggi Peleburan logam hyperpireksi, heat cramp,
heat exhaustion, heat
stroke
Suhu rendah Ruang pembekuan (cool Fros bite
storage)
Tekanan udara yang tinggi penyelam Caisson's Disease
Sinar infra merah Peleburan logam, peralatan Katarak
fisioterapi dll.
Ultra violet welder conjungtivitis
Getaran/vibrasi Chain Saw, Drilling Reynaud's disease
Heat Cramp
Frosbite
Reynaud's disease
Contoh kasus PAK/PTK pada
pekerjaan dg pajanan faktor bahaya
ergonomi
•Hernia Nucleus
BEBAN
Pulposus
ANGKAT
(HNP), Low
BERAT
Back Pain (LBP)
Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
Low back Pain
CARA
MENGANGKAT
•Trauma otot
SALAH & sendi
POSISI
KERJA •Muskuluskeletal
tidak disorders
ergonomis
Muskuluskeletal Disorders
•Carpal Tunel
GERAK
REPETITIF Syndrome
(CTS)
Carpal Tunel Syndrome (CTS)
KONTRAKSI •Kelelahan,
STATIS
nyeri otot
Contoh kasus PAK/PTK pada pekerjaan dg pajanan
faktor bahaya biologi
Rabies (Virus)
Bakteri
Contoh PAK/PTK pada pekerjaan dg pajanan faktor bahaya kimia
Penyebab Industri/pekerjaan Penyakit yang ditimbulkan
Gas CO, HCN, SO2 Pembakaran tidak Intoksikasi, Asfiksia
sempurna, emisi dll
Asbes Industri dan pengunaan Asbestosis, mesothelioma,
asbes cancer saluran nafas
Benzene Chemical Leukemia, hepatitis
Pb Soldering, Industri Baterey Anemia, infertil, gangguan
ginjal
Silica Pabrik kaca, keramik dan silikosis
batubara
Vinyl chloride monomer, Polimerisasi vinyl Hemangiosarkoma liver
arsenic chloriede, pestisida

Chlorphenols Furniture, sawmill, Cancer nasopharing


lumberjack, electrical, fitter
Radium, chromate, nickel, Furniture, saw mill, cancer nasopharing
Chlorphenols penambangan & peleburan
nickel, pabrik sepatu
Contoh kasus PAK akibat
pajanan/eksposur uap logam berat
Berilium → Beriliosis
Berilium → Faringitis
Kadmium → Gangguan Ginjal
Arsen
Timbal → Anemia
UPAYA DETEKSI PENYAKIT AKIBAT KERJA
Dokter Perusahaan Ahli K3, Higienist Industri dll

Monitoring
Monitoring Kesehatan TK (Rikes TK
awal, berkala, khusus) Lingkungan
Kerja

•Riwayat penyakit P2K3


•Riwayat pekerjaan
•Pemeriksaan klinik
•Pemeriksaan lab
•Pemeriksaan Khusus
•Hubungan penyakit
dengan pekerjaan
Prinsip Umum Pengendalian PAK
• Setiap pemberi kerja wajib melakukan upaya pencegahan KK/PAK
melalui pelaksanaan K3
• Pengendalian PAK dilakukan secara komprehensif
• Setiap pekerja wajib melaksanakan K3 dan menjaga kesehatannya.
• Setiap pekerja yang mengalami PAK berhak mendapatkan JKK sama
seperti KK, baik yang sudah menjadi peserta maupun yang belum
menjadi peserta JKK BPJSTK, sesuai peraturan perundangan.
• Setiap pemberi kerja wajib memberikan atau memfasilitasi
pemberian JKK kasus PAK.
• Setiap pekerja yang mengalami PAK dilaporkan kepada instansi yang
membidangi ketenagakerjaan & kantor BPJSTK setempat
Upaya Pengendalian PAK

I. Upaya Peningkatan (Promotif)


o Komunikasi potensi bahaya (hazard potential)
o Cara kerja yg benar/sesuai SOP
o Penerapan gaya hidup sehat di tempat kerja
II. Upaya Pencegahan (Preventif)
o Manajemen risiko (penilaian dan pengendalian risiko):
o Edukasi kepada pekerja tentang risiko yang dihadapi dan cara-
cara pencegahannya
o Penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
o Deteksi PAK & surveilans kesehatan kerja:
✓ Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, sec. berkala, & khusus,
✓ Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja,
✓ Pengamatan, survey, penelitian dll.
PENGENDALIAN PAK

PAK, suspek PAK & PTK pada pekerja dapat


dideteksi oleh dokter perusahaan dan personil
K3 serta petugas kesehatan lainnya melalui:

Pengamatan
kesehatan Pemeriksaan Pelayanan Pengujian Pelayanan
kerja dan kesehatan kesehatan lingkungan kesehatan
lingkungan tenaga kerja, kerja, kerja, lainnya.
kerja
PENGENDALIAN PAK

Pekerja diduga PAK (suspek PAK) ditindaklanjuti dg penelusuran


lebih lanjut untuk memastikan diagnosis → PAK atau bukan PAK...

Penelusuran kasus PAK yg sulit melalui tahapan 7 (tujuh) langkah


diagnosis PAK.

Pekerja yang didiagnosis PAK dan PTK ditindaklanjuti dengan:

• evaluasi dan perbaikan kondisi kerja dan lingkungan kerja agar kasus PAK & PTK tidak
terjadi/terulang lagi,
• edukasi untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi K3
III. Pengobatan dan atau perawatan
(kuratif) kasus PAK/PTK
Peserta BPJS

Pengobatan dan atau


perawatan melalui
klaim JKK BPJS
Ketenagakerjaan

bukan melalui BPJS


Kesehatan.
III. Pengobatan dan atau perawatan
(kuratif) kasus PAK/PTK :

Apabila PAK didiagnosis


pada saat pengobatan tanggung jawab BPJS
dan atau perawatan Ketenagakerjaan.
melalui BPJS Kesehatan
III. Pengobatan dan atau perawatan
(kuratif) kasus PAK/PTK

Memperhatikan
faktor penyebab PAK.
III. Pengobatan dan atau perawatan
(kuratif) kasus PAK/PTK

Dikembalikan
Hasil kepada
pengobatan/perawatan pekerjaan
dievaluasi semula atau
harus
dipindahkan
III. Pengobatan dan atau perawatan
(kuratif) kasus PAK/PTK

Dokter yang
merawat
Penilaian tingkat
menyatakan
kecacatan PAK
penanganan
dilakukan
medis telah
selesai
IV. Pemulihan (Rehabilitatif)

Pekerja yang setelah pengobatan dan atau


perawatan PAK dinyatakan sembuh dengan
cacat

berhak mendapatkan rehabilitasi, kompensasi


JKK, dan program kembali bekerja sesuai
peraturan perundangan.
PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA

V. Norma Pelayanaan Kesehatan


Kerja
Acuan:
➢ Permennakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja
➢ Permenakertranskop No 01 tahun1976 tentang Kewajiban latihan
Hyperkes Bagi Dokter Perusahaan
➢ Permenakertrans No 01 tahun 1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene
Perusahaan dan K3 Bagi Tenaga Para Medis
➢ Kepdirjen Binwasnaker No. 22 Th 2008 ttg Juknis Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja
Tujuan Pelayanan Kesehatan Kerja (PKK)
Permenakertrans No. 03 Tahun 1982

Memberikan bantuan kepada TK dalam penyesuaian diri


dengan pekerjaannya

Melindungi TK thd. gangguan kesehatan yang timbul dari


pekerjaan atau lingkungan kerja

Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani)


dan kemampuan fisik tenaga kerja

Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi


TK yang sakit
Kewajiban-Kewajiban
Dalam Pelayanan Kesehatan Kerja
Kewajiban Pengurus :
1. Memberikan PKK sesuai kemajuan ilmu & teknologi
2. Memberikan kebebasan profesional kepada dokter yang
menjalankan Pelayanan Kesehatan Kerja
➢ Dokter dan tenaga kesehatan dalam melaksanakan Pelayanan
Kesehatan Kerja diberikan kebebasan untuk memasuki tempat-tempat
kerja untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan
keterangan-keterangan yang diperlukan
3. Menyampaikan laporan pelaksanaan PKK secara rutin kpd Dinas
Tenaga Kerja setempat dengan tembusan kpd Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi up. Direktur Pengawasan Norma K3

Kewajiban dokter dan paramedis perusahaan :


▪ Memberikan keterangan2 tentang PKK kepada Pegawai Pengawas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja jika diperlukan
Tugas Pokok PKK
(Ps. 2 Permenakertrans No 3 Th 1982)
→ penyelenggaraan Pelayanan kesehatan kerja secara komprehensif
1) Pemeriksaan kesehatan TK (awal, berkala, khusus)
2) Pembinaan & pengawasan atas penyesuaian pekerjaan thd. TK
3) Pembinaan & pengawasan terhadap lingkungan kerja
4) Pembinaan & pengawasan perlengkapan sanitair
5) Pembinaan & pengawasan perlengkapan kesehatan TK
6) Pencegahan dan pengobatan thd. penyakit umum & PAK
7) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
8) Pendidikan kesehatan untuk TK dan latihan untuk petugas P3K
9) Memberikan nasehat mengenai
▪ perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
▪ pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan
▪ gizi serta penyelenggaraan makan di tempat kerja.
10) Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau PAK
11) Pembinaan dan pengawasan thd. TK dg. kelainan tertentu dalam kesehatannya
12) Memberikan laporan berkala tentang PKK kepada pengurus

Penanggung jawab teknis → Dokter Perusahaan sesuai


Permen 01 Th 1976
Fungsi Pelayanan Kesehatan Kerja
Sebagai sarana perlindungan kesehatan tenaga
kerja melalui

Menekan angka kecelakaan dan penyakit akibat


kerja (promotif dan preventif)

Menangani/mengatasi kasus kecelakaan, penyakit


akibat kerja dan gangguan kesehatan lainnya
(kuratif dan rehabilitatif)

Mencegah/mengurangi kehilangan jam kerja

Meningkatkan produktivitas kerja.


BENTUK PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Permennakertrans No. 03/1982

• Unit Pelayanan
Kesehatan Kerja
• Dapat sekaligus
Diselenggarakan
terintegrasi dlm Klinik
sendiri oleh
pengurus perusahaan
BENTUK PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Permennakertrans No. 03/1982

Dokter praktek swasta

Puskesmas
Diselenggarakan
melalui pengadaan
ikatan/kerja sama
Poliklinik swasta
dengan dokter atau
pelayanan kesehatan
lain :
Rumah sakit

Dan lain-lain
BENTUK PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Permennakertrans No. 03/1982

Diselenggarakan secara
bersama antar beberapa
perusahaan → di kawasan
industri

Rumah sakit Klinik kesehatan


Dan lain-lain
pekerja kerja
A. Syarat Lembaga/Unit Pelayanan Kesehatan Kerja:

Memiliki personil kesehatan kerja yang meliputi :

• Dokter penanggung jawab pelayanan kesehatan


kerja,
• Tenaga pelaksana kesehatan kerja berupa dokter
perusahaan dan atau paramedis perusahaan,
• Petugas administrasi atau pencatatan dan
pelaporan pelayanan kesehatan kerja.
A. Syarat Lembaga/Unit Pelayanan Kesehatan Kerja:

Memiliki sarana dan prasarana pelayanan kesehatan kerja,

Pelayanan kesehatan kerja yang ada di perusahaan mendapat


pengesahan dari instansi di bidang ketenagakerjaan sesuai wilayah
kewenangannya,

Pelayanan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh pihak di luar


perusahaan wajib dilengkapi dengan Nota Kesepahaman (MoU)
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja antara pengusaha dengan
kepala unit pelayanan kesehatan yang bersangkutan dan dilaporkan ke
instansi di bidang ketenagakerjaan sesuai wilayah kewenangannya.
B. Syarat Personil Pelayanan Kesehatan Kerja:

Syarat dokter penanggung jawab


pelayanan kesehatan kerja :
Telah mendapatkan Surat Keputusan
Ditunjuk oleh pimpinan perusahaan Penunjukan (SKP) sebagai dokter
atau kepala unit/intsansi yang pemeriksa kesehatan tenaga kerja
bersangkutan dan dilaporkan ke dari Direktur Jenderal Pembinaan
instansi ketenagakerjaan sesuai Pengawasan Ketenagakerjaan,
wilayah kewenangannya; Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi.
B. Syarat Personil Pelayanan Kesehatan Kerja:

Syarat tenaga pelaksana pelayanan kesehatan kerja


(dokter perusahaan dan atau paramedis perusahaan) :
Syarat lain dokter
Mematuhi etika perusahaan :
Memiliki sertifikat
profesi dokter dan
pelatihan hiperkes dan • Memiliki Surat Tanda
tenaga kesehatan
keselamatan kerja Registrasi (STR) dokter, atau
lainnya sesuai kode sejenisnya sesuai peraturan
(atau sertifikat lainnya)
etik profesi dan perundangan yang berlaku;
sesuai peraturan
peraturan perUndang- • Surat ijin praktek (SIP) dokter
perUndang-Undangan yang masih berlaku dari
Undangan yang instansi yang berwenang.
yang berlaku;
berlaku;
SYARAT DOKTER PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
Permennakertrans No. 03/1982
o Ditunjuk oleh pimpinan perusahaan
o Disetujui oleh Disnaker Setempat
o Disetujui oleh Direktur (Dirjen Binwasnaker & K3)

Telah memiliki Surat Keputusan Penunjukkan (SKP) Dokter


Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja dari Dirjen Binwasnaker & K3

Catatan :
Untuk perusahaan/instansi yang dokter perusahaannya lebih
dari 1 (satu) orang, yang wajib memiliki SKP cukup 1 orang
(penanggung jawabnya saja), sedangkan dokter perusahaan
yang lain wajib memiliki sertifikat pelatihan hiperkes
C. Syarat sarana & prasarana penyelenggaraan
pelayanan kesehatan Kerja :
SARANA DASAR (wajib) apabila terintegrasi sbg Klinik Psh SARANA PENUNJANG (opsional) :

1. Perlengkapan umum: 1. Alat Pelindung Diri (APD)


a. Meja dan kursi 2. Alat evakuasi :
b. Tempat tidur pasien a. tandu,
c. Wastafel b. ambulance/kendaraan pengangkut korban dll.
d. Timbangan badan 3. Peralatan penunjang diagnosa :
e. Meteran/pengukur tinggi badan a. spirometer,
f. Kartu status b. audiometer dll.
g. Register pasien berobat 4. Peralatan pemantau/pengukur lingkungan kerja :
a. sound level meter,
2. Ruangan :
b. lux meter,
a. Ruang tunggu
c. gas detector dll.
b. Ruang periksa
c. Ruang/almari obat
d. Kamar mandi dan WC
3. Peralatan medis :
a. Tensimeter dan stetoskop
b. Termometer
c. Sarung tangan
d. Alat bedah ringan (minor set)
e. Lampu senter
f. Obat-obatan
g. Sarana/Perlengkapan P3K
h. Tabung oksigen dan isinya
PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA

VI. Norma Pemeriksaan Kesehatan


Tenaga Kerja
Acuan:
➢ Permenakertrans No. Per. 02/Men/1980 tentang
pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
➢ Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE.
07/BW/1997 tentang Pengujian Hepatitis B
Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
Syarat-Syarat
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

Dilaksanakan oleh
Apabila dilakukan oleh
dokter pemeriksa
dokter pemeriksa di
kesehatan tenaga Dibuat pedoman
luar perusahaan maka
kerja (penunjukan dari pelaksanaan Hasil pelaksanaan
Mengacu pada ps 8 harus dilakukan oleh
Dirjen Binwasnaker & pemeriksaan pemeriksaan
UU No 1 th 1970 dan lembaga PJK3 di
K3-Kemnaker), baik kesehatan tenaga dilaporkan sesuai
Permenaker No 02 Th bidang pemeriksaan
dokter yang ada di kerja oleh dokter ketentuan yang
1980 kesehatan tenaga
perusahan tsb pemeriksa kesehatan berlaku
kerja (penunjukan dari
maupun yang ada di tenaga kerja ybs
Dirjen Binwasnaker &
luar perusahaan
K3-Kemnaker)
(provider)
Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja

Definisi/Pengertian:

• Dokter yang ditunjuk oleh pengusaha atau kepala instansi/lembaga dan disahkan
oleh Dirjen setelah memenuhi syarat sesuai peraturan perUndang-Undangan
yang berlaku untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.

Persyaratan:

• Memiliki Surat Keputusan Penunjukan (SKP) sbg Dokter Pemeriksa Kes. TK dari
Dirjen Binwasnaker & K3-Kemnaker.

Masa berlaku SKP 3 tahun dan dapat diperpanjang 1 Bulan


sebelum masa berlakunya berakhir
Penunjukan & Persyaratan
Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja
Mengajukan permohonan SKP Dokter
Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja
kepada Dirjen PPK Up. Direktur
Pengawasan Norma K3 dengan
melampirkan :
• Surat Penunjukan dari pimpinan perusahaan
atau instansi,
• Surat Pernyataan dokter yang bersangkutan
(sanggup mematuhi peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan kerja),
• Salinan Surat Keterangan telah Training
Hiperkes,
• Salinan Ijasah Dokter,
• Salinan Surat Tanda Registrasi (STR) Dokter,
• Salinan Surat Ijin Praktek Dokter,
• Pas foto ukuran 3X4 cm sebanyak 3 lembar.
Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja

Kedudukan
dan Peran :
sebagai penanggung
jawab (memimpin dan
menjalankan)
Pelayanan Kesehatan
Kerja di perusahaan

Sebagai
penanggungjawab atau
tenaga ahli pada PJK3
bidang pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja

Kewenangan
Menjalankan
Pelayanan Melaksanakan pemeriksaan kesehatan
Kesehatan Kerja tenaga kerja sesuai ketentuan yang
dan bebas berlaku :
memasuki
tempat-tempat
kerja untuk
melakukan
pemeriksaan-
pemeriksaan dan Di perusahaan
Di perusahaan
mendapatkan lain melalui PJK3
tempatnya
keterangan- bidang kesehatan
bekerja
keterangan yang kerja
diperlukan
Mekanisme Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

Dokter Pemeriksa Kesehatan TK membuat perencanaan:

• Waktu dan tempat pelaksanaan


• Pihak/petugas pelaksana
• Pedoman pelaksanaan (Jenis pemeriksaan berdasarkan risiko, kesesuaian dg
Peraturan Perundangan dan Standar)
• Tenaga kerja yang akan diperiksa (jumlah, lokasi kerja)

Dokter pemeriksa yg ditunjuk, melaksanaan pemeriksaan kesehatan


tenaga kerja

Dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja menyampaikan laporan hasil


pemeriksaan dan rekomendasi kepada pengusaha

Pengusaha melaporkan hasil pemeriksaan dan rencana tindak lanjut


(kpd pemerintah) berdasarkan laporan dan rekomendasi dokter
pemeriksa
Laporan Hasil Pemeriksaan Kesehatan TK
1. Bentuk Laporan
Menggunakan bentuk laporan
sesuai pedoman
2. Mekanisme Laporan
Pengurus wajib membuat
laporan dan menyampaikan
selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan setelah pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja
dilakukan.
3. Petugas pengelola Laporan
➢ Dokter pemeriksa kesehatan
tenaga kerja,
➢ Dibantu oleh: dokter dan
paramedis perusahaan dan petugas
administrasi pelayanan kesehatan
kerja.
1. Data Hasil Pemeriksaan Kesehatan Awal
Nama Dokter Pemeriksa : .............
No. Register SKP Dokter : .............
Nama Perusahaan : .............. (tmpt Dokter Bekerja)
Alamat Perusahaan : .............. (tmpt Dokter Bekerja)
Hasil
Jumlah Pemeriksaan TK Setelah Pemeriksaan Awal
Tanggal Nama Tenaga Kesehatan Diterima Kerja Ditolak Kerja
No. Peme Perusahaan Kerja Yg
riksaan Diperiksa Sehat Sakit Tanpa Dgn Semen Tetap
Syarat Syarat tara
1
2
....
dst
Jumlah

............., .......................
Doter Pemeriksa
Kesehatan Tenaga Kerja
ttg
(Nama)
2. Data Hasil Pemeriksaan Kesehatan Berkala / Khusus *)
Nama Dokter Pemeriksa : .......
No. Register SKP Dokter : .............
Nama Perusahaan : .............. (tmpt Dokter Bekerja)
Alamat Perusahaan : .............. (tmpt Dokter Bekerja)

Nama Jumlah Hasil Pemeriksaan Kesehatan


No. Tanggal Perusahaan Tenaga Sehat Sakit Ket
Pemeriksaan Yg Kerja Yg
Diperiksa Diperiksa Penyakit Diduga PAK
Umum PAK
1.
(Daftar hasil
2.
pemeriksaan
... terlampir)
dst
Jumlah

............., .......................
Doter Pemeriksa
Kesehatan Tenaga Kerja
ttg
(Nama)
2. Daftar Tenaga Kerja Hasil Pemeriksaan Kesehatan Berkala/Khusus Berkala / Khusus *)
Nama Dokter Pemeriksa : .......
No. Register SKP Dokter : .............
Nama Perusahaan : .............. (tmpt Dokter Bekerja)
Alamat Perusahaan : .............. (tmpt Dokter Bekerja)

No. Umur Tanggal Jabatan/ Masa Diagnosa Tindak Keterangan


Pemeriksaan Pekerjaan Kerja (ICD 10) Lanjut (P. Umum,
/ Tempat Diduga PAK,
Kerja PAK)
1.
2.
3.
...
dst.
Kesimpulan & Rekomendasi
Hasil Pemeriksaan Kesehatan Awal

No. Hasil Pemeriksaan Rekomendasi

1. Sehat (tidak didapat kelainan) boleh bekerja tanpa syarat pada pekerjaan
ringan maupun berat pada semua jenis
pekerjaan.
2. Menderita sakit (ada kelainan) a) boleh bekerja dengan syarat atau pada
kondisi kerja tertentu
b) ditolak untuk bekerja :
➢ ditolak sementara (menunggu proses
penyembuhan)
➢ ditolak permanen (tetap)
Kesimpulan & Rekomendasi
Hasil Pemeriksaan Kesehatan Berkala
No. Hasil Pemeriksaan Rekomendasi & Tindak lanjut

1. Sehat boleh tetap bekerja pada pekerjaan sekarang

2. Menderita sakit

a. Penyakit umum ▪Diberikan pengobatan/penanganan


▪Masih bisa dipekerjakan di tempat kerja sekarang
b. Diduga PAK ▪Diberikan pengobatan/penanganan
▪Sementara diistirahatkan atau pindah lokasi kerja
▪Perlu pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa
c. PAK ▪Diberikan pengobatan/penanganan
▪Diajukan kompensasi
▪Dipindahkan ke lokasi kerja lain yang lebih aman
▪Evaluasi/perbaikan sistim pengendalian faktor bahaya di tempat kerja
termasuk APD
d. PTK (Work ▪Diberikan pengobatan/penangnan
related diseses) ▪Dipindahkan ke lokasi kerja lain yang lebih aman
▪Evaluasi/perbaikan sistim pengendalian faktor bahaya di tempat kerja
termasuk APD
Kesimpulan & Rekomendasi
Hasil Pemeriksaan Kesehatan Khusus
No. Hasil Pemeriksaan Rekomendasi & Tindak lanjut

1. Sehat boleh tetap bekerja pada pekerjaan sekarang

2. Menderita sakit

a. Penyakit umum ▪Diberikan pengobatan/penanganan


▪Masih bisa dipekerjakan di tempat kerja sekarang
b. Diduga PAK ▪Diberikan pengobatan/penanganan
▪Sementara diistirahatkan atau pindah lokasi kerja
▪Perlu pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa
c. PAK ▪Diberikan pengobatan/penanganan
▪Diajukan kompensasi
▪Dipindahkan ke lokasi kerja lain yang lebih aman
▪Evaluasi/perbaikan sistim pengendalian faktor bahaya di tempat kerja
termasuk APD
d. PTK (Work ▪Diberikan pengobatan/penangnan
related diseses) ▪Dipindahkan ke lokasi kerja lain yang lebih aman
▪Evaluasi/perbaikan sistim pengendalian faktor bahaya di tempat kerja
termasuk APD
KETERKAITAN PEMERIKSAAN KES. TK
DENGAN PROGRAM HIV/AIDS DI TEMPAT KERJA
Kepmennakertrans No. 68 Tahun 2004

Pasal 5 :
1) Pengusaha/pengurus dilarang
melakukan tes HIV untuk
digunakan:
a) sebagai prasyarat suatu proses
rekrutment
b) Untuk menentukan kelanjutan status
pekerja/buruh
c) Sebagai kewajiban pemeriksaan
kesehatan rutin.
2) Tes HIV dapat dilakukan dg Syarat :
a) Atas dasar sukarela, dengan
persetujuan tertulis dari
pekerja/buruh
b) Pengusaha/pengurus menyediakan
konseling sebelum dan sesudah tes
c) Dilakukan oleh dokter yang
mempunyai keahlian khusus
d) Kerahasiaan dijamin sebagaimana
kerahasiaan medis lainnya
KETERKAITAN PEMERIKSAAN KES. TK
DENGAN PENYAKIT HEPATITIS (Tes Hbs Ag)
o Hasil beberapa penelitian/studi kepustakaan dan konsultasi
dengan pakar penyakit hati :
o HBsAg (+) dalam darahnya belum tentu menderita hepatitis,
selama fungsi hati normal seseorang tidak dianggap Hepatitis.
o Prevalensi HBsAg di Indonesia cukup tinggi (5-15 %)
o Penularan virus Hepatitis B di tempat kerja tidak mudah karena
penularan hanya mungkin melalui kontak erat, misalnya
transfusi darah, suntikan dan dari ibu ke bayi yang dilahirkan
o Berdasarkan hal tersebut di atas dianjurkan kepada semua
perusahaan/instansi untuk tidak melakukan pengujian
serum HBsAg sebagai alat seleksi pada pemeriksaan
kesehatan awal maupun berkala
SE DIRJEN BINAWAS NO. SE 07/BW/1997
TTG PENGUJIAN HEPATITIS B DALAM PEMERIKSAAN KESEHATAN
TENAGA KERJA
PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA

VII.Norma P3K di Tempat Kerja


Acuan:
➢ Permenakertrans No.
15 Tahun 2008 tentang
P3K di Tempat Kerja,
➢ Kepdirjen Binwasnaker
No 53 Th 2009 ttg
Juknis Pelatihan dan
Lisensi Petugas P3K Di
Tempat Kerja
Permenakertrans No. Per.15/Men/VIII/2008
Tentang P3K Di Tempat Kerja

Pengusaha wajib menyediakan


petugas P3K dan fasilitas P3K
di tempat kerja.
Kewajiban
pengurus/pengusaha (ps. 2) :
Pengurus wajib melaksanakan
P3K di tempat kerja.
Permenakertrans No. Per.15/Men/VIII/2008
Tentang P3K Di Tempat Kerja

Syarat Petugas P3K Di Tempat Kerja


(Ps.3) :
Memiliki
lisensi dan
Syarat-syarat pemberian lisensi petugas P3K Di Tempat Kerja:
buku
kegiatan P3K

Memiliki pengetahuan
& keterampilan dasar
Bekerja pada
Sehat jasmani dan Bersedia ditunjuk P3K di tempat kerja →
perusahaan yang
rohani; menjadi petugas P3K; ditunjukkan dg
bersangkutan;
sertifikat pelatihan
P3K di Tempat Kerja.
Permenakertrans No. Per.15/Men/VIII/2008
Tentang P3K Di Tempat Kerja

Petugas P3K dalam melaksanakan tugasnya


dapat meninggalkan pekerjaan utamanya untuk
memberikan pertolongan (Ps. 4)

Rasio jumlah petugas P3K di tempat kerja


ditentukan berdasarkan jumlah pekerja/buruh
dan potensi bahaya di tempat kerja (Ps. 5) →
Lampiran 1
Lampiran 1 :
Rasio Jumlah Petugas P3K Di Tempat Kerja Dengan Jumlah Pekerja
Berdasarkan Klasifikasi Tempat Kerja

Klasifikasi Tempat Kerja Jumlah pekerja Jumlah petugas P3K


Tempat kerja dengan 25 – 150 org 1 org
potensi bahaya rendah
>150 1 orang untuk setiap 150
orang atau kurang
Tempat kerja dengan ≤100 1 orang
potensi bahaya tinggi
>100 1 orang untuk setiap 100
orang atau kurang
Permenakertrans No. Per.15/Men/VIII/2008
Tentang P3K Di Tempat Kerja

Pengurus wajib mengatur


tersedianya Petugas P3K
sesuai rasio jumlah
pekerja tingkat risiko
tempat kerja, dalam hal :

Setiap lantai yang


Unit kerja berjarak 500
berbeda di tempat kerja Setiap shift kerja.
meter atau lebih;
gedung bertingkat;
Permenakertrans No. Per.15/Men/VIII/2008
Tentang P3K Di Tempat Kerja

• Melaksanakan tindakan P3K di


tempat kerja;
• Merawat fasilitas P3K di tempat kerja;
• Mencatat setiap kegiatan P3K dalam
Tugas seorang buku kegiatan; dan
Petugas P3K di • Melaporkan kegiatan P3K kepada
pengurus.
tempat kerja (Ps 6):
Permenakertrans No. Per.15/Men/VIII/2008
Tentang P3K Di Tempat Kerja

Petugas P3K di
Pengurus wajib
tempat kerja dapat
memasang
menggunakan
pemberitahuan
tanda khusus yang
tentang nama dan
mudah dikenal
lokasi petugas P3K
oleh pekerja/buruh
di tempat kerja
yang
pada tempat yang
membutuhkan
mudah terlihat.
pertolongan (Ps 7).
Permenakertrans No. Per.15/Men/VIII/2008
Tentang P3K Di Tempat Kerja

Alat evakuasi dan


Kotak P3K dan isi
alat transportasi

Fasilitas tambahan → APD


dan/atau peralatan khusus:
• Keadaan darurat → APD
Khusus
Ruang P3K • Risiko khusus → mis. Potensi
bahan kimia berbahaya →
disediakan Eyes Wash, Safety
Fasilitas P3K di Shower
Tempat Kerja
(ps 8)
Permenakertrans No. Per.15/Men/VIII/2008
Tentang P3K Di Tempat Kerja
Pengusaha wajib
menyediakan ruang
P3K dalam hal (ps 9) :

mempekerjakan
pekerja/buruh 100
orang atau lebih;

mempekerjakan
pekerja/buruh kurang
dari 100 orang dengan
potensi bahaya tinggi .
Persyaratan ruang P3K meliputi :
Lokasi ruang P3K :
• Dekat dengan toilet/kamar mandi;
• Dekat jalan keluar;
• Mudah dijangkau dari area kerja; dan
• Dekat dengan tempat parkir kendaraan.

Luas minimal cukup untuk menampung satu tempat


tidur pasien dan terdapat ruang gerak petugas p3k
serta penempatan fasilitas P3K lainnya;

Bersih dan terang, ventilasi baik, memiliki pintu dan


jalan yang cukup lebar untuk memindahkan korban;
Persyaratan ruang P3K (lanjutan):
Diberi tanda yang jelas dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat

Sekurang-kurangnya dilengkapi dengan :


• wastafel dengan air mengalir;
• Kertas tisue/lap;
• Usungan/tandu;
• Bidai/spalk;
• Kotak P3K dan isi;
• Tempat tidur dengan bantal dan selimut;
• Tempat untuk menyimpan alat-alat, seperti : tandu dan/atau kursi roda;
• Sabun dan sikat;
• Pakaian bersih untuk penolong;
• Tempat sampah; dan
• Kursi tunggu bila diperlukan.
Persyaratan Kotak P3K (ps 10):
Terbuat dari bahan yang
kuat dan mudah
dibawa, berwarna dasar
putih dengan lambang
P3K berwarna hijau;
Isi kotak P3K sebagaimana tercantum
dalam lampiran II peraturan ini dan
tidak boleh diisi bahan atau alat
selain yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan P3K di tempat kerja;
Penempatan kotak P3K :

Tempat kerja
Mudah dilihat
gedung
dan
Unit kerja bertingkat
dijangkau,
Disesuaikan berjarak 500 pada lantai
diberi tanda
dengan meter atau yang berbeda
arah yang
jumlah lebih harus → masing-
jelas, cukup
pekerja/buruh menyediakan masing unit
cahaya serta
(Sesuai kotak P3K kerja
mudah
Lampiran III) sesuai jumlah menyediakan
diangkat
pekerja/buruh kotak P3K
apabila akan
sesuai jumlah
digunakan
pekerja/buruh
Ps 11.
Alat evakuasi dan alat transportasi dalam P3K di Tempat Kerja
meliputi :

Tandu atau alat lain untuk Mobil ambulance atau kendaraan


memindahkan korban ke tempat yang dapat digunakan untuk
yang aman atau rujukan; dan pengangkutan korban.
ISI KOTAK P3K
KOTAK A KOTAK B KOTAK C
No ISI (untuk 25 TK/ kurang) (untuk 50 TK/ kurang) (untuk 100 TK/kurang)
1. Kasa steril terbungkus 20 40 40
2. Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
3. Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
4. Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6
5. Plester Cepat 10 15 20
6. Kapas (25 gram) 1 2 3
7. Kain segitiga/mittela 2 4 6
8. Gunting 1 1 1
9. Peniti 12 12 12
10. Sarung tangan sekali pakai (pasangan) 2 3 4
11. Masker 2 4 6
12. Pinset 1 1 1
13. Lampu senter 1 1 1
14. Gelas untuk cuci mata 1 1 1
15. Kantong plastik bersih 1 2 3
16. Aquades (100 ml lar. Saline) 1 1 1
17. Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1
18. Alkohol 70% 1 1 1
19. Buku panduan P3K di tempat kerja 1 1 1
20. Buku catatan 1 1 1
Daftar isi kotak 1 1 1
JUMLAH PEKERJA/BURUH, JENIS KOTAK P3K
DAN JUMLAH KOTAK P3K
Jumlah Pekerja Jenis Kotak P3K Jumlah Kotak P3K
Tiap 1 (Satu) Unit Kerja
< 26 org A 1 Kotak A
26 s.d 50 org B/A 1 kotak B atau,
2 kotak A
51 s.d 100 org C/B/A 1 kotak C atau,
2 kotak B atau,
4 kotak A atau,
1 kotak B dan 2 kotak A
Setiap 100 org C/B/A 1 kotak C atau,
2 kotak B atau,
4 kotak A atau,
1 kotak B dan 2 kotak A

Keterangan :
1 kotak B setara dengan 2 kotak A
1 kotak C setara dengan 2 kotak B
PEDOMAN PELATIHAN DAN PEMBERIAN LISENSI PETUGAS
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
(P3K) DI TEMPAT KERJA
(KEPDIRJEN BINWASNAKER NO. KEP. 53/DJPPK/VIII/2009)

Pelatihan
Petugas P3K di
Tempat Kerja.

Pemberian
lisensi petugas
P3K di Tempat
Kerja.
PELAKSANAAN PELATIHAN PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA

Syarat Penyelenggara
Pelatihan Petugas P3K di
tempat kerja :
• Pihak-pihak yang dapat
Syarat Peserta pelatihan menyelenggarakan pelatihan;
petugas P3K di tempat kerja • Pihak yg akan melaksanakan pelatihan
• Setiap pekerja/buruh yang akan petugas P3K di tempat kerja harus
ditunjuk sebagai petugas P3K di berkoordinasi dengan Instansi yang
tempat kerja dapat mengikuti membidangi pengawasan
pelatihan ketenagakerjaan setempat.
PELAKSANAAN PELATIHAN PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA

Instansi yang bertanggung jawab dibidang


pengawasan ketenagakerjaan.

PJK3 bidang pembinaan yang telah disahkan


sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Pihak-pihak yang
dapat Pusat K3 dan balai-balainya.
menyelenggarakan
pelatihan :
Perusahaan yang menyelenggarakan pelatihan
untuk pekerja/buruhnya (pelatihan internal),

Lembaga lain yang telah dinyatakan memenuhi


syarat oleh Direktur Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3,
Kementerian Ketenagakerjaan R.I.
PELAKSANAAN PELATIHAN PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA
Kurikulum Pelatihan
A. Teori : 18 JP, Praktek 12 JP → @ 45 MENIT, Total : 30 JP
B. Materi Dasar :
1) Dasar-dasar kesehatan kerja dan Peraturan perundangan bidang P3K di tempat
kerja
2) Dasar-dasar P3K di Tempat Kerja
C. Materi Inti :
3) Anatomi dan Fisiologi Manusia
4) Pertolongan pertama pada Gangguan Umum
5) Resusitasi Jantung Paru
6) Pertolongan Pertama pada Gangguan Lokal
7) Pertolongan pertama pada gangguan Kejang, Pajanan Suhu Lingkungan dan
Bahan Kimia
8) Pertolongan Pertama pada keadaan khusus
9) Tanggap darurat dan Evakuasi Korban dalam pertolongan pertama
D. Evaluasi :
10) Pre test & Pos test
Lisensi Petugas P3K di Tempat Kerja
Lisensi Petugas P3K di tempat kerja diterbitkan oleh instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat

Pemberian lisensi bagi Petugas P3K di Tempat Kerja dengan ketentuan


sebagai berikut :
• Pengurus harus mengajukan permohonan kepada Instansi yang bertanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan setempat disertai lampiran :
• Surat keterangan penunjukkan dari perusahaan sebagai Petugas P3K di tempat kerja.
• Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter.
• Surat pernyataan bersedia ditunjuk sebagai Petugas P3K di Tempat Kerja
• Salinan sertifikat
• Pasfoto 2x3 berwarna sebanyak 2 lembar
• Lisensi petugas P3K di tempat kerja berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal diterbitkan
dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan dan lampiran sebagaimana
tersebut pada poin 1, dan disertai laporan kegiatan selama pemberian lisensi.
Buku Kegiatan Petugas P3K Di Tempat Kerja

Petugas P3K di Tempat Kerja wajib memiliki


Buku Kegiatan Petugas P3K di tempat kerja.

Buku Kegiatan Petugas P3K di Tempat Kerja


digunakan untuk mencatat semua kegiatan
dalam melakukan pertolongan pertama,
latihan pertolongan pertama ataupun dalam
pemeliharaan kotak P3K.

Buku kegiatan petugas P3K dikeluarkan oleh


instansi yang bertanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan setempat.

• Bentuk empat persegi panjang dengan


Bentuk dan ukuran Buku Kegiatan Petugas P3K ukuran P: 16 x L: 10,5 cm
di tempat kerja sebagai berikut: • Warna sampul putih
• Jumlah halaman minimal 16 halaman
PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA

VIII. Norma Penyelenggaraan


Makan di Tempat Kerja
Acuan:
➢ Permenaker RI No. 5 Tahun 2018 tentang K3
Lingkungan Kerja
➢ Surat Edaran Menaker No. SE 01/Men/1979
tentang Pengadaan Kantin dan Ruang Makan
➢ SE. Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang
Perusahaan Catering Yang Mengelola Makanan
Bagi Tenaga Kerja
Latar Belakang
Pentingnya Penyelenggaraan Makan di Tempat Kerja

Rentan
Tenaga kerja mengalami
selalu kec. Kerja,
berhadapan
dengan Faktor peny. Akibat
Bahaya di kerja, masalah
tempat kerja
kesehatan
lainnya
Latar Belakang
Pentingnya Penyelenggaraan Makan di Tempat Kerja

Untuk program gizi kerja


perlindungan
meningkatkan & penyelenggaraan
kesehatan tenaga
produktifitas kerja makanan di tempat
kerja
diperlukan kerja (GK & PMTK)
Latar Belakang
Pentingnya Penyelenggaraan Makan di Tempat Kerja

Permasalahan
terkait GK &
Kurangnya pemahaman
pengusaha dan tenaga kerja

PMTK :
terhadap pentingnya GK & PMTK

Makanan bagi TK sering


diberikan dalam bentuk uang

Masih sering terjadinya kasus


keracunan makanan di tempat
kerja
KEUNTUNGAN MEMBERIKAN MAKANAN
DI TEMPAT KERJA
Meningkatkan dan mempertahankan kemampuan kerja

Mengatasi kelelahan dan persiapan tenaga untuk kerja kembali

Meningkatkan derajat kesehatan

Menurunkan absenteisme

Meningkatkan produktivitas

Terciptanya hubungan timbal balik pengusaha dan pekerja maupun antar pekerja

Suasana kerja menyenangkan dan meningkatkan motivasi dan gairah kerja


Syarat Dapur, Ruang Makan dan Peralatan

Peralatan makan
Majikan harus
atau masak
menyediakan
sesudah dipakai
Dapur & kamar Lantai dapur pakaian/schort &
harus dibersihkan
makan tidak boleh harus dibersihkan Dapur, kamar tutup kepala yang
dengan sabun dan
berhubungan pada waktu- makan & alat bersih bagi
air panas &
langsung dengan waktu tertentu, keperluan makan pegawai
dikeringkan. Alat-
tempat kerja & sehingga selalu harus selalu penjamah
alat tersebut
letaknya harus dalam keadaan bersih & rapih. makanan untuk
harus dibuat dari
dinyatakan jelas. bersih. dipakai sewaktu
bahan-bahan yg
melayani
mudah
makan/minum.
dibersihkan.
Syarat Petugas Penyelenggara Makanan
(Food Handler)
o Mendapat pendidikan perihal kebersihan
dan kesehatan
o Bebas dr penyakit menular & selalu
menjaga kebersihan badannya
✓ TBC paru >>> Foto Ro Paru2
✓ Thypus >>> Periksa Lab darah (Widal
test)
✓ Cacingan >>> Periksa Tinja (cacing &
telor cacing)
NB. Permenkes No.1096 Tahun 2011:
termasuk bebas peny. hepatitis
o sebelum bekerja hrs diperiksa kesehatan
badannya yg dinyatakan dg Surat
Keterangan Dokter disertai dg
pemeriksaan paru2 dg sinar rontgen,
pemeriksaan ini diulangi minimal setiap 1
tahun sekali
Syarat Petugas Penyelenggara Makanan
(Food Handler)
Tidak mempunyai kebiasaan buruk yg tidak sehat

Disiplin memakai alat pelindung pakaian kerja,


celemek, sarung tangan, tutup kepala, masker dll

Tidak merokok sewaktu bekerja

Tidak mengunakan perhiasan sewaktu bekerja

Pekerja yang muntah dan diare di tempat kerja, di


rumah atau di tempat lain dan menderita infeksi
segera melapor kepada supervisor

Tidak boleh melayani makanan selama menderita suatu


penyakit sampai dinyatakan sehat kembali oleh dokter.
SE Mennaker No. SE. 01/Men/1979 Tentang
Pengadaan Kantin dan Ruang Makan:
❑Perusahaan dengan Tk 50 – 200 org :
menyediakan tempat ruang makan di
perusahaan
❑Perusahaan dengan TK > 200 org :
menyediakan kantin di perusahaan (atau
Catering/Jasaboga)
SE. Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang Perusahaan
Katering yang Mengelola Makanan Bagi Tenaga Kerja

Perusahaan
Rekomendasi
Katering (Jasaboga)
diberikan Kandepnaker
yang mengelola
berdasarkan (Disnaker)
makanan bagi
persyaratan- melaksanakan
tenaga kerja wajib
persyaratan pembinaan dan
mendapatkan
kesehatan, hygiene monitoring
rekomendasi dari
dan sanitasi → khususnya
Kemnaker (Disnaker
syarat2 higiene & mengenai hygiene,
setempat) → dalam
sanitasi = Sertifikat sanitasi dan
rangka
Laik Higiene Sanitasi penanggulangan
perlindungan
Jasaboga dlm. keracunan makanan
tenaga kerja sesuai
Permenkes No.1096 di tempat kerja.
peraturan
Tahun 2011.
perundangan.
PERSYARATAN REKOMENDASI PERUSAHAAN KATERING
PENGELOLA MAKANAN BAGI TENAGA KERJA

1. Salinan akte pendirian perusahaan


2. Salinan Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP)
3. Salinan surat keterangan domisili perusahaan
4. Salinan bukti NPWP perusahaan
5. Salinan wajib lapor ketenagakerjaan
6. Daftar peralatan yang dimiliki sesuai jenis usahanya
7. Struktur organisasi perusahaan
8. Pernyataan penanggung jawab catering untuk mentaati peraturan
perundangan ketenagakerjaan
9. Salinan surat keterangan sehat dan bebas penyakit menular; (infeksi
kulit, thypoid, TBC, Cacing) bagi petugas penjamah makanan,
10. Salinan bukti telah mengikuti pelatihan Higiene Sanitasi pengelolaan
makanan bagi tenaga kerja untuk pengelola dan petugas penjamah
makanan.
11. Pas foto penanggung jawab 3x4 (2 lembar)
PROSES PENERBITAN REKOMENDASI
PERUSAHAAN KATERING/JASABOGA PENGELOLA MAKANAN
BAGI TENAGA KERJA

Mengajukan
Pemeriksaan
permohonan
Permohonan Lapangan oleh
kepada
dibuat rangkap 2 petugas Disnaker
Bupati/Walikota
(dua) dilampirkan (pengawas
c.q. Kepala Dinas
persyaratannya. ketenagakerjaan)
Tenaga Kerja
terhadap :
setempat.

•Persyaratan penanggung jawab → memiliki


Sertifikat Training Pengelola makan bagi Tenaga
Kerja
•Persyaratan tenaga kerja (Food Handler)
•Persyaratan higiene sanitasi pengelolaan makanan
•Syarat ruang tempat kerja,
•Syarat kebersihan tempat kerja
•Syarat penyediaan fasilitas saniter
•Persyaratan kesehatan Air Minum
•Syarat Dapur, Ruang makan & peralatan
Syarat Kebersihan Tempat Kerja
Halaman harus bersih, teratur & tidak becek dan cukup luas untuk
kemungkinan pergerakan

Jalan di halaman tidak boleh berdebu

Untuk keperluan aliran air (riolering) harus cukup saluran yang kuat
& bersih

Saluran air yang melintasi halaman harus tertutup

Sampah & buangan lainnya harus terkumpul pada suatu tempat


yang rapi & tertutup

Sampah harus dibuang pada waktunya atau dibakar pd tempat yg


aman

Tempat pengumpulan sampah tidak boleh menjadi sarang lalat atau


binatang/serangga yang lain
Syarat Penyediaan fasilitas saniter

Disediakan tempat Buruh/tenaga kerja Disediakan tempat2


mandi, cuci muka dan dalam perusahaan- menyimpan pakaian
tangan, tempat ludah perusahaan tertentu (locker), satu
dan tempat pakaian dapat diwajibkan unit/pekerja, majikan
memakai pakaian kerja bertanggung jawab
menurut syarat-syarat terhadap
yang ditetapkan & keamanannya.
disediakan oleh majikan
Standar Air Minum Kemenkes RI
•Air harus bersih dan tidak keruh
•Tidak berwarna apapun
Syarat •Tidak berasa apapun
•Tidak berbau apapun
fisik •Suhu antara 10-25°C (sejuk)
•Tidak meninggalkan endapan

•Tidak mengandung bahan


kimiawi yang mengandung racun
Syarat •Tidak mengandung zat-zat
kimiawi yang berlebihan
kimiawi •Cukup yodium
•pH air antara 6,5 – 9,2

•Tidak mengandung kuman-


Syarat kuman penyakit seperti disentri,
mikrobiologi tipus, kolera, dan bakteri
patogen penyebab penyakit.
PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA

IX. Norma P2 HIV&AIDS di Tempat Kerja


Acuan:
➢ Kepmenakertrans No. Kep. 68/Men/IV/2004
tentang Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS di Tempat Kerja.
➢ Kepdirjen Binwasnaker No 20 Th 2005 ttg
Juknis Pelaksanaan Program P2-HIV/AIDS Di
Tempat Kerja
➢ Kepdirjen Binwasnaker No 44 Th 2012
tentang Pedoman Pemberian Penghargaan
Program P2-HIV dan AIDS Di Tempat Kerja
MASALAH HIV-AIDS & DUNIA KERJA
Usia
produktif

Pekerja
Akses/penye menghadapi fenomena 3 M
barluasan
informasi risiko/kerentanan (Mobile Man
with Money)
terbatas terhadap
HIV/AIDS

Industri
hiburan
DAMPAK HIV/AIDS DI DUNIA KERJA

Ancaman Situasi dan Menurunkan


hilangnya SDM hubungan kerja produktifitas Meningkatkan
dapat terganggu
yang terampil akibat
dan kemiskinan dan
dengan segala stigmatisasi dan kesejahteraan lain-lain
implikasinya diskriminasi pekerja

Meningkatnya Menurunnya
biaya penanganan Angka mangkir investasi/mele
dan perawatan
tenaga kerja
kerja yang mahnya
dengan HIV & meningkat pertumbuhan
AIDS ekonomi
Stigma dan Diskriminasi Terkait HIV/AIDS

Stigma

Terkena HIV/AIDS
= dianggap
penyakit Cap
kutukan, akibat
tindakan amoral buruk
dll.
Stigma dan Diskriminasi Terkait HIV/AIDS

Diskriminasi :
membedakan
perlakuan

Pembedaan hak &


kewajiban, misalnya :
pengucilan, penolakan
kerja, pemutusan
hubungan kerja dll.
Stigma dan Diskriminasi Terkait HIV/AIDS

Sikap dan tindakan


STIGMA & Akan merugikan
DISKRIMINASI tidak dalam rangka
menguntungkan Sebaliknya pencegahan dan
dalam upaya penanggulangan
penanggulangan secara keseluruhan
HIV & AIDS
Kepmennakertrans No. Kep. 68/MEN/IV/2004
Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan
HIV/AIDS Di Tempat Kerja

Program pencegahan & penanggulangan HIV & AIDS


di tempat kerja merupakan tanggung jawab bersama

Pemerintah

Pengusaha

Serikat pekerja/buruh
KEWAJIBAN PENGUSAHA
(Kepmenakertrans No 68 Th 2004)
Pengusaha wajib melakukan upaya
Pasal 2 pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja
• Untuk melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat
kerja sebagaimana dimaksud ayat (1), pengusaha wajib :
• Mengembangkan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja, yang dapat dituangkan dalam Peraturan Perusahaan
atau Perjanjian Kerja Bersama.
• Mengkomunikasikan kebijakan dengan Komunikasi, Informasi dan Edukasi
melalui program pendidikan yang berkesinambungan
• Memberikan perlindungan dari tindak dan perlakuan diskriminatif.
• Menerapkan prosedur K3 khusus untuk pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS sesuai dengan peraturan Per-UU dan standar yang berlaku
KEPMENAKERTRANS NO. KEP. 68/MEN/IV/2004

Pasal 3 : Pasal 4 :
Pekerja/Buruh Dengan
HIV/AIDS berhak mendapatkan
Pelayanan Kesehatan Kerja Pemerintah melakukan
sama dengan pekerja/buruh pembinaan program di tempat
lainnya sesuai dengan kerja
peraturan per-UU-an yang
berlaku

Pemerintah, pengusaha dan


serikat pekerja/buruh
melaksanakan upaya
pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di
Tempat Kerja
KEPMENAKERTRANS NO. KEP. 68/MEN/IV/2004

Pasal 5 : Pasal 6 :

• Pengusaha atau pengurus dilarang • Informasi yang diperoleh dari kegiatan


melakukan tes HIV untuk digunakan konseling, tes HIV, pengobatan,
sebagai prasyarat suatu proses perawatan dan kegiatan lainnya harus
rekrutment atau kelanjutan status dijaga kerahasiaannya sebagaimana data
pekerja/buruh atau kewajiban rekam medis
pemeriksaan kesehatan rutin.
• Tes HIV hanya dapat dilakukan atas dasar
sukarela dengan persetujuan tertulis dari
pekerja/buruh
• Apabila tes HIV dilakukan
pengusaha/pengurus wajib menyediakan
konseling kpd pekerja sebelum atau
sesudah dilakukan tes HIV
• Tes HIV hanya boleh dilakukan oleh
dokter terlatih
LANGKAH-LANGKAH MENGEMBANGKAN
PROGRAM P2-HIV & AIDS DI TEMPAT KERJA
Membangun Komitmen dan
Kebijakan pimpinan perusahaan →
dpt diintegrasikan dalam kebijakan
K3

Pelatihan (TOT) bagi personil perusahaan sebagai


Pembentukan kelompok kerja Tim Inti → diutamakan personil K3
(Tim Inti) → dapat
diintegrasikan dalam program
P2K3 Menyediakan unit layanan :
konseling, VCT dan layanan rujukan
→ melalui klinik/RS perusahaan
Melakukan kegiatan : Sosialisasi, kampanye,
lomba, penyebarluasan informasi dll.

Evaluasi pelaksanaan
program sec berkelanjutan

Mengajukan penghargaan program HIV/AIDS


(AIDS Award) Di Tempat Kerja
PENGAWASAN NORMA KESEHATAN KERJA

X. Norma P4GN di Tempat Kerja


Acuan:
➢Permenakertrans No. 11 Tahun 2005 tentang
P4GN di Tempat Kerja
➢Kepdirjen No. III Tahun 2006 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan P4GN di Tempat Kerja
Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Republik Indonesia
Nomor: PER. 11/MEN/VI/2005
TENTANG
Pencegahan Dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkotika,
Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya
Di Tempat Kerja
Ketentuan umum
Pengusaha wajib melakukan
upaya aktif pencegahan dan
penanggulangan
penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika,
psikotropika dan zat adiktif
lainnya di tempat kerja.

penyusunan dan
penetapan
Upaya aktif adalah : pelaksanaan
kebijakan;
program.

Dilakukan dengan melibatkan


pekerja/buruh, serikat
pekerja/serikat buruh, pihak
ketiga atau ahli di bidang
narkotika, psikotropika dan
zat adiktif lainnya.
Terapi dan rehabilitasi

Pengusaha dapat menjatuhkan


Ketentuan mengenai pekerja/ buruh tindakan disiplin pada pekerja/buruh
yang membutuhkan perawatan dan dalam hal pekerja/buruh tidak
atau rehabilitasi akibat bersedia untuk mengikuti program
penyalahgunaan narkotika, pencegahan, penanggulangan,
psikotropika dan zat adiktif lainnya perawatan dan atau rehabilitasi
diatur dalam PK, PP atau PKB akibat penyalahgunaan narkotika,
psikotropika atau zat adiktif lainnya.
Kepdirjen PPK No. Kep III/DJPPK/IX/2006

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan


Penanggulangan Penyalahgunaan Dan
Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika Dan
Zat Adiktif Lainnya Di Tempat Kerja
Bentuk Kebijakan P4GN di Tempat Kerja

Kedua program
ini dapat
diintegrasikan
diintegrasikan ke
dengan
dalam kebijakan
penanggulangan
keselamatan
HIV/AIDS di
dan kesehatan
tempat kerja
kerja atau secara
tersendiri
Isi Kebijakan
Pernyataan komitmen pengusaha/pengurus untuk melakukan
upaya aktif Pencegahan Dan Penanggulangan Penyalahgunaan
Dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif
Lainnya (P4GN) kepada pekerja/buruh.

Mengembangkan strategi dan promosi program P4GN untuk


diselenggarakan di tempat kerja

Memberikan program terapi dan atau rehabilitasi akibat


penyalahgunaan narkoba terhadap tenaga kerja yang ditetapkan
oleh dokter.

Kebijakan diberlakukan tanpa diskriminasi bagi pihak


pengusaha/pengurus dan pekerja.
Program penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran
pekerja/buruh dan masyarakat sekitar

Tenaga penyuluh
Penyuluhan pencegahan Menyisipkan
dapat berasal
pesan-pesan anti
bahaya penyalahgunaan narkotika,
dari tenaga di
dalam
narkoba ditujukan bagi psikotropika dan
perusahaan yang
zat adiktif
2 sasaran lainnya dalam
telah mendapat
pelatihan P4GN
kegiatan diklat,
atau dapat
ceramah,
meminta
konsultasi, rapat-
bantuan dari
rapat rutin,
Manajemen, Masyarakat Badan Narkotika
community
Propinsi (BNP)
tenaga kerja disekitar development,
atau Kabupaten/
corporate social
dan tempat responsibility
kota ( BNK) di
keluarganya kerja daerah masing-
(CSR).
masing.
Unit Pencegahan Dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap
Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya
(P4GN) di Tempat Kerja dapat mengusulkan biaya untuk
kepada pengusaha atau pengurus perusahaan
untuk dilakukan tes kepada:
tes
dibebankan
kepada
atau kelompok pihak
pekerja/buruh yang pekerja yang rentan perusahaan
diduga menyalahgunakan
narkoba
Azaz dalam melakukan tes
narkoba :
Azaz dalam melakukan tes
narkoba :
Pelayanan kesehatan kerja yang
berada di perusahaan

Pelaksanaan tes dilakukan oleh Perusahaan Jasa Keselamatan dan


sarana kesehatan atau laboratorium Kesehatan Kerja (PJK3) bidang
yang berwenang sesuai peraturan Pemeriksaan dan pengujian
yang berlaku, yaitu : kesehatan kerja

Sarana kesehatan seperti


Puskesmas, Rumah Sakit atau
laboratorium yang ditunjuk BNN,
BNP, BNK.
Azaz dalam melakukan tes
narkoba :

Hasil tes bersifat rahasia seperti halnya


yang berlaku bagi data rekam medis
lainnya

Dalam hal hasil tes dinyatakan positif


maka dokter yang telah mendapatkan
pelatihan bidang narkoba dapat
menentukan apakah pekerja/buruh
yang bersangkutan harus mengikuti
program perawatan dan atau
rehabilitasi
PROGRAM TERAPI DAN REHABILITASI
Pengusaha/pengurus
bersama-sama dengan
wakil pekerja/buruh
menyusun ketentuan Program perawatan
mengenai dapat dilakukan di pusat Pegawai Pengawas
pekerja/buruh yang perawatan dan terapi Ketenagakerjaan dan
membutuhkan terapi narkoba yang dikelola atau Ahli K3 yang
dan rehabilitasi dan oleh pemerintah pusat, berada di perusahaan
ketentuan tersebut maupun oleh dapat menentukan jenis
dituangkan dalam PK, PP pemerintah daerah dan pekerjaan yang
atau PKB. swasta/ masyarakat. diperbolehkan

Program perawatan dan Selama mengikuti


rehabilitasi mengacu program perawatan
pada standar yang dan rehabilitasi,
dikeluarkan oleh Badan pekerja/buruh dilarang
Narkotika Nasional melaksanakan
(BNN). pekerjaan yang
berpotensi
menimbulkan bahaya
keselamatan dan
kesehatan kerja.
Biaya terapi dan rehabilitasi
Untuk pekerja
Sumber
berpenghasilan
pembiayaan
rendah
seperti dari dana
diusahakan untuk
Diatur melalui Corporate Social
mendapat
kesepakatan Responsibility,
pelayanan T & R di
antara pengusaha Yayasan
panti milik
dan pekerja dan perusahaan/
pemerintah
dituangkan dalam sosial, donasi
daerah,
PP, PK dan PKB perusahaan/
Departemen Sosial
perorangan,
mau pun BNN
asuransi, subsidi
yang mendapat
pemerintah, dll.
subsidi.

You might also like