Dr. Yanti Harjono H, MKM Departemen IKK-IKM FK UPN "Veteran" Jakarta

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

Dr.

Yanti Harjono H, MKM


Departemen IKK-IKM
FK UPN “Veteran” Jakarta
 ILO/WHO Joint safety and Health Committee,
Occupational Health and Safety is the promotion
and maintenance of the highest degree of
physical, mental and social well-being of all
occupation; the prevention among workers of
departures from health caused by their working
conditions; the protection of workers in their
employment from risk resulting from factors
adverse to health; the placing and maintenance
of the worker in an occupational environment
adapted to his physiological and psychological
equipment and to summarize the adaptation of
work to man and each man to his job.
 Promosi dan memelihara deraja tertinggi semua
pekerja baik secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.
 Untuk mencegah penurunan kesehatan kesehatan
pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan
mereka.
 Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari
risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat
mengganggu kesehatan.
 Penempatan dan memelihara pekerja di
lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisologis dan psikologis pekerja dan untuk
menciptakan kesesuaian antara pekerjaan
dengan pekerja dan setiap orang dengan
tugasnya.
 Occupational Health (Kesehatan Kerja)
Occupational Health is the promotion and
maintenance of the highest degree of
physical, mental and social well-being
ofworkers in all occupations by preventing
departures from health,controlling risks and
the adaptation of work to people, andpeople
to their jobs.
(ILO/WHO)
 Sedangkan menurut Frank E. Bird Jr. dalam
bukunya “Practical Loss Control Leadership”
menyatakan bahwa ;
Occupational Health is devoted to the
anticipation, recognition,evaluation and
control of those factors or stresses, arising
inand from the workplace, which may cause
sickness, impaired health and well-being or
significant discomfort and inefficiency
 Safety(Keselamatan Kerja)
Safety adalah ilmu dan seni yang terdiri dari
serangkaian metoda-metoda dalam
melakukan intervensi terhadap sistem kerja
sehingga menjamin keamanan setiap sistem
kerja yang dijalankan baik bagi pekerjaan,
peralatan, maupun bagi lingkungan
 Industrial Hygiene (Higiene Perusahaan)
Industrial hygiene has been defined as that
science and art devoted to the anticipation,
recognition, evaluation and control of those
environmental factors or stresses arising in or
from stresses, the workplace, which may
cause sickness, impaired health and well-
being or significant discomfort among
workers or amongthe citizens of the
community
 Ergonomic
 Ergonomic is the science of fitting the job to
the worker.(OSHA)
 Ergonomic is the application of the human
biological sciences in conjunction with the
engineering sciences to the worker and his
working environment, so as to obtain
maximum satisfaction for the worker which
at the same time enhances productivity.
untuk menjaga dan meningkatkan status
kesehatan pekerja pada tingkat yang tinggi
dan terbebas dari faktor-faktor di lingkungan
kerja yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan.
 Guna menciptakan budaya K3 di tempat
kerja dengan melibatkan perusahaan,
kondisi, dan lingkungan kerja dalam rangka
mencegah atau mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja  KEBIJAKAN
PENERAPAN K3 berupa Peraturan
perundangan
 Sebagai pedoman/acuan evaluasi dan
penilaian
 Sebagai “normative pressure”
 Sebagai panduan dalam teknis pelaksanaan

Tumbuhnya komitmen dan meningkatnya


upaya dunia industri dalammenciptakan
lingkungan kerja yang sehat adan aman
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
 Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan Kerja
 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
 Undang-undang No.1969 tentang Persetujuan
Konvensi ILO No 120,
 Undang-undang No.3 tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
 Permenaker Nomor 05 Tahun 1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan Kerja
 Permenakertrans Nomor: PER 01/MEN/1981
tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja
 Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi sebagai Daerah Otonom
 Peraturan Pemerintah No 14 tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
 Keputusan Presiden No 22 tahun 1993 tentang
Penyakit yang timbul akibat Hubungan Kerja
 Peraturan Menteri Perburuhan No 7 tahun 1964
tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan dalam Tempat Kerja
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 1 tahun 1976
tentang Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter
Perusahaan
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 2 tahun 1980
tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dalam penyelenggaraan Keselamatan kerja
 Peraturan Menteri tenaga kerja No 3 tahun 1982
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51 tahun
1999 tentang NAB faktor fisika di tempat kerja
 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No I tahun
1997 tentang NAB faktor kimia di udara
lingkungan kerja
 Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang
”Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja”
 Permenaker Nomor 01 Tahun 1998 tentang
“Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan
Sosial Tenaga Kerja”
 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang
“Jaminan Sosial Tenaga Kerja”
 Permenakertranskop Nomor 03 Tahun 1978 tentang
“Persyaratan Penunjukan dan Wewenang serta
Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan Kerja dan
Ahli Keselamatan Kerja”
Kebijakan yang berkaitan APD
 Instruksi Menaker No Ins 2/M/BW/BK/ 1984
tentang Pengesahan APD
 Instruksi Menaker No Ins/M/BW/1997 tentang
pengawasan APD
 Surat Edaran No SE.05/BW/1997 tentang
penggunaan APD
 Surat Edaran No SE.06/BW/1997 tentang
Pendaftaran APD

 Dan berbagai peraturan perundangan lainnya

You might also like