Jurnal Pendidikan Inklusif Modul 3

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 4

JURNAL PEMBELAJARANKU

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS
“Pendidikan Inklusif di
SD Negeri 57 Lubuklinggau”

DISUSUN OLEH:

DESY IRMAYANI, S.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


PENDIDIKAN PROFESI GURU
BAGI GURU TERTENTU
TAHUN 2024
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus atau yang pada masa lampau disebut anak cacat memiliki
karakteristik khusus dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang mempunyai
kelainan/penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal baik secara fisik, mental,
intelektual, sosial maupun emosional. Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan
anak yang mengalami penyimpangan atau perbedaan dari rata-rata anak normal lainnya.
Pada proses pertumbuhan atau perkembangannya terjadi kelainan seperti kelainan fisik,
intelektual, mental, sosial dan emosi.
Anak berkebutuhan khusus juga memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dan
lainnya atau memiliki perbedaan sesuai dengan jenis kelainan yang dialami oleh anak.
Pendidikan inklusif menjadi alternatif pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang
mengalami keterbatasan fisik namun masih dapat mengikuti materi yang diajarkan di
sekolah-sekolah umum. Banyak diantara mereka yang bersekolah di sekolah umum dapat
mengikuti pembelajaran dan bahkan mampu mengalahkan anak-anak yang tumbuh
dengan fisik yang utuh dari materi yang diujikan kepada mereka. Dengan bergabungnya
mereka di sekolah reguler (non SLB) memberikan kesempatan bagi mereka untuk dapat
bersosialisasi dengan anak yang tumbuh dengan normal untuk membantu perkembangan
emosional anak tersebut agar tidak menjadi anak yang minder, dan bahkan menganggap
diri mereka sama dengan anak yang lain. Hal inilah yang mendasari pendidikan inklusif
diselenggarakan.

B. Refleksi
Pada awalnya saya mengobservasi setiap karakter dan sikap peserta didik
menggunakan lembar portofolio. Ternyata ada salah satu peserta didik yang masuk
kategori anak berkebutuhan khusus (ABK). Peserta didik mengalami kesulitan dalam
menjawab pertanyaan dari oranglain dan tidak fokus dalam pembelajaran. Peserta didik
ini adalah yang anak dengan gangguan spektrum autisma atau autism spectrum
disorders (ASD) adalah anak yang mengalami gangguan dalam tiga area dengan
tingkatan berbeda-beda, yaitu kemampuan komunikasi dan interaksi sosial, serta
pola-pola perilaku yang repetitif dan stereotipi. Gangguan ini bisa membuat anak
seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
Salah satu ciri-cirinya yaitu : ditanya tidak bisa menjawab, bahkan mengulang
pertanyaannya. Tidak bisa berkomunikasi dua arah dan tidak menatap mata lawan
bicaranya. Kelekatan dengan benda tertentu, sehingga kemana-mana harus membawa
benda tersebut. Tertawa/menangis/marah tanpa sebab yang jelas.
Ketika saya menyuruhnya membacanya, peserta didik sedikit bisa mengejanya. Akan
tetapi tidak berlaku ketika seseorang bertanya atau berkomunikasi dua arah kepadanya.
Peserta didik tersebut seperti linglung bahkan gagap ketika diajak mengobrol atau
menjawab pertanyaan. Setiap pertanyaan yang dijawab tidak nyambung bahkan sulit
dimengerti. Sehingga sulit bagi guru untuk berkomunikasi dengannya. Pada saat
pembelajaran pun peserta didik tersebut lebih sibuk dengan dunianya bermain slime
dibandingkan menulis meskipun adakalanya peserta didik itu menulis sesuai mood nya.
Maka dari itu alternatf yang lainnya ialah guru mengejakan setiap soal ataupun
pertanyaan kepadanya dengan cara yang mudah ia pahami. Guru juga harus bisa
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh peserta didik tersebut agar ia bisa mengikuti
pembelajaran dengan baik. Ketika saya mengets kemampuannya dibidang lain, peserta
didik tersebut mempunyai keahlian dibidang seni rupa terutama seni patung. Dimana
peserta didik ini seslalu membuat karyanya dari slime membentuk robot-robot yang
disukainya. Dalam hal ini sangatlah penting peran orangtua peserta didik dalam membantu
perkembangan anaknya agar keahlian peserta didik dalam seni bisa dilanjutkan dan
dikembangkan lagi.

C. Umpan Balik
Pendidikan inklusif harus dikembangkan dan
dipelajari di setiap sekolah agar guru-guru
mampu memahami setiap karakterstik peserta
didik yang beragam terutama anak
berkebutuhan khusus (ABK).

Anggisa Rama Reka, S.Pd.


Guru harus mendampingi peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam belajar agar mereka
paham apa yang dipelajari dan mampu belajar
sedikit demi sedikit terutama anak
berkebutuhan khusus (ABK). Dan peran
orangtua sangatlah penting terhadap
perkembangan anaknya.

Ria Yuniarti, S.Pd.

D. Dokumentasi

You might also like