Akhlak Tasawuf

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

MAKALAH

TASAWUF DI INDONESIA : SEJARAH DAN TOKOHNYA


MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF

Dosen Pengampu : Dr.H.Muhammad Syariffudin, M.P.

Disusun oleh kelompok 9 :


Sumayyah 240302007
Yulia Rizkinatun Nisaq 240302023

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2024/2025
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejarah Islam dan berbagai cabangnya, termasuk sejarah tasawuf dan
pengikutnya sangat penting untuk diperkenalkan dan dibahas, diantaranya adalah
mengenai tokoh-tokoh dari ajaran tasawuf di Indonesia. Tasawuf terus mengalami
perkembangan dan memberi pengaruh penting di Indonesia. Sejak permulaan sejarah
Islam di wilayah tersebut hingga hari ini. Akan tetapi, selama beberapa abad permulaan
sejarah itu terutama pada abad ke-10 H/ 16 M dan ke-11/ 17 M tasawuf memainkan
terbesar dan paling menentukan dalam membentuk pandangan religius, spiritual, dan
intelektual di kepulauan Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Tasawuf?
2. Bagaimana Aliran Tasawuf di Indonesia?
3. Bagaimana Sejarah Masuknya Tasawuf ke Indonesia?
4. Siapa Saja Tokoh-Tokoh Penting Penyebaran Tasawuf di Indonesia?
5. Apa Pengaruh Tasawuf di Indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Pengertian Tasawuf.
2. Mengetahui Aliran Tasawuf di Indonesia.
3. Mengetahui Sejarah Masuknya Tasawuf ke Indonesia.
4. Mengetahui Tokoh-Tokoh Penting Penyebaran Tasawu di Indonesia.
5. Mengetahui Pengaruh Tasawuf di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TASAWUF
Tasawuf adalah pelatihan dengan kesungguhan untuk dapat membersihkan,
memperdalam, mensucikan jiwa atau rohani manusia. Hal ini dilakukan untuk
melakukan pendekatan kepada Allah dan dengannya segala hidup dan fokus yang
dilakukan hanya untuk Allah semata.

B. ALIRAN TASAWUF DI INDONESIA


Aliran-aliran tasawuf yang berkembang di Indonesia dapat ditelusuri dengan melihat
konsep-konsep tasawuf yang berkembang pada kurun waktu kerajaan-kerajaan islam di
wilayah Aceh.
Dalam perkembangan islam selanjutnya, sistem pendidikan masyarakat peninggalan
Hindu dan Buddha diteruskan oleh para penyiar islam. Proses transformasi ilmu
keislaman dilakukan secara “sorongan” yang kemudian menigkat dengan cara
“bondongan” dan “wetonan”. Dari embrio model ini kemudia bermunculan model
pendidikan islam yang dikenal sebagai pesantren dan tarekat sebagai lembaga tasawuf.
Semakin kuatnya pengaruh Mahzab Syafi’i, maka sufisme yang dipelajari di pesantren
adalah tasawuf Sunni yang bersumber dari tasawuf Al-Ghazali.

C. SEJARAH MASUKNYA TASAWUF DI INDONESIA


Tasawuf mulai masuk ke Indonesia setelah masuknya Islam ke Indonesia, yaitu
pada awal abad ke-2 H dan pada abad ke-8 atau abad ke-14 H paham tasawuf ini sudah
mendapat pasaran di Indonesia. Pada awalnya tasawuf di Indonesia lebih bersifat
individual dan terpusat pada praktik-praktik spiritual pribadi. Namun seiring
berjalannya waktu, tasawuf mulai berkembang menjadi gerakan sosial yang kuat dan
berpengaruh.
Pada abad ke -14 tasawuf semakin berkembang dengan munculnya berbagai tarekat
seperti Naqsyabandiyah, Qadiriyah, dan Shattariyah. Tarekat-tarekat ini menyebarkan
ajaran tasawuf melalui zikir, wirid, dan berbagai ritual lainnya.
2
Pada abad ke-15, tasawuf mencapai puncak kejayaannya di Indonesia. Munculnya
para Wali Songo, sekelompok ulama yang menyebarkan islam dengan pendekatan
tasawuf. Salah satu tokoh penting Wali Songo adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga
dikenal dengan pendekatannya yang toleran, memadukan ajaran islam dengan budaya
lokal. Ia menggunakan seni dan budaya Jawa untuk menyebarkan pesan-pesan tasawuf,
seperti melalui wayang kulit dan tembang.
Tasawuf terus berkembang dengan munculnya berbagai pusat pengajaran tasawuf di
berbagai daerah di Indonesia. Hingga pada akhirnya tasawuf mengalami masa pasang
surut. Pengaruh kolonialisme Belanda mulai terasa dan tasawuf mulai beradaptasi
dengan situasi baru. Namun, dengan demikian tasawuf tetap menjadi bagian penting
dari kehidupan masyarakat Indonesia. Munculnya berbagai organisasi dan lembaga
tasawuf, menunjukkan bahwa tasawuf masih relevan dengan kehidupan masyarakat
Indonesia.

D. TOKOH-TOKOH PENTING PENYEBARAN TASAWUF DI INDONESIA

1. Syeikh Hamzah Fansuri


Pemikiran Al-Fansuri tentang tasawuf banyak dipengaruhi Ibn’Arabi dalam
paham wahda wujudnya. Di antara ajaran Al-Fansuri yang lain berkaitan dengan
hakikat wujud dan penciptaan. Menurutnya wujud itu hanyalah satu walaupun
kelihatan banyak. Dari wujud yang satu ini, ada yang merupakan kulit (madjhar,
kenyataan lahir) dan ada yang berupa isi (kenyataan batin).
Karya tulis Al-Fansuri dapat dikatakan sebagai peletak dasar peranan bahasa
Melayu sebagai bahasa ke-4 di dunia Islam setelah bahasa Arab, Persia, dan Turki.
Karya – karyanya tersebar berkat jasa Sultan Iskandar Muda yang menginginkan
kitab-kitabnya, antara lain ke Malaka, Kedah, Sumatera Barat, Kalimantan, Banten,
Gresik, Kudus, Makassar, dan Ternate.
3
2. Syeikh Syamsuddin bin Abdillah As-Sumatraaniy
Syeikh Syamsuddin Ibn Abdullah As-Sumatrani adalah seorang ulama besar
Aceh yang hidup pada Abad ke-16 dan ke-17 Masehi. Beliau merupakan murid dari
seorang Ulama yang dikenal dengan nama Hamzah al-Fansuri. Beliau menguasai
bahasa Melayu-Jawi, Parsi dan Arab.
Pemikiran tasawufnya Syamsudin Al-Sumatrani membahas tentang martabat
tujuh dan dua puluh sifat Tuhan, Konsep Martabat Tujuh ini pertama kali
dicetuskan oleh Muhammad Ibn Fadlullah Al-Burhanpuri seoran ulama kelahiran
India.

3. Nuruddin Ar-Raniri Nuruddin Ar-Raniri


Pemikiran -pemikiran tasawuf Nuruddin Ar-Raniri banyak diterima dan
dipelajari oleh Sultan Iskandar Tsani sehingga kebijakan Nuruddin mengeluarkan
fatwa “kufur” kepada pengikut wujudiyah ternyata didukung oleh sultan. Masih
soal serangan Nuruddin Ar-Ramiri terhadap kaum sufi yang menganut paham
wujudiyah. Nuruddin berkata bahwa ayat itu telah ditafsirkan oleh kaum wujudiyah
secara salah, yaitu bahwa alam atau insan keluar dari Allah dan kembali bersatu
dengan-Nya. Nuruddin juga menolak ungkapan-ungkapan syahadat karena mereka
tidak henti-hentinya berdzikir kepada Allah SWT. Dari keterangan itu, Nuruddin
tidak menerima ucapan syahadat yang dilontarkan para sufi dalam keadaan sadar
karena para wali pun segera memohon ampun kepada Allah ketika sadar dan
kekanakannya dalam mengucapkan syahadat.
Namun pemikiran Ar-Raniri tersebut berpengaruh besar ke seluruh Nusantara
sehingga peranannya tidak dapat diabaikan. Kehadiran Nuruddin Ar-Raniri harus
diakui telah berhasil mematahkan pemikiran wujudiyah maupun pemikirannya.
Pemikiran Ar-Raniri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Tentang Tuhan.
b. Tentang Alam.
c. Tentang Manusia .
d. Tentang Wujudiyah.
e. Tentang Syariat dan Hakikat.
4
4. Syeikh Abdul Rauf As-Sinkli
Abdul Rauf As-Sinkli tetap menolak paham wujudiyah yang menganggap
adanya penyatuan antara Tuhan dan Hamba. Pemikiran tasawuf As-Sinkli dapat
dilihat antara lain pada persoalan untuk merekonsiliasi antara tasawuf dan syariat.
As-Sinkli juga mempunyai pikiran tentang zikir. Dalam pandangannya, zikir
merupakan suatu usaha untuk melepaskan diri dari sifat lalai dan lupa.
Ajaran lainnya adalah bertalian dengan perwujudan. Abdul Rauf As-Sinkli,
dalam segi lain sering dipandang sebagai penganjur Tarekat Syatariyat yang
menilai banyak murid di Nusantara.

5. Abd. Shamad Al-Palimbani


Dikatakan memiliki ketidakjelasan dalam corak pemikiran tasawufnya,
apakah falsafi atau sunni. Al-Palimbani secara tegas memperingatkan pembaca
agar tidak tersesat oleh berbagai aliran dan paham yang menyimpang dari islam,
seperti kebiasaan menyanggar (memberi sesajen).
Corak tasawuf di Palimbani adalah menggabungkan unsur-unsur ajalan al-
Ghazali dan Ibn Arabi, yang diolah dan disajikan dalam suatu sistem ajaran tasawuf
tersendiri. Ia menganut paham Ibn Arabi yang memandang manusia secara
potensial sebagai manifestasi Allah yang sempurna. Meskipun ditafsirkan
sedemikian rupa agar tidak menimbulkan pengertian pantheistik, yang menganggap
bahwa Allah itu adalah alam semesta secara keseluruhan, dan alam semesta secara
keseluruhan adalah Allah.

6. Syaikh Yusuf Al-Makasari


Syaikh Yusuf mengungkapkan paradigma sufistiknya bertolak dari asumsi
dasar bahwa ajaran islam meliputi dua aspek, yaitu ; aspek lahir (syariat) dan aspek
batin (hakikat). Syariat dan hakikat harus dipandang dan diamalkan sebagai satu
kesatuan. Syaikh Yusuf menggarisbawahi bahwa proses ini tidak akan mengambil
bentuk kesatuan wujud antara manusia dengan Tuhan.
5
7. Wali Songo
Wali Songo sangat berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia khususnya
Tanah Jawa, mempunyai andil yang besar dalam mengajarkan tasawuf kepada
masyarakat. Pada abad ke-12 M, peranan ulama tasawuf sangat dominan di dunia
Islam. Hal ini antara lain disebabkan pengaruh pemikiran Islam al-Ghazali (wafat
111 M), yang berhasil mengintegrasikan tasawuf ke dalam pemikiran keagamaan
madzab Sunnah wal Jamaah menyusul penerimaan tasawuf di kalangan masyarakat
menengah. Hal ini juga berlaku di Indonesia, sehingga corak tasawuf yang
berkembang di Indonesia lebih cenderung mengikuti tasawuf yang diusung oleh al-
Ghazali, walaupun tidak menutup kemungkinan berkembang tasawuf dengan corak
warna yang lain. Abdul Hadi W. M. dalam tesisnya menulis : “Kitab tasawuf yang
paling awal muncul di Nusantara ialah Bahar al-Lahut (lautan Ketuhanan) karangan
`Abdullah Arif (w. 1214). Isi kitab ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran yang
wujudiyah Ibn `Arabi dan ajaran persatuan mistikal (fana) al-Hallaj”.

E. PENGARUH DAN PENGALAMAN TASAWUF DI INDONESIA


Beberapa tokoh Indonesia telah menggambarkan paham dan usaha-usaha
mereka di masa lalu di dalam berbagai lapangan dan keahlian masing-masing. Semua
ini tentu saja akan meninggalkan kesan dan pengaruh baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Ajaran tasawuf pada kemudiannya berhubungan erat dengan tarekat. Jauh
sebelum ajaran Islam menyentuh Indonesia, di kalangan masyarakat sebenarnya telah
tumbuh dan berkembang sikap hidup kerohanian yang selalu mendambakan diri
kepada sesuatu yang maha ghaib, telah bersemi, dan mendarah daging dalam diri
setiap bangsa Indonesia.
Dalam keadaan dan kondisi sikap mental, ajaran Islam pun datang bersama
dengan paham tasawufnya yang kemudian berkembang menjadi ajaran tarekat.
Sumber yang dijadikan dalam pengembangan kesusastraan Jawa baru ini ialan kitab-
kitab kuno yang di ubah kedalam bahasa dan syair Jawa Baru. Selain itu juga
bersumber kepada ajaran islam yag telah lama berpusat di pesantren. Wali Songo
dalam usahanya mengembangkan islam, telah banyak menggunakan ada istiadat,
tradisi, dan kebudayaan yang berkembang di tengah masyarakat.
6
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tasawuf mulai masuk ke Indonesia setelah masuknya Islam ke Indonesia, yaitu pada
awal abad ke-2 H dan pada abad ke-8 atau abad ke-14 H paham tasawuf ini sudah mendapat
pasaran di Indonesia. Pada awalnya tasawuf di Indonesia lebih bersifat individual dan
terpusat pada praktik-praktik spiritual pribadi. Namun seiring berjalannya waktu, tasawuf
mulai berkembang menjadi gerakan sosial yang kuat dan berpengaruh.
Tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia :
a. Syeikh Hamzah Fansuri.
b. Syeikh Syamsuddin bin Abdillah As-Sumatraaniy.
c. Nuruddin Ar-Raniri Nuruddin Ar-Raniri.
d. Syeikh Abdul Rauf As-Sinkli .
e. Abd. Shamad Al-Palimbani.
f. Syaikh Yusuf Al-Makasari.
g. Wali Songo.

7
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Ahmad Bangun Nasution, M.A. dan Dra. Hj. Rayani Hanum Siregar, M.H. (2015).
“Pengenalan, Pemahaman, dan Pengaplikasian Disertai Biografi dan Tokoh-Tokoh
Sufi”. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Drs. Samsul Munir Amin,M.A. (2012). “Ilmu Tasawuf”. Imprint Bumi Aksara, Jakarta.
Rizky Laras, Daulay Muhammad Alfin, Ramadhan Nilwan (2017). “Akhlak Tasawuf :
Sejarah Perkembangan Tasawuf Di Indonesia.” Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara Medan. Diakses dari
https://www.academia.edu/35474596/AKHLAK_TASAWUF_SEJARAH_PERKEMB
ANGAN_TASAWUF_DI_INDONESIA pada tanggal 7 September 2024.

You might also like