99-Article Text-495-1-10-20231214
99-Article Text-495-1-10-20231214
99-Article Text-495-1-10-20231214
Gh
Dafa
Al-Musannif | Education and Teacher Training Studies
Islamic Education | Research Article
https://jurnal.mtsddicilellang.sch.id/index.php/al-musannif
PENDAHULUAN
Pendidikan anak di usia dini dikenal dengan golden age (Sulaiman 2022; Iswati and
Rosyida 2020). Masa keemasan pada anak dimulai dari bayi sebagai tonggak awal untuk
mengembangkan anak, baik berkaitan dengan kepribadian, emosional, spiritual, konsep diri dan
kemandirian, serta motorik. Setiap bayi mempunyai perkembangan motorik yang berbeda-
beda. Ada yang sesuai dengan umurnya, ada yang cepat, dan ada yang lambat. Motorik
merupakan suatu gerak pada individu yang dapat dibedakan menjadi motorik kasar dan halus
(Umajjah et al. 2021). Cara paling efektif dalam mengembangkan motorik adalah dengan
menstimulasi melalui permainan. Dengan bermain, anak dapat mengekspresikan diri dan
mendorong kreativitasnya (Fauziddin 2016).
Pentingnya pendidikan Islam dalam perkembangan motorik bayi terletak pada fakta
bahwa Islam melibatkan aktivitas fisik, interaksi sosial, latihan konsentrasi, kegiatan seni dan
kerajinan, serta pengajaran nilai-nilai moral yang semuanya dapat membantu dalam
pengembangan motorik bayi. Menurut Ibnu Sina, pendidikan Islam harus diarahkan pada
pengembangan di setiap potensi, setiap individu menjadi perkembangan yang sempurna baik
itu motorik, fisik, intelektual, dan budi pekerti (Nafi’in, Yasin, and Tohari 2017). Menurut
Muhammad Iqbal motorik bukan hanya didefinisikan sebagai kegiatan fisik saja, akan tetapi
digunakan sejauh mana keterampilan bisa berimbang dengan kognitifnya. Oleh karena itu,
pendidikan Islam harus menyediakan ruang kreativitas yang maksimal bagi pertumbuhan dan
perkembangan individu (Ahmadi 2022). Menurut al-Ghozali, pendidikan Islam itu bukan hanya
akhlak saja, pada perkembangan pendidikan Islam ada tahap-tahap perkembangan yang tidak
kalah pentingnya, seperti al-ṭifl, yaitu tingkat anak-anak dengan memperbanyak latihan dan
keterampilan (motorik). Lebih lanjut, al-Ghozali menjelaskan bahwa aspek pendidikan Islam
bukan hanya moral atau akhlak saja tetapi juga aspek keimanan dan aspek jasmaniyah (yang
berkaitan dengan gerak/motorik) (Janna 2013). Dari ketiga pendapat para ahli tersebut bahwa
perkembangan motorik tidak kalah pentingnya bagi perkembangan setiap individu, terutama
bayi di masa golden age. Namun, perlu diingat bahwa pendidikan Islam memperhatikan semua
aspek kempetensi secara komprehensif yang dibutuhkan bayi untuk perkembangan yang sehat
dan optimal.
Bayi lahir ke dunia adalah fitrah, suci tanpa dosa, setiap orang tua pasti mengidamkan
seorang bayi yang lahir dari rahim ibu sendiri. Peran orang tua dalam mendidik dimulai dari
bayi sampai dewasa sangatlah penting, karena kedua orang tua sangat berpengaruh dan
menentukan perkembangan anak tersebut. Sebagaimana Nabi Muhammad saw. bersabda:
فَاَب واه ي ه يودانييه وي نَ ي, ما يمن مولُوٍد ايالَّ ي ولَ ُد على اْ يلفطْرةي: ال رسو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم
صَرانييه َو ُ َ َ َ ُ ُ ََ َ َ َ ُْ ْ َْ ْ َ ْ ُ َ َ َق,ََع ْن اَي ِْب ُهَريْ َرة
)ُيَُ يج َسانييه (رواه مسلم
Artinya:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang anak dilahirkan melainkan
dalam keadaan fitrah, maka orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau
Majusi”(HR Muslim) (Burga 2019).
Hadis tersebut mengindikasikan bahwa setiap individu itu adalah fitrah, dan lingkungan
terutama orang tua yang membentuk setiap anak. Oleh karena itu, orang tua memegang peran
penting dalam perkembangan anak, baik intelektual (akal), emosional (afektif), spiritual
(akidah), maupun keterampilan (motorik)
Data World Health Organization (WHO) 2018 menunjukkan ada 200 juta anak usia di
bawah 5 tahun di dunia tidak memenuhi potensi perkembangan mereka dan sebagian besar di
antaranya adalah anak-anak yang tinggal di Benua Asia dan Afrika. Berbagai masalah
perkembangan anak seperti keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku, autisme, dan hiperaktif
semakin meningkat. Angka kejadian keterlambatan perkembangan di Amerika Serikat berkisar
12-16%, Thailand 24%, dan Argentina 22%, sedangkan di Indonesia antara 29,9%. Menurut
UNICEF tahun 2015 didapat data masih tingginya angka kejadian gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak usia balita khususnya gangguan perkembangan motorik didapatkan
(27,5%) atau 3 juta anak mengalami gangguan. Data Kementerian Kesehatan Indonesia
menunjukkan bahwa pada tahun 2014, 13%-18% anak balita Indonesia mengalami kelainan
pertumbuhan dan perkembangan (Tama and Handayani 2021).
Masalah kelainan pertumbuhan dan perkembangan motorik bayi pada era modern saat
ini dikarenakan peran orang tua yang seyogianya memberikan perhatian penuh kepada anak
mulai tergantikan dengan teknologi, seperti Hand Phone (HP), android, gawai, dan lain
sebagainya. Orang tua lebih memberikan mainan anaknya berupa gawai atau HP tersebut
dengan alasan supaya anak diam, tidak bermain kotor-kotoran, keluar rumah atau bahkan rewel
dan menangis (Rachaju 2022). Pola asuh seperti ini amatlah tidak baik karena masa bayi adalah
masa emas (golden age) dan tidak akan terulang lagi. Setiap anak membutuhkan perhatian
orang tuanya, maka orang tua hendaknya meluangkan waktu bersama dengan memperhatikan
perkembangan motoriknya, kognitif, sosial dan emosional (Mirza 2017).
Terdapat beberapa pola asuh orang tua terhadap anaknya, ada pola asuh demokrartis
(Authoritative/Help), pola asuh permisif (liberal), dan pola asuh otoriter (Eka R and
Setyaningsih 2012). Setiap pola asuh mempengaruhi perkembangan anak, pola asuh demokratis
misalnya membuat motorik anak lebih berkembang sesuai umurnya karena anak dibiarkan
berexplorasi dengan alam sekitarnya, dan tetap dengan pengawasan orang tua. Tetapi lain hal
dengan pola asuh otoriter, anak berkembang tetapi anak menjadi penurut dan pemalu dengan
lingkungan sekitarnya (Eka R and Setyaningsih 2012). Bahkan, ada pola asuh yang orang
tuanya cuek sehingga anak dibiarkan main HP tanpa memperhatikan perkembangan
motoriknya (Rachaju, 2022).
Sejauh ini, studi tentang perkembangan motorik bayi cenderung membahas tentang
perkembangan motorik pada masa kanak-kanak yang dimulai dari umur 2-12 tahun dan tahap
operasional konkret perkembangannya (Umajjah et al. 2021). Hakikat perkembangan motorik
dan tahap perkembangannya (Amini and Sujiono 2020). Serta perkembangan anak usia dini
dan implikasinya pada pendidikan Islam (Bonita et al. 2022). Tulisan ini melengkapi
kekurangan studi terdahulu yang belum memperhatikan aspek pendidikan Islam khususnya
pada perkembangan motorik bayi dan implikasinya pada pendidikan Islam itu sendiri. Secara
khusus, Tulisan ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan penelitian: (1) Bagaimana
perkembangan motorik bayi dan tahap perkembangan motorik bayi? (2) Bagaimana implikasi
perkembangan motorik bayi terhadap konsep pendidikan Islam?
Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan (library research) dengan cara
mengumpulkan berbagai referensi tentang perkembangan motorik bayi dan implikasinya pada
pendidikan Islam. Pendekatan penelitian yang dipakai adalah kualitatif dikarenakan data yang
terkumpul adalah data berupa penjelasan, kalimat, serta pernyataan relevan dalam dokumen.
Teknik pengumpulan data dilaksanakan melalui dokumentasi dengan mencari berbagai macam
teori yang bersumber dari buku, artikel jurnal, dan sumber bacaan lainnya. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis isi dengan dua langkah analisis, yaitu data display
(penyajian data) dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan) (Sugiyono 2019).
bulan (Kemenkes 2014). Masa bayi (infancy) antara umur 0 sampai 11 bulan dibagi menjadi
dua periode/masa, yaitu neonatal dan post (pasca) neonatal.
Pertama, masa neonatal, yakni umur 0 sampai 28 hari. Masa ini, terjadi adaptasi
terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, dan fungsi organ dimulai. Masa neonatal
dibagi menjadi 2 periode, yaitu: (1) masa neonatal awal, umur 0-7 hari; masa neonatal lanjut,
umur 8 – 28 hari (Kemenkes 2014).
Kedua, masa post (pasca) neonatal, yakni umur 29 hari sampai 11 bulan. Pada masa ini
terjadi pertumbuhan yang cepat dan proses pematangan terus berlangsung, terutama
peningkatan fungsi sistem saraf. Bayi sepenuhnya bergantung pada orang tua dan keluarga
mereka sebagai orang pertama yang ia ketahui. Pada saat ini, diperlukan perawatan kesehatan
bayi, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan penuh, pengenalan makanan pendamping
ASI sesuai usia, vaksinasi terencana, dan pembelajaran gaya pengasuhan yang tepat. Pada masa
bayi, komunikasi ibu-bayi berlangsung erat, sehingga pengaruh ibu sangat besar (Kemenkes
2014).
Kategori kelahiran bayi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: cukup bulan, prematur
dan berat lahir rendah (BBLR). Bayi (usia 0-11 bulan) kadang disebut sebagai usia emas
sekaligus usia kritis karena berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan pesat yang
mencapai puncaknya pada usia 24 bulan. Disebut masa kritis, karena bayi sangat peka terhadap
lingkungannya, dan dinamakan masa emas, karena masa ini sangat singkat dan tidak dapat
diulang (Puteri, Taufik, and Nurul 2019; Iswati and Rosyida 2020).
Tahap Perkembangan Motorik Bayi
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan rangkaian kata yang selalu digunakan
bersamaan namun memiliki arti yang berbeda. Pertumbuhan adalah proses peningkatan atau
perubahan fisik. Misalnya, dalam proses pertumbuhan fisik, tinggi dan berat badan bertambah.
Peningkatan ini diikuti dengan peningkatan lebar bahu, pinggul, dan ketebalan dada (Amini and
Sujiono 2020). Sedangkan perkembangan (development) adalah peningkatan kapasitas struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dan khas, pengukurannya bersifat kualitatif jauh lebih
sulit daripada pengukuran pertumbuhan fisik (Eka R and Setyaningsih 2012). Kematangan
gerak tubuh tersebut bersamaan dengan kematangan otot dan syaraf (Anggraini and Fatrin
2022). Begitupun skill bertambah dan mencapai progress yang diharapkan berkesinambungan
(Umajjah et al. 2021).
Maka sebagai orang tua harus selalu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
anak seperti perkembangan motorik yang dia miliki. Pemantauan perkembangan dilakukan
setiap 3 (tiga) bulan pada anak usia 0 (nol) sampai 12 bulan dan setiap 6 (enam) bulan pada
anak usia 12 (dua belas) sampai 72 bulan (Kemenkes 2014). Tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah bayi tumbuh normal dan tanpa gangguan berdasarkan usianya. Adapun
perkembangan motorik adalah kemampuan bayi untuk menggerakkan sistem otot dan rangka
mereka, mengandalkan koordinasi otak untuk melakukan tugas tertentu, dan umumnya bersifat
sukarela (berdasarkan keinginan dan tujuan sendiri) (Ahmad 2022).
Umumnya, kemampuan motorik atau kemampuan gerak itu dibagi menjadi dua, yaitu
motorik kasar (gross motor) dan motorik halus (fine motor) (Ahmad 2022). Motorik kasar
mencakup gerak yang tujuannya berubah posisi, berpindah tempat, sesuai dengan
keinginannya. Dengan melibatkan otot yang lebih besar, seperti lengan dan kaki. Seperti
kemampuan bayi dari tengkurap, duduk, merangkak, berdiri dan berjalan. Sementara motorik
halus biasanya merupakan gerak yang menyangkut kelompok otot lebih kecil yang biasanya
dikerjakan oleh anggota gerak atas, butuh koordinasi lebih rumit yang tujuannya memanipulasi
gerak atau benda di sekitarnya, dan menyelesaikan tugas-tugas. Keterampilan motorik halus
terutama melibatkan jari tangan, dan biasanya dengan koordinasi mata, misalnya kemampuan
bayi meraih mainan, memegang dan menggenggam (Wibowo 2019).
Penguasaan gerakan motorik ini akan semakin bagus dan banyak manfaatnya jika anak
banyak bergerak. Dengan banyak bergerak kondisi badan bayi semakin sehat, dan lebih percaya
diri karena dengan kemampuan fisiknya. Bayi yang mempunyai motorik yang bagus, maka
keterampilan sosial akan semakin bagus dan bisa menyesuaikan terhadap lingkungannya.
Berikut dijelaskan tentang perkembangan motorik kasar bayi berdasarkan usianya sebagaimana
ditunjukkan Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Motorik Kasar Bayi Berdasarkan Usia
Usia Bentuk Perkembangan Motorik Kasar Bayi
0-2 bulan Bayi dapat menggerakkan kepala dan kaki. Bayi menggerak-gerakkan
kepala ke kiri dan ke kanan sekaligus kakinya sudah dapat menendang
dan menggerakkan tangan saat berada pada posisi terlentang.
3-4 bulan Bayi belajar mengamati gerakan tangannya sendiri dan bisa meraih
benda yang ada di dekatnya.
5 bulan Bayi dapat menggerakkan kepalanya sendiri dan mulai banyak
menggerakkan tubuh seperti meraih barang, menggeliat dan berguling.
6-9 bulan Koordinasi tangan mulai membaik dan sudah bisa diketahui
penggunaan tangan yang dominan. Bayi sudah bisa duduk sendiri dan
meraih mainan yang dimainkan sambil duduk.
10-11 bulan Bayi sudah bisa berbaring dan duduk tegak tanpa bantuan, serta
merangkak dengan lutut dan tangan. Terkadang bayi sudah bisa berdiri
selama beberapa detik, bahkan ada bayi yang sudah bisa berjalan.
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa perkembangan motorik kasar bayi dimulai dari
0-3 bulan dia sudah menggerakkan kepala dan kakinya serta menggerakkan tangannya pada
posisi terlentang, di usia 3-4 bulan bayi sudah bisa mengamati dan meraih mainan yang ada di
dekatnya, pada usia 5 bulan bayi sudah bisa berguling, menggeliat, pada usia 6-9 bulan bayi
duduk sendiri dan memainkan mainan sambil duduk, pada usia 10-11 bulan bayi sudah bisa
merangkak, duduk sendiri, berdiri sendiri tanpa pegangan bahkan ada yang sudah bisa berjalan.
Adapun motorik halus bayi dapat digambarkan pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Perkembangan Motorik Halus Bayi Berdasarkan Usia
Usia Bentuk Perkembangan Motorik Halus Bayi
0-3 bulan - Saat bayi baru lahir refleks menghisap
- Saat lahir bayi sudah mempunyai refleks menggenggam
- Setelah beberapa saat, refleks menggenggam berangsur-angsur menghilang
dan mengepalkan menjadi lebih sering
- Pada bulan ke-2 genggaman sudah mulai lentur walaupun terkadang masih
menggenggam
- Pada bulan ke-3 jarinya lebih sering terbuka
4-6 bulan - Usia 4 bulan Refleks menggenggam mulai hilang, dan sering terbuka
jemarinya dan bereksplorasi
- Sering memperhatikan tubuhnya sendiri terutama jemarinya.
- Dapat memegang sesuatu dan enggan melepasnya ketika diminta
- Bayi menggunakan tangannya untuk menyapu benda sekelilingnya.
7-9 bulan - Dapat memegang benda yang ada di hadapannya dengan benar.
- Dapat memindahkan objek dari satu tangan ke tangan lainnya
- Belajar bertepuk tangan
- Makan makanan pendamping ASI (MPASI)
- Bayi belajar cara membuka buku
- Potong kuku bayi supaya tidak melukainya dan orang di dekatnya.
9 – 11 bulan - Jemari semakin cekatan dan gerakan semakin halus
- Belajar menyusun dan menumpuk benda dan mainan
- Sudah pintar menjepit benda dengan jemarinya.
- dapat menekan tombol mainannya dan membolak balik halaman pada buku
- Jemarinya semakin kuat dan berkembang.
Pada perkembangan Motorik halus yang dimulai dari 0-3 bulan bayi sudah bisa
menghisap maka ketika mulut bayi diletakkan ke puting ibu, maka bayi refleks menghisap
puting ibu untuk meminum ASI dari sang ibu, selain itu bayi refleks menggenggam dan lambat
laun genggamannya akan berkurang seiring bertambah usia, pada usia 4-6 bulan refleks
menggemgamnya sudah mulai hilang dan sering menggenggam mainan, dia tidak akan
memberikan mainannya kepada yang lain dan ia akan menyapu benda di sekelilingnya dengan
menggunakan tangannya. Pada usia 7-9 bulan dia bisa bertepuk tangan, memindahkan mainan
ke tangan satu ke tangan yang lain dan bisa memegang benda yang ada di hadapannya dengan
tepat. Pada usia 9-11 bulan dia belajar menumpuk benda mainan, bisa juga membolak balik
buku, kekuatan pada usia ini lebih ringan.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Bayi
Perkembangan motorik pada bayi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktor
yang mempengaruhinya adalah:
1) Faktor pola asuh orang tua. Pola asuh terhadap bayi, menjadi faktor penentu pada
perkembangan motorik bayi, pola asuh adalah interaksi antara bayi dan orang tua dalam
melakukan aktivitas kepengasuhan. Pengasuhan ini meliputi mendidik, membina, dan
menjadikan bayi disiplin karena hal ini supaya tercapai perkembangan sebagaimana
mestinya (Eka R and Setyaningsih 2012).
2) Gen dari orang tua, Gen dari orang tua juga bisa menjadi penghambat dalam upaya
meningkatkan kemampuan motorik bayi, apabila orang tua mempunyai pembawaan
sifat gen yang unggul maka perkembangan motorik bayi akan lancar, begitu pun
sebaliknya.
3) Pengaruh lingkungan, sama halnya dengan orang dewasa seorang bayi pun akan merasa
nyaman jika lingkungannya senang akan keberadaannya, bayi akan tahu mana yang
menyayanginya dengan sepenuh hati.
4) Interior / warna kamar yang menyenangkan. Berikan warna yang terang di kamar tetapi
bukan warna yang menyala, seperti warna putih, dengan begitu bayi lebih semangat
berlatih bersama ibu di dalam rumah atau kamar.
mempelajari keterampilan tersebut. Jika salah satu tidak ada, maka perkembangan motorik anak
akan berada di bawah kemampuannya, yaitu: (1) Kesiapan belajar, (2) kesempatan belajar, (3)
kesempatan berpraktek, (4) model yang baik, (5) bimbingan, (6) motivasi, (7) dipelajari secara
individu, dan (8) dipelajari satu per satu (Utami and Welas 2020).
Selain mengumandangkan azan dan iqamah setelah bayi lahir, peran orang tua terutama
ibu sangat penting dalam membantu bayi untuk mengoptimalkan perkembangan motoriknya.
Begitu pentingnya peran ibu maka sering dikatakan bahwa “al-ummu madrasah al-ūlā (ibu
adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya). Sebab, ibu adalah orang yang mengajarkan
pendidikan pertama sejak dalam kandungan (As`aduttabi`in 2018).
Memberikan Makanan Terbaik kepada Bayi
Tahap kedua, ketika bayi lahir seorang ibu harus memberikan makanan pertama bayi,
yaitu Air Susu Ibu (ASI) tanpa makanan pendamping sampai berusia 6 bulan, dan setelah 6
bulan disamping memberikan ASI juga memberikan makanan Tambahan sampai berusia 2
tahun. ASI mengandung gizi yang sangat tinggi yang mana ASI juga mempengaruhi tumbuh
kembang anak, seperti perkembangan motorik anak. Dengan menyusui, ibu juga telah
memberikan pendidikan dasar bagi bayi. Hal ini sebagaimana Allah SWT berfirman dalam al-
Qasas/28: 7.
اعلُ ْوهُ يم َن
ك وج يت َعلَي يه فَاَلْ يقي يه يِف الْي يم وَال ََتَ ياف وَال ََْتزيِن ِۚاي ََّّن ۤرا ُّدوه ايلَي ي
واَوحي نَآ اي ٰٓل اُيم مو ٓسٓى اَ ْن اَر يضعيي ِۚيه فَايذَا يخ ْف ي
َ َ ْ ُْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ْ ْ ْ ُْ َْ ْ َ
.ي ي
َ ْ الْ ُم ْر َسل
Terjemahnya:
Kami mengilhamkan kepada ibu Musa, susuilah dia (Musa). Jika engkau khawatir atas
(keselamatan)-nya, hanyutkanlah dia ke sungai (Nil dalam sebuah peti yang mengapung).
Janganlah engkau takut dan janganlah (pula) bersedih. Sesungguhnya Kami pasti
mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai salah seorang rasul (Kemenag RI
2019).
Begitu baiknya ASI bagi bayi, Allah SWT menganjurkan menyusui bayi sampai berusia
2 tahun. Sebagaimana Allah swt berfimran dalam QS al-Baqarah/2: 233.
َّ ي لي َم ْن اََر َاد اَ ْن يُّتي َّم
ي َك ياملَ ْ ي
ت يُْر يض ْعن اَْوَال َد ُه َّن َح ْولَ ْ ي ي
… َاعة
َض َ الر َ ُ َوالْ ٓول ٓد
Terjemahnya:
Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh … (Kemenag RI 2019).
Kedua ayat tersebut mengisyaratkan bahwa ibu mempunyai kewajiban memberikan ASI
bagi bayi sampai 2 tahun. Kewajiban ini bukan tanpa alasan, ASI adalah makanan yang penuh
dengan nilai gizi dan baik bagi perkembangan fisik, motorik, dan kognitif bayi. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih rentang terhambat
perkembangan psikomotoriknya dibanding bayi yang mendapatkan ASI eksklusif (Al-Rahmad
and Fadillah 2016). Asi banyak mengandung gizi, seperti LPUFAs di dalam LPUFAs terdiri
dari asam arakhidonat, asam dokosaheksanoat. Di dalam ASI juga ada zat besi yang berfungsi
sebagai perkembangan mental bayi, penglihatan, perkembangan psikomotorik bayi, menambah
hemoglobin, kecerdasan otak, dan memproduksi sel-sel darah merah yang membawa oksigen
ke seluruh tubuh (Al-Rahmad and Fadillah 2016).
namun jika anak tidak diberi stimulasi maka jaringan otaknya akan mengecil sehingga fungsi
otak akan menurun (Azzahroh, Sari, and Lubis 2021).
Adapun stimulasi bayi setelah itu dapat dilakukan dengan beberapa cara. Di bawah ini
akan kami jelaskan cara menstimulasi bayi tahap demi tahap (Kemenkes 2014).
Tabel 3. Stimulasi Motorik Bayi Umur 0 – 3 Bulan
Stimulasi Motorik Kasar Stimulasi Motorik Halus
Mengangkat kepala Melihat, meraih dan menendang mainan
Letakkan bayi pada posisi telungkup. gantung
Gerakkan sebuah mainan berwarna cerah Ikat sebuah tali menyilang di atas tempat tidur
atau buat suara-suara gembira di depan bayi. Gantungkan pada tali tersebut
bayi sehingga ia akan belajar mengangkat benda/mainan berputar atau berbunyi, berwarna
kepalanya. cerah.
Berguling-guling Memperhatikan benda bergerak
Letakkan mainan berwarna cerah di dekat Dekatkan wajah anda, gambar, mainan menarik
bayi agar ia dapat melihat dan tertarik pada ke wajah bayi agar ia melihat dan
mainan tersebut. Kemudian pindahkan memperhatikannya. Perlahan-lahan gerakkan
benda tersebut ke sisi lain dengan wajah anda atau benda-benda itu ke sisi kanan
perlahan. dan kiri sehingga bayi ikut memperhatikannya.
Menahan kepala tetap tegak Melihat benda-benda kecil
Gendong bayi dalam posisi tegak agar ia Pangku bayi di dekat meja, kemudian jatuhkan
dapat belajar menahan kepalanya tetap atau gerakan benda tersebut tepat didepan bayi.
tegak. Memegang benda
Letakkan benda/mainan kecil yang berbunyi
atau berwarna cerah di tangan bayi atau
sentuhkan benda tersebut pada punggung jari-
jarinya.
Meraba dan merasakan bentuk permukaan
Ajak bayi meraba dan merasakan berbagai
bentuk permukaan seperti mainan binatang,
mainan plastik, kain-kain perca, karet dan
sebagainya. Pastikan benda tidak terlalu kecil
atau mudah tertelan.
menyentuh meja, tempat tidur atau pelan untuk melatih bayi memegang benda
pangkuan anda. dengan kuat.
Mengembangkan kontrol terhadap Memegang benda dengan kedua tangan
kepala Letakkan sebuah benda atau mainan di tangan
Latih bayi agar otot-otot lehernya kuat. bayi dan perhatikan apakah ia memindahkan
Letakkan bayi pada posisi telentang. benda tersebut ke tangan lainnya
Pegang kedua pergelangan tangan bayi,
tarik bayi perlahan-lahan ke arah anda,
hingga badan bayi terangkat ke posisi
setengah duduk.
Duduk Makan sendiri
Bantu bayi agar bisa duduk sendiri. Mula- Beri kesempatan kepada bayi untuk makan
mula bayi didudukkan di kursi dengan sendiri, mula-mula berikan biskuitnya sehingga
sandaran agar tidak jatuh ke belakang bayi bisa belajar makan biskuit.
Mengambil benda-benda kecil
Letakkan benda kecil seperti remah remah
makanan atau potongan potongan biskuit di
hadapan bayi. Ajari bayi mengambil benda-
benda tersebut
yang kuat dan sehat. Oleh karena itu agama Islam menganjurkan juga, jika anak sudah mampu
diajarkan memanah dan berenang, serta berkuda maka ajarilah dengan baik, karena hal ini
bermanfaat untuk individu tersebut (Salahudin and Rusdin 2020). Sebagaimana sabda
Rasulullah saw: “Barangsiapa yang menguasai memanah kemudian meninggalkannya, maka ia
bukan golongan kami”, atau dalam redaksi hadis lain “maka ia telah berbuat maksiat”. (HR
Muslim)
PENUTUP
Pada umumnya kemampuan motorik atau kemampuan gerak itu dibagi menjadi dua,
yaitu motorik kasar (gross motor) dan motorik halus (fine motor). Motorik kasar berkaitan
dengan gerak otot-otot besar bayi, dan perubahan posisi, serta perpindahan dari tempat satu ke
tempat yang lain. Sementara motorik halus biasanya merupakan gerak yang menyangkut
kelompok otot lebih kecil, biasanya keterampilan motorik halus melibatkan jari tangan dan
koordinasi mata, misalnya kemampuan bayi meraih mainan, memegang dan menggenggam.
Kedua motorik ini harus dimiliki oleh setiap bayi, dengan progres yang baik. Jika tidak
berkembang sesuai umurnya berarti ada yang salah pada perkembangan bayi tersebut. Di sinilah
peran lingkungan keluarga terutama ayah dan ibu memberikan stimulasi untuk bayi. Stimulasi
dapat dilakukan dengan sederhana atau dengan berbagai cara. Secara sederhana stimulasi dapat
dilakukan di rumah sesuai dengan umur sang bayi. Selain itu, stimulasi bisa juga didapat dengan
pijat bayi dan senam bayi. Diharapkan dari stimulasi ini ada perkembangan yang optimal
terhadap perkembangan motorik bayi, baik itu motorik kasar maupun motorik halus.
Proses perkembangan motorik bayi berimplikasi pada konsep pendidikan Islam, di
antaranya: (1) Pendidikan Islam mengajarkan jika bayi dilahirkan langsung diazankan dan
diiqamahkan. (2) Orang tua (ibu) memberikan makanan terbaik untuk bayi, yaitu ASI Eksklusif
usia 0 - 6 bulan; makanan yang mengandung banyak gizi dan manfaat untuk bayi setelah berusia
6 bulan - 2 tahun. (3) Lingkungan keluarga memberikan kasih sayang kepada bayi. (4) Peran
orang tua dan lingkungan memberikan rangsangan (stimulasi) motorik. (5) Pendidikan jasmani
sesuai dengan pendidikan Islam.
Sayangnya tulisan ini hanya membahas proses perkembangan motorik bayi. Sebagai
keberlanjutan atau kesinambungan penelitian, diharapkan peneliti selanjutnya untuk mengkaji
faktor penghambat perkembangan motorik bayi dan solusinya beserta penanganan bagi bayi
yang terhambat perkembangan motoriknya dengan pendekatan pedagogik, psikologi
perkembangan anak, dan teologis normatif (al-Qur’an dan hadis).
PERNYATAAN PENULIS
Pendanaan
Penelitian ini tidak dibiayai oleh lembaga apapun.
Kontribusi Penulis
Penulis pertama sebagai koresponden, menentukan judul, mengumpulkan data, dan memformat hasil
penelitian dalam bentuk naskah jurnal. Penulis kedua dan ketiga sebagai supervisor. Keduanya memastikan
penulisan artikel jurnal memenuhi syarat-syarat ilmiah.
Konflik Kepentingan
Penulis melaporkan tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pengelola perpustakaan Universitas Islam Negeri Raden
Fatah Palembang yang telah membantu penulis dalam menemukan berbagai referensi relevan.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, Nurul Aulia. 2022. “Ketahui Tahap Perkembangan Motorik Anak Mulai Dari Bayi, Balita,
Hingga Usia 12 Tahun,” 2022. https://www.orami.co.id/magazine/perkembangan-
motorik#perkembangan-motorik-kasar-dan-motorik-halus.
Ahmadi, Alfarabi Shidqi. 2022. “Pemikiran Filosofi Pendidikan Islam Muhammad Iqbal” Ta'limuna
11 (01): 31–44. https://doi.org/10.32478/talimuna.v11i1.948.
Al-Rahmad, Agus Hendra, and Ika Fadillah. 2016. “Perkembangan Psikomotorik Bayi 6 – 9 Bulan
Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif.” AcTion: Aceh Nutrition Journal 1 (2): 99–104.
https://doi.org/10.30867/action.v1i2.18.
Anggraini, Ririn, and Tiara Fatrin. 2022. “Penerapan Senam Bayi untuk Meningkatkan Perkembangan
Motorik Bayi 3-12 Bulan.” Cendekia Medika Jurnal Stikes Al-Ma`arif Baturaja 7 (1): 65–76.
https://doi.org/10.52235/cendekiamedika.v7i1.111.
Arisnaini. 2022. “Pembinaan Akidah Pada Anak Usia Dini dalam Perspektif Al Qur`an.” Tarbiyatul -
Aulad: Jurnal Pendidikan Anak 8 (1): 51–63.
https://ojs.serambimekkah.ac.id/AULAD/article/view/4676/3435.
As`aduttabi`in. 2018. “Peran Ibu dalam Proses Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Al Qur`an.”
Jurnal Pendidikan Islam An-Najah 2 (2): 1–27. https://doi.org/10.31219/osf.io/m8yk6.
Azzahroh, Putri, Rizka Junita Sari, and Rosmawaty Lubis. 2021. “Analisis Perkembangan Bahasa
Pada Anak Usia Dini di Wilayah Puskesmas Kunciran Kota Tangerang Tahun 2020.” Journal for
Quality in Women’s Health 4 (1): 46–55. https://doi.org/10.30994/jqwh.v4i1.104.
Bonita, Eva, Ermis Suryana, M. Imron Hamdani, and Kasinyo Harto. 2022. “The Golden Age :
Perkembangan Anak Usia Dini dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam.” Tarbawiyah:
Jurnal Ilmiah Pendidikan 6 (2): 218–28. https://doi.org/10.32332/tarbawiyah.v6i2.5537.
Burga, Muhammad Alqadri. 2019. “Hakikat Manusia sebagai Makhluk Pedagogik.” Al-Musannif 1
(1): 19–31. https://doi.org/10.56324/al-musannif.v1i1.16.
Eka R, Firliya, and Atik Setyaningsih. 2012. “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan
Motorik Kasar Anak Usia 1-3 Tahun.” Jurnal Kebidanan IV (02): 1–14.
https://ejurnal.stikeseub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/95.
Fauziddin, Moh. 2016. “Penerapan Belajar Melalui Bermain dalam Meningkatkan Kreativitas Anak
Usia Dini.” Curricula 1 (3): 1–11. https://doi.org/10.22216/jcc.2016.v2i3.1277.
Hamdani, and H. Yufi Muhammad Nasrullah. 2019. “Nilai-nilai Pedagogis dalam Hadits Nabi tentang
Azan di Telinga Bayi.” Jurnal Pendidikan Universitas Garut 13 (1): 185–94.
https://doi.org/10.52434/jp.v13i1.829.
Hijriati, Putri Rahmi,. 2021. “Proses Belajar Anak Usia 0 Sampai 12 Tahun Berdasarkan Karakteristik
Perkembangannya.” Bunayya : Jurnal Pendidikan Anak 7 (1): 152.
https://doi.org/10.22373/bunayya.v7i1.9295.
Hulukati, Wenny. 2015. “Peran Lingkungan Keluarga terhadap Perkembangan Anak.” Musawa 7 (2):
265–82. https://www.neliti.com/publications/114008/peran-lingkungan-keluarga-terhadap-
perkembangan-anak.
Indra, Kasih. 2015. “Pertumbuhan Gerak dan Karakteristik Perkembangan Anak.” Generasi Kampus 3
(1): 81–100. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gk/article/viewFile/6984/5978.
Iswati, Retno Setyo, and Desta Ayu Cahya Rosyida. 2020. “Optimalisasi Peran Keluarga dalam
Pencegahan Stunting Melalui Pelatihan Senam Bayi’, Martabe:Jurnal Pengabdian Masyarakat 3
(1): 1102–7. http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/martabe/article/view/1398.
Janna, Sitti Riadil. 2013. “Konsep Pendidikan Anak dalam Perspektif Al-Ghazali (Implikasinya dalam
Pendidikan Agama Islam).” Jurnal Al-Ta’dib 6 (2): 41–55.
https://core.ac.uk/download/pdf/231136609.pdf.
Karim, Hamdi Abdul. 2018. “Konsep Pendidikan Anak dalam Keluarga Menurut Perspektif Agama
Islam.” Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 4 (2): 161–72.
https://doi.org/10.32332/elementary.v4i2.1240.
Kemenag RI. 2019. Al-Qur`an dan Terjemahnya. Jakarta: Kemenag.
Kemenkes. 2014. “Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang
Anak.” Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1524, 1–365.
Lutfia, Nur Laila. 2017. “Makna Azan di Telinga Bayi (Tinjauan Sains).”
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/7923/1/134211039.pdf.
Mahmud, Bonita. 2018. “Urgensi Stimulasi Kemampuan Motorik Kasar pada Anak Usia Dini.”
DIDAKTIKA : Jurnal Kependidikan 12 (1): 76–87. https://doi.org/10.30863/didaktika.v12i1.177.
Mirza, Rina. 2017. “Memaksimalkan Waktu Senggang Dengan Bermain Bersama Anak Guna
Meningkatkan Kepedulian Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini.” Jurnal
Raudhah 5 (1): 2338–2163. http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/raudhah/article/view/136.
Mukti Amini, Bambang Sujiono, Siti Aisyah. 2020. “Hakikat Perkembangan Motorik dan Tahap
Perkembangannya.” Modul Ajar, 1–54. https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-
content/uploads/pdfmk/PAUD420202-M1.pdf.
Nafi’in, Jami’un, Muhamad Yasin, and Ilham Tohari. 2017. “Konsep Pendidikan Anak dalam
Perpektif Al-Qur’an (Surat Luqman Ayat 12-19).” Edudeena : Journal of Islamic Religious
Education 1 (1): 9–19. https://doi.org/10.30762/ed.v1i1.443.
Nopel, Perisi. 2020. “Pendidikan Jasmani dalam Perspektif Al-Qur’an.” Disertasi, Universitas Islam
Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau. http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/30754.
Puteri, Vita Tria Adi, Syarief Taufik, and Melyana Nurul. 2019. “Pengaruh Tekhnik Baby Spa
terhadap Perkembangan Motorik dan Kenaikan Berat Badan Bayi.” Mahakam Midwifery 2 (5):
324–29. https://doi.org/10.35963/midwifery.v4i1.123.
Rachaju, Rannie Dyah Khatamisari, Nia Pusparini, and Acep Juandi. 2022. “Realitas Komunikasi
Orang Tua dengan Balita Kecanduan Gawai di Kota Bandung.” Dialektika: Jurnal Ilmu
Komunikasi 9 (1): 90–110. http://journal.unla.ac.id/index.php/dialektika/article/view/2118.
Rakhmawati, Istina. 2015. “Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak.” Konseling Religi: Jurnal
Bimbingan Konseling Islam 6 (1): 1–18. https://doi.org/10.21043/kr.v6i1.1037.
Rasyid, Ramli, Marjuni Marjuni, Andi Achruh, Muhammad Rusydi Rasyid, and Wahyuddin
Wahyuddin. 2020. “Implikasi Lingkungan Pendidikan terhadap Perkembangan Anak Perspektif
Pendidikan Islam.” AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam 7 (2): 111–23.
https://doi.org/10.24252/auladuna.v7i2a1.2020.
Rufaedah, Evi Aeni. 2018. “Teori Belajar Behavioristik Menurut Perspektif Islam.” Risalah, Jurnal
Pendidikan dan Studi Islam 4 (1, March): 13–30. https://doi.org/10.5281/zenodo.3550518.
Sa’diyah, Kholifatus. 2019. “Analisis Aspek-aspek Perkembangan Bayi dan Urgensi Peran Orang Tua
terhadap Masalah-masalah Bayi.” Jurnal Kariman 7 (2): 315–28.
https://doi.org/10.52185/kariman.v7i2.113.
Salahudin, Salahudin, and Rusdin Rusdin. 2020. “Olahraga Menurut Pandangan Agama Islam.” JISIP
(Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan) 4 (3): 457–64. https://doi.org/10.58258/jisip.v4i3.1236.
Setiawan, Wahyudi. 2017. “Reward and Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam.” AL-
MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman 4 (2): 184–201.
https://doi.org/10.53627/jam.v4i2.3171.
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta.
Sulaiman, W. 2022. “Penerapan Pendidikan Islam Bagi Anak di Usia Emas Menurut Zakiah Dradjat.”
Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 6 (5): 3953–66.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i5.2418.
Tama, Nuke Aliyya, and Handayani Handayani. 2021. “Determinan Status Perkembangan Bayi Usia 0
– 12 Bulan.” Jurnal Mahasiswa BK An-Nur : Berbeda, Bermakna, Mulia 7 (3): 73.
https://doi.org/10.31602/jmbkan.v7i3.5762.
Umajjah, Nur Thahirah, Angraeni, Asrika, Raudhatul Jannah, Aqila Rifkah, Wanni Agustin, and
Yunita. “Perkembangan Biologis, Motorik, Kognitif, dan Sosioemosional (Pada Masa Anak-
Anak).” Jurnal Teknologi Pendidikan Madrasah 4: 63–75.
https://doi.org/10.5281/zenodo.6303456.
Utami, Putri, and Welas. 2020. “Perkembangan Fisik Masa Kanak-kanak kan Implikasinya kalam
Pembelajaran.” Seminar Nasional , Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar: STKIP PGRI
Bandar Lampung 10 (2): 71–76.
https://proceeding.stkippgribl.ac.id/index.php/semnas/article/view/44.
Wibowo, Susanto. 2019. “Perkembangan Motorik Halus Bayi 0-12 Bulan,” Diakses 2 Mei 2023.
https://motherandbeyond.id/read/12533/perkembangan-motorik-halus-bayi-0-12-bulan.
Yustika, Gea. 2023. “Tahap Perkembangan Motorik Anak Mulai dari Bayi Hingga 12 Tahun.”
Diakses 14 Juli 2023. https://www.orami.co.id/Magazine/Perkembangan-
Motorik#perkembangan-Motorik-Kasar-Dan-Motorik-Halus.