2490 6365 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

JURNAL MAPPESONA

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Bone


Vol. 4, No. 3, Oktober 2021

Manajemen Pengenalan Agama Islam Melalui Penanaman


Nilai pada Anak Usia Dini di Raudhatul Athfal

1
Nurhasanah R, 2Mira Humaira
email: [email protected]
1,2
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini STAI Al-Gazali Bone

Abstract
This study discusses the instilling of Islamic Religious Education Values in Early Childhood in
Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru, Bone Regency. The aims of this
study were (1) to describe the form of inculcating Islamic Religious Education values in early
childhood in Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru, Bone Regency, (2) to
find out the supporting and inhibiting factors in the process of inculcating the values of Religious
Education. Islam in early childhood in Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung
Baru, Bone Regency, (3) knowing the solution to the inhibiting factors in the process of instilling
Islamic Religious Education values in early childhood in Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As
Adiyah Kampung Baru, Bone Regency. To obtain data in the study, researchers used qualitative
research methods, with descriptive analysis. Data collection techniques used in this study were
observation, interviews, and documentation. Based on the results of the research carried out, it was
concluded that the form of instilling the values of Islamic Religious Education in early childhood in
Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru, Bone Regency was carried out
through planting Islamic religious education taught at any time through habituation activities,
saying the word -polite words both to friends and teachers and to older people, say thank you if
something is given, and say sorry if you make a mistake. Supporting factors in inculcating the
values of Islamic religious education in early childhood, among others: a) educators are experts
and professionals, have taken PAUD teacher education and animate their profession, educators
attend workshops, training, upgrading and routine coaching from foundations, b ) facilities and
infrastructure that are adequate and support learning, c) the availability of learning media both
traditional, simple, and modern, d) the condition of children who are enthusiastic and ready to
learn. In instilling the values of Islamic religious education in early childhood also encountered
several obstacles, including: a) different family backgrounds and environments. b) the potential,
motivation, interests, problems, conditions, characters, and attitudes of each child are different, c)
there are children who are active and difficult to be conditioned, d) students who are still difficult
to focus on the learning provided teachers, e) the condition of parents who do not all provide
further education to guide and habituate children at home.

Keywords: Religious Education; Raudhatul Athfal

PENDAHULUAN
Zaman globalisasi yang penuh dengan tantangan ini, nampaknya pendidikan semakin berat
dengan adanya tuntutan masyarakat modern yang semakin kompleks. Dampaknya pendidik harus
mengikuti laju perkembangan zaman yang semakin kreatif dan dinamis, namun tetap
mempertahankan nilai- nilai Islami. Penanaman nilai-nilai Islami melalui pendidikan sangat
diperlukan untuk anak usia dini (Mardiyati, n.d.). Melihat fenomena kehidupan masyarakat saat ini,
kebanyakan orang tua telah mengenalkan anak usia dini terhadap kehidupan yang tidak sesuai
dengan dunianya. Gaya hidup yang serba mewah membuat kesederhanaan seakan hilang. Games,

115
JURNAL MAPPESONA
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Bone
Vol. 4, No 3, Oktober 2021

gadget, mall, dan televisi, merupakan konsumsi keseharian anak. Hal itu menimbulkan sikap
manja, egois, lemah, bahkan tidak menghormati orang tua.
Dari sisi yang lain, terlihat pula semakin maraknya kenakalan remaja, pergaulan bebas,
konsumsi barang-barang haram, sex bebas dan rusaknya moral bangsa ini menjadikan keprihatinan
yang sangat mendalam (Aimmah, 2015). Pada sisi lain kejujuran, keadilan, kebenaran, kebaikan
dan keberanian kini telah tertutup oleh noda kebohongan. Hal ini tampak dari semakin marak
adanya adu domba, hasad, dusta, fitnah, penipuan, pemerkosaan, penganiayaan, pembunuhan,
merampas hak orang lain, korupsi dan perbuatan maksiat yang lainnya. Dari kacamata tersebut
dapat terlihat dengan jelas bahwa korban akibat kemerosotan moral itu tidak hanya menimpa orang
dewasa namun telah menghinggapi tunas-tunas bangsa.
Keberadaan lembaga pendidikan untuk anak usia dini sangat dibutuhkan sebagai sarana
bagi masyarakat dalam membantu mempersiapkan anak-anak menjadi individu yang berilmu,
beramal dan bertaqwa (Nurhasanah R & DWIYAMA, 2019). Melihat fenomena tersebut, lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini mulai mempersiapkan dengan visi dan misi untuk mencetak
generasi bangsa yang cerdas dan memiliki akhlaqul karimah. Oleh karena itu, agar tidak
semakin tertinggal, terpuruk dan tergerus oleh zaman, pendidik perlu menanamkan nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam pada anak usia dini agar keimanan anak menjadi kuat dan kokoh
sehingga dapat menjadi generasi bangsa yang berkualitas (Dwiyama et al., n.d.).
Di dunia ini terdapat banyak agama, namun Islam satu-satunya agama samawi yang benar
dan diridhai oleh Allah Swt.(E Iryani, 2017), sebagai pedoman dan tuntunan hidup umat manusia
hingga akhir zaman. Islam menyatakan bahwa ketika manusia dilahirkan di dunia membawa
pembawaan yang disebut fitrah. Fitrah ini berisi potensi untuk berkembang yang berupa
keyakinan beragama, perilaku untuk menjadi baik ataupu n buruk yang kesemuanya harus
dikembangkan agar dapat tumbuh secara wajar sebagai hamba Allah Swt.(Ismail, 2011).
Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi dari lima aspek yaitu: pemahaman nilai-nilai
agama dan moral, motorik (kasar dan halus), kognitif (mengenal pengetahuan umum, konsep
ukuran bentuk dan pola), bahasa (menerima dan mengungkapkan), serta sosial-emosional (mampu
mengendalikan emosi) (Tahir et al., 2019). Supaya anak mencapai tingkat perkembangan yang
optimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua dan orang dewasa untuk memberikan rangsangan
yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang meliputi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan
perlindungan yang diberikan secara konsisten melalui pembiasaan.
Disamping keturunan yang baik, Islam juga menekankan kepada pendidikan dan usaha diri
untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Dengan demikian menurut Islam perkembangan dalam
kehidupan manusia ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: pembawaan, lingkungan dan
usaha manusia itu sendiri dalam mengusahakan perkembangan (Mudrika et al., 2019). Dalam hal
ini peran orang tua, keluarga dan masyarakat sangat besar dalam membimbing dan membantu

116
JURNAL MAPPESONA
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Bone
Vol. 4, No 3, Oktober 2021

menciptakan kondisi lingkungan yang agamis sehingga dapat terwujudnya karakter anak yang
Islami. Karena keluarga adalah ruang lingkup pertama yang di jumpai sang anak untuk
memperoleh pengetahuan dan pemahaman sebelum bergabung dengan lembaga pendidikan.
Namun, setelah memasuki gerbang lembaga pendidikan, pendidik merupakan sosok yang paling
dekat dengan anak didik setelah kedua orang tuanya. Pendidik merupakan teladan yang paling ideal
bagi seorang anak, karena dengan mudah perilaku mereka dapat mempengaruhi peserta didik
hingga tingkat yang lebih luas dari yang dapat dilakukan oleh orang lain. Oleh sebab itu, dalam
penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama Islam sangat membutuhkan kerjasama yang baik dan
tujuan yang selaras antara pendidik dan orang tua (Pahlawati, 2021).
Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru Kabupaten Bone
merupakan salah satu sekolah formal yang berada di bawah Kementerian Agama. Pada sekolah
tersebut, masih terlihat dalam proses pembelajaran pada anak usia dini masih ditemukan gejala
rendahnya penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada anak padahal sekolah ini
merupakan sekolah yang berbasis Islam, seperti contohnya anak belum memberdayakan budaya
antri saat mencuci tangan, masih terlihat adanya anak yang masuk kelas tanpa mengucap salam.
Pada kenyataannya bekal utama untuk membentengi anak dari pengaruh luar yang dapat merusak
moral adalah dengan menanamkan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada anak usia dini, karena
dapat memperkuat jiwa sang anak dalam menghadapi segala tantangan zaman. Penanaman nilai-
nilai tersebut, bukanlah suatu hal yang ringan seperti membalikkan telapak tangan, namun untuk
mewujudkannya memerlukan tekad yang kuat dan kesabaran yang ekstra. Berdasarkan hal tersebut,
muncul dari benak peneliti ingin meneliti tentang “Implementasi Pendidikan Agama pada Anak
Usia Dini di Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru Kabupaten Bone”.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sugiyono mengatakan bahwa metode
penelitian kualitatif sering diebut penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (Anggito & Setiawan, 2018). Metode penelitian ini digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki onyek, setelah berada di
obyek, dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah. Pendekatan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif. Peneliti deskriptif merupakan merupakan penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain (Masyita, 2018).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan atau mendeskripsikan data
sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini adalah penelitian yang
menggambarkan Implementasi Pendidikan Agama pada Anak Usia Dini di Raudhatul Athfal (RA)
Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru Kabupaten Bone.

117
JURNAL MAPPESONA
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Bone
Vol. 4, No 3, Oktober 2021

HASIL PENELITIAN
Manajemen Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam
Manajemen penanaman nilai-nilai keagamaan anak khususnya pendidikan agam Islam
melalui kegiatan rutinitas di Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru
Kabupaten Bone merupakan cara yang dilakukan guru dalam menanamkan nilai-nilai agama pada
anak melalui keigatan pembiasaan. Kegiatan pembiasaan merupakan hal yang sangat penting,
karena banyak dijumpai orang berbuat dan berperilaku hanya karena kebiasaan semata-mata tanpa
melihat nilai dari kegiatan tersebut. Bentuk kegiatan ini dapat juga disebut sebagai kegiatan
pembiasaan. Kegiatan pembiasan perlu diterapkan oleh guru dalam proses penanaman nilai-nilai
agama Islam, untuk membiasakan peserta didik dengan sifat-sifat terpuji dan baik, sehingga
aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik terekam secara positif. Dalam pembinaan sikap,
kegiatan pembiasaan sangat efektif digunakan karena akan melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik
kepada anak sejak dini. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, kegiatan
pembiasaan merupakan cara yang efektif dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan ke dalam jiwa
anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam
kehidupanya semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa. Hal ini sesuai dengan
wawancara yang dilakukan dengan kepala Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah
Kampung Baru Kabupaten Bone yang mengatakan bahwa:
“Setiap guru memiliki cara atau metode tersendiri dalam menanamkan nilai-nilai agama
pada murid-muridnya. Hal ini akan terlihat pada kegiatan pembiasaan yang dilakukan oleh
murid dalam kelas bersama dengan guru. Bentuk penamanan yang tepat dalam
menanamkan nilai nilai agama dapat terlihat jelas pada anak ketika pada kegiatan
pembiasaan yang dilakukan masing-masing guru di Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As
Adiyah Kampung Baru Kabupaten Bone”.

Sedangkan pada kelompok A berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelompok


tersebut, ibu Meliyah, S.Pd,I. mengatakan bahwa:
“Bentuk penanaman nilai agama Islam yang tepat dalam menanamkan nilai-nilai agama
pada anak khususnya pada kelompok B yaitu dengan membiasakan anak-anak melakukan
hal saat akan makan, maka anak membaca do’a sebelum makan secara bersama-sama
sehingga hal itu akan menjadi pembiasaan anak sehingga anak memiliki karakter
pembiasaan berupa anak ketika akan makan, maka akan membaca do’a sebelum makan,
begitupun sebaliknya. Saat anak masuk kelas, maka diwajibkan mengucapkan salam dan
menjawab salam”.

118
JURNAL MAPPESONA
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Bone
Vol. 4, No 3, Oktober 2021

Berbeda pula dengan situasi dan kondisi yang ada pada kelompok A, dengan wali kelas ibu
Mirawati yang mengatakan bahwa:
“Metode atau cara pembelajaran yang saya terapkan untuk menanamkan nilai-nilai agama
Islam tentu melalui kegiatan pembiasaan yang saya lakukan pada setiap harinya. Kegiatan
pembiasaan itu dapat berupa pembiasaan anak untuk mengucap dan menjawab salam,
pembiasaan anak mengucap do’a saat akan berkegiatan. Hal itu saya lakukan dengan
berbagai variasi seperti dengan menambahkan kisah atau cerita tentang anak yang berdo’a
dengan anak yang tidak berdo’a. Hal ini sangat efektif karena anak di kelompok B sebagian
besar senang dengan mendengarkan cerita yang berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai
agama”.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelompok B, Kelompok A


serta Kepala Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru Kabupaten Bone,
dapat peneliti simpulkan bahwa bentuk/strategi penanaman nilai-nilai agama Islam pada anak
melalui kegiatan pembiasaan di Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru
Kabupaten Bone yang dilakukan setiap hari dengan menambahkan variasi kegiatan seperti
menambahkan kisah atau cerita tentang anak yang suka berdo’a dengan anak yang tidak berdo’a
sehingga dari kisah tersebut anak dapat membedakan kegiatan positif berupa berdo’a sehingga
setiap yang dilakukan anak selalu disertai dengan mengucapkan do’a terlebih dahulu. Setelah
kegiatan pembiasan ini berlangsung, anak didik mengalami perkembangan sedikit demi sedikit hal
itu terlihat dari perubahan sikapnya. Perubahan mulai terlihat dari keaktifan dalam mengikuti
pembelajaran, menghafal surah-surah pendek, menghafal do’a-do’a, bersikap penyayang, tidak
suka bertengkar, senang berbagi, suka membantu teman, memakai-melepas-menaruh sepatu di rak,
berjumpa dengan teman mengucapkan salam, berjabat tangan dengan pendidik dan orang tua,
makan secara mandiri, dan terbiasa berdo’a sebelum melakukan kegiatan
Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam sering terdapat faktor-
faktor yang menjadi pendukung dan penghambat, begitu halnya dalam pelaksanaan pendidikan
agama Islam di Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru Kabupaten Bone.
Faktor pendukung merupakan faktor yang menbantu terlaksananya pendidikan agama Islam pada
pada anak usia dini sedangkan faktor penghambat merupakan faktor yang menghambat
pelaksanaan dari pendidikan agama Islam pada anak usia dini. Penanaman nilai-nilai pendidikan
agama Islam pada anak usia dini memang bukan merupakan kegiatan yang mudah. Dalam
perwujudannya memerlukan banyak faktor pendukung untuk memperoleh hasil yang optimal
dalam membentuk anak didik yang berakhlak. Kesabaran dan semangat merupakan kunci yang
utama untuk melalui tahapan-tahapan dalam mengenalkan dan membiasakannya. Berdasarkan

119
JURNAL MAPPESONA
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Bone
Vol. 4, No 3, Oktober 2021

wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah
Kampung Baru Kabupaten Bone yang mengatakan bahwa:
“Faktor yang mendukung dalam implementasi penanaman nilai-nilai pendidikan agama
Islam di sekolah yaitu adanya pendidik/guru yang merupakan tenaga ahli dan professional
yang memiliki kesabaran dan menjiwai profesinya, giatnya pendidik mengikuti workshop,
pelatihan, penataran dan pembinaan rutin dari yayasan, tersedianya sarana dan prasarana
yang disiapkan yayasan seperti buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam
sedangkan faktor yang menghambat yaitu latar belakang dari lingkungan anak yang
berbeda-beda, dan keadaan orang tua yang tidak semuanya memberikan pendidikan
lanjutan untuk membimbing dan pembiasaan anak ketika di rumah”.

Sedangkan pada kelompok B berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelompok


tersebut, ibu Mirawati yang mengatakan bahwa:
“Faktor pendukung yang saya rasakan ketika penanaman nilai-nilai pendidikan agama
Islam di kelompok B yaitu tersedianya media pembelajaran baik yang sifatnya tradisional,
sederhana, maupun modern yang disediakan oleh yayasan atapun saya sendiri yang
membuatnya, misalnya saya membuat media gambar anak yang sedang berdo’a kemudian
saya menceritakan pada anak tentang pentingnya berdo’a. Adapun faktor penghambat
dalam penanaman nilai-nilai pendidikan amaga Islam yaitu anak didik yang masih sulit
untuk bisa fokus pada pembelajaran yang diberikan guru dan perbedaan latar belakang
keluarga dalam pemahaman agama, termasuk dalam hal potensi, motivasi, minat, masalah,
kondisi, karakter, dan sikap yang dimiliki oleh setiap anak berbeda-beda”.

Berbeda pula dengan situasi dan kondisi yang ada pada kelompok B, dengan wali kelas ibu
Meliyah, S.Pd.I. yang mengatakan bahwa:
“Faktor pendukung dalam penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam di kelas B yaitu
kondisi anak didik yang memiliki keingintahuan yang besar terhadap sesuatu, anak didik
yang antusias untuk belajar, adapun faktor penghambatnya yaitu terdapat anak yang aktif
dan sulit untuk dikondisikan. Namun penghambat tersebut tidak menghalangi saya untuk
tetap berusaha mengimplementasikan pendidikan agama Islam kelas saya”.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelompok A, Kelompok B


serta Kepala Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru Kabupaten Bone,
dapat peneliti simpulkan bahwa faktor pendukung dalam penanaman nilai-nilai pendidikan agama
Islam pada anak usia dini, antara lain: 1) Pendidik merupakan tenaga ahli dan professional, telah
menempuh pendidikan guru PAUD dan menjiwai profesinya, pendidik mengikuti workshop,

120
JURNAL MAPPESONA
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Bone
Vol. 4, No 3, Oktober 2021

pelatihan, penataran dan pembinaan rutin dari yayasan. 2) Sarana dan prasarana yang memadai dan
menunjang pembelajaran, 3) Tersedianya media pembelajaran baik yang sifatnya tradisional,
sederhana, maupun modern. 4) Kondisi anak yang antusias dan siap untuk belajar. Jalan itu tidak
selalu lurus dan mulus, pastinya ada belokan, lubang dan kerikil yang menghiasinya. Begitu pula
dalam penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak usia dini juga menemui beberapa
penghambat, antara lain: 1) Latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda. 2) Potensi,
motivasi, minat, masalah, kondisi, karakter, dan sikap yang dimiliki oleh setiap anak berbeda-beda.
3) Terdapat anak yang aktif dan sulit untuk dikondisikan. 4) Anak didik yang masih sulit untuk bisa
fokus pada pembelajaran yang diberikan guru. 5) Keadaan orang tua yang tidak semuanya
memberikan pendidikan lanjutan untuk membimbing dan pembiasaan anak ketika di rumah.
Solusi yang Diterapkan
Berdasarkan wawancara sebelumnya dengan Kepala RA, guru kelompok A dan kelompok
B di Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru Kabupaten Bone bahwa hal
mendasar yang menjadi hambatan pada proses penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam pada
anak usia dini adalah 1) latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda. 2) Potensi, motivasi,
minat, masalah, kondisi, karakter, dan sikap yang dimiliki oleh setiap anak berbeda-beda. 3)
Terdapat anak yang aktif dan sulit untuk dikondisikan. 4) Anak didik yang masih sulit untuk bisa
fokus pada pembelajaran yang diberikan guru. 5) Keadaan orang tua yang tidak semuanya
memberikan pendidikan lanjutan untuk membimbing dan pembiasaan anak ketika di rumah.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan ibu Mirawati sebagai guru kelompok B di Raudhatul
Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru Kabupaten Bone tentang cara mengatasi faktor
penghambat ini sebagai berikut:
“Cara saya dalam mengatasi faktor hambatan itu yaitu anak didik yang masih sulit untuk
bisa fokus pada pembelajaran yang diberikan guru, saya berikan solusi semacam
memberikan apersepsi agar anak tersebut dapat konsentrasi pada pembelajaran, selain itu,
waktu pembelajaran yang saya gunakan saya sesuaikan dengan umur anak untuk bisa fokus
pada pembelajaran yaitu umur anak ditambah 5 menit. Adapun perbedaan latar belakang
keluarga dalam pemahaman agama, solusi yang kami berikan hanya dapat kami sampaikan
secara umum kepada orang tua tentang pembelajaran agama di sekolah yang anak-anak
juga dibiasakan di rumah termasuk dalam hal potensi, motivasi, minat, masalah, kondisi,
karakter, dan sikap yang dimiliki oleh setiap anak yang disesuaikan dengan pengasuhan
orang tua. Saya sebagai guru senantiasa menjalin komunikasi dengan orang tua dalam hal
penanaman nilai agama Islam di rumah agar penanaman tersebut dapat berjalan seiring di
sekolah dan di rumah”.

121
JURNAL MAPPESONA
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Bone
Vol. 4, No 3, Oktober 2021

Seperti yang telah diungkapkan oleh wali kelas kelompok B, begitu pula yang dikatakan
oleh guru kelompok A di Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru
Kabupaten Bone, ibu Meliyah, S.Pd.I. sebagai berikut:
“Upaya yang saya lakukan untuk mengatasi hambatan seperti masih terdapat anak yang
aktif dan sulit untuk dikondisikan, maka saya sebagai wali kelas kelompok A untuk tetap
berusaha mengimplementasikan pendidikan agama Islam kelas saya dengan cara anak yang
aktif saya dahulukan dan senantiasa saya tempatkan sebagai anak didik yang dapat
memberikan contoh pada temannya yang lain. Adapun anak yang sulit untuk dikondisikan
saya berikan kesempatan untuk berkegiatan sesuai pilihannya dan disela kegiatannya
tersebut saya berusaha memasukkan nilai-nilai agama Islam”.

Hal ini sependapat pula yang disampaikan oleh ibu Jumarni, S.Pd., sebagai Kepala
Raudhatul Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru Kabupaten Bone yang mengatakan
bahwa:
“Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki hambatan. Hambatan itu merupakan
tantangan bagi guru untuk dapat menyelesaikan atau mencarikan solusi terbaik dari
permasalahan yang ada. Hambatan yang ada harus dicarikan solusi yang terbaik dalam
penyelesaiannya sehingga hambatan tersebut dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan.
Saya pribadi yakin dengan guru-guru di sekolah ini bisa menyelesaikan permasalahannya”.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala Raudhatul Athfal (RA)
Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru Kabupaten Bone, guru kelompok A dan Kelompok B
mengenai cara yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang ada, terlihat bahwa anak didik yang
masih sulit untuk bisa fokus pada pembelajaran yang diberikan, guru memberikan solusi semacam
memberikan apersepsi agar anak tersebut dapat konsentrasi pada pembelajaran, selain itu, waktu
pembelajaran yang saya gunakan saya sesuaikan dengan umur anak untuk bisa fokus pada
pembelajaran yaitu umur anak ditambah 5 menit. Adapun perbedaan latar belakang keluarga dalam
pemahaman agama, solusi yang diberikan berupa penyampaian secara umum kepada orang tua
tentang pembelajaran agama di sekolah yang anak-anak juga dibiasakan di rumah termasuk dalam
hal potensi, motivasi, minat, masalah, kondisi, karakter, dan sikap yang dimiliki oleh setiap anak
yang disesuaikan dengan pengasuhan orang tua. Guru kelompok B juga senantiasa menjalin
komunikasi dengan orang tua dalam hal penanaman nilai agama Islam di rumah agar penanaman
tersebut dapat berjalan seiring di sekolah dan di rumah. Pada anak yang aktif dan sulit untuk
dikondisikan, maka guru kelompok A tetap berusaha mengimplementasikan pendidikan agama
Islam dengan cara anak yang aktif lebih didahulukan dengan menempatkan anak didik tersebut
sebagai anak yang dapat memberikan contoh pada temannya yang lain. Adapun anak yang sulit

122
JURNAL MAPPESONA
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Bone
Vol. 4, No 3, Oktober 2021

untuk dikondisikan, guru berikan kesempatan untuk berkegiatan sesuai pilihannya dan disela
kegiatannya tersebut, guru berusaha memasukkan nilai-nilai agama Islam.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bentuk manajemen penanaman nilai-nilai Agama Islam pada anak usia dini di Raudhatul
Athfal (RA) Nurul Aeyn As Adiyah Kampung Baru Kabupaten Bone dilakukan melalui
penanaman pendidikan agama Islam diajarkan setiap saat melalui kegiatan pembiasaan,
mengucapkan kata-kata yang sopan baik kepada teman maupun kepada guru dan kepada orang
yang lebih tua, mengucapkan kata terima kasih jika diberikan sesuatu, dan mengucapkan kata
maaf jika melakukan kesalahan.
2. Faktor pendukung dalam penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak usia dini,
antara lain: a) pendidik merupakan tenaga ahli dan professional, telah menempuh pendidikan
guru PAUD dan menjiwai profesinya, pendidik mengikuti workshop, pelatihan, penataran dan
pembinaan rutin dari yayasan, b) sarana dan prasarana yang memadai dan menunjang
pembelajaran, c) tersedianya media pembelajaran baik yang sifatnya tradisional, sederhana,
maupun modern, d) kondisi anak yang antusias dan siap untuk belajar. Dalam penanaman
nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak usia dini juga menemui beberapa penghambat
antara lain: a) latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda. b) potensi, motivasi,
minat, masalah, kondisi, karakter, dan sikap yang dimiliki oleh setiap anak berbeda-beda, c)
terdapat anak yang aktif dan sulit untuk dikondisikan, d) anak didik yang masih sulit untuk
bisa fokus pada pembelajaran yang diberikan guru, e) keadaan orang tua yang tidak semuanya
memberikan pendidikan lanjutan untuk membimbing dan pembiasaan anak ketika di rumah.
3. Cara yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang ada, terlihat bahwa anak didik yang
masih sulit fokus pada pembelajaran yang diberikan, guru memberikan apersepsi agar anak
tersebut dapat konsentrasi pada pembelajaran, selain itu, waktu pembelajaran yang guru
gunakan disesuaikan dengan umur anak untuk bisa fokus pada pembelajaran yaitu umur anak
ditambah 5 menit. Adapun perbedaan latar belakang keluarga dalam pemahaman agama,
solusi yang diberikan berupa penyampaian secara umum kepada orang tua tentang
pembelajaran agama di sekolah yang anak-anak juga dibiasakan di rumah termasuk dalam hal
potensi, motivasi, minat, masalah, kondisi, karakter, dan sikap yang dimiliki oleh setiap anak
yang disesuaikan dengan pengasuhan orang tua. Guru kelompok B juga senantiasa menjalin
komunikasi dengan orang tua dalam hal penanaman nilai agama Islam di rumah agar
penanaman tersebut dapat berjalan seiring di sekolah dan di rumah. Pada anak yang aktif dan
sulit untuk dikondisikan, maka guru kelompok A tetap berusaha mengimplementasikan
pendidikan agama Islam dengan cara anak yang aktif lebih didahulukan dengan menempatkan

123
JURNAL MAPPESONA
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Bone
Vol. 4, No 3, Oktober 2021

anak didik tersebut sebagai anak yang dapat memberikan contoh pada temannya yang lain.
Adapun anak yang sulit untuk dikondisikan, guru berikan kesempatan untuk berkegiatan
sesuai pilihannya dan disela kegiatannya tersebut, guru berusaha memasukkan nilai-nilai
agama Islam.
Tanpa mengabaikan segala sesuatu yang telah dilakukan oleh Raudhatul Athfal (RA) Nurul
Aeyn As Adiyah Kampung Baru Kabupaten Bone,, ada beberapa saran yang dapat dilakukan
dalam upaya mengoptimalkan kegiatan ini yaitu:
1. Sarana prasarana, pendidik, tenaga kependidikan, media, dan metode sudah baik dan sesuai
dengan standar nasional pendidikan. Namun akan lebih baik lagi apabila pendidik lebih
memotivasi, membimbing dan mengarahkan anak didik agar lebih semangat dalam belajar
khususnya dalam hal nilai-nilai agama
2. Perlu adanya kerja sama yang baik antara pendidik dengan wali murid sehingga visi dan misi
dalam membentuk anak didik yang berakhlaqul karimah dapat terwujud. Wali murid sangat
perlu untuk membimbing, memperhatikan dan memberikan contoh dalam membiasakan nilai-
nilai yang telah ditanamkan di sekolah.
3. Wali murid hendaknya dapat memberikan motivasi serta membangun suasana yang damai,
tentram, dan nyaman di rumah sehingga ketika anak berangkat sekolah membawa semangat,
minat, ekspresi dan mood yang siap belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Aimmah, N. (2015). Penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak usia dini di KB
Islam Plus Assalamah Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014/2015.
http://eprints.walisongo.ac.id/4696/
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif.
Dwiyama, F., Jurnal, R. N.-N. H., & 2020, undefined. (n.d.). THE ROLE OF STAKEHOLDER IN
BUILDING A BRAND IMAGE AT MADRASAH ALIYAH. E-Journal.Ikhac.Ac.Id.
https://doi.org/10.31538/ndh.v5i3.1002
E Iryani. (2017). al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan. Ji.Unbari.Ac.Id, 17(3).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.33087/jiubj.v17i3.403
Ismail, S. (2011). Tinjauan Filosofis Pengembangan Fitrah Manusia dalam Pendidikan Islam.
Ejournal.Unida.Gontor.Ac.Id, 5(1). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21111/at-
tadib.v8i2.510
Mardiyati, I. (n.d.). Penanaman Nilai-nilai Dasar Islami Anak Usia Dini pada Masyarakat
Perkotaan. Core.Ac.Uk. https://core.ac.uk/download/pdf/206040253.pdf
Masyita, E. (2018). Analisis Kinerja Keuangan Menggunakan Rasio Likuiditas Dan Profitabilitas.
Jurnal.Umsu.Ac.Id, 1(1), 2623–2596.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30596%2Fjakk.v1i1.3826

124
JURNAL MAPPESONA
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam IAIN Bone
Vol. 4, No 3, Oktober 2021

Mudrika, L., Mu’allim, M. J.-J., & 2019, undefined. (2019). MODEL PENDIDIKAN ISLAM
BAGI ANAK TERLANTAR (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN METAL
REJOSO PASURUAN JAWA TIMUR). Jurnal.Yudharta.Ac.Id, 1.
https://www.jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/muallim/article/view/1352
Nurhasanah R, N. R., & DWIYAMA, F. (2019). PENGEMBANGAN LEMBAGA PAUD
MELALUI IMPLEMENTASI MANAJAMEN BERBASIS SEKOLAH. Adaara: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 8(1), 797–815. https://doi.org/10.35673/ajmpi.v8i1.419
Pahlawati, E. (2021). Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Untuk Meningkatkan
Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual (ESQ). Ejournal.Kopertais4.or.Id, 6(1).
https://doi.org/https://doi.org/10.32492/sumbula.v6i1.4430
Tahir, M. Y., Rismayani, R., Sartika, I. D., & Hartika, A. S. (2019). DETEKSI DINI
PENCAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN BERDASARKAN
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. NANAEKE: Indonesian Journal of Early
Childhood Education, 2(1), 39. https://doi.org/10.24252/nananeke.v2i1.9225

125

You might also like