Deteksi Dini Tumbuh Kembang Dan Stimulasi Motorik Pada Balita Berbasis Masyarakat Dalam Kegiatan Fisioterapi Komunitas Di Desa Lulut Kabupaten Bogor

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Pengabdian Masyarakat Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia

Vol 1, No 1, Juni 2022


ifi-bekasi.e-journal.id/jpmfki

Deteksi Dini Tumbuh Kembang dan Stimulasi Motorik pada Balita


Berbasis Masyarakat dalam Kegiatan Fisioterapi Komunitas
di Desa Lulut Kabupaten Bogor
Brilliant Syahgiran Yusuf1, Daffiella Sekar Pramesti1, Diah Ayu Larasati1, Dian Utami1,
Dinda Aulia Asri1, Zahra Sativani1, Ahmad Syakib1
1,2
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta III
E-mail: [email protected]

Abstract
The first 1000 days of life is a very important period because the growth and development of
children develops very rapidly in every aspect. Optimal growth and development of children
according to their age stages will have an impact on the ability of children at the next age. It
is important to stimulate gross and fine motor development from an early age. Motor skills are
the basis for achieving the next aspects of child development such as speech and language
skills and socializing. In addition, the family as the first environment has a major impact on
the growth and development of children. Therefore, it is important to provide important
stimulation to toddlers to avoid growth and development disorders.This activity aims to
determine the growth and development of children and the level of knowledge of parents about
children's growth and development.An activity-based program carried out from March to April
2022 for 18 pairs of toddlers and parents. Activities in the form of filling out questionnaire
data related to data on toddlers and parents, anthropometric examinations, and early detection
using DDST II. Furthermore, education about the growth and development of toddlers is
carried out and provides training in the form of play therapy.The results of the DDST II
examination in the gross motor domain showed that 11 toddlers (61%) were normal, 1 toddler
(6%) was suspect, and 6 toddlers (33%) could not be tested. Fine motor results 9 toddlers
(50%) Normal, 3 toddlers (17%) Suspect, and 6 toddlers (33%) Untestable. The level of
knowledge of parents obtained results of 18 people (100%) with a high level of knowledge.
Keywords: Pediatrics, fine motor, gross motor

Abstrak
1000 hari petama kehidupan merupakan masa yang sangat penting karena pertumbuhan
dan perkembangan anak berkembang sangat pesat di setiap aspek. Pertumbuhan dan
perkembangan anak yang optimal sesuai dengan tahapan usianya akan berdampak kepada
kemampuan anak di usia selanjutnya. Perkembangan motorik kasar dan halus penting
distimulasi sejak usia dini. Kemampuan motorik menjadi dasar ketercapaian aspek tumbuh
kembang anak berikutnya, seperti kemampuan bicara dan bahasa serta bersosialisasi. Selain
itu, keluarga sebagai lingkungan pertama memberikan dampak besar terhadap tumbuh
kembang anak. Oleh karena itu pemberian stimulasi penting dilakukan kepada balita untuk
menghindari terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengetahui tumbuh kembang anak dan tingkat pengetahuan orang tua tentang tumbuh
kembang anak.

Jurnal Vol 1, No 1, Juni 2022 © Ikatan Fisioterapi Cabang Kota Bekasi


| 54
Jurnal Pengabdian Masyarakat Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1, Juli 2022

Program kegiatan berbasis masyarakat dilaksanakan mulai Maret sampai April 2022 kepada
18 pasang balita dan orang tua. Kegiatan berupa pengisian data kuisioner terkait data balita dan
orang tua, pemeriksaan antropometri, dan deteksi dini menggunakan DDST II. Selanjutnya
dilakukan edukasi mengenai tumbuh kembang balita dan memberikan latihan berupa play
therapy. Hasil pemeriksaan DDST II pada domain motorik kasar diperoleh hasil 11 balita
(61%) Normal, 1 balita (6%) Suspect, dan 6 balita (33%) Untestable. Motorik halus diperoleh
hasil 9 balita (50%) Normal, 3 balita (17%) Suspect, dan 6 balita (33%) Untestable. Tingkat
pengetahuan orang tua setelah pemberian edukasi didapatkan hasil 18 orang (100 %) dengan
tingkat pengetahuan tinggi.
Kata Kunci: pediatri, motorik halus, motorik kasar.

Pendahuluan
Gangguan tumbuh kembang anak menjadi hal penting yang harus diwaspadai
oleh setiap orangtua mauput pengasuh pendamping. Pertumbuhan dan perkembangan anak
yang tidak optimal dapat berdampak pada kemampuan anak di usia selanjutnya seperti
berbicara dan bersosialisasi. Menurut UNICEF tahun 2015, didapat data masih tingginya
angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita
khususnya gangguan perkembangan motorik didapatkan (27,5%) atau 3 juta anak
mengalami gangguan. Data nasional menurut Kementerian Kesehatan Indonesia bahwa
pada tahun 2014, 13%- 18% anak balita di Indonesia mengalami kelainan pertumbuhan
dan perkembangan (Wardani, 2021). Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik,
bahasa, emosi, dan perilaku. Apabila terdapat suatu masalah dalam proses tersebut maka
akan berakibat terhambatnya ketercapaian tingkat tumbuh kembang yang sesuai dengan
usianya. Apabila gangguan berlanjut maka akan menjadi suatu bentuk kecacatan yang
menetap pada anak (Ririn Muthia Zukhra & Suci Amin, 2017). Permasalahan tumbuh
kembang yang terjadi pada balita disebabkan karena kurangnya stimulasi yang diberikan
kepada balita akibat kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua tentang stimulasi
yang adekuat sesuai usia balita (Ririn Muthia Zukhra & Suci Amin, 2017). Oleh karena
itu stimulasi sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan balita
sesuai dengan usianya.

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Anak bawah lima tahun atau balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas
satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Warlenda
et al., 2019). Masa balita merupakan periode emas atau sering disebut sebagai Golden Age.
Pada masa tersebut, tahapan pertumbuhan dan perkembangan otak dan fisik balita
mengalami pertumbuhan maksimal (Warlenda et al., 2019). Selama tahun-tahun pertama
kehidupan, otak mengalami rangkaian perubahan yang luar biasa. Sesaat setelah lahir, otak
bayi menghasilkan triliunan sinaps neuron yang banyaknya melebihi kebutuhan. Otak
akan memusnahkan sinapsis yang jarang digunakan atau yang tidak pernah digunakan.
Sinapsis yang berlebih dalam otak anak akan mengalami penurunan drastis, yang dimulai
pada usia 10 tahun atau sebelumnya. Sesudah penurunan tersebut, yang tersisa yaitu otak
yang mengatur pola emosi dan berpikir kreatif. Bila tidak mendapatkan lingkungan yang
mampu menstimulasi dengan optimal maka perkembangan otak seorang anak menjadi
tidak maksimal.

Jurnal Vol 1, No 1, Juni 2022 © Ikatan Fisioterapi Cabang Kota Bekasi


| 55
Jurnal Pengabdian Masyarakat Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1, Juli 2022

Perkembangan motorik merupakan perkembangan dari unsur kematangan


(mature) dan pengendalian gerakan tubuh yang berkaitan erat dengan perkembangan pusat
motorik di otak dan sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan
berkesinambungan, gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak
terorganisir, dan tidak terampil, ke arah penguasaan keterampilan motorik yang kompleks
dan terorganisir (Lismadiana, 2018). Anak yang gagal dalam perkembangan akan gagal
dalam melakukan sosialisasi dan mengalami penolakan dari kelompoknya, yang
selanjutnya akan memiliki tekanan secara psikologis, rasa rendah diri, dan perasaan tidak
mampu yang mempengaruhi produktivitasnya (Ngesti W. Utami, 2020).
Aspek perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar
adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau
seluruh anggota tubuh diperlukan agar anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun
tangga dan sebagainya. Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil (Riza, 2018).

2. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak


Stimulasi yang terarah dan teratur pada anak mengakibatkan anak berkembang
lebih cepat dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Anak
akan mendapatkan stimulasi dengan baik pada pendidikan prasekolah atau Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD). Anak yang sejak usia dini mengikuti PAUD, mereka lebih
mandiri, berkompeten, percaya diri, mengetahui dunia sosial, dan bisa menyesuaikan diri
dengan keadaan sosial yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan (Warlenda et
al., 2019).
Stimulasi motorik anak dapat dilakukan oleh orang tua, pendidik, pengasuh serta
orang dewasa lainnya. Play therapy adalah jenis metode terapi latihan yang bersifat
bermain dan memiliki tujuan, contohnya bermain puzzle, memasukkan kancing ke dalam
celengan, menyusun balok atau menara, dan mainan lainnya untuk menstimulus anak agar
mencapai suatu target tertentu. Play therapy dapat meningkatkan aktivitas fisik anak yang
melibatkan kemampuan motorik (Anam et al., 2021).

3. Pengetahuan Orangtua Tentang Tumbuh Kembang Anak

Salah satu faktor yang dapat memengaruhi atau menghambat pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah ketidaktahuan orang tua terkait proses perkembangan anak
sesuai usianya dan bagaimana cara untuk menstimulasinya.
Pengetahuan tentang stimulasi ini akan membantu orang tua menjadi sadar dan
paham mengenai keterlambatan dalam tingkat perkembangan. Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan tersebut akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya
anaknya tidak mengalami penyimpangan perkembangan. Pengetahuan ibu tentang
perkembangan anak berkaitan erat dengan hasil perkembangan anak yang positif. Peran
ibu sangat penting untuk menilai perkembangan anak dalam pengamatan dengan
mengidentifikasi tahapan perkembangan yang sesuai (Wardani, 2021).
Berdasarkan latar belakang tersebut, kelompok Kami tertarik mengadakan
program deteksi dini tumbuh kembang dan edukasi stimulasi motorik pada balita di RT
02 RW 03 Desa Lulut Kabupaten Bogor.

Jurnal Vol 1, No 1, Juni 2022 © Ikatan Fisioterapi Cabang Kota Bekasi


| 56
Jurnal Pengabdian Masyarakat Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1, Juli 2022

Metode
Pada kegiatan ini metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah menggunakan
pendekatan berbasis masyarakat. Mahasiswa melakukan observasi langsung dengan supervisi
oleh tim dosen pembimbing. Mahasiswa berbaur dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
selama 2 minggu untuk melihat masalah yang banyak terjadi di wilayah RT 02 RW 03 Desa
Lulut Kabupaten Bogor. Kegiatan ini terbagi menjadi beberapa tahap antara lain: (1) persiapan;
(2) pelaksanaan; dan (3) evaluasi.

1. Sistematika Metode Pelaksanaan


a. Persiapan
Pada tahap ini yang dilakukan pertama kali adalah melakukan survei lapangan
di RT 02 RW 03 Desa Lulut yang menjadi sasaran program Fisioterapi Komunitas
pada segmen balita. Pada survei ini dilakukan analisis dan mengidentifikasi
permasalahan yang ada. Setelah itu dilakukan diskusi dengan perangkat desa setempat
untuk mengkomunikasikan masalah serta rencana program yang akan dilaksanakan.
Kemudian dilakukan survei dan koordinasi dengan kader posyandu setempat. Hasil
dari diskusi ini adalah kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang dan Edukasi Stimulasi
Motorik pada Balita.

b. Pelaksanaan
Langkah awal yang dilakukan adalah mengujungi rumah warga (door to door)
yang memiliki balita dan mengumpulkannya di kediaman Ketua RT setempat. Dari
data yang diperoleh, didapatkan sebanyak 28 balita yang ada di RT 02 RW 03, namun
yang bersedia menjadi responden dan mengikuti program hingga akhir sebanyak 18
pasang balita dan orang tua. Kegiatan selanjutnya yaitu melakukan wawancara dan
pengisian data kuisioner terkait data balita dan orang tua, selain itu juga dilakukan
pemeriksaan antropometri berupa pemeriksaan tinggi badan, berat badan, dan lingkar
kepala balita. Dalam pengambilan data, kader posyandu setempat turut mendampingi.
Kegiatan selanjutnya diawali dengan sosialisasi berupa edukasi kepada orang
tua tentang tumbuh kembang dan stimulasi motorik pada balita. Kemudian dilakukan
kegiatan pemeriksaan DDST II yang bertujuan untuk memeriksa dan mengetahui
tumbuh kembang balita, serta memberikan latihan berupa play therapy yang bertujuan
untuk menstimulasi motorik kasar dan halus pada balita. Play therapy yang dilakukan
berupa obstacles yang mengkombinasikan stimulasi motorik kasar dan halus,
misalnya berjalan, bermain puzzle, melompat, memasukkan kancing ke dalam wadah,
berlari, mencapit mainan, melempar bola, menyusun bola ke dalam wadah, menyusun
menara, dan lain sebagainya.

c. Evaluasi
Setelah semua tahapan program kegiatan telah dilakukan, evaluasi perlu
dilakukan guna mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada program
kegiatan. Kegiatan terakhir berupa pemberian kuisioner evaluasi kepada orang tua
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan orang tua/wali.

Hasil dan Pembahasan


A. Hasil Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Program ini mengambil sampel balita berusia 1-5 tahun di RT 02 RW 03 Desa
Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Program Fisioterapi Komunitas
berbasis masyarakat ini dilaksanakan pada 25 Maret – 08 April 2022.
Jurnal Vol 1, No 1, Juni 2022 © Ikatan Fisioterapi Cabang Kota Bekasi
| 57
Jurnal Pengabdian Masyarakat Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1, Juli 2022

2. Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Demografi Subjek Program Kerja (Orang tua/ Wali)


Karakteristik Demografi Umum Frekuensi Persentase
(%)
20-25 tahun 1 6
26-30 tahun 6 33
Usia Orang Tua (Ibu) 31-35 tahun 7 39
36-40 tahun 2 11
>40 tahun 2 11
SD/Sederajat 3 17
Pendidikan Terakhir
SMP/Sederajat 14 78
Orang Tua (Ibu)
SMA/Sederajat 1 5
Ibu Rumah Tangga 16 89
Pekerjaan Orang Tua (Ibu)
Karyawan Swasta 2 11
Total Sampel 18 100

Dari data demografi yang disajikan pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa di RT
02 RW 03 Desa Lulut dihuni oleh kelompok orang tua usia produktif yaitu dari usia
20-an hingga usia 40-an awal. Riwayat pendidikan terakhir paling tinggi orang tua
balita yaitu pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sejumlah 1 orang (5%).
Sebanyak 16 orang (89%) orang tua tidak memiliki pekerjaan dan 2 orang (11%)
berprofesi sebagai karyawan swasta.

Tabel 2. Karakteristik Demografi Subjek Program Kerja (Balita)


Karakteristik Demografi Umum Frekuensi Persentase
(%)
Perempuan 10 56
Jenis Kelamin Balita
Laki-Laki 8 44
<2 tahun 3 17
<3 tahun 4 22
Usia Balita
<4 tahun 6 33
<5 tahun 5 28
Normal 3 17
Indeks Massa Tubuh Balita
Underweight 15 83
Total Sampel 18 100

Dari data demografi yang tersaji pada Tabel 2 tersebut dapat diketahui populasi
balita di RT 02 RW 03 Desa Lulut terdiri dari 10 balita (56%) berjenis kelamin
perempuan dan 8 balita (44%) berjenis kelamin laki-laki. Untuk usia balita didominasi
oleh kelompok usia <4 tahun yaitu sejumlah 6 balita (33%). Dari hasil pemeriksaan
antropometri yang dilakukan, didapatkan 3 balita (17%) memiliki Indeks Massa
Tubuh (IMT) normal dan 15 balita lainnya (83%) memiliki Indeks Massa Tubuh
(IMT) underweight.

Jurnal Vol 1, No 1, Juni 2022 © Ikatan Fisioterapi Cabang Kota Bekasi


| 58
Jurnal Pengabdian Masyarakat Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1, Juli 2022

Tabel 3. Distribusi Tingkat Kepuasan Orang Tua/ Wali


Tingkat Kepuasan Masyarakat (n=18)
Perizinan
Penyampaian Pemahaman Implementasi
Kelancaran Sikap KKN
No. Materi Materi Materi
Acara Mahasiswa di tahun
Edukasi Edukasi Edukasi
berikutnya
1. 5 5 5 5 5 5
2. 5 5 4 5 5 5
3. 5 5 5 5 5 5
4. 5 5 5 5 5 5
5. 5 5 5 5 5 4
6. 5 5 5 5 2 5
7. 5 5 5 5 5 5
8. 5 3 4 5 5 5
9. 4 5 5 5 5 5
10. 4 5 5 5 5 5
11. 5 5 5 5 5 5
12. 4 5 5 5 5 5
13. 5 5 4 5 5 5
14. 4 5 5 5 5 5
15. 5 5 5 5 5 5
16. 5 5 5 5 5 5
17. 5 5 5 5 5 5
18. 5 4 5 5 5 5
Rata- 4,77777778 4,83333333 4,83333333 5 4,83333333 4,94444444
Rata
Keterangan Skor : 1 = Sangat Tidak Baik/Sangat Tidak Setuju ; 5 = Sangat Baik/Sangat Setuju

Pada Tabel 3. tersaji data Distribusi Tingkat Kepuasan Orang Tua yang meliputi
kelancaran acara, penyampaian materi edukasi, pemahaman materi edukasi, sikap
mahasiswa, implementasi materi edukasi, dan perizinan KKN di tahun berikutnya.
Didapatkan hasil kelancaran acara dengan rata-rata 4.7, penyampaian materi edukasi
dengan rata-rata 4.8, pemahaman materi edukasi dengan rata-rata 4.8, sikap
mahasiswa dengan rata-rata 5, implementasi materi edukasi dengan rata-rata 4.8, dan
perizinan KKN di tahun berikutnya dengan rata-rata 4.9. Nilai tersebut diperoleh dari
skor 1-5 dengan skor 1 yaitu sangat tidak baik/sangat tidak setuju, dan skor 5 yaitu
sangat baik/ sangat setuju.

3. Deskripsi Data

Tabel 4. Distribusi Hasil DDST II (N=18)


Domain Interpretasi Frekuensi Persentase (%)
Normal 15 83
Personal Sosial Suspect 3 17
Untestable 0 0
Normal 9 50
Motorik Halus Suspect 3 17
Untestable 6 33
Jurnal Vol 1, No 1, Juni 2022 © Ikatan Fisioterapi Cabang Kota Bekasi
| 59
Jurnal Pengabdian Masyarakat Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1, Juli 2022

Normal 13 72
Bahasa Suspect 2 11
Untestable 3 17
Normal 11 61
Motorik Kasar Suspect 1 6
Untestable 6 33

Dari Tabel 4. diperoleh data hasil DDST II yang meliputi 4 domain yaitu
kemampuan personal sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar. Pada domain
Personal Sosial diperoleh hasil 15 balita (83%) Normal dan 3 balita (17%) Suspect.
Pada domain Motorik Halus diperoleh hasil 9 balita (50%) Normal, 3 balita (17%)
Suspect, dan 6 balita (33%) Untestable. Pada domain Bahasa diperoleh hasil 13 balita
(72%) Normal, 2 balita (11%) Suspect, dan 3 balita (17%) Untestable. Dan pada
domain Motorik Kasar diperoleh hasil 11 balita (61%) Normal, 1 balita (6%) Suspect,
dan 6 balita (33%) Untestable.

B. Pembahasan
Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang dan Edukasi Stimulasi Motorik telah
dilakukan pada tanggal 25 Maret – 8 April 2022 di RT 02 RW 03 Desa Lulut dengan
jumlah responden sebanyak 18 pasang balita dan orang tua. Dari data hasil pemeriksaan
awal berupa pemeriksaan antropometri didapatkan 15 dari 18 balita yang memiliki indeks
massa tubuh (IMT) yang kurang (underweight). Hal ini dapat disebabkan oleh faktor
pemberian nutrisi dan imunisasi yang tidak diberikan secara baik.
Berdasarkan hasil pemeriksaan DDST II pada seektor motorik kasar dan motorik halus
didapatkan data sebagai berikut:
a. Pada domain Motorik Halus diperoleh hasil 9 balita (50%) Normal, 3 balita (17%)
Suspect, dan 6 balita (33%) Untestable.
b. Pada domain Motorik Kasar diperoleh hasil 11 balita (61%) Normal, 1 balita (6%)
Suspect, dan 6 balita (33%) Untestable.
Oleh karena itu, program ini kami adakan untuk mengedukasi dan memberikan
stimulasi berupa play therapy dengan berbagai alat permainan edukatif pada pertumbuhan
dan perkembangan berkaitan dengan motorik kasar dan motorik halus pada balita. Play
therapy yang dilakukan menggunakan metode berupa obstacles yang mengkombinasikan
stimulasi motorik kasar dan motorik halus, misalnya berjalan, bermain puzzle, melompat,
memasukkan kancing ke dalam wadah, berlari, mencapit mainan, melempar bola,
menyusun bola ke dalam wadah, menyusun menara, dan lain sebagainya. Ditunjang
dengan berbagai alat permainan edukatif. Alat permainan sendiri adalah semua jenis alat
yang digunakan anak untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai macam
sifat mengelompokkan, meragakan, membentuk, menyempurnakan suatu desain, atau
menyusun sesuai dengan bentuk utuhnya (Irawan, 2019). Manfaat dari metode play
therapy yang diberikan secara rutin dapat meningkatkan kekuatan otot dan melatih patern
anak dan akan memaksimalkan persiapan anak untuk menuju ke fase perkembangan
selanjutnya (Anam et al., 2021).

Jurnal Vol 1, No 1, Juni 2022 © Ikatan Fisioterapi Cabang Kota Bekasi


| 60
Jurnal Pengabdian Masyarakat Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1, Juli 2022

Simpulan dan Rekomendasi


Simpulan
Dari pemaparan program yang ada dapat disimpulkan bahwa kegiatan Fisioterapi
Komunitas berbasis masyarakat kelompok 3 di Desa Lulut RT 02 RW 03 yang telah dijalankan
antara lain meliputi program pemeriksaan antropometri, edukasi, pemeriksaan DDST II, dan
latihan. Program pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, tinggi badan, dan lingkar
kepala. Program edukasi mengenai tumbuh kembang dan stimulasi motorik kasar dan motorik
halus. Pemeriksaan tumbuh kembang anak untuk mengetahui ketercapaian tahap
perkembangan anak dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan DDST II. Hasil
pemeriksaan DDST II pada domain motorik kasar diperoleh hasil 11 balita (61%) Normal, 1
balita (6%) Suspect, dan 6 balita (33%) Untestable. Motorik halus diperoleh hasil 9 balita
(50%) Normal, 3 balita (17%) Suspect, dan 6 balita (33%) Untestable. Tingkat pengetahuan
orang tua setelah pemberian edukasi didapatkan hasil 18 orang (100 %) dengan tingkat
pengetahuan tinggi. Program latihan berupa play therapy yang dilakukan untuk balita bertujuan
untuk menstimulasi motorik kasar dan motorik halus. Dari keseluruhan program yang telah
dijalankan memiliki sasaran seluruh balita, orang tua dan keluarga yang bertempat tinggal di
Desa Lulut RT 02 RW 03.

Rekomendasi
Dari rangkaian kegiatan yang telah dilakukan kepada balita dan orang tua di RT 02 RW
03 Desa Lulut Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa masih banyak orang tua yang kurang
teredukasi terkait tumbuh kembang dan kemampuan motorik anak Rekomendasi yang kami
tawarkan yaitu Kader Posyandu ataupun Fasilitas Pelayanan Kesehatan setempat diharapkan
berupaya maksimal dalam memberikan stimulus perkembangan motorik kasar dan motorik
halus anak, serta melakukan komunikasi dan mengedukasi orang tua/wali melalui kegiatan
promotif seperti penyuluhan yang berkesinambungan dan disertai dengan diskusi dengan orang
tua. Upaya promotif tersebut dapat menjadi sarana bagi orang tua/wali untuk lebih peduli
terhadap pengetahuan seputar tumbuh kembang anak. Selain itu, orang tua/wali juga harus
lebih aktif untuk mengikuti kegiatan posyandu ataupun rutin melakukan pemeriksaan
kesehatan dan pertumbuhan serta perkembangan anak. Sehingga diharapkan dengan adanya
kegiatan promotif dan preventif bagi orang tua dapat meningkatkan pengetahuan dan cara
memberikan stimulasi perkembangan motorik anak.

Jurnal Vol 1, No 1, Juni 2022 © Ikatan Fisioterapi Cabang Kota Bekasi


| 61
Jurnal Pengabdian Masyarakat Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1, Juli 2022

Daftar Pustaka

Anam, A. A., Rahman, F., & Trisnaningrum, D. A. (2021). Program Fisioterapi Berbasis Play
Exercise untuk Perkembangan Motorik pada Anak dengan Delay Development: Studi
Kasus. Indonesian Journal of Physiotherapy Research and Education IJOPRE, 2(2),
61–70.

Haly, S. M. (2021). Meningkatkan Pengetahuan Orang Tua Tentang Stimulasi Tumbuh


Kembang Balita Menggunakan Media Booklet Dan Kpsp Pada An.S Usia 4 Tahun Di
Kabupaten Bogor Tahun 2021.

Hendrawan, M. A., Hernawan, A. D., & Saleh, I. (2021). Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi
Tumbuh Kembang Anak (Usia 4-6 Tahun) Di 6 Paud Desa Kuala Dua Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Durian. Sel Jurnal Penelitian Kesehatan, 8(1), 24–38.
https://doi.org/10.22435/sel.v8i1.4701

Irawan, F. R. (2019). Pengaruh Bermain Puzzle Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada
Anak Usia 4-5 Tahun Di Tk Al Ihsan Akbar Jakarta Timur Tahun 2019. Αγαη, 8(5), 55.

Lismadiana. (2018). Peran Perkembangan Motorik pada Anak Usia Dini. 2(2), 162–169.

Nadirah, Y. F. (2016). MENGOPTIMALKAN OTAK ANAK SEJAK USIA DINI. Jurnal


Pendidikan Guru Raudlatul Athfal, 1(2), 186–195.

Ngesti W. Utami, A. A. (2020). PENGARUH STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK


OLEH GURU PAUD TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK PAUD DI PAUD
GUGUS The Effect Of Stimulation Of Child Development By Paud Teachers On The
Development. JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, 9(2), 163–174.

Nur, C. A. (2009). DETEKSI DINI GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN ANAK Atien Nur Chamidah. Jurnal Pendidikan Khusus, vol.1
no.3, 1–8.

Nurkholidah. (2020). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tumbuh Kembang Anak
Usia 1-3 tahun di Desa Kayu Laut Kecamatan Panyabungan Selatan Kabupaten
Mandailing Natal. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 5(2), 1–8.
https://jurnal.unar.ac.id/index.php/health/article/download/271/195/

Ririn Muthia Zukhra, & Suci Amin. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua
Tentang Stimulasi Tumbuh Kembang Terhadap Perkembangan Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Baru. Jurnal Ners Indonesia, 8(1), 8–14.

Riza, M. (2018). Deteksi Perkembangan Kompetensi Motorik Anak Di Paud Nadila Kec.
Bebesen Kab. Aceh Tengah. Jurnal As-Salam, 2(3), 42–51. https://doi.org/10.37249/as-
salam.v2i3.97

Sumiyati, Suparmi, Santjaka, A., & Hapsari, W. (2016). Stimulasi perkembangan anak usia
4-5 tahun. Jurnal Link, 12(2), 91–95. http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/link%0Afile:///C:/Users/HP/Downloads/1361-4930-1-PB.pdf

Jurnal Vol 1, No 1, Juni 2022 © Ikatan Fisioterapi Cabang Kota Bekasi


| 62
Jurnal Pengabdian Masyarakat Fisioterapi dan Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1, Juli 2022

Suprayitno, E., Yasin, Z., Kurniati, D., & Rasyidah. (2021). Peran Keluarga Berhubungan
dengan Tumbuh Kembang Anak Usia Pra Sekolah. Journal of Health Science, VI(II),
63–68.

Wardani, P. (2021). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Ibu Dalam Stimulasi Dini
Perkembangan Bayi 0-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Durian Luncuk
Kecamatan Batin XXIV Tahun 2020. In Universitas Jambi (Issue Juni).

Warlenda, S. V., Marlina, H., & Renaldi, R. (2019). Perkembangan Motorik Halus Balita
Usia 3-4 Tahun Di Paud Se- Kecamatan Rengat Barat. Avicenna: Jurnal Ilmiah, 14(02),
14–24. https://doi.org/10.36085/avicenna.v14i02.406

Yunita, D., Luthfi, A., & Erlinawati, E. (2020). Hubungan Pemberian Stimulasi Dini Dengan
Perkembangan Motorik Pada Balita Di Desa Tanjung Berulak Wilayah Kerja Puskesmas
Kampar Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Tambusai, 1(2), 61–68.

Jurnal Vol 1, No 1, Juni 2022 © Ikatan Fisioterapi Cabang Kota Bekasi


| 63

You might also like