Aktivitas Antioksidan Beras Merah Dan Putih
Aktivitas Antioksidan Beras Merah Dan Putih
Aktivitas Antioksidan Beras Merah Dan Putih
Abstract. Wanti S, Andriani MAM, Parnanto NHR. 2015. The effect of rice variety to antioxidant activity of red mold rice by Monascus
purpureus. Biofarmasi 13: 1-5. Red mold rice is fermentation product using Monascus sp. mold. Red color of red mold rice is potential
as substitute of synthetic color red and also as natural antioxidant source. The aim of this research is to know the antioxidant activity of
red mold rice from white rice, red rice and black rice. This research has been done at Agriculture Product and Manipulated of Process
Laboratory, Agriculture Product Technology Department, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta, started from Mey
until September 2008. Antioxidant test using DPPH and methanol as solute. This research was arranged using Randomiced Complete
Design with 3 times repeated. The result of this research, showed this white rice having increasing value of antioxidant activity
significant after it made red mold rice from 18.40% became 21.24%. Red rice and black rice has a decreasing value of antioxidant
activity after made to be red mold rice from red rice is 39.50% became 22.20%, and red mold rice from black rice is 46.20% became
45.01%. Red rice and black rice pigment inhibitor Monascus purpureus in secondary metabolite formation in pigment shape, so the
antioxidant activity only gets from red rice and black rice.
Keywords: Antioxidant, black rice, DPPH, Monascus purpureus, red mold rice, red rice, white rice
merupakan sumber warna merah atau ungu dan beras hitam selama 30 hari, hingga terbentuknya pigmen merah yang
yang sangat langka disebabkan aleuron dan endospermia menyelubungi beras yang disebut angkak. Angkak ini
memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga kemudian dikeringkan dengan alat pengering pada suhu
berwarna ungu pekat mendekati hitam. Di dalam beras 35°C selama 15 jam. Pengeringan ini bertujuan untuk
merah dan beras hitam terdapat sejumlah komponen mengeringkan angkak. Angkak yang sudah kering
bioaktif, seperti pigmen dan senyawa flavonoid yang dapat kemudian dibuat serbuk. Serbuk angkak diekstrak dengan
berperan sebagai antioksidan. menggunakan 10 ml metanol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
antioksidan pada angkak, M. purpureus, yang terbuat dari Uji antioksidan
berbagai jenis beras yaitu beras putih, beras merah dan Analisa terhadap aktivitas antioksidan dilakukan
beras hitam. dengan metode DPPH. 0,05 gram sampel diekstrak dalam
10 ml methanol, kemudian divortek selam 1 jam atau
didiamkan semalam. Dari larutan tersebut diambil 100 µl
BAHAN DAN METODE kemudian diencerkan menjadi 5 ml. Kemudian
ditambahkan 0,1 mM DPPH sebanyak 1 ml dan divortek.
Tempat dan waktu penelitian Simpan dalam ruang gelap selama 30 menit, kemudian di
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa tera absorbansinya pada panjang gelombang 516 nm.
Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Analisa data
Maret (UNS), Surakarta. Penelitian dilaksanakan mulai dari Data hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA
Mei sampai September 2008 dengan percobaan dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range
pendahuluan dilaksanakan pada April 2008. Test) dengan tingkat signifikansi α = 0,05. Analisis data
dilakukan dengan mengaplikasikan software SPSS 11.0.
Alat dan bahan
Biakan Monascus sp. Rendaman beras yang berasal dari
tiga jenis beras yaitu beras putih, beras merah, dan beras HASIL DAN PEMBAHASAN
hitam, serta aquades. Uji antioksidan dengan menggunakan
DPPH dan methanol sebagai pelarut. Aktivitas antioksidan beras
Alat-alat yang digunakan adalah encash, labu takar, Ada tiga jenis beras yang digunakan dalam penelitian
pipet, autoklaf, alat pengering, hot plate, bunsen, ose, ini berdasarkan warnanya antara lain beras putih, beras
aluminium foil, erlenmeyer, pengaduk, gelas ukur, tabung merah dan beras hitam. Adanya perbedaan warna beras
reaksi, kapas, vortex, timbangan analitik, spektrofotometer inilah diduga yang menyebabkan aktivitas antioksidan tiap-
UV-Vis dan lain-lain. tiap beras berbeda. Aktivitas antioksidan berbagai jenis
beras ditunjukkan pada Tabel 1.
Cara kerja Berdasarkan hasil analisis aktivitas antioksidan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah menunjukkan bahwa beras putih, beras merah dan beras
Rancangan Acak Lengkap dengan 3 kali ulangan. Aktivitas hitam memberikan hasil yang berbeda nyata. Pada beras
antioksidan ditentukan dengan metode DPPH. hitam aktivitas antioksidannya paling tinggi jika
dibandingkan dengan beras merah dan beras putih. Hal ini
Produksi kapang disebabkan beras hitam mempunyai pigmen alami yaitu
Biakan murni M. purpureus, diperbanyak dengan antosianin dengan intensitas paling tinggi jika
memindahkan kultur ke beberapa tabung yang berisi media dibandingkan dengan beras merah dan beras putih,
PDA miring, dan diinkubasi selama 3-5 hari. sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam. Selain itu
menurut Suryono (2008), beras hitam juga kaya materi
Pembuatan suspensi M. purpureus aktif flavonoid yang kadarnya lima kali lipat daripada beras
Pembuatan suspensi M. purpureus adalah dengan cara putih. Apabila kadar antosianin tinggi maka aktivitas
menuangkan 2 ml aquadest steril ke media miring biakan antioksidan tinggi. Dengan demikian, aktivitas antioksidan
murni M. purpureus, kemudian digojog menggunakan ose beras hitam menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan
untuk melepaskan spora-spora Monascus purpureus dan beras yang lain.
menuangkannya ke dalam erlenmeyer yang berisi substrat Beras merah juga mempunyai aktivitas antioksidan
padat beras putih, beras merah maupun beras hitam. yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan beras putih,
tetapi lebih rendah daripada beras hitam. Hal ini
Pembuatan angkak disebabkan beras merah memiliki pigmen alami yaitu
Angkak dibuat dengan cara memasukkan 100 gram antosianin dengan intensitas rendah yang merupakan
beras rendaman 40 jam ke dalam erlenmeyer, yang sumber warna merah, yang juga berperan sebagai
kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu antioksidan. Sedangkan pada beras putih tidak memiliki
121°C selama 15 menit. Setelah itu, didinginkan hingga pigmen alami seperti pada beras merah dan beras hitam.
suhu sekitar 36°C, beras rendaman diinokulasi dengan 2 ml Hal inilah yang menyebabkan pada beras putih memiliki
suspensi M. purpureus. Setelah itu, campuran tersebut aktivitas antioksidan yang paling rendah.
diaduk hingga rata dan diinkubasi pada suhu 27-32°C
WANTI et al. – Aktivitas antioksidan angkak Monascus purpureus 3
Tabel 1. Aktivitas antioksidan berbagai jenis beras antosianin tinggi maka aktivitas antioksidannya tinggi.
Menurut Ninan (2006), antosianin mempunyai aktivitas
Sampel Aktivitas antioksidan (%) antioksidan dua kali lipat dibandingkan katekin dan alfa-
Beras putih 18.40a tokoferol. Hal inilah yang menyebabkan aktivitas
Beras merah 39.50b antioksidan pada angkak berbeda-beda. Aktivitas
Beras hitam 46.20c antioksidan angkak yang dibuat dari bahan baku beras
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan putih, beras merah dan beras hitam ditunjukkan pada Tabel
tidak berbeda nyata dengan uji Duncan 5% (berlaku pada kolom 2.
yang sama) Hasil analisis aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa
angkak yang terbuat dari beras putih dan angkak yang
terbuat dari beras merah memiliki aktivitas antioksidan
Tabel 2. Rerata aktivitas antioksidan angkak dari berbagai jenis yang tidak berbeda nyata. Walaupun aktivitas antioksidan
beras angkak dari beras merah lebih tinggi, karena adanya
pigmen alami yang dimiliki beras merah yaitu antosianin
Sampel Aktivitas antioksidan (%) yang berperan sebagai antioksidan, tetapi perbedaan itu
tidak besar. Hal ini disebabkan, adanya pigmen dalam
Angkak dari beras putih 21.24a
beras merah ini diduga dapat menghambat pertumbuhan M.
Angkak dari beras merah 22.20a
Angkak dari beras hitam 45.01b purpureus selama proses fermentasi dalam pembuatan
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan angkak untuk menghasilkan metabolit sekunder berupa
tidak berbeda nyata dengan uji Duncan 5% (berlaku pada kolom pigmen alami yang mengandung antosianin, yang juga
yang sama). berperan sebagai antioksidan. Sehingga pembentukan
metabolit sekunder berupa pigmen yang dihasilkan oleh M.
purpureus berjalan lambat. Sedangkan pada beras putih
karena tidak memiliki pigmen alami, jadi selama proses
Tabel 3. Aktivitas antioksidan berbagai jenis beras dan angkak fermentasi dalam pembuatan angkak, M. purpureus dalam
pembentukan metabolit sekunder berupa pigmen dapat
Sampel Aktivitas antioksidan (%) berjalan dengan baik, sehingga pembentukan pigmen pada
Beras putih 18.40a angkak oleh M. purpureus yang mengandung antosianin
Beras merah 39.50b dapat terbentuk dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan
Beras hitam 46.20c angkak dari beras merah memiliki aktivitas antioksidan
Angkak dari beras putih 21.24d yang tidak berbeda nyata dengan angkak dari beras putih.
Angkak dari beras merah 22.20d Angkak yang terbuat dari beras hitam mengalami
Angkak dari beras hitam 45.01c
kenaikan aktivitas antioksidan secara nyata jika
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata dengan uji Duncan 5% (berlaku pada kolom dibandingkan dengan angkak dari beras merah dan angkak
yang sama). dari beras putih. Hal ini disebabkan, karena beras hitam
memiliki pigmen alami yaitu antosianin dengan intensitas
paling tinggi, dimana adanya pigmen ini menyebabkan
aktivitas antioksidannya tinggi. Walaupun dengan adanya
Pengujian DMRT (Duncan Multiple Range Test) pigmen dalam beras hitam tersebut memberikan
dengan tingkat signifikansi α = 0.05, menunjukkan bahwa penghambatan yang besar terhadap M. purpureus dalam
aktivitas antioksidan beras putih, beras merah dan beras pembentukan metabolit sekunder berupa pigmen selama
hitam memberikan hasil yang berbeda nyata. proses fermentasi pembuatan angkak. Tetapi hal ini tidak
mempengaruhi aktivitas antioksidan angkak yang terbuat
Aktivitas antioksidan angkak dari beras hitam, sehingga aktivitas antioksidannya tetap
Perbedaan warna beras yang digunakan dalam tinggi daripada angkak dari beras putih dan angkak dari
pembuatan angkak mempengaruhi besar kecilnya aktivitas beras merah. Dengan pengujian DMRT (Duncan Multiple
antioksidan yang dihasilkan pada angkak. Hal ini Range Test) dengan tingkat signifikansi α = 0.05,
menunjukkan bahwa adanya pigmen yang terdapat pada menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan angkak yang
tiap-tiap jenis beras mempengaruhi tingkat aktivitas terbuat dari beras hitam memberikan hasil yang berbeda
antioksidan pada angkak. Pada proses fermentasi dalam nyata terhadap angkak yang terbuat dari beras merah dan
pembuatan angkak, selain menghasilkan sel, M. purpureus beras putih.
juga menghasilkan metabolit sekunder berupa pigmen
Monascorubrin yang berwarna merah. Pigmen ini bersifat Aktivitas antioksidan antara beras dengan angkak
larut dalam air, kloroform, aseton, etanol dan metanol Pembuatan angkak selama ini dilakukan dengan
(Tisnadjaja 2006). Warna merah yang dihasilkan oleh M. menggunakan beras sebagai substrat. Beras yang cocok
purpureus merupakan pigmen alami yang mengandung digunakan sebagai substrat adalah beras yang memiliki
antosianin yang berperan sebagai antioksidan (Purbani kadar amilosa tinggi, tetapi rendah amilopektin (F.G.
2007). Antosianin merupakan sekelompok zat warna Winarno dan Titi S.R, 1994). Selain itu, beras juga
berwarna kemerahan yang larut di dalam air dan termasuk mengandung nutrisi yang dibutuhkan M. purpureus untuk
senyawa flavonoid (Kumalaningsih 2006). Apabila kadar pertumbuhan. Dalam penelitian ini menggunakan tiga jenis
4 B io fa r ma s i 13 (1): 1-5, Februari 2015
beras yang berbeda warnanya antara lain beras putih, beras alami yaitu antosianin dengan intensitas tinggi, tetapi hal
merah dan beras hitam. Adanya perbedaan warna ini ini tidak berpengaruh terhadap penurunan aktivitas
memberikan aktivitas antioksidan yang berbeda setelah antioksidan pada angkak yang dihasilkan. Selain itu,
dibuat menjadi angkak. Aktivitas antioksidan beras putih, adanya proses sterilisasi pada beras hitam juga tidak
beras merah dan beras hitam serta aktivitas antioksidan memberikan penurunan yang besar terhadap aktivitas
beras setelah dibuat menjadi angkak disajikan pada Tabel antioksidan angkak yang dihasilkan. Hal ini disebabkan,
3. karena pada beras hitam aktivitas antioksidannya sudah
Berdasarkan hasil analisis aktivitas antioksidan tinggi dengan adanya pigmen alami yaitu antosianin
menunjukkan bahwa beras putih setelah dibuat menjadi dengan intensitas yang paling tinggi. Apabila kadar
angkak mengalami kenaikan secara nyata. Hal ini antosianin tinggi maka aktivitas antioksidannya tinggi. Hal
disebabkan, aktivitas antioksidan beras putih rendah karena inilah yang menyebabkan aktivitas antioksidan angkak
tidak adanya pigmen alami. Tetapi tidak adanya pigmen yang dibuat dari beras hitam tidak mengalami penurunan
alami dalam beras putih inilah yang menyebabkan selama yang berbeda nyata dengan beras hitam awal.
proses fermentasi pembuatan angkak oleh M. purpureus Mekanisme penentuan aktivitas antioksidan dilakukan
dalam pembentukan metabolit sekunder berupa pigmen dengan menambahkan larutan DPPH 10-4 M sebagai
dapat berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan selama radikal sintetis dalam ekstrak angkak dari berbagai jenis
proses fermentasi, angkak yang terbuat dari beras putih, beras. Metode DPPH dipilih karena sederhana dan efektif
butiran-butiran berasnya dapat tertutup oleh miselia kapang untuk evaluasi aktivitas antioksidan dari bahan alam. Besar
M. purpureus dengan sempurna, sehingga warnanya aktivitas antioksidan pada angkak ditunjukkan dengan
terlihat merah pekat. Menurut Wong dan Koehler (1981), semakin besarnya penurunan intensitas warna ungu pada
pigmen M. purpureus terakumulasi pada miselia. Hal ini larutan yang dilakukan dengan mengamati penurunan
menunjukkan bahwa semakin banyak miselia yang terdapat absorbansi pada panjang gelombang 516 nm. Pokorny et. al
pada beras, kandungan pigmennya juga akan semakin (2001) menjelaskan bahwa penurunan absorbansi terjadi
tinggi. Dengan demikian, semakin tinggi pigmen yang karena penambahan elektron dari senyawa antioksidan
dihasilkan M. purpureus semakin tinggi juga aktivitas pada elektron yang tidak berpasangan pada gugus nitrogen
antioksidan angkak tersebut. Hal inilah yang menyebabkan dalam struktur senyawa DPPH.
aktivitas antioksidan beras putih berbeda nyata setelah
dibuat menjadi angkak.
Berbeda dengan beras merah yang digunakan sebagai KESIMPULAN
substrat dalam pembuatan angkak, aktivitas antioksidannya
mengalami penurunan yang nyata setelah menjadi angkak. Beras putih mengalami kenaikan aktivitas antioksidan
Hal ini diduga karena antosianin yang terdapat dalam secara nyata setelah dibuat menjadi angkak yaitu 18.40%
pigmen beras merah mengalami kerusakan selama proses menjadi 21.24%. Beras merah dan beras hitam (39.50%
sterilisasi media yang digunakan sebagai substrat untuk dan 46.20%) menunjukkan adanya penurunan aktivitas
pertumbuhan M. purpureus, sedangkan antosianin yang antioksidan setelah dibuat menjadi angkak beras merah
terdapat dalam pigmen beras merah intensitasnya rendah. (22.20%) dan angkak beras hitam (45.01%). Adanya
Rendahnya intensitas pigmen yang dimiliki beras merah pigmen yang dimiliki beras merah dan beras hitam
inilah diduga yang menyebabkan kerusakan antosianin menghambat pertumbuhan M. purpureus untuk
besar. Menurut Deman (1997), antosianin bersifat tidak pembentukan metabolit sekunder berupa pigmen, sehingga
stabil dan laju kerusakan lebih cepat pada suhu tinggi. aktivitas antioksidannya hanya berasal dari beras merah
Selain itu, adanya pigmen dalam beras merah juga dan beras hitam.
menghambat M. purpureus dalam pembentukan metabolit
sekunder berupa pigmen merah selama proses fermentasi
pembuatan angkak. Hal ini ditunjukkan pada saat proses DAFTAR PUSTAKA
fermentasi, angkak yang terbuat dari beras merah butiran-
butiran berasnya tidak dapat tertutup sempurna oleh miselia Afriansyah N. 1996. Radikal bebas dikenal untuk dikendalikan. Sadar
kapang, sehingga warnanya tidak terlihat merah pekat. Pangan dan Gizi 5 (1): 6-7.
Sedangkan pada beras merah sebelum dibuat menjadi Ardiansyah. 2005. Minum Angkak Menyehatkan.
www.beriptek.com/angkak. (16 Februari 2008).
angkak memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, karena Ardiansyah. 2007. Antioksidan dan Perannya Bagi Kesehatan.
tidak adanya perlakuan apapun dalam pengujian. Sehingga www.ardiansyah.multiply.com/ (16 Februari 2008).
pigmen alami yaitu antosianin yang terdapat pada beras Deman J. 1997. Kimia Makanan. Edisi kedua. Penerbit ITB. Bandung.
Fennema O. 1985. Food Chemistry. 2nd ed. Marcell Dekker, Inc.,
merah masih tinggi. Hal inilah yang menyebabkan aktivitas
New York
antioksidan angkak dari beras merah mengalami penurunan Kasim E, Astuti S, Nurhidayat N. 2005. Karakterisasi pigmen dan kadar
yang nyata dibandingkan dengan beras merah awal. lovastatin beberapa isolat Monascus purpureus. Biodiversitas 6 (4):
Hasil penelitian dari beras hitam setelah dibuat menjadi 245-247.
Kumalaningsih S. 2006. Antioksidan Alami. Penerbit Trubus Agrisarana,
angkak menunjukkan bahwa aktivitas antioksidannya
Surabaya.
mengalami penurunan yang tidak berbeda nyata. Beras Ninan L. 2006. Antosianin. www.kompas.com/kompas-
hitam memiliki penghambatan yang lebih tinggi pada M. cetak/0301/23/htm. (16 Februari 2008).
purpureus dalam pembentukan metabolit sekunder berupa Pokorny J, Yanishlieva N, Gordon M. 2001. Antioxidant in Food. CRC
Press, Cambridge, England.
pigmen. Hal ini dikarenakan beras hitam memiliki pigmen
WANTI et al. – Aktivitas antioksidan angkak Monascus purpureus 5
Purbani E. 2007. Tiga Bahan Alami Untuk DBD. www.agrina- Winarno FG, Rahayu, Sulistyowati T. 1994. Bahan Tambahan Untuk
online.com/show_article.php. (16 Februari 2008). Makanan dan Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Silalahi J. 2006. Makanan Fungsional. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Wong HC, Koehler PE. 1981. Production and isolation of an antibiotic
Suryono J. 2008. Beras Hitam. www.griyokulo.tv/beras%2520hitam.html. from Monascus purpureus and its relationship to pig production,
(16 Februari 2008). J Food Sci 42 ( 2): 589-592.
Tisnadjaja Dj. 2006. Bebas Kolesterol, Demam Berdarah dengan
Angkak. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.