Makalah Agama Human and Religion

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

MAKALAH

(PENDIDIKAN AGAMA ISLAM)

D-IV ENGLISH FOR BUSINESS COMMUNICATION AND PROFESSIONAL

Arranged By :
Mochamad Faizal Ferdian (2242820066)
Zakaria Muttaqin Aditama (2242820001)

STATE POLYTECHNIC OF MALANG


SOEKARNO HATTA STREET NO. 9. JATIMULYO MALANG
2023
PREFACE

Assalamu’alaikum Wr.Wb

First and foremost, we extend our heartfelt gratitude to Allah SWT, whose guidance and
grace have enabled us to successfully complete the paper entitled "Human and
Religion" within the designated timeframe. This paper has been crafted with the primary
objective of fulfilling the academic requirements set forth by Mr. Ikhsan Setiawan, our
esteemed lecturer in the Islamic Religious Education course.
In the course of preparing this paper, we encountered various challenges and hurdles.
However, through the unwavering support of numerous individuals, we were able to
surmount these obstacles. We are acutely aware that this paper may still contain
imperfections and errors. Therefore, we wish to express our sincere appreciation to all
those who contributed to the development of this paper. May Allah SWT reward your
assistance abundantly and bestow His blessings upon you. We acknowledge that this
work remains a work in progress, both in terms of its structure and content.
Consequently, we eagerly welcome constructive criticism and valuable suggestions
from our readers to enhance the quality of our future endeavors.
In conclusion, we hope that this paper serves as a source of enlightenment, offering
readers a deeper understanding of the intricate relationship between human beings and
their faith, as explored through the lens of religion.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Malang, 17 September 2023


ABSTRACT

In the paper titled "Human and Religion," we delve into the intricate relationship
between humanity and faith within the context of Islamic Religious Education. Our
study explores the profound influence of religion on human beliefs, behaviors, and
ethical foundations, underscoring its pivotal role in shaping character and fostering
moral responsibility. Drawing from Islamic teachings, we analyze how religious
education contributes to the development of individuals' spirituality and values,
promoting social cohesion within Islamic communities.

Moreover, we examine contemporary challenges faced in the realm of Islamic


Religious Education, emphasizing the need for adaptive pedagogical approaches to
accommodate diverse societal contexts. As we delve into these issues, we also highlight
the essential role played by religious educators in deepening students' understanding of
religious principles and nurturing critical thinking skills. Our paper serves as a valuable
resource for educators, scholars, and policymakers, offering insights into the intricate
dynamics that bind human beings to their faith and providing practical guidance for
cultivating a comprehensive comprehension of religion in the complexity of today's
world.
CHAPTER 1
HUMAN AND RELIGION
1.1 Konsep agama dan Islam
a. Konsep agama Agama adalah suatu sistem nilai yang diakui dan diyakini
kebenarannya dan merupakan jalan arah keselamatan hidup. Sebagai suatu sistem, suatu
agama harus meliputi tiga tatanan pokok:
1. Tata keyakinan atau credical, yaitu bagian yang paling mendasar berupa keyakinan
akan adanya suatu kekuatan yang supranatural, zat yang Maha Mutlak di luar kehidupan
manusia.
2. Tata peribadatan atau ritual, yaitu tingkah laku dan perbuatan perbuatan
manusia dalam berhubungan dengan zat yang diyakini sebagai konsekuensi dari keyakinan akan
keberadaannya.
3. Tata aturan, kaidah-kaidah atau norma norma yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia, atau manusia dengan alam lainnya sesuai dengan keyakinan
dan peribadatan.
Selanjutnya asal usul kata agama secara etimologi berasal dari Bahasa sansekerta;
agama, yaitu <a= berarti tidak, <gama= berarti kacau, dengan demikian agama berarti tidak
kacau atau teratur, tertib, aman dan sempurna. Orang yang meyakini ajaran agama
sebagai pedoman dalam hidup akan membimbing hidupnya menjadi teratur, tertib, aman,
sempurna dan bahagia. Fungsi agama dalam pengertian ini adalah memelihara integritas
diri seseorang atau kelompok orang agar hubungannya dengan Tuhan tidak kacau begitu juga
dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. Dalam konsep dunia Barat, agama disebut
dengan religion (Inggris), religion (Jerman), religie (Belanda) yang asal usual katanya
berasal dari Bahasa Latin religio yang berarti mengikat. Arti kata religio juga mencakup
way of life, yaitu peraturan peraturan tentang kebaktian dan kewajiban kewajibannya yang
menjadi alat untuk mengikat dan membimbing diri seseorang atau sekelompok orang
dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitar. Dalam konsep Islam, “
agama diterjemahkan dengan <Diin= dan <Millah=. Kata diin diambil dari surat Ali Imran
ayat 19 yang terjemahannya: <Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanya
Islam”. Kata diin ditafsirkan untuk pengertian agama Islam. Sementara dalam Bahasa
Arab kata diin dipahami sebagai Lembaga Ilahi yang memimpin manusia untuk
keselamatan di dunia dan akhirat. Secara hakiki <diin=adalah ajaran Allah berupa tatanan
kehidupan umat manusia di dunia menuju akhirat berupa konsep-konsep dan ketatapan
yang dihimpun dalam kitab suci yang telah diturunkan Nya. Di antara isi konsep-konsep itu
adalah perintah, larangan, kebaikan, bahaya, kesenangan, kesengsaraan, baik dalam hubungan
secara vertical kepada Allah maupun hubungan horizontal dengan sesama manusia. Dengan
demikian orang yang beragama adalah orang yang mengikuti dan mempedomani konsep-konsep
dan aturan yang diturunkan Allah dalam ayat-ayat Nya pada kitab suci secara baik dan benar
untuk hidupnya. Dalam pada itu, kata <millah= dapat diartikan dengan praktek atau
implementasi dari aturan-aturan yang diturunkan oleh Allah melalui contoh yang diajarkan oleh
para nabi dan Rasul Nya berupa praktek secara nyata yang dicontohkan kepada umatnya.
Sebagai contoh dalam surat Ali Imran ayat 95 dijelaskam sebagai berikut: <Katakanlah:
"Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan
bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.” Kata millah dalam ayat ini merujuk
kepada pengertian praktek aturan Allah dalam agama untuk menunaikan ibadah hajji ke
Baitullah Al Haram. Syariat Islam dalam bentuk ibadah hajji seperti yang telah dicontohkan
oleh Nabi Ibrahim as. dilanjutkan dan yang disempurnakan oleh syariat Islam yang disampaikan
oleh Nabi Muhammad saw, dalam hajji wada’. Dengan demikian semua ajaran yang diturunkan
Allah kepada nabi dan rasulnya dalam bentuk diin al Islam harus diikuti oleh umatnya
melalui contoh yang telah diperagakan oleh para nabi dan rasul, karena mereka dibimbing
langsung oleh Allah untuk mengimplementasikan/praktek ajaran Islam untuk umat
manusia. Dari penjelasan ini dapat disederhanakan tentang pengertian diin dan millah,
bahwa diin adalah teori berupa informasi dari Allah melalui ayat-ayat Nya, sementara
millah adalah perwujudan dari teori atau informasi Allah dalam bentuk
pelaksanaan/praktek. Sebagai contoh, ayat perintah shalat, Allah memerintahkan
mendirikan shalat: <dirikanlah shalat, bayarkan zakat” = (diin), Wujud dari mendirikan
shalat ini dicontohkan langsung oleh nabi Muhammad saw, seperti dalam hadist, yang
artinya: <Shalatlah kamu seperti aku shalat= = (millah). Ayat tentang perintah shalat,
dicontohkan langsung oleh Rasulullah saw. b. Klasifikasi Agama Dilihat dari sifat dan
sumbernya, agama dapat diklasifikasikan kepada dua kategori, yaitu: agama wahyu/samawi dan
agama ardhi/budaya. Agama wahyu/samawi adalah agama yang diturunkan oleh Allah dari
langit ke bumi untuk umat manusia melalui rasul-rasul Nya secara sempurna. Sementara
agama budaya/ardhi adalah agama yang tumbuh di bumi berdasarkan hasil pemikiran atau
renungan yang dilakukan oleh manusia tertentu. Agama wahyu menghendaki kepada
Tuhan pemberi Wahyu, kepada rasul rasul penerima Wahyu dan kepada kitab kitab kumpulan
wahyu serta pesannya disebarkan kepada seluruh manusia. Sedangkan ardi/ budaya tidak
memandang penyerahan kepada Tuhan dan menaati aturan-aturannya sebagai suatu hal
yang potensial. Perbedaan ke dua jenis agama ini adalah sebagai berikut:

No AGAMA WAHYU/SAMAWI AGAMA BUDAYA/ARDHI


1 Konsep Ketuhanannya
monotheisme/meyakini satu
Tuhan Konsep
Ketuhanannya
polytheisme/
meyakini
banyak
Tuhan/lebih
dari satu.
Konsep Ketuhanannya polytheisme/ meyakini
banyak Tuhan/lebih dari satu.
2 Mempunyai kitab suci yang Tidak punya kitab suci yang diturunkan pleh
diturunkan oleh Tuhan yang satu. Tuhan
3 Ajarannya disampaikan oleh Ajarannya tidak disampaikan oleh Nabi/Rasul
Nabi/Rasul
4 Ajarannya langgeng/tetap Ajarannya berubah ubah
5 Ajaran berlaku Ajarannya berlaku khusus/parsial dan dibuat oleh
universal/menyeluruh dan manusia untuk manusia
diturunkan kepada manusia dan
tuhan
c. Fungsi Agama
Agama bagi merupakan kebutuhan alamiah (fitrah) manusia. Sebagai fitrah
manusia melahirkan keyakinan bahwa agama adalah satu-satunya cara pemenuhan semua
kebutuhan hidup manusia. Posisi ini tidak munkin digantikan dengan tatanan apapun.
Munkin semua kebutuhan jasmani dapat dipenuhi oleh manusia melalui kemampuan ilmu
dan teknologi yang dikuasai manusia secara maksimal, namun kebutuhan secara rohaniah
tidak munkin dipenuhi melalui kemampuan ilmu dan teknologi, karena rohani punya kebutuhan
non materi. Rohani manusia adalah ciptaan dan pemberian Tuhan secara langsung yang
bersifat abstrak/gaib. Pemenuhan kebutuhan manusia secara rohani hanyalah dapat diperoleh
secara sempurna melalui ajaran agama. Pemenuhan kebutuhan manusia melalui pemikiran
diyakini belum dapat memberi kepuasan bagi manusia karena akal pikiran selalu berubah
dan sementara. Untuk itu diperlukan konsep dan tatanan yang tidak berobah dan abadi, konsep
ini hanyalah yang bersumber dari yang abadi juga yaitu Allah Tuhan yang Maha Pencipta
makhluknya. Informasi yang bersumber dari Tuhan ini mepunyai kebenaran yang mutlak,
tidak berobah-obah dan pasti. Melalui kebenarang yang mutlak inilah rohani manusia
mendapat pemenuhan kebutuhannya secara sempurna dan pasti. Kehidupan manusia, suka
atau tidak suka mengandung penderitan-penderitaan, kesedihan-kesedihan, kegagalan, dan
kegalauan begitu juga kegembiraan, kesenangan, prestasi dan keberhasilan. Manusia wajib
berjuang mengatasi kepahitan menjadi rasa manis, penderitaan menjadi kebahagiaan, akan
tetapi ada beberapa peristiwa di dunia ini yang tidak dapat dicegah dan diputuskan oleh
manusia, seperti proses menua (tua). Keyakinan keagamaan menciptakan di dalam diri manusia
kekuatan untuk bertahan dan menjelmakan kepahitan menjadi terasa manis. Seorang yang
beriman tahu bahwa segala sesuatu dunia ini berada didalam suatu aturan pola tertentu.
Usia tua tidak berarti akhir kehidupan, dan seorang yang beriman selalu menyibukan
dirinya sendiri dengan tindakan tindakan mendekatkan diri dan berdo’a kepada Allah,
maka dengan demikian usia tua menjadi makin membahagiakan daripada usia mudanya
dulu. Salah satu akibat kehidupan kontemporer yang bersumber dari ketiadaan keyakinan
keagamaan adalah meningkatnya penyakit saraf dan psikologis. Oleh sebab itu manusia hidup di
muka bumi hendaknya menyadari siapa, dari mana dan mau ke mana dia. Dia tidak dapat
berdiri sendiri tampak mengadakan hubungan dengan sesamanya, dengan alam sekitarnya
serta dengan Penciptanya. Dalam membina kehidupan manusia tidak dapat hanya
mengandalkan kemampuan akal semata, akan tetapi harus ada bimbingan serta petunjuk dari
yang Maha Menciptakan. Karena itulah Allah yang Maha tahu akan kelemahan yang ada pada
diri manusia memberikan bimbingan agar dalam kehidupannya selalu mengucapkan ‫ميقتسمال‬
‫طاص‬㔱 ‫ ال اندها‬. Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. 6. Diturunkan kepada manusia oleh
Tuhan Dibuat oleh manusia untuk manusia. Dari uraian di atas dpat disimpulkan bahwa
agama wahyu hanyalah agama Islam, dan selain agama Islam adalah agama budaya.

d. Islam Agama yang Mutlak


Benar Keyakinan bahwa Islam satu-satunya Agama yang Benar adalah termasuk
perkara yang bersifat qath’i , tsawabit dan badihiy (pasti, tetap dan jelas) —minal umuridl-
dlaruriyah fid diin), yakni termasuk di antara perkara-perkara agama yang bersifat
dhlaruriyah (suatu keharusan) karena telah disepakati dan didukung oleh seluruh ulama
sepanjang masa, lebih-lebih oleh salafus salih berdasarkan nash-nash yang jelas dan tegas.
Namun demikian, sekarang perkara tersebut sering mendapat rongrongan dari kalangan-
kalangan tertentu dengan mengatasnamakan toleransi agama. Mereka menyebarkan paham
pluralisme agama dan mengecam setiap orang yang meyakini dan menyatakan kebenaran
agamanya dan kesesatan agama lain. Kelompok ini menyebarkan pahamnya dengan
berbagai cara, baik melalui TV, majalah, koran, buku-buku dan film-film. Mereka tidak
segan-segan mengutip ayat-ayat al-Qur’an yang ditafsirkan menurut selera mereka, Padahal
hal itu jauh dari manhaj yang benar. Oleh sebab itu kita perlu untuk menegaskan ulang
bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang mutlak benar. Mematuhi ajaran-ajaran
Agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan kepribadian
dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam al-Qur’an, Allah telah
menegaskan tentang kebenaran Islam sebagai agama bagi seluruh umat manusia. Di
antara penegasan tersebut terdapat dalam beberapa surat sebagaiberikut: Surat Ali Imran/3
ayat 83 Terjemah: Apakah selain agama Allah yang mereka cari, padahal hanya kepada-Nya
tunduk siapapun yang ada di langit-langit dan di bumi, baik karena taat maupun terpaksa.
Dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan. Ayat ini menjelaskan bahwa agama yang
benar adalah agama yang datang dari Allah SwT. Dalam firman-Nya yang lain, pada surat
Ali Imran ayat 19, Allahmenegaskan:nTerjemah: Sungguh agama yang diridlai di sisi
Allah adalah agama Islam. Kemudian, dalam surat Ali Imran ayat 15, Allah SwT.
berfirman: Terjemah: Barangsiapa yang mencari agama lain selain Islam maka ia tidak akan
diterima dan kelak di akhirat tergolong orang-orang yang merugi.Dalam surat al-Ma’idah
ayat 3 Allah juga menegaskan: Terjemah: Hari ini Aku telah sempurnakan bagimu agamamu
dan Aku telah cukupkan bagimu nikmat-Ku dan aku telah meridlai Islam sebagai agama
untukmu. Dalam al-Qur’an terdapat beberapa nama untuk menyebut agama yang benar
(agama Islam), yaitu <al-Islam= seperti tersebut nama itu dalam surat Ali Imran: 85 dan
surat al-Ma’idah: 3. Nama lain dari agama Islam adalah ad-Dinul Qayyim seperti tersebut
dalam surat at-Taubah: 36. Dan dalam surat al-Bayyinah: 5 disebut dengan istilah Dinul
Qayyimah. Sebutan lain adalah Dinullah, seperti dalam surat Ali Imran: 83 dan an-Nashr:
2; <Dinul Haq= seperti tersebut dalam surat at-Taubah: 29 dan 33. Penegasan Allah SWT.
dalam al-Qur’an yang mengatakan bahwa Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w.
sebagai satu-satunya agama yang benar ajarannya dapat dikuatkan dengan alasan dan bukti
sebagai berikut:
1. Islam sebagai agama yang jelas asal usulnya, yaitu sebagai agama wahyu yang terakhir.
2. Islam dibawa oleh seorang Nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SwT.
3. Ajaran Islam diterangkan dalam Al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir bagi seluruh umat
manusia.
4. Ajaran Islam tidak ada yang bertentangan dengan fitrah manusia, tetapi mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia.
Hal ini sesuai dengan ayat al-Qur’an dalam surat al-Ma’idah ayat 3 sebagaimana telah
disebutkan di atas; dan surat Rum ayat 30, terjemah: Maka hadapkanlah wajahmu kepada
agama (Islam), fitrah Allah, dimana Dia menciptakan manusia diatas fitrah tersebut. Tidak ada
perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.
5. Ajaran Islam tertumpu pada ajaran mengesakan Tuhan dan bertujuan menjadikan
manusia sebagai sumber kabaikan.
6. Ajaran Islam dapat diamalkan dengan mudah dan praktis oleh orang yang beriman (tidak
memerlukan upacara yang rumit), dan semua ajarannya baik dan lurus sesuai dengan
fitrah manusia yang tidak mau dipersulit dan yang kecenderungannya kepada yang baik dan
lurus.
Q.s. al-Baqarah ayat 286: Terjemah: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.

E. Karakteristik Dinul Islam


Dinul Islam/agma Islam mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki agama lain dan
sekaligus merupakan kekuatannya.
1. Agama Islam adalah agama Allah (dinullah), yakni seluruh ajarannya bersumber dari
Allah swt., baik melalui wahyu langsung (al-Qur’an) maupun tidak langsung (Hadits
Nabi). Allah berfirman dalam al-Qur’an surat az-Zumar ayat 2, terjemah: Sesungguhnya Kami
menurunkan kepadamu Kitab (al-Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sem-bahlah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (Lihat pula surat as-Sajdah ayat 2)
2. Agama Islam mengandung ajaran-ajaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia (syumul).
3. Agama Islam berlaku untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman (al-’umum)
4. Agama Islam mengandung ajaran-ajaran yang sesuai fitrah manusia. Terjemah: Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.s. ar-Ruum ayat
30). Fitrah Allah maksudnya adalah ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri
beragama, yaitu: agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu
tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.

5. Agama Islam menempatkan akal manusia pada tempat yang sebaik-baiknya. Terjemah:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-
ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (Qs. al-A’raf ayat 9). Terjemah: Tidakkah
kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di
langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin.
Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan
atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan (Q.s. Luqman ayat 20).
6. Agama Islam berfungsi sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Al-Qur’an surat al-
Anbiya’ ayat 107, terjemah: Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.
7. Agama Islam mengarahkan umat manusia ke masa depan (akhirat) tanpa melupakan
masa kini (dunia), sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat Qashash ayat 77,
terjemah: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
buat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepa-damu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesung-guhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. Bagi orang yang beriman, masa depan itu penuh
harapan. Karenanya, ia harus selalu optimis dan menghilangkan pesimisme. 8. Agama Islam
menjanjikan balasan (al-jaza’), yakni: surga bagi orang-orang yang beriman, dan neraka
bagi orang yang kufur kepada Allah swt. Firman Allah, al-Qur’an surat al- Bayyinah ayat
6-8, terjemah: Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni Ahli Kitab dan kaum musyrikin akan
masuk neraka jahan-nam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruknya
makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, mereka itulah
sebaik-baik makhluk. Balasan mereka disisi Tuhannya ialah surga 8Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha ter-hadap
mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada Tuhannya.

2.2 AGAMA KEBUTUHAN MANUSIA


A. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Sebelum membicarakan kebutuhan manusia terhadap agama, ada baiknya
membicarakan pengertian agama, agar tidak membingungkan pembahasan berikutnya.
Dalam beberapa sumber ditemukan bahwa ada beberapa kata yang menunjukkan pengertian
agama. Secara sederhana, pengertian agama dapat dilihat dari sudut kebahasaan
(etimologis) dan sudut istilah (terminologis). Mengartikan agama dari sudut kebahasaan
akan terasa lebih mudah daripada mengartikan agama dari sudut istilah, karena pengertian
agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan subyektivitas dari orang yang
mengartikannya. Atasdasar ini, maka tidak mengherankan jika muncul beberapa
ahli yang tidak tertarikmendefinisikan agama. James H. Leuba, misalnya, berusaha
mengumpulkan semua definisiyang pernah dibuat orang tentang agama, tidak kurang dari
48 teori. Namun, akhirnya ia berkesimpulan bahwa usaha untuk membuat defenisi agama
itu tak ada gunanya karenahanya merupakan kepandaian bersilat lidah. Selanjutnya
Mukti Ali pernah mengatakan,barangkali tidak ada kata yang paling sulit diberi
pengertian dan defenisi selain dari kataagama. Pernyataan ini didasarkan kepada tiga alasan.
Pertama, bahwa pengalaman agama adalah soal batin, subyektif dan sangat individualis
sifatnya. Kedua, barangkali tidak adaorang yang begitu bersemangat dan emosional
daripada orang yang membicarakan agama.Karena itu, setiap pembahasan tentang arti
agama selalu ada emosi yang melekat eratsehingga kata agama itu sulit
didefinisikan. Ketiga, kosepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang
memberikan definisi tersebut.1Senada dengan Mukti Ali, M. Sastrapratedja mengatakan
bahwa salah satu kesulitan untuk berbicara mengenai agama secara umum adalah adanya
perbedaan-perbedaan dalam memahami arti agama dan disamping adanya perbedaan juga
dalam cara memahmi sertapenerimaan setiap agama terhadap suatu usaha memahami
agama. Setiap agama memiliki interpretasi diri yang berbeda dan keluasan interpretasi diri
itu juga berbeda-beda. Sampai sekarang perdebatan tentang definisi agama masih belum
selesai, sehingga W.H.Clark, seorang ahli Ilmu Jiwa Agama, sebagaimana dikutip Zakiah
Daradjat mengatakan,bahwa tidak ada yang lebih sukar daripada mencari kata-kata yang
dapat digunakan untuk membuat definisi agama karena pengalaman agama adalah
subyektif, intern dan individual,dimana setiap orang akan merasakan pengalaman agama
yang berbeda dari orang lain.3Pengertian agama dari segi bahasa dapat kita ikuti antara lain
uraian yang diberikan Harun Nasution. Menurutnya, dalam masyarakat Indonesia selain dari
kata agama, dikenanpula kata din dari bahasa Arab dan kata religi dalam bahasa Eropa.
Menurutnya, agamaberasal dari kata sanskrit. Menurut satu pendapat, demikian Harun
Nasution mengatakan,kata itu tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi agama
artinya tidak pergi,tetap di tempat, diwarisi secara turun-temurun. Hal demikian
menunjukkan pada salah satusifat agama, yaitu diwarisi secara turun-temurun dari satu
generasi ke generasi lainnya.Selanjutnya ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa
agama berarti teks atau kitab suci,dan agama-agama memang mempunyai kitab-kitab suci.
Selain itu agama dalam bahasa Arab berarti “Addin” yang artinya kepatuhan,
kekuasaan,atau kecenderungan. Agama bias juga berasal dari gabungan “a” yang artinya
tidak dan“gama” artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau. Agama juga merupakam
terjemahan dari bahasa Inggris, “religion” atau religi yang artinya kepercayaan
dan penyembahanTuhan.4Agama pada umumnya dapat meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.Tata keimanan atau keyakinan atas adanya sesuatu yang Mutlak di luar manusia.
2.Tata peribadahan manusia kepada yang dianggapnya mutlak.
3.Tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainya,sesuai
dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas.
5Agama juga berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari
keberadaanya sendiri dan keberadaan alam semesta. Selanjutnya Moenawar
Chalil,mendefinisikan agama adalah cara atau adat kebiasaan, peraturan, undang-undang,
taat ataupatuh, menunggalkan ketuhanan, pembalasan, perhitungan, hari kiamat, nasihat,
sedangkan M. Driyarkarsa S.J mendifinisikan agama dengan mengganti istilah agama
dengan religi,religi adalah ikatan atau pengikatan diri.6Dilihat dari aspek duniawinya, atau
lebih tepat dalam kehidupan masyarakat, agamamerupakan sumber nilai dan kekuatan
mobilisasi yang sering menimbulkan konflik dalamsejarah umat manusia.Selanjutnya,
karena banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan oleh paraAhli, Harun Nasution
mengatakan bahwa agama dapat diberi definisi sebagai berikut:
a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
harusdipatuhi.
b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
c. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan padasuatu
sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia
d. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
e. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.
f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber padasuatu
kekuatan gaib.
g. Pemujaan kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takutterhadap
kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
h. Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.Jadi, agama
adalah suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang mutlak, yang dimana keyakinan tersebut
dianggap yang paling benar.
Selanjutnya din dalam bahasa Semit berarti Undang-Undang atau hukum. Dalam Bahasa
Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan
dankebiasaan Sementara itu Elizabeth K. Nottingham yang pendapatnya tersebut tampak
lebih menunjukkan pada realitas objektif, yaitu bahwa ia melihat pada dasaranya
agama itu bertujuan mengangkat harkat dan martabat manusia dengan cara
memberikan suasana batin yang nyaman dan menyejukkan, tapi juga agama terkadang
disalahgunakan oleh penganutnyauntuk tujuan-tujuan yang merugikan orang lain. Substansi
agama bersifat transenden tetapi juga sekaligus imanen. Ia transenden, karenasubstansi
agama sulit di definisikan dan tidak terjangkau kecuali melalui predikat atau bentuk
formalnya yang lahiriah. Namun begitu, agama juga imanen karena sesungguhnya
hubungan antara predikat dan substansi tidak mungkin dipisahkan. Kalau saja substansi
agama bisa dibuat hierarki, maka substansi agama yang paling primordial hanyalah satu.
Ia bersifat parennial, tidak terbatas karena ia merupakan pancaran dari yang mutlak. Ketika
substansi agama hadir dalam bentuk yang terbatas, maka sesungguhnya agama pada waktu
yang sama bersifat universal sekaligus partikular. Selanjutnya, Taib Thahir Abdul Mu’in
mengemukakan definisi agama sebagai suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa
seseorang yang mempunyai akal untuk dengan kehendak dan pilihannya sendiri
mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dijumpai 4 unsur yang menjadi karakteristik agama
sebagai berikut
a). Pertama, unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib.
b). Kedua, unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup didunia dan
akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik dengankekuatan yang dimaksud.
c). Ketiga, unsur respon yang bersifat emosional dari manusia
d). Keempat, unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentukkekuatan
gaib, dalam bentuk kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran agama yang
bersangkutan, tempat-tempat tertentu, peralatan untukmenyelenggarakan upacara dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa agama
adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam
kitabsuci yang turun menurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan
untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di
dunia danakhirat.Dari kesimpulan tersebut dapat dijumpai adanya lima aspek yang
terkandung dalamagama. Pertama, aspek asal-usulnya, yaitu ada yang berasal dari
Tuhan seperti agamas amawi, dan ada yang berasal dari pemikiran manusia
seperti agama ardli atau agama kebudayaan. Kedua, aspek tujuan nya yaitu untuk
memberikan tuntunan hidup agar bahagia di dunia dan akhirat. Ketiga, aspek ruang
lingkupnya, yaitu keyakinan akan adanya kekuatan gaib, keyakinan manusia bahwa
kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya
hubungan baik dengan kekuatan gaib, respon yang bersifatemosional, dan
adanya yang dianggap suci. Keempat, aspek pemasyarakatannya, yaitu disampaikan
secara turun temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi lain. Kelima,aspek
sumbernya, yaitu kitab suci.
B. Fungsi Agama dalam Kehidupan Manusia
adalah mahluk yang memiliki rasa keagamaan, kemampuan untuk
memahami dan mengamalkan nilai agama. Tugas manusia didunia yaitu
ibadah danmengabdi kepadanya. Fungsi agama yaitu sebagai pustaka kebenaran,
dimana agama diibaratkan sebagaisuatu gedung perpustakaan kebenaran.10 Agama
dapat dijadikan suatu pedoman dalammengambil suatu keputusan antara yang
benar dan yang salah.Peranan sosial agama bagi masyarakat berarti peran agama dalam
menciptakan suatuikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa
masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu
mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem
kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga
agama menjamin adanya konsensus dalam Masyarakat Manusia menyelesaikan
tantangan-tantangan hidup dengan menggunakan agama,karena manusia percaya
dengan keyakinan yang kuat bahwa agama memiliki kesanggupan dalam menolong
manusia. Fungsi agama dalam kehidupan antara lain:
1. Fungsi Edukatif
Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran tentang boleh tidaknyasuatu
perbuatan, cara beribah, dll dengan perantara petugas-petugasnya (fungsionaris).
2. Fungsi Penyelamatan
Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral”
dan“makhluk teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalamyang
hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan.
3. Fungsi Pengawasan Sosial
Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral (yangdianggap
baik) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hukumNegara modern.
4. Fungsi Memupuk PersaudaraanKesatuan persaudaraan atas dasar se-iman,
merupakan kesatuan tertinggikarena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan
sebagian dari dirinyasaja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan.
5. Fungsi Transformatif Mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai
lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.Selain fungsi di atas,
agama juga memiliki fungsi antara lain:
a.Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
b. Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusiadengan
manusia.
c.Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
d. Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
e.Pedoman perasaan keyakinan
f. Pedoman keberadaan
g. Pengungkapan estetika (keindahan)
h. Pedoman rekreasi dan hiburan
i. Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
Secara alamiah, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya.
Inidapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana.
Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang
dapat mem bebaskan nya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa
manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.

3.3 Dimensi Ajaran Islam


Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap yang mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia. Islam memiliki tiga dimensi utama yang saling berkaitan dan
melengkapi satu sama lain, yaitu iman, islam dan ihsan. Ketiga dimensi ini merupakan
kerangka dasar ajaran Islam yang harus dipahami dan diamalkan oleh setiap muslim.

Iman: Keyakinan yang Kokoh


Iman adalah keyakinan atau percaya dengan cara membenarkan sesuatu dalam hati,
kemudian diucapkan oleh lisan, dan dikerjakan dengan amal perbuatan. Iman tersebut
meliputi enam perkara yang disebut dengan rukun iman, yaitu percaya kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan qadar baik dan
buruknya.

Iman adalah dasar dari agama Islam. Tanpa iman, seseorang tidak bisa disebut sebagai
muslim. Iman adalah sumber motivasi dan inspirasi bagi seorang muslim untuk
menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah. Iman juga merupakan penentu tingkat
kebahagiaan dan keselamatan seseorang di dunia dan akhirat.

Islam: Ketaatan yang Menyeluruh


Islam adalah bersaksi tidak ada Tuhan yang haq disembah kecuali Allah SWT dan
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah SWT, mengerjakan shalat, membayar
zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu. Islam adalah lima
perkara yang disebut dengan rukun Islam.
Islam adalah manifestasi dari iman. Dengan iman yang kuat, seseorang akan
menunjukkan ketaatan dan kesetiaannya kepada Allah dengan menjalankan perintah-
perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Islam adalah cara hidup yang sesuai
dengan fitrah manusia dan syariat Allah. Islam juga merupakan jalan menuju kesempurnaan
dan kedamaian hidup.

Ihsan: Akhlak yang Mulia Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah kita
melihat-Nya. Jika kita tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat kita. Ihsan
adalah tingkat tertinggi dari agama Islam. Ihsan adalah kesempurnaan dalam beribadah dan
berakhlak.

Ihsan adalah buah dari iman dan islam. Dengan iman dan islam yang mantap, seseorang
akan mencapai ihsan, yaitu kesadaran dan kecintaan yang mendalam kepada Allah sehingga
selalu berusaha untuk menyenangkan-Nya dengan segala ucapan dan perbuatan. Ihsan juga
berarti berbuat baik kepada diri sendiri, sesama manusia, binatang, tumbuhan dan
lingkungan.

Kesimpulan
Iman, islam dan ihsan adalah tiga dimensi ajaran Islam yang saling terkait dan
melengkapi satu sama lain. Tidak ada satu dimensi pun yang bisa dipisahkan atau diabaikan
dari dimensi lainnya. Seorang muslim harus berusaha untuk mengembangkan ketiga
dimensi ini dalam dirinya agar menjadi hamba Allah yang sempurna.

4.4 Metode Memahami Islam


Cara memahami ajaran islam setidaknya ada tiga pendekatan yang harus di tempuh oleh
setiap orang agar dapat menemukan sebuah kejelasan dalam ajaran agama, pertama Naqli
(sumber dasar ajaran islam), kedua Aqli (menggunakan pemikiran yang sehat tanpa dorongan
nafsuh berlebihan) dan ketiga adalah kasyfi (pendekatan dengan meyakini sesuatu yang tak
Nampak).5 Dalam jurnal Azis Fajri Syarifudin Retno Ajiyastuti, untuk dapat memahami studi
islam yang di ungkapkan oleh Mukti Ali, terdapat beberapa metode pendekatan;
a. Pendekatan Sosio Historis
Merupakan gabungan dari kehidupan social dan peristiwa yang terjadi
dari sisi kehidupan manusia. Mukti Ali menjelaskan pentingnya melihat pada
aspek social dalam pendekatan studi islam. Mukti Ali juga mengatakan tidak
kala perting juga kita melihat dari sisi sejarah, suatu kejadian di masa lampau
sebagai jembatan pengetahuan dalam memahami ajaran dari berbagai segi
kehidupan, baik keyakinan maupun kebudayaan.
b. Pendekatan Tipologi
Pendekatan ini merupakan sebuah cara untuk memahami ajaran islam
dari keberagaman suatu budaya dan agama. Dalam pendekatan ini terdapat lima
aspek sebagai perbandingan antar agama;
1) Tuhan, sebagai keyakinan masing-masing agama untuk di sembah.
2) Nabi, setiap agama meyakini terhadap Nabi sebagai pembawa risalah dan
ajaran agama.
3) Kitab, agama yang ada di dunia mempunyai kita suci sebagai pedoman
hidup.
4) Keadaan dan waktu munculnya Nabi dari setiap agama dan orang-orang
yang didakwahinya, dengan metode yang berbeda-beda dalam
menyampaikan ajaran aagama.
5) Orang-orang yang mendapatkan ajaran agama merupakan hasil nyata dari
proses dakwah Nabi.
Dalam memahami ajaran islam tidak hanya menggunakan motodologi satu saja perlu
banyak metodologi yang digunakan dalam mempelajari agama. Dalam hal ini Mukti Ali
memberi tawaran, untuk mempelajari serta memahami ajaran islam perlu adanya metode
pendekatan, yaitu scientific-cum-doctrinaire mengkombinasikan pendekatan normative
(bertindak sesuai kaidah yang berlaku) dengan pendekatan empiris (hasil pengalaman terhadap
fenomena yang terjadi di sekita). Melalui pendekatan tersebut islam (ajaran-nya) dapat dianalisa
dan diinterpretasikan secara doktriner, historis dan empiris.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita pahami bahwa dalam memahami ajaran islam
diperlukan dua metode sebagai pendekatan dasar bagi kita untuk mendeskripsikan suatu
masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia. Pertama dalil naqli, sebagai peraturan dasar
yang memuat perintah dan larangan, akan tetapi tidaksemau yang dilakukan manusai termuat
dalam dalil naqli, hal tersebut di butuhkan
sesuatu yang dapat menjawabnya yaitu, dalil aqli sebagai cara untuk mengatasi masalah yang
terjadi di tatanan masyarakat. Jadi antara dalil naqli dengan dalil aqli
adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena merupakan unsur yang terpenting dalam
memahami ajaran islam.
5.5 Future of Religion
Sebelum Muhammad, sebelum Yesus, sebelum Buddha, ada seorang Zoroaster. Sekitar
3.500 tahun yang lalu, pada Zaman Perunggu Iran, dia mendapatkan visi tentang satu-satunya
Tuhan yang tertinggi. Selang 1.000 tahun kemudian, Zoroastrianisme, agama monoteistik besar
pertama di dunia menjadi kepercayaan resmi Kekaisaran Persia yang perkasa. Kuil-kuil apinya
dihadiri oleh jutaan umat. 1.000 tahun setelah itu, kekaisaran runtuh, dan para pengikut
Zoroaster dipaksa dan dimualafkan ke agama baru penakluk mereka, Islam. Lalu 1.500 tahun
kemudian, hari ini, Zoroastrianisme adalah kepercayaan yang sekarat. Jumlah para penyembah
api kudusnya telah mencapai titik paling minim. Kita menerima begitu saja keyakinan bahwa
agama dilahirkan, tumbuh dan mati, tetapi anehnya kita juga abai terhadap kenyataan tersebut.
Ketika seseorang mencoba untuk memulai agama baru, dia sering dianggap sebagai aliran sesat.
Ketika kita mengakui suatu iman, kita memperlakukan ajaran dan tradisinya sebagai suatu yang
abadi dan sakral. Dan ketika sebuah agama mati, ia menjadi mitos, dan klaimnya atas kebenaran
suci berakhir. Kisah-kisah tentang panteon Mesir, Yunani dan bangsa Norwegia sekarang
dianggap legenda, bukan lagi kitab suci. Bahkan agama-agama besar masa kini pun sebenarnya
telah melewati tahapan evolusi sepanjang sejarah.
Kekristenan awal, misalnya, adalah kepercayaan yang dulunya benar-benar sangat luas.
Termasuk di dalamnya, dokumen-dokumen kuno berisi narasi tentang kehidupan keluarga
Yesus dan bukti-bukti kebangsawanan Yudas. Butuh waktu tiga abad bagi agama Kristen untuk
melakukan konsolidasi dan menyepakati sebuah kanon kitab sucinya. Kemudian pada 1054,
gereja itu terpecah menjadi Gereja Ortodoks Timur dan Katolik. Sejak itu, agama Kristen terus
tumbuh dan terpecah menjadi kelompok-kelompok yang semakin berbeda, dari Quaker yang
senyap hingga gereja Pentakosta yang menggunakan ular dalam khotbahnya. Jika Anda yakin
iman Anda telah berada di level kebenaran tertinggi, Anda mungkin menolak gagasan bahwa
agama itu bisa saja berubah. Tetapi jika sejarah menjadi patokan, tidak peduli seberapa kuat
kepercayaan kita saat ini, agama mungkin akan bertransformasi atau berubah pada waktunya
ketika berpindah ke keturunan kita, atau menghilang begitu saja. Satu jawaban terkenal datang
dari Voltaire, filsuf Prancis abad ke-18, yang menulis: "Jika Tuhan tidak ada, maka sangat perlu
untuk menciptakannya." Karena Voltaire adalah kritikus yang sangat tajam terhadap organisasi
agama, ucapan ini sering dikutip dengan sinis. Tapi faktanya, dia benar-benar jujur. Dia
berpendapat bahwa kepercayaan pada Tuhan diperlukan agar masyarakat berfungsi, meskipun
dia tidak menyetujui monopoli yang dipegang gereja atas kepercayaan itu. Banyak mahasiswa
modern jurusan agama setuju. Gagasan bahwa agama diperlukan untuk melayani kebutuhan
masyarakat dikenal sebagai pandangan fungsionalis tentang agama. Ada banyak hipotesis
fungsionalis, antara lain gagasan bahwa agama adalah "candu massa", yang digunakan oleh
yang si kuat untuk mengendalikan orang miskin lemah. Ada pula proposal bahwa iman
mendukung intelektualisme abstrak yang diperlukan untuk sains dan hukum. Salah satu tema
yang sering muncul adalah kohesi sosial: agama menyatukan sebuah komunitas, yang kemudian
dapat membentuk kelompok perburuan, membangun kuil atau mendukung sebuah partai politik.
Kepercayaan-kepercayaan yang bertahan adalah "produk jangka panjang dari tekanan budaya
yang luar biasa kompleks, proses seleksi, dan evolusi", tulis Connor Wood dari Pusat Pikiran
dan Budaya di Boston, Massachusetts. Gerakan keagamaan baru dilahirkan sepanjang waktu,
tetapi sebagian besar tidak bertahan lama. Mereka harus bersaing dengan agama lain demi
pengikut dan bertahan dari lingkungan sosial dan politik yang berpotensi melemahkan. Dengan
argumen ini, agama apa pun yang bertahan harus menawarkan manfaat nyata kepada
penganutnya. Kekristenan, misalnya, hanyalah salah satu dari banyak gerakan keagamaan yang
muncul dan sebagian besar menghilang selama Kekaisaran Romawi. Menurut Wood, agama
Kristen dibedakan oleh etos merawat orang sakit, yang berarti lebih banyak orang Kristen yang
selamat dari wabah penyakit daripada orang kafir Roma. Islam, juga, pada awalnya menarik
pengikut dengan menekankan kehormatan, kerendahan hati dan kasih amal, kualitas yang tidak
ditemukan di Arab Abad ke-7 yang terus bertikai. Berdasarkan hal ini, kita dapat memprediksi
bentuk yang diambil agama agar dapat memainkan fungsinya dalam masyarakat tertentu. Atau
seperti yang dikatakan Voltaire, bahwa masyarakat yang berbeda akan menciptakan dewa-dewa
tertentu yang berbeda sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Sebaliknya, kita mungkin
memperkirakan jika masyarakat yang sama akan memiliki kepercayaan yang sama, bahkan jika
mereka berkembang secara terpisah. Dan ada beberapa buktinya, meskipun tentu saja ketika
membicarakan agama, akan selalu ada pengecualian. Masyarakat pemburu dan peramu,
misalnya, cenderung percaya bahwa semua benda, baik hewan, sayuran atau mineral, memiliki
aspek supernatural (animisme) dan bahwa dunia dipenuhi dengan kekuatan supernatural
(animatisme). Mereka harus dipahami dan dihormati, dan moralitas manusia pada umumnya
tidak menonjol secara signifikan. Pandangan dunia ini dapat diterapkan bagi kelompok-
kelompok yang kecil yang tidak membutuhkan kode perilaku yang abstrak, tetapi harus
memahami lingkungannya secara intim. (Pengecualian: Shinto, agama animisme kuno, masih
dipraktikkan secara luas di Jepang yang sangat modern.) Di ujung lain spektrum yang berbeda,
sebagian besar masyarakat Barat setia pada agama-agama di mana ada satu tuhan yang
mengawasi dan berkuasa dan kadang-kadang memaksakan instruksi moral: seperti Yahweh,
Kristus, dan Allah. Menurut psikolog Ara Norenzayan, kepercayaan pada "Tuhan-tuhan yang
Maha Besar" inilah yang memungkinkan terbentuknya masyarakat sosial yang terdiri dari
sejumlah besar orang yang tidak saling mengenal. Apakah kepercayaan itu merupakan sebab
atau akibat, hingga baru-baru ini masih diperdebatkan. Tapi yang jelas berbagi kesamaan
keyakinan memungkinkan orang hidup berdampingan dengan (relatif) damai. Pemahaman
bahwa kita sedang diperhatikan oleh Tuhan yang Maha Besar membuat kita harus memastikan
untuk berperilaku baik. Atau setidaknya, dulu pernah begitu. Sekarang, banyak masyarakat kita
yang sangat besar dan multikultural: penganut banyak agama saling berdampingan satu sama
lain - dan juga semakin banyak orang yang mengatakan bahwa mereka tidak beragama sama
sekali. Kita mematuhi hukum yang dibuat dan ditegakkan oleh pemerintah, bukan oleh Tuhan.
Sekularisme sedang meningkat, dengan ilmu pengetahuan menyediakan media untuk
memahami dan membentuk dunia. Mengingat semua itu, ada konsensus yang berkembang
tentang masa depan agama adalah bahwa, ia tidak memiliki masa depan.

6.6 Conclusion
All we have to do is doing what is right and avoid all bad things in order to make all
good things in life and afterlife .

You might also like