395-Article Text-2341-1-10-20200726

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Contents available at: www.repository.unwira.ac.

id

https://journal.unwira.ac.id/index.php/ARTEKS
Research paper doi: 10.30822/arteks.v5i2.395

Pemetaan hasil penelitian atap hijau dalam disiplin ilmu arsitektur di


Indonesia
Sri Yuliani1* , Gagoek Hardiman2 , Erni Setyowati3
1
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami, no. 36A, Surakarta, Indonesia
2, 3
Program Doktor Ilmu Arsitektur dan Perkotaan, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang-Semarang 50275, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article history: Research of green roof based on architectural science in Indonesia
Received February 19, 2020
Received in revised form March 08, Green roof research has developed in a variety of disciplines
2020 worldwide. However, research information on the theme of green
Accepted April 18, 2020 roofs in Indonesia is still limited, including from the architectural
Available online August 01, 2020 discipline. Therefore, it is very important to identify green roof
research mapping from an architectural point of view. The research
objective is to identify the novelty of green roof research that has the
Keywords:
opportunity to be conducted in Indonesia. The research method
Architectural research
using a literature review based on mapping through Vosviewer is
Green roof research
followed by analyzing the contents of a number of theories that have
Research mapping
been pursed. The results of the study concluded that the study of
green roofs from an architectural point of view, still has the
opportunity to study using climate-based location parameters and
*Corresponding author: Sri Yuliani density criteria, function of residential objects, material innovation
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, and green roof technology that are applicable to Indonesian people.
Universitas Sebelas Maret, Indonesia
Email: [email protected]
ORCID: https://orcid.org/0000-0002-4288-
2959

Pendahuluan operasional bangunan, diantaranya untuk


pengkondisian udara, kenyamanan visual dan
Penelitian atap hijau telah banyak menghasilkan penggunaan teknologi bangunan. Data konsumsi
temuan referensi untuk pelbagai bidang disiplin energi dunia yang dipublikasikan oleh U.S.
ilmu, diantaranya bidang lingkungan (Agra, Energy Information Administration pada World
Klein, Vasl, Shalom, et al. 2017; Hellmeister and Energy Demand and Economic Outlook EIA's
Richins 2019; Yang et al. 2018; M. A. Hossain et Handling of Non-U.S. Policies in The
al. 2019). Dalam ilmu arsitektur, penelitian atap International Energy Outlook 2016 mencatat
hijau mulai berkembang dengan ekplorasi bahwa total konsumsi energi dunia meningkat
manfaat pada pengelolaan energi bangunan dan 48% dari tahun 2012 hingga 2040 (U.S. Energy
lingkungan (Morakinyo et al. 2017; 2019; M. F. Information Administration 2016). Konsumsi
Hossain 2018). Berdasarkan potret konsumsi energi terbanyak digunakan pada sektor
energi dunia, bidang arsitektur menunjukkan bangunan, mencakup tidak hanya bangunan
sektor yang mengkonsumsi kebutuhan energi komersial namun juga bangunan untuk hunian.
tertinggi dibandingkan dengan bidang lain di Negara-negara di wilayah Asia termasuk
seluruh dunia. Banyak karya arsitektural yang Indonesia ternyata memiliki kecenderungan
menggunakan suplai energi tinggi dalam membutuhkan konsumsi energi yang semakin

Copyright ©2020 Sri Yuliani, Gagoek Hardiman, Erni Setyowati. This is an open access article distributed the Creative
Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License
245
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

meningkat, bahkan tertinggi di banding negara di perbaikan kualitas lingkungan. Secara teoritis,
benua lain (Subroto 2019; Widodo 2019). penelitian atap hijau harus menyesuaikan dengan
Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan kondisi iklim, namun penelitian atap hijau di
berdampak meningkatkan kebutuhan hunian. daerah tropis lembab masih sangat sedikit. Untuk
Potret konsumsi energi di Indonesia, memiliki itu, diperoleh permasalahan penelitian yakni
kecenderungan yang hampir sama dengan dunia, bagaimana jejak penelitian atap hijau di
dimana sektor bangunan berada pada tingkat Indonesia, sehingga diperoleh peluang riset untuk
konsumsi tertinggi (U.S. Energy Information dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakat
Administration 2016). Demikian juga halnya Indonesia.
dengan pembangunan yang mereduksi area hijau Tujuan penelitian adalah menemukan
di Indonesia semakin tinggi. Bahkan, hutan kebaruan penelitian atap hijau di Indonesia.
Kalimantan diyakini bakal menyusut sebanyak Manfaat penelitian adalah memberikan gambaran
75% pada 2020 jika laju deforestasi tidak dinamika penelitian atap hijau di Indonesia agar
dihentikan (World Wildlife Fund 2016). bangunan mempunyai kontribusi pada perbaikan
Peringatan tersebut didengungkan kembali oleh lingkungan, baik lingkungan mikro maupun
World Wildlife Fund dalam laporan tahunannya kualitas kesehatan ruangan dalam bangunan.
yang dipublikasikan oleh WWF Indonesia dan
Malaysia pada tahun 2018.
Indonesia merupakan daerah iklim tropis yang Metode penelitian
mempunyai potensi keragaman hayati dengan
tanah yang subur dan iklim yang bersahabat, Penelitian mempunyai ruang lingkup ontologi
sehingga berpeluang mendukung upaya dalam pembahasan ilmu arsitektur yang secara
pengelolaan energi bangunan secara efisien spesifik membahas bidang sains bangunan
(Yuliani, Hardiman, and Setyowati 2018). melalui arsitektur hijau dengan fokus penelitian
Namun, seiring dengan populasi penduduk yang pada atap hijau. Berangkat dari latar belakang
semakin meningkat, lahan pertanian produktif tujuan pembangunan berkelanjutan, maka
sebagai ruang hijau pun kian tereduksi. penelitian berupaya menemukan jejak riset
Pembangunan infrastruktur dan permukiman (Sudradjat 2020) atap hijau yang dapat menjadi
sangat pesat dan mengurangi area pertanian. acuan penelitian atap hijau berbasis arsitektur di
Dalam pandangan ilmu arsitektur, fenomena ini Indonesia.
memunculkan konsep membangun berbasis Metode penelitian menggunakan kajian
arsitektur hijau. Teori arsitektur hijau secara teoritikal yang bersumber dari jurnal internasional
umum, mendesain dengan memanfaatkan potensi terindex Scopus dengan batasan tahun 2014
iklim, termasuk bagaimana mengelola potensi hingga 2019 dengan batasan lima bidang kajian
iklim dengan keterbatasan lahan yang meliputi environment, engineering agricultural
diakomodasi pada bangunan hijau. and biological science, social ciense dan energy.
Konsep desain arsitektur hijau diantaranya Teori-teori dihimpun melalui penelusuran
juga menghadirkan unsur alam dalam software vosviewer yakni tools untuk mendata
menyelenggarakan bangunan (Darko and Chan manuskrip online berbasis java script. Vosviewer
2018). Unsur alam meliputi potensi-potensi dapat memvisualkan pola hubungan antar
bermanfaat yang dapat menjadi seperangkat daya bibliografi, diantaranya berisi data manuskrip
dukung operasional bangunan yakni angin, sinar yakni judul, pengarang, penulis, tahun dan nama
matahari, iklim yang bersahabat dan tanaman jurnal. Penelusuran dengan metode digital ini
(Pradono 2019). Tanaman akan menjadi dipertajam dengan menggunakan batasan judul
komponen yang dapat membantu mereduksi dan abstrak yang ada pada menu vosviewer untuk
panas dalam sistem bangunan yang tepat, salah melakukan pemetaan teori atap hijau yang telah
satunya melalui atap bangunan (Morakinyo et al. dipublikasikan.
2017; Francis and Jensen 2017). Pemetaan teori yang telah diperoleh melalui
Secara empiris, di Indonesia, telah terdapat tool vosviewer selanjutnya menjadi acuan untuk
beberapa bangunan gedung dengan atap hijau, melakukan analisis konten secara detil untuk
namun penelitian atap hijau belum banyak memperoleh data akurat dari setiap temuan
dilakukan di Indonesia, terutama untuk sektor penelitian.
hunian. Sedangkan atap hijau mempunyai
manfaat yang strategis untuk energi bangunan dan

246
Sri Yuliani, Gagoek Hardiman, Erni Setyowati:
Research of green roof based on architectural science in Indonesia

Temuan dan pembahasan agar mendapatkan jejak teori yang lebih


mengerucut ke disiplin ilmu arsitektur, yakni
Hasil dokumen penelitian atap hijau pada dengan batasan lima disiplin ilmu meliputi
jurnal terindex scopus melalui www.scopus.com environmental science, engineering, social
diperoleh 3.693 dokumen yang belum dilakukan science, agricultural & biological science, dan
batasan. Dokumen yang diperoleh perlu difilter energy, hingga diperoleh sejumlah 1.935
dokumen.
Gambar 1

Gambar 1. Network, pola hubungan riset atap hijau dengan vosviewer berdasarkan kata kunci untuk dokumen tahun
2014-2019
Sumber: scopus.com melalui vosviewer

Visualisasi secara detil teori-teori yang Kelompok kelima berwarna merah, lebih
ditemukan dalam penelitian atap hijau dengan berorientasi pada penelitian atap hijau yang
vosviewer seperti ditunjukkan pada gambar 1 relevan dengan permasalahan urban planning dan
terlihat detil kata kunci yang menjadi pembahasan perubahan iklim kawasan.
pada artikel yang dipublikasikan. Kelima kluster didominasi oleh kluster
Pada gambar 1, ada kumpulan lima warna pertama yang mencakup penelitian atap hijau
yang menandakan terdapat lima kluster. Kluster pada pembahasan pembangunan berkelanjutan
pertama, warna hijau yakni penelitian atap hijau secara ekologis. Hubungan diantara kluster dan
yang berhubungan dengan efisiensi energi, dan setiap dokumen dari jurnal divisualkan dari
pembangunan berkelanjutan. Kluster kedua kedekatan jarak seperti pada gambar 1. Isu energi
berwarna merah muda, merupakan penelitian atap dan bangunan tetap masih terlihat jelas walaupun
hijau terkait upaya pengaturan limpahan air hujan tidak sebanyak bidang ekologi. Secara detil dapat
melalui low impact development. Kluster ketiga, dijelaskan bahwa penelitian atap hijau
warna biru yakni penelitian yang fokus pada memberikan banyak temuan di bidang ekologi
penyediaan ruang hijau untuk diversitas. Kluster terkait pengelolaan air, dampak lingkungan dan
keempat, kelompok bahasan berwarna kuning, ekosistem. Sedangkan temuan di bidang energi
dengan fokus penelitian yang didominasi pada dan bangunan, penelitian menghasilkan temuan
permasalahan perlindungan lingkungan ekologis. terkait konservasi energi bangunan dan panas.

247
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

Kedua bidang tersebut saling mengkait dengan dokumen yang dikutip oleh penelitian yang lain.
titik fokus yang berbeda sehingga temuan dapat Warna biru yang senada didominasi pembahasan
saling mengisi. penelitian atap hijau yang berkaitan dengan
Analisis pada vosviewer dalam visualisasi pembangunan berkelanjutan, penataan kawasan,
overlay gambar 2, menunjukkan pemetaan yang konservasi energi dan pelestarian lingkungan.
hampir sama pada network visualization.
Perbedaan visualisasi ini terletak pada jumlah
Gambar 2

Gambar 2. Overlay, visualisasi terhadap tingkat pembahasan dokumen secara kuantitas


Gambar 3

Gambar 3. Gambar 3. Density, visualisasi pembobotan pokok pembahasan penelitian

248
Sri Yuliani, Gagoek Hardiman, Erni Setyowati:
Research of green roof based on architectural science in Indonesia

Pada gambar 3, menjelaskan tentang (Indoor Environment Quality) tidak secara


gambaran bobot pokok penelitian. Pembobotan signifikan meningkatkan kepuasan dengan faktor
dalam skala warna biru ke kuning, semakin biru IEQ yang sesuai, sementara tingkat rating,
semakin rendah bobot pokok penelitian karena maupun produk dan versi di mana sertifikasi telah
kurang banyak dibahas. Namun semakin kuning, diberikan, tidak mempengaruhi kepuasan tempat
menunjukkan pembobotan semakin tinggi. kerja. Penelitian ini tidak secara tegas
Pemetaan teori berdasarkan vosviewer dengan menyatakan bahwa ketika sebuah bangunan
pelbagai batasan kata kunci, judul dan konten dari mempunyai nilai “green” belum mampu menjadi
abstrak, seperti pada gambar 1 menunjukkan tolok ukur kepuasan menghuni. Sementara itu
beberapa celah yang masih berpeluang (Catalano et al. 2018) melalui penelitian di
dilakukannya penelitian atap hijau. Hasil wilayah Mediterania menyimpulkan bahwa pada
penelusuran dokumen dari kelima bidang kajian pengetahuan saat ini pedoman/norma dengan
penelitian makro yang digunakan sebagai batasan mempertimbangkan kekhasan desain atap hijau
penelusuran, ternyata belum banyak membahas harus disempurnakan secara luas. Kriteria yang
tentang korelasi atap hijau pada aspek hunian, termuat dalam greenship rating tools, SNI dan
ruang produktif dan subtitusi ruang hijau. policy lainnya yang masih terbatas dipandang
Pertimbangan lingkup detil pada aspek berpeluang untuk menjadi celah penelitian
lingkungan, teknologi, hidrologi, sosial tentang atap hjiau. Oleh karenanya, perlu adanya
humaniora, permukiman dan ekonomi, belum penelitian untuk komponen pelengkap kriteria
banyak menghubungkan lokasi penelitian atap bangunan hijau. Komponen tersebut diantaranya
hijau di Indonesia. Pada gambar 1 visualisasi meliputi nilai produktifitas atap hijau, kontribusi
hubungan dari penelusuran referensi dengan efisiensi energi atau nilai penurunan suhu pada
vosviewer melalui konten judul dan abstrak atap hijau yang dapat diformulasikan pada
artikel, semakin jelas menunjukkan parameter tolok ukur.
kecenderungan penelitian atap hijau menuju Model keseimbangan energi berbasis fisik
pembangunan berkelanjutan dengan dari atap bervegetasi telah dikembangkan dan
mempertimbangkan efisiensi energi, pelesatrian diintegrasikan ke dalam program simulasi energi
lingkungan dan permasalahan urban. Pada EnergyPlus. Penelitian tentang simulasi energi
analisis vosviewer ini, walaupun banyak oleh Solana dkk (Molina-Solana et al. 2017)
ditemukan pembahasan tentang lingkungan, menerapkan Sains Data untuk mengatasi masalah
namun masih sedikit ditemukan pembahasan atap yang paling sulit dihadapi oleh praktisi di bidang
hijau yang mencakup ketahanan pangan. Padahal Manajemen Energi, terutama di 249ubtro
secara mendunia, isu SDG’s yang saat ini sedang bangunan. (L. Zhang et al. 2017) menggunakan
menjadi orientasi utama masyarakat dunia, di perangkat lunak PHOENICS untuk membangun
antaranya mencakup ketahanan pangan. Oleh model bangunan 3D (tiga dimensi) dan
karenanya, tema atap hijau dengan upaya mensimulasikan lingkungan termal di bawah
ketahanan pangan sangat penting dilakukan. kondisi hijau yang berbeda. Hasilnya
Penelitian atap hijau dari sudut pandang lain, menunjukkan perbedaan suhu permukaan
diperoleh dokumen yang menggali prinsip dan bangunan di bawah kondisi atap hijau yang
konsep arsitektur hijau, paradigma arsitektur berbeda. Sementara Hale menggabungkan konsep
ramah lingkungan, arsitektur ekologis dan dari Technology Acceptance Model (TAM)
arsitektur hemat energi. GBCI (Green Building dengan Science and Technology Studies (STS)
Council Indonesia) walaupun tidak secara khusus untuk membangun penggunaan energi bangunan
membahas atap hijau, namun telah merumuskan hijau (Hale 2018). Lebih detil Hanssen dkk
rating tools sebagai standar bangunan hijau untuk (Gram-Hanssen et al. 2018) mengembangkan
bangunan eksisting, bangunan baru, ruang simulasi atap hijau dengan fokus ada pada tiga
terbuka publik, interior ruang dan rumah tinggal. fase: pengembangan teknologi bangunan baru,
Salah satu bagian dalam penilaiannya desain dan konstruksi bangunan, dan hunian.
penggunaan material yang berkontribusi pada Perangkat program uji simulasi dapat
efisiensi energi. Namun pada detil penilaian diterapkan untuk menganalisis implementasi atap
belum secara spesifik mencakup aspek atap hijau. hijau pada bangunan. Temuan penelitian ini dapat
Penelitian tentang tingkat kepuasan hunian menjadi alat bantu yang penting untuk penelitian
dengan atap hijau (Altomonte et al. 2017) yang membutuhkan uji kinerja atap secara
menyampaikan bahwa pencapaian nilai IEQ sistematis, cepat dan akurat. Hal ini menunjukkan

249
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Issue 2 August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

terbukanya celah untuk melakukan penelitian atap Atap hijau dapat mengurangi konsumsi energi
hijau dengan cara eksperimen atau uji simulasi bangunan (Z. Zhang et al. 2018; Turski and Sekret
atau bahkan menggunakan keduanya dengan 2018; Khoshbakht, Gou, and Dupre 2019)
perbedaan metode. membuktikan bahwa potensi penghematan energi
Efisiensi energi pada bangunan hijau diperoleh karena faktor reduksi panas bangunan.
berkembang dari efisiensi energi bangunan ke Penelitian atap hijau yang dibandingkan dalam
arah efisiensi energi pada lingkungan (Hewitt et lingkungan kawasan (Darko and Chan 2018;
al. 2016). Perubahan ini akhirnya melibatkan Yang et al. 2018) menegaskan bahwa pemilihan
masyarakat dalam mendukung keberlanjutan. bahan atap yang tepat berkontribusi pada
Peran masyarakat diperlukan karena masih pengurangan urban heat island, sedangkan atap
dirasakan sangat lemah. Untuk itu inovasi hijau mampu memberikan penurunan panas
penyampaian pengetahuan dilakukan dengan kawasan. Elemen penutup atap hijau dapat
pembelajaran sosial dengan motivasi dan memberikan kontribusi yang berbeda pada
tindakan edukasi menuju capaian keberhasilan perbaikan lingkungan (Khabaz 2018),
bangunan hijau. Yan Zhang secara detil penggunaan semak mempunyai manfaat terhadap
menambahkan peran perilaku penghuni dalam penurunan suhu permukaan atap sehingga terjadi
efektivitas membangun kebijakan efisiensi energi efisiensi energi bangunan.
dipengaruhi oleh variabel sosial-ekonomi dan Atap hijau bermanfaat untuk pengelolaan
kebijakan (Y. Zhang et al. 2018). Pada efisiensi energi bangunan. Manfaat yang beragam
pembahasan yang berbeda, penelitian tentang dari atap hijau ini masih berkembang dengan
bangunan hijau pada hunian (Nilsson et al. 2018) pelbagai sudut pandang. Efisiensi energi dari atap
menunjukkan bahwa dampak pada konsumsi hijau masih berpeluang menjadi tema penelitian
energi sangat bervariasi di setiap rumah tinggal, arsitektural terkait dengan ruang-ruang produktif
menunjukkan bahwa rumah tinggal merespon bangunan hunian.
umpan balik energi yang sangat individual. Hal Perbandingan atap hijau dan beton
ini menunjukkan peran masyarakat yang berbeda menunjukkan bahwa atap hijau berkontribusi
dalam konsumsi energi pada bangunan hijau. terhadap pengurangan suhu bangunan. Hal yang
Selain peran masyarakat, diperlukan juga peran sama disampaikan oleh Herrera dalam penelitian
pemerintah (Irga et al. 2017), dalam penelitian atap hijau di Spanyol (Herrera-Gomez, Quevedo-
yang dilakukan di Australia menunjukkan bahwa Nolasco, and Pérez-Urrestarazu 2017). Penelitian
pengaruh pemerintah dapat memainkan peran tentang kualitas lingkungan (Hellmeister and
penting dalam mendorong instalasi infrastruktur Richins 2019) menemukan atap hijau mengatasi
hijau. Hal senada disampaikan oleh Julie Cidell gangguan ekosistem seperti polusi nutrisi.
(Cidell 2017) melalui contoh atap hijau di Balai Penelitian atap hijau oleh Catalano dkk (Catalano
Kota Chicago. Penelitian tentang peran et al. 2016) menyimpulkan bahwa atap hijau
dikembangkan lagi oleh Meenakshi Sharma di mampu memperbaiki komunitas tumbuhan
India (Sharma 2018) dengan jelas menyatakan regional dapat berfungsi sebagai model untuk
bahwa niat untuk mempertahankan tingkat kinerja rekrutmen dan instalasi benih. Vesuviano Stovin
hijau dan mengadopsi praktik hijau harus berasal (Stovin, Vesuviano, and De-Ville 2017; Andrés-
dari semua lapisan masyarakat. Doménech et al. 2018) menggunakan model
Masyarakat merupakan salah satu penentu hidrologi langsung untuk mengeksplorasi dua
keberlanjutan arsitektur hijau. Masyarakat secara pendekatan alternatif untuk mendeskripsikan
umum sebagai penghuni bangunan rumah tinggal kinerja penahanan: pendekatan probabilistik
mempunyai peran pada keberlanjutan atap hijau berdasarkan simulasi jangka waktu yang lama;
(Yuliani and Setyaningsih 2018). Namun dan pendekatan badai desain. Wong dan Jim
penelitian terkait tema atap hijau yang (Wong and Jim 2017) mengevaluasi polusi pada
mengangkat tentang peran pada keberlanjutan iklim mikro yang dapat direduksi dengan atap
atap hijau di Indonesia masih belum ada. Celah hijau perkotaan di Hong Kong yang beriklim
penelitian terdapat pada kriteria obyek bangunan subtropis lembab. Hasil penelitian senada
untuk hunian, peluang ini cukup besar dengan disampaikan oleh beberapa peneliti (Francis and
pertimbangan prosentase hunian yang semakin Jensen 2017; Agra, Klein, Vasl, Kadas, et al.
meningkat mengikuti populasi penduduk dunia 2017; Liu et al. 2019). Atap hijau bermanfaat
terutama di Indonesia. untuk memberikan kontrol kualitas lingkungan
lebih baik. Penelitian ini sangat relevan dilakukan

250
Sri Yuliani, Gagoek Hardiman, Erni Setyowati:
Research of green roof based on architectural science in Indonesia

di Indonesia yang termasuk negara dengan tingkat dilakukan di Indonesia. Hal ini terlihat dari
polusi tinggi dan semakin tereduksinya ruang pemetaan penelitian berdasarkan lokasi, seperti
hijau, namun peneliti sejenis belum banyak pada gambar 4.
Gambar 4

Gambar 4. Pemetaan riset berdasarkan lokasi

Sebaran lokasi penelitian atap hijau mencakup Fokus Lokasi Hasil


ke beberapa negara, dengan dominasi negara Pembahasan Tahun
United State, China dan Italy. Sedangkan Peran Indonesia, Apresiasi
masyarakat 2020 masyarakat terhadap
penelitian atap hijau di Indonesia tidak dapat dalam (Yuliani, manfaat atap hijau
terlacak, karena secara kuantitas kurang dari keberlanjutan Hardiman, and sangat tinggi dan
jumlah minimal pemetaan yakni 5 dokumen. atap hijau. Setyowati sangat penting,
Namun demikian, berdasarkan penelusuran 2020). namun
implementasi atap
secara manual dengan ekstensi waktu menjadi hijau di Indonesia
2014 hingga 2020 dari dokumen penelitian pada masih rendah,
jurnal terindex scopus, diperoleh dua penelitian sehingga perlu
atap hijau berlokasi di Indonesia, diuraikan secara upaya untuk
meningkatkan peran
ringkas pada tabel 1. masyarakat.

Tabel 1. Penelitian atap hijau di Indonesia


Fokus Lokasi Hasil Penelitian atap hijau di Indonesia masih
Pembahasan Tahun sangat terbatas, sehingga dengan
Implementasi Semarang, Peluang perbaikan mempertimbangkan peluang iklim tropis
atap hijau pada 2019 lingkungan dapat Indonesia, penelitian atap hijau berpeluang untuk
penurunan (Luthfiyyah dilakukan dengan
urban heat and Widjajanti penerapan atap hijau dilakukan dalam disiplin arsitektur, meliputi
island kawasan 2019). di koridor konsep selubung bangunan, pengelolaan energi
perkotaan. perkotaan. bangunan melalui rancangan model atap, dinding
dan interior bangunan.

251
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5, Issue , August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

Kesimpulan Referensi
Secara umum, peluang penelitian atap hijau Agra, Har’el, Tamir Klein, Amiel Vasl,
meliputi empat komponen, yakni lokasi, obyek Gyongyver Kadas, and Leon Blaustein. 2017.
bangunan, eksplorasi manfaat dan bahan “Measuring the Effect of Plant-Community
konstruksi. Secara detail, penelitian atap hijau Composition on Carbon Fixation on Green
berpeluang dapat dikembangkan pada disiplin Roofs.” Urban Forestry and Urban Greening
arsitektur meliputi lokasi penelitian, penelitian 24: 1–4.
menentukan lokasi di daerah tropis lembab, Agra, Har’el, Tamir Klein, Amiel Vasl, Hadar
Indonesia. Lokasi ini merupakan lokasi yang Shalom, Gyongyver Kadas, and Leon
sangat jarang diangkat dalam penelitian atap Blaustein. 2017. “Sedum-Dominated Green-
hijau. Selanjutnya, pembahasan pada obyek Roofs in a Semi-Arid Region Increase CO2
penelitian, difokuskan pada bangunan hunian. Concentrations during the Dry Season.”
Penelitian atap hijau mempunyai target untuk Science of the Total Environment 584–585.
menjadi substitusi ruang hijau dengan Altomonte, Sergio, Stefano Schiavon, Michael G.
mempertimbangkan bahwa karakteristik peran Kent, and Gail Brager. 2017. “Indoor
penghuni rumah tinggal pada umumnya lebih Environmental Quality and Occupant
peduli dengan ruang produktif dan elemen hijau Satisfaction in Green-Certified Buildings.”
yang diterapkan. Selain itu, secara kuantitas, Building Research and Information, 1–20.
kebutuhan hunian senantiasa meningkat seiring Andrés-Doménech, Ignacio, Sara Perales-
dengan populasi penduduk, sehingga berpotensi Momparler, Adrián Morales-Torres, and
mengeliminasi ruang hijau. Ignacio Escuder-Bueno. 2018. “Hydrological
Hal lain yang sangat penting dari sebuah Performance of Green Roofs at Building and
penelitian atap hijau, yakni terkait dengan City Scales under Mediterranean Conditions.”
manfaat penelitian, atap hijau mengandung Sustainability (Switzerland).
banyak manfaat yakni pada hidrologi, penurunan https://doi.org/10.3390/su10093105.
panas, energi, perbaikan lingkungan, hingga Catalano, Chiara, Vito Armando Laudicina, Luigi
keragaman hayati. Melalui penelitian atap hijau Badalucco, and Riccardo Guarino. 2018.
kali ini, juga mendalami potensi ketahanan “Some European Green Roof Norms and
pangan, yakni ruang hijau menjadi ruang Guidelines through the Lens of Biodiversity:
produktif untuk hunian bertingkat di permukiman Do Ecoregions and Plant Traits Also Matter?”
pada kawasan perkotaan. Ecological Engineering 115 (December
Penelitian atap hijau mempunyai peluang 2017): 15–26.
dalam menggunakan bahan bangunan dengan https://doi.org/10.1016/j.ecoleng.2018.01.006
inovasi yang disesuaikan dengan kondisi .
setempat. Penelitian atap hijau yang fokus pada Catalano, Chiara, Corrado Marcenò, Vito
bahan konstruksi masih mempunyai celah yang Armando Laudicina, and Riccardo Guarino.
dapat diteliti. 2016. “Thirty Years Unmanaged Green
Roofs: Ecological Research and Design
Implications.” Landscape and Urban Planning
Ucapan terimakasih 149: 11–19.
https://doi.org/10.1016/j.landurbplan.2016.01
Terimakasih kepada UPT Perpustakaan .003.
Universitas Diponegoro serta Program Doktor Cidell, Julie. 2017. “Sustainable Imaginaries and
Ilmu Arsitektur dan Perkotaan, Universitas the Green Roof on Chicago’s City Hall.”
Diponegoro untuk semua dukungan sarana dan Geoforum 86 (September): 169–76.
prasarana yang telah diberikan dalam https://doi.org/10.1016/j.geoforum.2017.09.0
menghimpun referensi untuk penelitian. 16.
Terimakasih juga didedikasikan untuk Darko, Amos, and Albert Ping Chuen Chan. 2018.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada “Strategies to Promote Green Building
Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret Technologies Adoption in Developing
Surkarta melalui anggaran hibah PNBP UNS Countries: The Case of Ghana.” Building and
tahun 2020 yang telah mendanai penelitian. Environment 130 (December 2017): 74–84.

252
Sri Yuliani, Gagoek Hardiman, Erni Setyowati:
Research of green roof based on architectural science in Indonesia

https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2017.12.02 Instruments Influence the Frequency of


2. Projects?” Urban Forestry and Urban
Francis, Lotte Fjendbo Møller, and Marina Greening 24 (March): 164–74.
Bergen Jensen. 2017. “Benefits of Green https://doi.org/10.1016/j.ufug.2017.03.026.
Roofs: A Systematic Review of the Evidence Khabaz, Amjad. 2018. “Construction and Design
for Three Ecosystem Services.” Urban Requirements of Green Buildings’ Roofs in
Forestry and Urban Greening 28 (April): 167– Saudi Arabia Depending on Thermal
76. Conductivity Principle.” Construction and
https://doi.org/10.1016/j.ufug.2017.10.015. Building Materials 186: 1119–31.
Gram-Hanssen, Kirsten, Susse Georg, Ellen https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2018.0
Christiansen, and Per Heiselberg. 2018. 7.234.
“What next for Energy-Related Building Khoshbakht, M., Z. Gou, and K. Dupre. 2019.
Regulations?: The Occupancy Phase.” “Campus Green Buildings: Policy
Building Research and Information 46 (7): Implications for the Implementing,
790–803. Monitoring and Evaluation of Campus Green
Hale, Lara Anne. 2018. “Anthropocentric Urban Building Initiatives.” IOP Conference Series:
Sustainability : Human Signi Fi Cance in Earth and Environmental Science 294 (1).
Building Automation” 42 (July 2017): 423– https://doi.org/10.1088/1755-
33. https://doi.org/10.1016/j.scs.2018.07.024. 1315/294/1/012004.
Hellmeister, Andr, and Harold Richins. 2019. Liu, Wen, Wei Wei, Weiping Chen, Ravinesh C.
“Green to Gold : Beneficial Impacts of Deo, Jianhua Si, Haiyang Xi, Baofeng Li, and
Sustainability Certification and Practice on Qi Feng. 2019. “The Impacts of Substrate and
Tour Enterprise Performance,” 1–17. Vegetation on Stormwater Runoff Quality
Herrera-Gomez, Sergio S., Abel Quevedo- from Extensive Green Roofs.” Journal of
Nolasco, and Luis Pérez-Urrestarazu. 2017. Hydrology 576.
“The Role of Green Roofs in Climate Change https://doi.org/10.1016/j.jhydrol.2019.06.061.
Mitigation. A Case Study in Seville (Spain).” Luthfiyyah, Dwi Nur, and Retno Widjajanti.
Building and Environment 123: 575–84. 2019. “Green Roof to Overcome Urban Heat
Hewitt, Elizabeth L., Clinton J. Andrews, Jennifer Island Effects in the Center of Semarang.”
A. Senick, Richard E. Wener, Uta Krogmann, E3S Web of Conferences 125 (201 9): 7–11.
and Maryann Sorensen Allacci. 2016. https://doi.org/10.1051/e3sconf/20191250701
“Distinguishing between Green Building 8.
Occupants Reasoned and Unplanned Molina-Solana, Miguel, Marïa Ros, M. Dolores
Behaviours.” Building Research and Ruiz, Juan Gomez-Romero, and M. J. Martin-
Information 44 (2): 119–34. Bautista. 2017. “Data Science for Building
https://doi.org/10.1080/09613218.2015.1015 Energy Management: A Review.” Renewable
854. and Sustainable Energy Reviews 70
Hossain, Md Aslam, Shahriar Shams, Mahmud (November 2016): 598–609.
Amin, Md Sumon Reza, and Tanvir Uddin https://doi.org/10.1016/j.rser.2016.11.132.
Chowdhury. 2019. “Perception and Barriers to Morakinyo, Tobi Eniolu, K. W.D. Kalani, C.
Implementation of Intensive and Extensive Dahanayake, Edward Ng, and Cheuk Lun
Green Roofs in Dhaka, Bangladesh.” Chow. 2017. “Temperature and Cooling
Buildings 9 (4). Demand Reduction by Green-Roof Types in
https://doi.org/10.3390/buildings9040079. Different Climates and Urban Densities: A
Hossain, Md Faruque. 2018. “Green Science: Co-Simulation Parametric Study.” Energy and
Advanced Building Design Technology to Buildings 145: 226–37.
Mitigate Energy and Environment.” https://doi.org/10.1016/j.enbuild.2017.03.066
Renewable and Sustainable Energy Reviews .
81 (February 2017): 3051–60. Morakinyo, Tobi Eniolu, Alan Lai, Kevin Ka Lun
https://doi.org/10.1016/j.rser.2017.08.064. Lau, and Edward Ng. 2019. “Thermal Benefits
Irga, P. J., J. T. Braun, A. N.J. Douglas, T. Pettit, of Vertical Greening in a High-Density City:
S. Fujiwara, M. D. Burchett, and F. R. Torpy. Case Study of Hong Kong.” Urban Forestry
2017. “The Distribution of Green Walls and and Urban Greening 37 (November 2017):
Green Roofs throughout Australia: Do Policy

253
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5, Issue , August 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

42–55. Roofs.” Building and Environment 112: 63–


https://doi.org/10.1016/j.ufug.2017.11.010. 76.
Nilsson, Anders, Misse Wester, David Lazarevic, https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2016.11.02
and Nils Brandt. 2018. “Smart Homes, Home 8.
Energy Management Systems and Real-Time World Wildlife Fund. 2016. “Annual Report
Feedback: Lesson for Changing Energy WWF Indonesia 2016.”
Consumption Behavior from a Swedish Field Yang, Junjing, Devi llamathy Mohan Kumar,
Study.” Submitted Manuscript 179: 15–25. Andri Pyrgou, Adrian Chong, Mat
https://doi.org/10.1016/j.enbuild.2018.08.026 Santamouris, Denia Kolokotsa, and Siew
. Eang Lee. 2018. “Green and Cool Roofs’
Pradono, Budi. 2019. ‘The Interiority of Urban Heat Island Mitigation Potential in
Proximity Between Nature and Architecture Tropical Climate.” Solar Energy 173 (April):
in Contemporary and Tropically Context with 597–609.
Cases Studies’. ARTEKS : Jurnal Teknik https://doi.org/10.1016/j.solener.2018.08.006.
Arsitektur 3 (2): 129–44. Yuliani, Sri, Gagoek Hardiman, and Erni
https://doi.org/10.30822/arteks.v3i2.63. Setyowati. 2018. “ATAP HIJAU - Sebuah
Sharma, Meenakshi. 2018. “Development of a Kajian Asimilasi Budaya Berkebun Dan
‘Green Building Sustainability Model’ for Bermukim Pada Rumah Tropis.” Sabda 13
Green Buildings in India.” Journal of Cleaner (2): 135–44.
Production 190: 538–51. ———. 2020. “Green ‐ Roof : The Role of
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2018.04.154. Community in the Substitution of Green ‐
Stovin, Virginia, Gianni Vesuviano, and Simon Space toward Sustainable Development,” no.
De-Ville. 2017. “Defining Green Roof 2018. https://doi.org/10.3390/su12041429.
Detention Performance.” Urban Water Yuliani, Sri, and Wiwik Setyaningsih. 2018. “The
Journal 14 (6): 574–88. Community Role in Green Area Sustainability
https://doi.org/10.1080/1573062X.2015.1049 as a Model of Energy- Efficient Buildings in
279. the Humid Tropical Region.” In IOP
Subroto, Tarcicius Yoyok Wahyu. 2019. Conference Series: Earth and Environmental
‘Koeksistensi Alam Dan Budaya Dalam Science. IOP Publishing.
Arsitektur’. ARTEKS : Jurnal Teknik Zhang, Linfang, Ming Jin, Jiying Liu, and Linhua
Arsitektur 3 (2). Zhang. 2017. “Simulated Study on the
https://doi.org/10.30822/arteks.v3i2.60. Potential of Building Energy Saving Using the
Sudradjat, Iwan. 2020. ‘Teori Dalam Penelitian Green Roof.” Procedia Engineering 205:
Arsitektur’. ARTEKS : Jurnal Teknik 1469–76.
Arsitektur 5 (1): i–vi. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2017.10.369.
https://doi.org/10.30822/arteks.v5i1.378. Zhang, Yan, Xuemei Bai, Franklin P. Mills, and
Turski, Michał, and Robert Sekret. 2018. John C.V. Pezzey. 2018. “Rethinking the Role
“Buildings and a District Heating Network as of Occupant Behavior in Building Energy
Thermal Energy Storages in the District Performance: A Review.” Energy and
Heating System.” Energy and Buildings 179: Buildings 172: 279–94.
49–56. https://doi.org/10.1016/j.enbuild.2018.05.017
U.S. Energy Information Administration. 2016. .
“World Energy Demand and Economic Zhang, Zheng, Christopher Szota, Tim D.
Outlook EIA’s Handling of Non-U.S. Policies Fletcher, Nicholas S.G. Williams, Joerg
in the International Energy Outlook” 2016 Werdin, and Claire Farrell. 2018. “Influence
(May 2016): 7–17. of Plant Composition and Water Use
http://www.eia.gov/forecasts/ieo/world.cfm. Strategies on Green Roof Stormwater
Widodo, Johannes. 2019. ‘Human, Nature, And Retention.” Science of the Total Environment
Architecture’. ARTEKS : Jurnal Teknik 625: 775–81.
Arsitektur 3 (2): 145–48. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2017.12.23
https://doi.org/10.30822/arteks.v3i2.65. 1.
Wong, Gwendolyn K.L., and C. Y. Jim. 2017.
“Urban-Microclimate Effect on Vector
Mosquito Abundance of Tropical Green

254

You might also like