115 v2 n12 2022 1709 1724 2721 Ahmad Maziyah
115 v2 n12 2022 1709 1724 2721 Ahmad Maziyah
115 v2 n12 2022 1709 1724 2721 Ahmad Maziyah
Abstract
The learning outcomes of class VIII students of MTs Muhammadiyah 1 Malang in jumlah ismiyah are
still low despite it being taught in class VII and VIII with a bigger portion than other grammar
materials. The use of word card media has proven to be a solution to this issue. This study aimed to
describe (1) the use of word card media and (2) the improvement of student learning outcomes in
learning jumlah ismiyah. This study used the Classroom Action Research (CAR) method by providing
2 cycles of action. The research subjects were 20 students of class VIII. The results of this study are
(1) Word card media is used in 3 game models that are played individually and in groups to improve
students' mastery in explaining the rule of jumlah ismiyah, identifying jumlah ismiyah in the text,
changing the pattern of jumlah fi'liyah to jumlah ismiyah and using jumlah ismiyah rule in sentences
with the theme “ ﯾﻮﻣﯿﺎﺗﻨﺎYaumiyyatina” (Daily Activities); (2) Based on the results of the pre-test and
post-test, the word cards can improve students' jumlah ismiyah mastery. Students experienced an
increase in the average pre-test, post-test 1, and post-test 2 respectively, namely 21.425, 40.425, and
82.55. The media has also increased students’ motivation to learn jumlah ismiyah.
Abstrak
Pada jenjang MTs, siswa mendapatkan materi jumlah ismiyah di kelas VII dan VIII dengan porsi lebih
banyak dari materi qawaid lainnya. Namun hasil belajar siswa kelas VIII pada pembelajaran jumlah
ismiyah masih rendah. Penggunaan media kartu kata terbukti menjadi salah satu solusi mening-
katkan kualitas proses dan hasil pembelajaran bahasa Arab termasuk Qawaid. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan (1) penggunaan media kartu kata dan (2) peningkatan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran jumlah ismiyah. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan memberikan tindakan sebanyak 2 siklus. Subjek penelitian adalah 20
siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang. Hasil penelitian ini, yaitu (1) kartu kata
digunakan dalam 3 model permainan yang dimainkan secara individu dan kelompok untuk mening-
katkan penguasaan siswa dalam menjelaskan kaidah jumlah ismiyah, mengidentifikasi jumlah
ismiyah dalam teks, mengubah pola jumlah fi’liyah menjadi jumlah ismiyah, dan menggunakan kaidah
jumlah ismiyah dalam kalimat dengan tema “ ﯾﻮﻣﯿﺎﺗﻨﺎYaumiyyatina” (Keseharian Kita); (2) Berdasarkan
hasil pre-test dan post-test, penggunaan kartu kata dapat meningkatkan penguasaan jumlah ismiyah
siswa. Siswa mengalami peningkatan nilai rata-rata pre-test, post-test 1, dan post-test 2 secara
berturut-turut, yaitu 21.425, 40.425, dan 82.55. Berdasarkan hasil observasi, penggunaan kartu kata
juga telah meningkatkan motivasi siswa belajar jumlah ismiyah.
Kata kunci: penguasaan gramatika; jumlah ismiyah, kartu kata, bahasa Arab
1. Pendahuluan
Pembelajaran bahasa Arab terus mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan
zaman. Jika dilihat dari meluasnya agama Islam di Indonesia dan menjadi agama mayoritas
pada abad ke 13 M, maka perkembangan bahasa Arab di Indonesia sudah lebih dari 7 Abad.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
Namun, pembelajaran bahasa Arab masih sering selangkah tertinggal dengan bahasa asing
lain. Pengajaran bahasa Arab lebih banyak berperan sebagai adopsiator pengajaran bahasa lain
(Zainuri, 2019). Meskipun pembelajaran bahasa Arab saat ini semakin diminati dan dikem-
bangkan, namun realitas yang ada dalam pembelajaran bahasa Arab belum mencapai target
yang memuaskan (Hidayat, 2018). Oleh karena itu pembelajaran bahasa Arab sangat perlu
untuk dikembangkan lebih lanjut.
Qawaid masih menjadi momok bagi siswa MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang. Padahal,
penguasaan qawaid tidak kalah penting dengan penguasaan 4 maharah lainnya (kalam, qiraah,
istima’, dan kitabah). Penguasaan qawaid akan menunjang siswa untuk berbahasa Arab dengan
benar. Belajar bahasa Arab tidak hanya bertujuan untuk mengetahui makna kata dalam kali-
mat, melainkan juga makna dari seluruh kalimat yang dimaksudkan oleh mutakallim (Maziyah,
2018). Penguasaan qawaid dapat membantu siswa memahami makna kalimat yang sebenar-
nya. Maka dari itu pembelajaran qawaid harus mendapat perhatian lebih dalam pembelajaran
bahasa Arab (Al-Hudaiby, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diketahui bahwa kurang dari 50% siswa
yang mencapai nilai KKM saat ujian. Salah satu penyebabnya adalah penguasaan qawaid yang
masih kurang. Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa memiliki minat yang
rendah dalam pembelajaran qawaid. Dalam pembelajaran qawaid siswa cenderung pasif
sehingga siswa mudah bosan. Guru seharusnya menjadi fasilitator yang menciptakan situasi
belajar positif, sehingga siswa dapat aktif dalam menemukan pengetahuan secara efektif
(Rohman, 2014). Dengan pembelajaran yang aktif diharapkan siswa tidak akan mudah lupa
dengan materi yang telah dipelajari dikarenakan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih
bermakna.
Media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
materi pembelajaran kepada siswa dalam proses belajar mengajar (Putri, 2017). Penggunaan
media dalam pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa melakukan kegiatan
belajar lebih banyak, seperti mengamati, membandingkan, dan mendemonstrasikan. Peng-
gunaan media memungkinkan terciptanya pembelajaran dua arah bahkan tiga arah secara
aktif. Pembelajaran akan lebih hidup dan siswa dapat lebih leluasa untuk membangun pema-
hamannya. Pemahaman siswa akan lebih baik karena diperkaya dengan kegiatan melihat,
merasakan, dan mengalami sendiri melalui media (Hanifah, 2011).
Salah satu media pembelajaran yang menarik dan terus dikembangkan adalah kartu.
Kartu merupakan media sederhana yang dikenal secara luas oleh masyarakat. Selain
sederhana, media kartu juga praktis, mudah dimainkan, bisa digunakan kapan saja dan dimana
saja (Prihartini & Ridha, 2017). Kartu dapat dengan mudah dijumpai pada cafe, pos kamling,
1710
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
dan tempat berkumpul lainnya. Pada umumnya kartu identik dengan permainan. Maka ketika
mendengar kata kartu, yang terpikir adalah bermain dan bersenang-senang. Penggunaan
media kartu dalam pembelajaran diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
Terdapat penelitian yang menunjukkan pengaruh baik media kartu dalam pembelajaran
bahasa Arab. Fauji, Qutni, dan Nawawi (2020) dalam penelitian mereka terhadap siswa Kelas
VIII MTs Negeri 1 Purbalingga menunjukkan bahwa media kartu efektif digunakan untuk
meningkatkan kemampuan membaca nyaring dan dalam hati. Kelas eksperimen menunjukkan
peningkatan nilai lebih besar daripada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, nilai rata-rata
pretest membaca nyaring adalah 49,86 dan posttest 82,02. Adapun pada kelas kontrol, nilai
rata-rata pretest 60,67 dan posttest 76,10. Sejalan dengan membaca nyaring, peningkatan
kemampuan membaca dalam hati kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol.
Penelitian yang dilakukan Junaidi (2009) juga menunjukkan bahwa media kartu kata
dapat membantu siswa meningkatkan maharah kitabah siswa. Hal tersebut ditunjukkan
dengan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam (1) Menyusun kalimat bahasa Arab
dengan benar, (2) Menganalisis kaidah nahwu dan tarkib yang keduanya dilihat dari
peningkatan hasil belajar siswa; dan (3) Meningkatnya motivasi siswa dalam pembelajaran
bahasa Arab yang dilihat dari hasil analisis angket siswa. Penelitian tersebut menggunakan
metode PTK dengan objek siswa kelas VIII MTsN Megaluh, Jombang.
Media kartu kata dapat digunakan dalam pembelajaran qawaid. Anisnaini (2021) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan media kartu kata dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran qawaid. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan hasil
belajar siswa yang dilihat dari hasil ujian post test kedua. Penelitian menggunakan metode PTK
dalam dua siklus. Siklus I peneliti memberikan materi jumlah fi’liyah dan Siklus II peneliti
memberikan materi jumlah ismiyah. Dalam penerapan model pemahaman qawaid meng-
gunakan kartu kata, guru membagi siswa menjadi 3 kelompok yang beranggotakan 11 siswa.
Setiap kelompok melakukan permainan menyusun kalimat sesuai dengan struktur kalimat
dari 15 kartu kata yang diletakkan di meja. Kata tersebut disusun dan ditempel di papan tulis.
Pada jenjang MTs, pembelajaran qawaid tidak dipisahkan menjadi mata pelajaran
tersendiri, melainkan tergabung dalam mapel bahasa Arab bersama dengan maharah yang
lain. Pembelajaran qawaid jenjang MTs diberikan secara bertahap dari kelas 7 hingga kelas 9.
Pembelajaran qawaid mempelajari bagaimana cara menyusun kalimat. terdapat dua jenis
susunan kalimat dalam bahasa Arab, yaitu jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah. Materi jumlah
ismiyah diberikan sejak kelas 7 hingga kelas 8 semester ganjil. Pada kelas 7, siswa mulai
dikenalkan dengan macam-macam mubtada’ dan khabar. Pada kelas 8 semester ganjil, jumlah
ismiyah kembali dibahas lebih detail pada bab dua dengan tema “ ﯾﻮﻣﯿﺎﺗﻨﺎYaumiyyatina”
(kegiatan sehari-hari) (KMA 183 tahun 2019, 2019). Pada bab tersebut, materi qawaid yang
disajikan adalah jumlah ismiyah dengan khabar berupa fi’il + maf’ul bih (Faisyal, 2020).
Penelitian ini dilaksanakan pada saat pembelajaran semester ganjil. Pada semester
ganjil materi menyusun kalimat diberikan kepada siswa kelas 7 dan 8. Pada penelitian ini,
peneliti fokus kepada penggunaan kartu kata untuk meningkatkan penguasaan jumlah ismiyah,
khususnya pada siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang. Jumlah ismiyah
merupakan susunan kalimat bahasa Arab yang paling mendekati susunan kalimat bahasa
Indonesia, sehingga siswa lebih mudah menguasai bahasa Arab dengan mempelajari kaidah
1711
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
jumlah ismiyah terlebih dahulu. Siswa kelas 8 memiliki bekal yang cukup untuk mempelajari
jumlah ismiyah lebih dalam daripada jumlah fi’liyah. Hal ini dikarenakan siswa kelas 8 sudah
dikenalkan jumlah ismiyah semenjak kelas 7 semester ganjil. Peningkatan penguasaan jumlah
ismiyah siswa pada penelitian ini dilihat dari hasil belajar sebelum dan sesudah mendapatkan
tindakan.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, dapat dilakukan dengan evaluasi pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran merupakan proses mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan
data-data secara sistematis untuk menentukan apakah keterampilan atau pengetahuan yang
telah dirumuskan dalam pembelajaran sudah tercapai oleh siswa. Data berupa angka dapat
diperoleh melalui kegiatan pengukuran dengan tes. Adapun data berupa non angka dapat
diperoleh melalui kegiatan wawancara dan pengamatan. Lebih jauh, hasil evaluasi pembel-
ajaran dapat memberikan masukan pada guru dalam memperbaiki pembelajaran selanjutnya
baik dari rumusan kompetensi, materi, atau strategi pembelajaran yang akan digunakan
(Asrori, Thohir, & Ainin, 2019).
Effendy (2012) membagi kegiatan pengajaran qawaid menjadi dua, yaitu (1) pengenalan
kaidah dan (2) latihan. Pengenalan kaidah bertujuan agar peserta didik mengetahui berbagai
macam bentuk jumlah. Kaidah dapat dikenalkan dengan dua cara, yaitu deduktif dan induktif.
Pengenalan dengan cara deduktif dimulai dengan pemberian kaidah-kaidah terlebih dahulu
dan dilanjutkan dengan pemberian contoh-contoh. Berlawanan dengan deduktif, pengenalan
dengan cara induktif dimulai dengan pemberian contoh-contoh. Kemudian siswa dengan
bimbingan pendidik diminta untuk membangun pemahamannya sendiri berdasarkan contoh-
contoh yang diberikan.
Setelah siswa mengenal kaidah, siswa diberikan latihan untuk memperkuat pemaham-
annya. Latihan merupakan kegiatan yang penting dalam mempelajari jumlah ismiyah. Jumlah
ismiyah termasuk kedalam pembelajaran tarkib. Al-Khouli (2000) menjelaskan pembelajaran
tarkib adalah pembelajaran berkaitan dengan berbagai rumus atau bentuk kalimat. Cara ter-
baik untuk mempelajarinya adalah dengan praktik. Praktik menjadikan siswa terbiasa untuk
menggunakan kaidah-kaidah yang telah dipelajari kedalam kalimat. Media kartu kata dalam
penelitian ini disajikan dengan bentuk permainan yang digunakan sebagai sarana praktik
siswa membuat jumlah ismiyah.
1712
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
Sebelum memberikan tindakan, peneliti melakukan wawancara dengan guru dan siswa.
Hasil yang diperoleh adalah (1) pembelajaran jumlah ismiyah belum pernah diberikan pada
siswa kelas VIII, (2) siswa belum menguasai dengan baik materi pendukung dalam menguasai
jumlah ismiyah, seperti membedakan (1) isim, fiil, dan hurf, (2) mufrad, mutsanna dan, jama’,
(3) mudzakar dan muannats. Siswa juga belum mengetahui perubahan fiil sesuai dengan kata
ganti. Peneliti juga memberikan pre-test kepada siswa. Rata-rata nilai siswa adalah 21,425.
Berdasarkan hasil analisis pre-test siswa, tidak terdapat satupun IPK yang tercapai. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa penguasaan jumlah ismiyah siswa sangat rendah. Peneliti
memutuskan memberikan tindakan pada siklus 1 dengan harapan terdapat peningkatan
penguasaan jumlah ismiyah siswa.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan pembelajaran jumlah ismiyah
menggunakan media kartu kata untuk siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang,
dan (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1
Kota Malang pada pembelajaran jumlah ismiyah menggunakan media kartu kata. Penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan penguasaan jumlah ismiyah siswa kelas VIII MTs
Muhammadiyah 1 Kota Malang dan memberikan referensi penggunaan media kartu kata pada
pembelajaran jumlah ismiyah yang mendetail.
2. Metode
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Widayati (2008) PTK
adalah penelitian berkonteks kelas yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan hasil belajar
dengan memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru dan men-
cobakan hal-hal baru dalam pembelajaran. Menurut Kemmis, McTaggart, & Nixon (2014), PTK
terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Tahapan
tersebut merupakan siklus yang harus dilakukan secara berurutan. Jika tujuan penelitian
belum tercapai, maka peneliti melakukan siklus kedua yang dimulai dari tahapan perencanaan
lagi. Siklus tersebut terus berputar hingga peneliti merasa bahwa tujuan penelitian sudah
tercapai (Prihantoro & Hidayat, 2019). Siklus dalam PTK yang berisikan empat tahapan ter-
sebut dapat digambarkan pada gambar berikut:
1713
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
maupun akhir siklus. Adapun data kualitatif berupa aktivitas guru, aktivitas siswa, sikap siswa
selama pembelajaran dan minat siswa terhadap pembelajaran.
Instrumen penelitian untuk pengumpulan data adalah soal pre-test dan post-test, lembar
observasi, dan lembar angket. Data yang berkaitan dengan hasil belajar siswa baik sebelum
dan sesudah diberikan tindakan diperoleh melalui tes. Data yang berkaitan dengan minat siswa
selama mengikuti pembelajaran diperoleh melalui angket. Lembar observasi digunakan untuk
merekam proses pembelajaran yang berlangsung, baik tentang permasalahan, kekurangan,
dan keunggulan yang muncul terkait dengan pemberian tindakan, aktivitas siswa, aktivitas
guru, dan sikap siswa.
Soal tes berjumlah 15 butir dengan rincian 10 soal pilihan ganda dan 5 soal esai. Waktu
mengerjakan soal adalah 35 menit. Pembuatan soal berdasarkan IPK yang telah ditentukan.
Soal IPK 1 terdapat pada pilihan ganda nomor 1-7. Pada IPK 1, siswa diminta menjelaskan
istilah-istilah dan ciri-ciri jumlah ismiyah dari segi struktur dan i’rab. IPK 2 terdapat pada soal
pilihan ganda nomor 8-10 dan esai nomor 2. Pada soal pilihan ganda, siswa diminta menen-
tukan kedudukan kata dalam jumlah ismiyah. Pada soal esai, siswa diminta untuk mencari
jumlah ismiyah dalam teks bertemakan “ ﯾﻮﻣﯿﺎﺗﻨﺎyaumiyyatuna”. IPK 3 terdapat pada soal esai
nomor 1. Siswa diminta untuk merubah susunan jumlah fi’liyah yang telah disediakan ke dalam
jumlah ismiyah. IPK 4 terdapat pada soal pilihan ganda nomor 11-15 dan esai nomor 3-5. Pada
soal pilihan ganda, siswa diminta mengisi kalimat rumpang, mengurutkan kata, dan
menentukan jumlah yang sesuai dengan kaidah jumlah ismiyah. Pada soal esai, siswa diminta
memberi harakat, mengurutkan kata, dan membuat jumlah ismiyah dengan khabar mufrad
maupun fiil + maful bih.
Teknik analisis data kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis statistika
sederhana, dengan menghitung rerata skor siswa dalam satu kelas dan persentase ketuntasan.
Sedangkan langkah-langkah analisis data kualitatif berpijak pada model interaktif yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1994, dalam Ainin, 2019, h. 120) sebagai berikut:
(1) Pengumpulan, pengecekan data dan catatan lapangan; (2) Pemilahan data yang sesuai
dengan tujuan penelitian; (3) Penyajian data yang meliputi identifikasi, klasifikasi, penyusun-
an, penjelasan data, dan pemaknaan; dan (4) Penyimpulan hasil penelitian berdasarkan
kategori dan makna temuan. Berdasarkan uraian tersebut, maka langkah-langkah atau prose-
dur PTK dalam penelitian penggunaan media kartu kata untuk meningkatkan penguasaan
jumlah ismiyah siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang sebagai berikut:
(1) Perencanaan
Kegiatan perencanaan diawali dengan wawancara guru dan siswa kelas VIII MTs
Muhammadiyah 1 Kota Malang. Selanjutnya peneliti melakukan pre-test penguasaan jumlah
ismiyah siswa. Berdasarkan hasil wawancara dan pre-test tersebut, peneliti merancang
pembelajaran jumlah ismiyah menggunakan media kartu kata (Gambar 1). Spesifikasi kartu
kata dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Kartu terbuat dari kertas buffalo berwarna; (2)
Kertas berukuran panjang 21 Cm dan lebar 14,8 cm (kertas A5); (3) Kartu kata yang dibuat
berjumlah 120 kartu.; (4) Kartu berisi satu kata berbahasa Arab bertemakan ﯾﻮﻣﯿﺎﺗﻨﺎbeserta
artinya yang diambil dari buku cetak kelas VIII. Arti kata di dalam kartu kata diharapkan dapat
membantu siswa fokus berlatih menyusun jumlah ismiyah tanpa kebingungan mencari makna
kata di dalam kartu.
21 Cm
1714
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
14,8 cm
(3) Observasi
Peneliti dibantu observer melakukan kegiatan observasi selama pembelajaran. Observer
adalah mahasiswa semester 7 program studi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri
Malang. Observer dibekali lembar observasi untuk merekam proses pembelajaran yang
berlangsung, baik tentang permasalahan, kekurangan, dan keunggulan yang muncul
terkait dengan pemberian tindakan, aktivitas guru, aktivitas siswa, dan sikap siswa selama
pembelajaran berlangsung.
(4) Refleksi
Peneliti dibantu observer menganalisis dan mendeskripsikan temuan terkait hasil اﻟﻠّﺒَﺎس
ِ
belajar dan masalah-masalah selama pembelajaran, sekaligus menemukan penyebabnya
yang akan ditindak lanjuti pada siklus berikutnya. Dari hasil analisis dan deskripsi tersebut
juga dapat digunakan untuk menentukan apakah penelitian akan berlanjut pada siklus
berikutnya atau dihentikan.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2022 selama 2 jam pelajaran.
Peneliti menjelaskan materi jumlah ismiyah menggunakan media power point. Materi tersebut
berisi pengertian jumlah ismiyah, unsur penyusun jumlah ismiyah dan perbedaannya dengan
jumlah fi’liyah. Pembelajaran dilanjutkan dengan bermain kartu kata. Pada akhir pembel-
ajaran, siswa diberikan tugas. yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Tugas tersebut
berupa 5 soal esai berkaitan dengan (1) pengenalan kaidah jumlah ismiyah, (2) identifikasi
jumlah ismiyah dalam teks, dan (3) perbedaannya dengan jumlah fi’liyah.
1715
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
Langkah-langkah permainan pada pertemuan ini, yaitu (1) Guru memilih 10 siswa untuk
bermain kartu kata; (2) Guru meletakkan 30 kartu secara acak di lantai; (3) Siswa diberi waktu
untuk menyusun kalimat sederhana yang terdiri dari mubtada’ + khabar mufrad; (4) Setelah
waktu habis, siswa diminta untuk menjelaskan kartu kata yang telah disusun. Permainan ini
digunakan untuk menguatkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari, yaitu
pengertian jumlah ismiyah dan unsur penyusunnya. Siswa dilatih untuk dapat menentukan
mubtada’ dan khabar pada jumlah ismiyah yang terdiri dari khabar mufrad. Setelah itu,
diharapkan siswa dapat lebih memahami pengertian jumlah ismiyah dan kedua unsur
penyusun tersebut yang kemudian akan dikembangkan lagi dalam jumlah ismiyah dengan
khabar berupa fiil + maful bih.
Langkah-langkah permainan kartu kata pada pertemuan ke 2, yaitu (1) Siswa dibentuk
menjadi 4 kelompok; (2) Setiap kelompok mendapatkan 2 kalimat acak yang akan disusun
menjadi jumlah ismiyah dengan khabar berupa fiil + maful bih; (3) Kalimat yang sudah tersusun
ditempelkan di papan tulis; (4) Guru membahas kalimat-kalimat yang telah ditempel di papan
tulis. Pembahasan pada permainan ini berfokus pada (1) unsur penyusun jumlah ismiyah
dengan khabar berupa fiil + maful bih dan (2) cara merubah jumlah fi’liyah ke dalam jumlah
ismiyah. Permainan ini juga melatih siswa menggunakan kaidah jumlah ismiyah dalam kalimat
bahasa Arab dengan benar.
1716
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
1717
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
5 menit untuk menyusun jumlah ismiyah sebanyak mungkin; (4) Setiap kelompok mengangkat
kartu yang telah membentuk 1 jumlah ismiyah sesuai dengan aba-aba; (5) Setiap kelompok
diminta menerangkan susunan jumlah ismiyah tersebut; (6) Setiap kelompok yang berhasil
akan mendapatkan poin (poin ditulis di papan tulis) dan kelompok dengan poin terbanyak
adalah pemenang.
Gambar 9. Kartu Kata Acak Gambar 10. Kartu Kata yang Tersusun
Permainan ini melatih siswa untuk menerapkan semua kaidah jumlah ismiyah yang telah
dipelajari ke dalam kalimat bahasa Arab. Dalam penelitian Junaidi (2009) latihan menyusun
potongan kartu kata menjadi kalimat dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam
membentuk kalimat bahasa Arab sesuai kaidah yang benar. Siswa dibebaskan untuk membuat
jumlah ismiyah dengan khabar mufrad maupun khabar jumlah. Permainan ini juga digunakan
untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam membuat jumlah ismiyah. Siswa dituntut untuk
membuat sebanyak mungkin jumlah ismiyah dengan kartu yang disediakan, sehingga mereka
akan berusaha mencoba berbagai model jumlah ismiyah agar menghasilkan jumlah ismiyah
dengan banyak dari kartu yang telah disediakan.
Berdasarkan hasil observasi selama menerapkan media kartu kata dalam pembelajan
jumlah ismiyah kelas VIII di MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang, peneliti menemukan beberapa
penghambat baik yang dialami siswa maupun guru berupa: (1) jam pelajaran yang berubah-
ubah menyesuaikan dengan pelajaran lain yang menyebabkan siswa kurang siap untuk belajar
bahasa Arab; (2) waktu pembelajaran yang terpotong dengan istirahat siswa; dan (3)
1718
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
kurangnya minat siswa belajar bahasa Arab pada awal pertemuan yang menyebabkan suasana
kelas kurang kondusif dan menyulitkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Soal esai dibuat untuk menilai IPK 2, IPK 3, dan IPK 4. Soal yang mendapatkan jawaban
benar hanya pada IPK 4 dengan persentase 5%. Berdasarkan analisis jawaban esai siswa, dapat
diketahui bahwa (1) Siswa belum mampu mengubah pola jumlah fi’liyah kedalam jumlah
ismiyah; (2) Siswa kesulitan dalam menemukan jumlah ismiyah dalam teks; (3) Siswa kesulitan
dalam memberi harakat dan mengurutkan kata acak menjadi jumlah ismiyah sesuai dengan
kaidah yang benar; (4) Siswa kesulitan dalam membuat jumlah ismiyah.
Untuk mengetahui lebih jauh penguasaan jumlah ismiyah siswa, peneliti melakukan
wawancara dengan guru dan siswa. Hasil yang diperoleh adalah (1) siswa belum pernah
diberikan pembelajaran jumlah ismiyah sebelumnya; (2) Siswa memiliki minat yang rendah
dalam pembelajaran qawaid. Pembelajaran qawaid yang cenderung pasif membuat siswa
mudah bosan dan lupa terhadap materi yang telah diberikan. Hal ini ditunjukkan dengan siswa
yang tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan berkaitan dengan materi qawaid yang telah
dipelajari sebelumnya. Siswa masih kesulitan dalam membedakan (1) isim, fiil, dan hurf, (2)
mufrad, mutsanna dan, jama’, (3) mudzakar dan muannats. Siswa juga belum mengetahui
perubahan fiil sesuai dengan kata ganti. Materi-materi tersebut merupakan meteri pendukung
dalam menguasai jumlah ismiyah. Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh, dapat
diketahui bahwa penguasaan jumlah ismiyah siswa sangat rendah. Peneliti memutuskan
memberikan tindakan pada siklus 1 dengan harapan terdapat peningkatan penguasaan jumlah
ismiyah siswa.
1719
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
Berdasarkan hasil analisis jawaban pada soal pilihan ganda, persentase jawaban benar
tertinggi pada IPK 1 dengan 83,57%. Sebanyak 50% siswa masih kesulitan dalam membedakan
isim ma’rifat dan isim nakirah. Selain itu masih terdapat 35% siswa yang belum mengetahui
i’rab dari struktur jumlah ismiyah. Pada IPK 2 persentase jawaban benar adalah 68,33%. Pada
IPK ini, sebanyak 90% siswa sudah mampu mengidentifikasi jumlah ismiyah dengan khabar
mufrad. Namun siswa kesulitan dalam menentukan struktur jumlah ismiyah dengan khabar fiil
+ maful bih. Contohnya siswa tidak dapat menentukan maful bih pada jumlah ismiyah. Pada soal
tersebut, siswa yang menjawab benar hanya 5 orang (25%). IPK dengan persentase jawaban
terendah adalah IPK 4 dengan persentase 47%. Berdasarkan hasil analisis jawaban soal pada
IPK 4, Siswa masih kesulitan memahami mubtada’ berupa isim dhamir dan menyesuaikan
mubtada dan khabar dalam segi bilangan.
Berdasarkan hasil analisis soal esai, terdapat peningkatan persentase soal dengan
jawaban benar pada seluruh IPK. Persentase jawaban benar tertinggi pada soal esai adalah IPK
3 dengan persentase 36,25%. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa mulai mampu
membedakan jumlah ismiyah dengan jumlah fi’liyah. Persentase jawaban benar IPK 2 adalah
21,25%. Masih sedikit siswa yang dapat mengidentifikasi jumlah ismiyah dalam teks.
Persentase jawaban benar terendah adalah IPK 4 dengan persentase 7,08%. Kenaikan pada
IPK ini terdapat pada soal memberi harakat dalam jumlah ismiyah dengan persentase jawaban
benar 17,5% dan menyusun kata acak menjadi susunan jumlah ismiyah dengan persentase
jawaban benar 3,75%.
Permainan pada pertemuan ke dua dilakukan secara berkelompok dan diikuti semua
siswa. Siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Semua siswa cukup antusias dalam
mengikuti permainan. Guru menjelaskan materi dan membimbing siswa berlatih dengan baik.
Beberapa kendala yang dialami siswa pada Siklus Ini, yaitu (1) Siswa belum menguasai materi
dasar; (2) Keterbatasan penguasaan mufradat; dan (3) Motivasi belajar yang kurang.
Berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan pada siklus 1, siswa masih belum
mencapai target yang diharapkan. Siswa masih memerlukan bimbingan untuk meningkatkan
penguasaan jumlah ismiyah. Untuk itu, peneliti dan observer memutuskan untuk memberikan
tindakan dan mengamati kembali perkembangan siswa pada siklus selanjutnya. Tindakan
tersebut lebih difokuskan agar siswa dapat mencapai indikator penguasaan jumlah ismiyah
meliputi (1) Menggunakan kaidah jumlah ismiyah dalam kalimat; dan (2) mengidentifikasi
jumlah ismiyah dalam teks.
1720
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa pada soal pilihan ganda, terdapat peningkatan
penguasaan pada IPK 1, IPK 2, IPK 4. Persentase jawaban benar tertinggi adalah IPK 1 dengan
91,42%. Seluruh siswa sudah mampu mengenali dan menjelaskan jumlah ismiyah dengan baik.
Persentase jawaban benar IPK 2 adalah 81,67%. Seluruh siswa sudah mampu mengidentifikasi
jumlah ismiyah dengan khabar mufrad. Namun masih terdapat siswa yang kesulitan dalam
mengidentifikasi struktur jumlah ismiyah dengan khabar berupa fiil+maful bih. Terutama
dalam menentukan maful bih, hanya terdapat 9 siswa (45%) yang dapat mengenali maful bih
dalam jumlah ismiyah. Pada saat penjelasan materi, guru jarang menyinggung maful bih. Guru
lebih banyak langsung menentukan khabar tanpa memperinci struktur penyusun khabar
tersebut. Persentase jawaban benar IPK 4 adalah 84%. Terdapat 7 siswa (35%) belum
memahami mubtada’ berupa isim dhamir dan 8 siswa (40%) belum mampu menyesuaikan
mubtada dan khabar dalam segi bilangan. Namun terdapat peningkatan apabila dibandingkan
dengan post-test 1 dengan jumlah siswa yang belum mampu secara berturut-turut 15 siswa
(75%) dan 16 siswa (80%).
Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa pada soal esai, terdapat peningkatan yang
signifikan. Persentase jawaban benar tertinggi pada IPK 3 dengan persentase 90%. Dari hasil
ini dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa sudah memahami perbedaan jumlah ismiyah
dan jumlah fi’liyah. Persentase IPK 2 adalah 82,5%. Terdapat peningkatan signifikan apabila
dibandingkan dengan hasil post-test 1. Sebagian besar siswa sudah mampu mengidentifikasi
jumlah ismiyah dalam teks dengan baik. Pada setiap permainan yang dimainkan, menuntut
siswa untuk mengidentifikasi jumlah ismiyah yang telah disusun. Hal tersebut membantu siswa
dalam meningkatkan penguasaan pada IPK 2. Selanjutnya persentase jawaban benar terendah
adalah IPK 4 dengan persentase 75,83%. Dalam memberikan harakat, siswa kesulitan apabila
terdapat mubtada’ berupa idhafah. Guru hanya memberikan sedikit penjelasan berkaitan
dengan idhafah dikarenakan keterbatasan waktu.
Selain terkendala penguasaan kaidah yang kurang, dalam mengurutkan kalimat acak
menjadi susunan jumlah ismiyah, siswa terkendala dengan mufradat yang terbatas, sehingga
terdapat mufradat yang terbalik dan menimbulkan makna yang tidak jelas. Pemberian kamus
dan kartu kata yang memiliki terjemah dapat membantu siswa dalam mengatasi hal tersebut.
Dibuktikan dengan meningkatnya persentase jawaban benar pada soal tersebut yaitu menjadi
75% dari sebelumnya pada post-test 1 hanya sebesar 3,75%. Dalam membuat jumlah ismiyah,
siswa juga terkendala dengan mufradat yang terbatas. Selain tidak mengetahui mufradat,
ditemui siswa yang salah dalam penulisan mufradat. Contohnya kata ﻣﺎھﺮditulis ﻣﮭﺮdan kata
ھﻲditulis ﺣﻲ. Selain itu terdapat siswa yang salah dalam mengharakati, tetutama harakat akhir
pada maful bih dan harakat akhir kata setelah harf jer.
1721
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh, peneliti dan observer memutuskan
untuk mengakhiri tindakan pada siklus 2. Pemberian tindakan dirasa sudah cukup
dikarenakan sudah mencapai target penelitian, yaitu meningkatnya penguasaan jumlah
ismiyah siswa dengan rata-rata nilai post-test di atas KKM (75) dan persentase ketuntasan
siswa di atas 75%.
Dalam penelitian ini, kartu kata divariasikan kedalam 3 model permainan. Variasi
permainan bertujuan agar siswa tidak bosan dengan media kartu kata. Terlihat pada saat
permainan kartu model 3, siswa tetap antusias bermain kartu kata meskipun kartu kata sudah
dimainkan sebanyak 2 kali pada siklus 1. Selama mendapatkan tindakan dari siklus 1 dan
siklus 2, siswa mengalami perkembangan yang baik. Siswa secara berturut-turut mengalami
kenaikan nilai pre-test, post-test 1, dan post-test 2. Hasil tersebut menguatkan penelitian
Anisnaini (2021) bahwa perlu adanya variasi dalam pembelajaran dan penggunaan kartu kata
merupakan salah satu metode yang dapat meningkatkan pemahaman qawaid siswa.
Dari hasil analisis data kualitatif selama tindakan diberikan, siswa juga mengalami
perkembangan yang baik pada setiap pertemuan. Pada pertemuan kedua dan seterusnya,
permainan kartu kata dimainkan secara berkelompok. Siswa dapat lebih kreatif dalam
bermain kartu kata. Siswa terlihat lebih aktif dan antusias mengikuti pembelajaran dan
bermain kartu kata. Hal ini sejalan dengan penelitian Anisnaini (2021) bahwa penggunaan
permainan kartu kata secara berkelompok dapat meningkatkan partisipasi, keaktifan, dan
semangat siswa dalam belajar. Perhatian dan fokus siswa juga bertambah lebih baik. Hal
tersebut memudahkan guru dalam mengondisikan kelas dan menjelaskan materi dengan baik.
Berdasarkan hasil angket siswa, diketahui bahwa mayoritas siswa (50% sangat setuju
dan 30% setuju) penggunaan media kartu kata dalam pembelajaran jumlah ismiyah
menambah motivasi untuk belajar bahasa Arab. Siswa senang mengikuti pembelajaran jumlah
ismiyah menggunakan kartu kata. Sebanyak 12 siswa (60%) sangat setuju bahwa kartu kata
dapat menjadikan pembelajaran jumlah ismiyah lebih menarik dan tidak membosankan. Hasil
tersebut menguatkan penelitian Junaidi (2009), yang menyimpulkan bahwa penggunaan kartu
kata dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar bahasa Arab.
Salah satu faktor meningkatnya hasil belajar siswa pada penelitian ini adalah
meningkatnya motivasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan Fauzy, Arief, dan Muhyani (2019)
bahwa motivasi belajar memiliki hubungan positif yang sangat signifikan dengan hasil belajar.
Meningkatkan motivasi belajar merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Mayoritas siswa juga setuju (45% sangat setuju dan 30% setuju) bahwa permainan
kartu kata dapat membantu siswa lebih mudah menguasai jumlah ismiyah. Dalam permainan
berkelompok, secara tidak langsung siswa akan bertukar pemahaman dan bekerjasama untuk
menguasai jumlah ismiyah. Siswa yang kurang memahami materi pada saat dijelaskan oleh
guru, mendapatkan kesempatan kembali untuk membangun pemahamannya bersama dengan
teman-temannya.
1722
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
4. Simpulan
Dalam penelitian ini, media kartu kata digunakan sebagai permainan yang dimainkan
dalam tiga model. Permainan pertama dilakukan secara individu dengan menyusun kartu kata
acak menjadi jumlah ismiyah dengan khabar mufrad. Permainan kedua dimainkan secara
berkelompok dengan menempelkan kartu kata acak ke papan tulis menjadi susunan jumlah
ismiyah dengan khabar fiil + maful bih. Permainan ketiga dimainkan secara berkelompok
dengan menyusun jumlah ismiyah sebanyak-banyaknya dari 15 kartu kata acak yang diberikan.
Permainan-permainan yang disajikan bertujuan untuk meningkatkan penguasaan siswa dalam
(1) menjelaskan kaidah jumlah ismiyah, (2) mengidentifikasi jumlah ismiyah dalam teks, (3)
mengubah pola jumlah fi’liyah menjadi jumlah ismiyah, dan (4) menggunakan kaidah jumlah
ismiyah dalam kalimat dengan tema “ ﯾﻮﻣﯿﺎﺗﻨﺎyaumiyyatina” (aktivitas sehari-hari). Penggunaan
media kartu kata terbukti dapat meningkatkan penguasaan jumlah ismiyah siswa kelas VIII
MTs Muhammadiyah 1 Kota Malang. Siswa secara berturut-turut mengalami peningkatan hasil
pre-test, post-test 1, dan post-test 2. Nilai rata-rata pre-test siswa sebesar 21,425. Setelah
mendapatkan tindakan pada siklus 1, nilai rata-rata post-test 1 siswa mengalami peningkatan,
yaitu 40,425. Setelah mendapatkan tindakan pada siklus 2, nilai rata-rata post-test 2 siswa
kembali mengalami peningkatan, yaitu 82,55 dengan persentase ketuntasan 85 %. Media kartu
kata juga dapat meningkatkan motivasi belajar. Berdasarkan hasil observasi, antusiasme dan
keaktifan siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Mayoritas siswa juga setuju
bahwa media kartu kata dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Arab.
Daftar Rujukan
Ainin, M. (2018). Penilaian dalam pembelajaran bahasa Arab di madrasah atau sekolah: HOTS, MOTS, atau
LOTS?. Proceedings of Konferensi Nasional Bahasa Arab 4. Retrieved from http://prosiding.arab-
um.com/index.php/konasbara/article/view/266
Ainin, M. (2019). Metode penelitian peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Arab (teori dan praktik).
Malang: Lisan Arabi.
Alfan, M. (2019). Mengeksplorasi penggunaan media creative board dalam pembelajaran membaca dan
menulis Arab. Proceedings of Konferensi Nasional Bahasa Arab 5. Retrieved from http://prosiding.arab-
um.com/index.php/konasbara/article/view/506
Al-Hudaiby, A. A. (2015). Daliilu Mu’allimi Al-‘Arobiyati li An-Naathiqiin Bighairiha. Riyadh: King Abdullah Bin
Abdulaziz International Center For Arabic Language.
Al-Khouli, M. A. (2000). Asaaliib Tadriis Al-Lughah Al-‘Arobiyah. Oman: Darul Falah.
Andari, R. (2020). Pemanfaatan media pembelajaran berbasis game edukasi Kahoot! pada pembelajaran Fisika.
Obita: Jurnal Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika, 6(1). doi:
https://doi.org/10.31764/orbita.v6i1.2069
Anidar, J. (2017). Teori belajar menurut aliran kognitif serta implikasinya dalam pembelajaran. Jurnal Al-
Taujih: Bingkai Bimbingan dan Konseling Islam, 3(2). Retrieved from
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/attaujih/article/view/528
Anisnaini, E. (2021). Upaya meningkatkan pemahaman qawaid melalui penggunaan media kartu bagi siswa
kelas VII MTsN 8 Kediri. Edudeena: Journal of Islamic Religious Education, 5(2), 111–124. Retrieved from
https://jurnalfaktarbiyah.iainkediri.ac.id/index.php/edudeena/article/view/371
1723
JoLLA: Journal of Language, Literature, and Arts, 2(12), 2022, 1709–1724
Asrori, I., Thohir, M., & Ainin, M. (2019). Evaluasi pembelajaran bahasa Arab. Malang: Misykat.
Effendy, A. F. (2012). Metodologi pengajaran bahasa Arab. Malang: Misykat.
Faisyal, R. (2020). Bahasa Arab 2 untuk kelas VIII Madrasah Tsanawiyah. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Fauji, V. A., Qutni, D., & Nawawi, M. (2020). Efektifitas media flashcard terhadap kemampuan membaca nyaring
(al-jahriyah) dan membaca dalam hati (ash-shamitah) bahasa Arab siswa kelas VIII MTs Negeri 1
Purbalingga tahun ajaran 2018/2019. Lisanul Arab: Journal of Arabic Learning, 9(1). Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/laa/article/view/39311
Fauzy AH, H., Arief, Z. A., & Muhyani. (2019). Strategi motivasi belajar dan minat belajar dengan hasil belajar
bahasa Arab. Tawazun: Jurnal Pendidikan Islam, 12(1). doi:
http://dx.doi.org/10.32832/tawazun.v12i1.1843
Hanifah, U. (2011). Media pembelajaran bahasa Arab. Surabaya: Putra Media Nusantara.
Hidayat, Y. (2018). Teori perolehan dan perkembangan bahasa untuk jurusan Pendidikan Bahasa Arab.
Maharat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, 1(1). doi: https://doi.org/10.18196/mht.113
Junaidi, D. (2009). Istihdamu Bithoqati Al-Kalimaat fi Ta'limi Mahaarati Al-Kitabah: Bahsun Ijroi Siffi fi Al-
Madrosah Al-Mutawassitoh Al-Islamiyah Al-Hukumiyah Jombang Jawa As-Syarqiyah (Master’s thesis,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang). Retrieved from http://etheses.uin-
malang.ac.id/6056/
Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. (2014). The action research planner: Doing critical participatory action
research. Singapore: Springer.
Khasairi, M. (2016). Beberapa pokok pikiran untuk peningkatan efektifitas pembelajaran tarkib. Proceedings
of Konferensi Nasional Bahasa Arab 2. Retrieved from http://prosiding.arab-
um.com/index.php/konasbara/article/view/91
KMA 183 Tahun 2019. (2019). Retrieved from https://www.ayomadrasah.id/2019/08/kma-183-tahun-2019-
kurikulum-pai-b-arab.html
Maziyah, L. (2018). Membaca kritis teks arab argumentasi: Teori dan praktik. Proceedings of Konferensi
Nasional Bahasa Arab 04. Retrieved from http://prosiding.arab-
um.com/index.php/konasbara/article/view/259
Nurseto, T. (2011). Membuat media pembelajaran yang menarik. JEP: Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, 8(1). doi:
https://doi.org/10.21831/jep.v8i1.706
Prihantoro, A., & Hidayat, F. (2019). Melakukan penelitian tindakan kelas. Ulumuddin: Jurnal Ilmu-ilmu
Keislaman, 9(01). doi: https://doi.org/10.47200/ulumuddin.v9i1.283
Prihartini, Y. & Ridha, M. (2017). Panduan guru dalam penggunaan gambar dan kartu kata sebagai media
pembelajaran bahasa Arab. Islamika: Jurnal Ilmu–Ilmu Keislaman, 17(2). Retrieved from
https://ejournal.iainkerinci.ac.id/index.php/islamika/article/view/210
Putri, N. P. (2017). Pengaruh media pembelajaran terhadap motivasi belajar bahasa Arab siswa Madrasah
Tsanawiyah. Lisania: Journal of Arabic Education and Literature, 1(1). doi:
https://doi.org/10.18326/lisania.v1i1.1-16
Rohman, F. (2014). Strategi pengelolaan komponen pembelajaran bahasa Arab. Arabiyat: Journal of Arabic
Education and Arabic Studies, 1(1). doi: http://dx.doi.org/10.15408/a.v1i1.1131
Sandi, G. (2012). Pengaruh blended learning terhadap hasil belajar Kimia ditinjau dari kemandirian siswa.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. 45(3). Retrieved from
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPP/article/view/1839
Widayati, A. (2008). Penelitian tindakan kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia: Forum Kajian Isu Terkini
Bidang Pendidikan Akuntansi, 6(1). doi: https://doi.org/10.21831/jpai.v6i1.1793
Zainuri, M. (2019). Perkembangan bahasa Arab di Indonesia. Tarling: Journal of Language Education. 2(2), 231–
248. doi: https://doi.org/10.24090/tarling.v2i2.292
1724