1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Volume 6 No 2 Maret 2021

p-ISSN: 2460-8750 e-ISSN: 2615-1731


https://doi.org/10.26858/talenta.v6i2.19304

Efektivitas Pelatihan Contextual Teaching and Learning (CTL) Guna


Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah Dasar di Pulau
Sebatik

Yusandi Rezki Fadhli1*, Nono Hery Yoenanto2


12
Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga Surabaya. Indonesia
Email: [email protected], [email protected]

©2018 –JPT Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar. Ini adalah artikel dengan
akses terbuka di bawah licenci CC BY-NC-4.0 (https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ ).

ABSTRACT
Competency pedagogic is the ability to manage the learning of participants learners that includes
an understanding of the participant students, The design and implementation of learning,
evaluation of the results of learning, and the development of the participant students to actualize
various potentials that its. This study aims to determine the effectiveness of Contextual Teaching
and Learning training to improve the pedagogical competence of elementary school teachers on
Sebatik Island. Mechanical collection of data in the form of tool measuring scale Likert, a matter of
knowledge and observation guide. Design research that is used is pretest-posttest one group design
with a number of subjects as much as 30 teachers of the school base . This study uses the analysis
of the Wilcoxon signed rank test. The results of the analysis of the data shows the value of
significance 0.000 <0.05 which means that there are differences in the mean scores of competence
pedagogic between the results of the pretest participants of the training contextual teaching and
learning with the results of the posttest participant training contextual teaching and learning.

Keywords: Teacher school elementary, learning, method, contextual teaching and learning (CTL),
Sebatik Island .

ABSTRAK
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan contextual teaching
and learning (CTL) untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru sekolah dasar di pulau
Sebatik. Teknik pengumpulan data berupa alat ukur skala likert , soal pengetahuan dan pedomen
observasi. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest one group design dengan
jumlah subjek sebanyak 30 orang guru sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan analisis teknik
uji Wilcoxon signed rank test. Hasil analisis data menunjukkan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang
berarti terdapat perbedaan rerata skor kompetensi pedagogik antara hasil pretest peserta
pelatihan contextual teaching and learning (CTL) dengan hasil posttest peserta pelatihan
contextual teaching and learning (CTL).

Kata Kunci: Kompetensi pedagogik guru sekolah dasar, metode pembelajaran, Contextual
teaching and learning (CTL), Pulau Sebatik.

1
2

PENDAHULUAN
Wilayah perbatasan merupakan beranda terdepan Indonesia menjadi pagar dalam
menjaga kedaulatan bangsa sekaligus gudang terbelakang dalam pembangunan nasional
termasuk bidang pendidikan. Namun di Pulau Sebatik ini, pendidikannya sangat berbanding
terbalik dengan apa yang terjadi di kota-kota besar, dan negara tetangga yang lokasinya
memang tidak begitu jauh dan sangat terlihat jelas. Permasalahan utama yang dapat diperbaiki
terlebih dahulu untuk meningkatkan daya saing dengan negara tetangga maupun daerah
lainnya adalah memperbaiki kualitas tenaga pengajarnya. Guru sebagai tenaga pengajar
merupakan komponen paling utama dalam menentukan sistem pendidikan secara keseluruhan,
yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Berdasarkan Undang-Undang
No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik atau
guru professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada Pendidikan anak usia dini, jalur Pendidikan
formal, Pendidikan dasar, dan Pendidikan menengah (Kementerian Pendidikan Nasional,
2003).
Guru sebagai tenaga pengajar profesional dituntut untuk minimal memiliki 4
kompetensi. Sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1
ayat 10, kompetensi adalah seperangat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Seseorang dikatakan kompeten dalam bidangnya jika pengetahuan,
keterampilan, dan sikapnya, serta hasil kerjanya sesuai standar yang ditetapkan dan/atau
lembaga maupun pemerintah (Ramayulis, 2013).Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, guru
harus memiliki empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian sosial, dan kompetensi profesional. Dalam hal pengajaran, kompetensi pedagogik
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mendidik. Guru yang mempunyai kompetensi
tinggi mungkin tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa didukung oleh kemampuan
pedagogik yang memadai (Sumarjoko, 2018). Dalam hal pengajaran, kompetensi pedagogik
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mendidik. Guru yang mempunyai kompetensi
tinggi mungkin tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa didukung oleh kemampuan
pedagogik yang memadai.
Kompetensi pedagogik erat kaitannya dengan berlangsungnya proses pembelajaran
yang efektif dan efisien di kelas karena dalam kompetensi ini terdapat beberapa aspek yang
berkaitan langsung dengan peserta didik. Rendahnya kompetensi yang dimiliki guru sekolah
dasar di Pulau Sebatik khususnya pada nilai kompetensi pedagogik dapat ditingkankan
dengan beberapa metode pembelajaran salah satunya dengan metode contextual teaching and
learning (CTL). Contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu model
pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengelolah,
dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit dan mengaitkan dengan
kehidupan nyata siswa (Komalasari, 2012). Contextual teaching and learning (CTL) juga
dapat diartikan suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dalam kehidupan nyata (Depdiknas, 2008).
Ada lima konsep yang digunakan dalam contextual teaching and learning (CTL), yaitu
Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transfering atau disingkat (REACT).
Relating adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata.
Pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi
baru untuk dipahami atau dengan problema untuk dipecahkan. Experiencing adalah belajar
dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan. Hal ini berarti proses pembelajaran
3

lebih mengedepankan proses berpikir kritis lewat siklus inquiry.


Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar kedalam penggunaan dan
kebutuhan praktis. Dalam praktiknya siswa menerapkan konsep dan informasi kedalam
kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan Cooperating adalah belajar dalam bentuk
berbagi informasi dan pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi. Bentuk
belajar ini tidak hanya membantu siswa belajar tentang materi, tetapi juga konsisten dengan
penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata. Selain itu, pembelajaran dengan
menggunakan CTL dapat memotivasi siswa untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri
dan menghubungkan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan setiap konteks yang
ditemukan di dalam kehidupan. Dalam hal ini, para siswa diharapkan belajar melalui
"mengalami" bukan dengan "menghafal" bahan pembelajaran (Fadhila, Efendi, & Ridwan,
2017). Dalam kehidupan yang nyata siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan
berkomunikasi dengan warga lain sehingga dibutuhkan pembelajaran yang membawa mereka
untuk langsung merasakan kegiatan yang berdampingan langsung. Transfering adalah
kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan
konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru (Mudlofir,
2012).
Trianto (2007) menyatakan bahwa pembelajaran dapat dikatakan menggunakan
pendekatan kontekstual apabila dalam proses pembelajaran telah melibatkan tujuh komponen
yaitu: konstruktivisme (constructivisme), menemukan inquiry (inquiry), bertanya
(questioning), masyarakat belajar (learning comunity), pemodelan (modelling), refleksi
(reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment). Pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja dan di kelas
yang bagaimanapun keadannya.
a. Konstruktivisme (Constructivisme)
Konstruktivisme merupakan landasan filosofis (berpikir) pendekatan contextual
teaching and learning (CTL). Kontruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman
sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan
terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Kegiatan belajar dikemas menjadi
proses mengonstruksi pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui
peserta didik. Diharapkan peserta didik mampu menemukan ide dan pengetahuan baik
konsep maupun prinsip baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi
belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuan
(Mulyasa, 2009)

b. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang bermula dari “bertanya”. Questioning
(bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis contextual teaching and
learning (CTL). Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa (Muslich, 2011: 44).
Dalam pembelajaran contextual teaching and learning (CTL), guru tidak menyampaikan
informasi begitu saja tetapi memancing siswa untuk dapat menemukan sendiri. Oleh
karena itu, peran bertanya sangat penting sebagai cara guru untuk membimbing dan
mengarahkan siswa menemukan setiap materi yang dipelajarinya (Trianto, 2007).

c. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis contextual
teaching and learning (CTL). Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena,
4

dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang


diperoleh sendiri oleh siswa. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Langkah-
langkah kegiatan inquiry yaitu merumuskan masalah, mengamati atau melakukan
observasi, menganalisis dan menyajikan hasil, dan mengkomunikasikan hasilnya pada
pihak lain (Trianto, 2007).

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)


Merupakan sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar sehingga
memungkinkan siswa untuk dapat bertukar pengalaman dan berbagi ide antara yang satu
dengan yang lain. Konsep masyarakat belajar (learning community) menyarankan agar
hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh
dari sharing antara teman, antar kelompok dan antara yang tahu dan yang belum tahu
(Trianto, 2007).

e. Pemodelan (Modelling)
Pemodelan maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan
tertentu, ada model yang bisa di tiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu,
atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dalam pembelajaran contextual
teaching and learning (CTL) guru bukan satu-satunya model. Model dapat di rancang
dengan melibatkan siswa (Trianto, 2007).

f. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan
cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah
dilaluinya. Dalam pembelajaran contextual teaching and learning (CTL), setiap berakhir
proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk merenung atau
mengingat kembali apa yang telah disampaikannya (Trianto, 2007).

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)


Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian
bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar sudah
seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan
ditekankan pada diperolehnya sebanyak-banyak mungkin informasi di akhir pembelajaran
(Trianto, 2007).
Berdasarkan penelitian Kasno (2017) kegiatan pendampingan menggunakan model
pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) yang dilakukan oleh kepala sekolah
terbukti efektif meningkatkan kompetensi guru kelas V dalam mengajar di SD Negeri 1
Kebonagung UPTD Pendidikan Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. Kompetensi
pedagogik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan empat kompetensi utama
yang dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi
dalam kinerja guru saat melaksanakan profesinya, dapat disimpulkan bahwa kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran
peserta didik.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa variabel contextual teaching and learning (CTL)
memiliki pengaruh terhadap variabel kompetensi pedagogik pada guru (Hufri, Amir, Cahyati,
Irani, dan Hasibuan, 2018). Selain itu, penelitian serupa juga ditemukan oleh Leigh (2006)
5

bahwa pelatihan dapat menghasilkan keterampilan hingga siap untuk bekerja sama dengan
pihak lain. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2009). Kompetensi
pedagogik guru bertujuan dan berfungsi di antaranya: (a) Membantu siswa berkembang secara
intelektual, sosial, fisik, dan emosional; (b) Meningkatkan kesan diri siswa (self images); (c)
Menyediakan kesempatan untuk sukses; (d) Melaksanakan belajar aktif; (e) Menguatkan
eksplorasi; (f) Menyediakan keamanan. Jika kita melihat tujuan dan fungsi telah dipaparkan
diatas, maka dapat dikatakan bahwa dengan diterapkannya kompetensi pedagogik oleh guru
maka tujuan pendidikan yang diharapkan sekolah dapat tercapai dengan baik (Musfah, 2011).
Penelitian yang lainnya yang menunjukkan bahwa metode belajar contextual teaching
and learning (CTL) dapat mempengaruhi kompetensi pedagogik guru adalah Pelatihan
penerapan pendekatan kontekstual ini membuka wawasan baru bagi guru-guru tentang
metode dan pendekatan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengajar (Nurhaeda, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Karim (2017), pelaksanaan
pendekatan pembelajaran kontekstual dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran lainnya yang
dapat meningkatkan kompetensi guru. Berdasarkan kajian literatur beserta penelitian
sebelumnya, sejauh ini kajian tentang efektivitas pelatihan metode pembelajaran contextual
teaching and learning (CTL) di berbagai daerah Indonesia masih terbatas di daerah terpencil
atau perbatasan. Penelitian tentang efektifitas metode belajar contextual teaching and learning
(CTL) lebih banyak dilakukan di daerah perkotaan
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif eksperimen. Pada penelitian
kuantitatif eksperimen tersebut peneliti dapat mengendalikan variabel-variabel pengganggu
diluar variabel eksperimen sehingga dapat menjelaskan hubungan kausalitas antara variabel
eksperimen (perlakuan atau intervensi) dengan efek yang ditimbulkan. Segi kuantitatif,
metode yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tipe penelitian quasi experimental.
Penelitian quasi eksperimental memiliki derajat validitas internal dan eksternal yang rendah
dikarenakan tidak memenuhi tiga unsur dari eksperimen sesungguhnya yaitu randomisasi,
replikasi, dan perlakuan kontrol.
Prosedur
Kriteria partisipan penelitian adalah guru SD di Pulai Sebatik, memiliki masa kerja yang
beragam mulai dari 1 tahun hingga 15 tahun dan berbagai latar belakang Pendidikan, Belum
pernah mendapatkan pelatihan mengenai contextual teaching and learning (CTL) sebagai
metode pembelajaran terhadap siswa. Partisipan dipilih berdasarkan hasil penyebaran
kuesioner dan memiliki skor kompetensi pedagogik sekolah dasar yang rendah ditunjukkan
dengan hasil skor pada saat screening dan pretest.
Penelitian ini juga menggunakan one group pretest posttest design atau istilah lainnya
adalah before-after design. Pada penelitian ini, pengukuran terhadap variable terikat dilakukan
di awal sebelum bentuk perlakuan diberikan, kemudian pengukuran variable terikat dilakukan
kembali setelah perlakuan diberikan. Berikut merupakan tabel desain penelitian one group
pretest posttest design. Design ini dapat digambarkan sebagai berikut:
6

O1 → X → O2
Keterangan :
O1 : Pengukuran awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan
X : Perlakuan terhadap kelompok eskperimen
O2 : Pengukuran akhir (posttest) sesudah perlakuan diberikan

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan skala kepada seluruh seluruh peserta
pelatihan. Terdapat tiga skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala kompetensi
pedagogik berbentuk pernyataan yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru sekolah
dasar. Skala kompetensi pedagogik digunakan untuk mengukur kompetensi pedagogik guru
sekolah dasar di Pulau Sebatik. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan
menggunakan soal pengetahuan berbentuk pertanyaan tertutup multiple choice. Soal
pengetahuan digunakan untuk mengukur pengetahuan peserta pelatihan. Pengumpulan data
yang ke tiga yaitu pedoman observasi berupa checklist yang disusun berdasarkan teori
contextual teaching and learning (CTL).
Langkah-langkah pembelajaran yang diberikan dalam pelatihan berdasarkan Training Need
Analysis yang telah dilakukan:
Hari 1:
a. Memahami pembelajaran CTL dalam kurikulum 2013.
b. Memahami strategi penilaian autentik berbasis CTL.
Hari 2:
a. Penyusunan silabus berbasis CTL.
b. Pengembangan RPP berbasis CTL.
c. Praktik mengajar berbasis CTL.

Untuk hari pertama, pelatihan didahului dengan pemberian pre-test, lalu pemberian materi
tentang latar belakang, definisi, tujuan, dan kaitannya contextual teaching and learning (CTL)
didalam kurikulum 2013. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan kepada para peserta
agar memiliki persepsi yang sama tentang apa itu CTL. Setelah itu peserta diberikan materi
prinsip-prinsip, karakteristik, komponen, dan langkah-langkah pembelajaran CTL serta
memberikan video pembelajaran CTL. Hal tersebut bertujuan agar peserta pelatihan tidak
hanya mendengar saja materi-materi tentang pembelajaran CTL akan tetapi para peserta juga
tau seperti apa itu pembelajaran CTL dengan melihat video tersebut. Peserta juga diberikan
materi tentang strategi penilaian Autentik berbasis CTL dan masing-masing peserta diberikan
penugasan dengan mengerjakan lembar kerja terkait penilaian autentik tersebut.
Pada hari kedua, peserta cenderung dibekali dengan keterampilan-keterampilan dalam
menyusun perencanaan pembelajaran seperti silabus dan RPP, kemudian dilanjutkan dengan
praktik mengajar menggunakan pembelajaran CTL, serta ditutup dengan mengisi post-test dan
evaluasi pelaksanaan pelatihan. Tujuannya adalah agar para peserta setelah mengikuti
pelatihan bisa mengaplikasikan secara langsung pada para siswa di sekolah masing-masing.
7

Analisis Data
Data penelitian dianalisis dengan menggunakan analisa statistik nonparametric uji
Wilcoxon signed rank test dengan bantuan SPSS 22.0 for windows. Uji Wilcoxon signed rank
test merupakan uji satu sampel bebas pada statistic nonparametric yang memiliki tujuan yang
sama dengan Uji-T (Santoso, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesa pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengujian nilai pretest
dan posttest skor peserta pada skala kompetensi pedagogik guru sekolah dasar. Berikut
adalah hasil analisis wilcoxon skala kompetensi pedagogik guru sekolah dasar yang
diberikan kepada 30 subjek penelitian melalui pretest-posttest.

Descriptive Statistics
N Mean Std. Minimum Maximum
Deviation
Hasil
30 87.50 11.855 72 102
Pretest
Hasil
30 92.13 13.567 73 118
posttest
Ranks
N Mean Sum of Ranks
Rank
Negative
0a .00 .00
Hasil Ranks
Postest Positive
30b 15.50 465.00
– Hasil Ranks
Prestest Ties 0c
Total 30
a. Hasil Postest < Hasil Pretest
b. Hasil Posttest> Hasil Pretest
c. Hasil Posttest= Hasil Pretest
Test Statisticsa
Hasil Posttest - Hasil Pretest
Z -4.892b
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Berdasarkan data di atas, diperoleh nilai sig, (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05, maka
dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata skor kompetensi pedagogik antara hasil
pretest peserta pelatihan contextual teaching and learning (CTL) dengan hasil posttest
peserta pelatihan contextual teaching and learning (CTL). Hal ini berarti peserta memiliki
perubahan yang signifikan dibandingkan sebelum mengikuti pelatihan.

Adapun hal ini bisa dilihat dari perolehan nilai mean pada hasil pretest peserta adalah
sebesar 87,50 (M=87,50) sedangkan perolehan nilai mean pada hasil posttest peserta
adalah sebesar 92,13 (M=92,13). Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa
8

pemberian pelatihan contextual teaching and learning (CTL) efektif untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik guru sekolah dasar di Pulau Sebatik.
2. Hasil Perbandingan pretest dan Posttest
Hasil perbandingan pretest dan posttest dengan menggunakan Teknik Wilcoxon
ditunjukkan pada tabel berikut :

Descriptive Statistics
N Mean Std. Minimu Maximum
Deviati m
on
Pretest 30 7.17 2.198 4 13
Postest 30 14.50 .900 12 15
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Sum of Ranks
Rank
Negativ a
0 .00 .00
e Ranks
Postest - Positive 30
b 15.50 465.00
Pretest Ranks
c
Ties 0
Total 30
a. Postest < Pretest
b. Postest > Pretest
c. Postest = Pretest
Test Statisticsa
Postest - Pretest
Z -4.800b
Asymp. Sig. (2-
.000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

Berdasarkan data di atas, diperoleh nilai sig, (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat
disimpulkan terdapat perbedaan rerata skor antara hasil tes knowledge pada awal sebelum
pelatihan diberikan (pretest) dengan hasil tes knowledge setelah pelatihan (posttest)
contextual teaching and learning (CTL) diberikan. Hal ini berarti subjek penelitian memiliki
perubahan yang signifikan dibandingkan sebelum mengikuti pelatihan. Adapun hal ini bisa
dilihat dari perolehan nilai mean pada hasil pretest subjek penelitian adalah sebesar 7,17
(M=7,17) sedangkan perolehan nilai mean pada hasil posttest adalah sebesar 14,50 (M=14,50).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pelatihan contextual teaching and learning
(CTL) efektif dalam meningkatkan pengetahuan subjek.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan contextual teaching and learning (CTL)
dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru sekolah dasar di Pulau Sebatik. Hal ini
dibuktikan dengan hasil analisis terkait kompetensi pedagogik yang menggunakan skala likert
dengan uji Wilcoxon, diperoleh nilai sig, (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat
disimpulkan terdapat perbedaan rerata skor kompetensi pedagogik antara hasil pretest peserta
9

pelatihan contextual teaching and learning (CTL) dengan hasil posttest peserta pelatihan
contextual teaching and learning (CTL).
Hal ini menunjukkan bahwa peserta memiliki perubahan yang signifikan dibandingkan
sebelum mengikuti pelatihan. Sebelumnya, rata-rata peserta memiliki kompetensi pedagogik
yang rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai UKG dan juga hasil dari pretest. Namun
setelah mengikuti pelatihan nampak perubahan terhadap kompetensi pedagogik tersebut.
Adapun hal ini bisa dilihat dari perolehan nilai mean pada hasil pretest peserta adalah sebesar
87,50 (M=87,50) sedangkan perolehan nilai mean pada hasil posttest peserta adalah sebesar
92,13 (M=92,13). Sehingga dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa pemberian pelatihan
contextual teaching and learning (CTL) efektif untuk meningkatkan kompetensi pedagogik
guru sekolah dasar di Pulau Sebatik. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Leigh
(2006) bahwa pelatihan dapat menghasilkan keterampilan hingga siap untuk bekerja sama
dengan pihak lain.
Kemudian dalam penelitian ini peningkatan yang dialami subjek penelitian tidak hanya
pada kompetensi pedagogik saja namun juga ditunjukkan oleh hasil evaluasi pelatihan yaitu
knowledge. Berdasarkan data tersebut, diperoleh nilai sig, (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05,
maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata skor antara hasil tes knowledge pada awal
sebelum pelatihan diberikan (pretest) dengan hasil tes knowledge setelah pelatihan (posttest)
contextual teaching and learning (CTL)diberikan. Hal ini berarti subjek penelitian memiliki
perubahan yang signifikan dibandingkan sebelum mengikuti pelatihan.
Tujuan pelatihan ini juga didukung oleh UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen
pasal 14 yang menjelaskan bahwa guru memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi dan/atau memperoleh pelatihan dan
pengembangan profesi lainnya. Sesuai undang-undang tersebut, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pelatihan contextual teaching and learning (CTL) efektif meningkatkan
kompetensi guru sekolah dasar di pulau Sebatik khususnya kompetensi pedagogik. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian Kasno (2017) yang mengemukakan bahwa kegiatan
pendampingan menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)
yang dilakukan oleh kepala sekolah terbukti efektif meningkatkan kompetensi guru kelas V
dalam mengajar di SD Negeri 1 Kebonagung UPTD Pendidikan Kecamatan Tegowanu
Kabupaten Grobogan.
Hasil penelitian inipun didukung oleh pelatihan yang dilakukan oleh Karim (2017) yang
menemukan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kompetensi
guru.. Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Pasal 10 Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik. Kemudian diperkuat dengan peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru pasal 1. Adapun kompetensi pedagogik guru yang disebutkan salah satunya
menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik. Oleh karena itu, hasil
penelitian ini sejalan dengan peraturan tersebut karena peserta pelatihan mengetahui,
memahami, dan mampu menerapkan teori belajar yang sesuai dengan kondisi tempat tinggal
serta karakteristik siswa yang ada di Pulau Sebatik.
Pelatihan ini juga memfasilitasi guru untuk belajar sesuai dengan minatnya dan situasi
atau masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari oleh guru, sehingga guru akan dibekali
dengan pengetahuan maupun keterampilan serta sikap untuk menangani masalah-masalah
yang dihadapi di kehidupan nyata. Adanya topik atau materi yang sesuai minat dan kebutuhan
guru dapat menjadikan pelatihan sebagai pengalaman yang bermakna bagi guru. Hal ini
10

dikarenakan guru-guru bersedia untuk belajar dan menemukan pengetahuan dan keterampilan
baru yang nantinya dapat digunakan guru di kemudian hari. Hal ini sesuai dengan salah satu
pendekatan CTL yang dikemukakan oleh Trianto (2007) yaitu “menemukan”. Guru
menemukan suatu fenomena yang kemudian mengajak anak didik untuk membiarkan mereka
menemukan dan mempelajari temuan mereka sesuai dengan apa yang mereka alami di
kehidupan sehari-hari.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis
“Pelatihan contextual teaching and learning (CTL) efektif untuk meningkatkan kompetensi
pedagogik guru sekolah dasar” dapat diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
pelatihan contextual teaching and learning (CTL) efektif dalam mengajar dan mampu
meningkatkan pengetahuan dan kompetensi pedagogik guru.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Dr. Nono Hery Yoenanto, S.Psi., M.Pd yang telah memberikan
arahan dan masukan selama proses penyelesaian penelitian ini, juga pada pihak Dinas
Pendidikan Nunukan dan Pulau Sebatik atas bantuannya dalam pengumpulan data.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2008). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta:


Dirjen, Didasmen, Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama.
Fadhila, Efendi, M.Z.,& Ridwan. (2017). Analysis of contextual teaching and learning (CTL)
in the course of applied physics at the mining engineering department. International
Journal of Science and Applied Science. Vol. 1, (1), 25-32.
Karim, A. (2017). Analisis pendekatan pembelajaran CTL (Contextual teaching and learning)
di SMPN 2 Jamber Timur karawang. Jurnal ilmiah Pendidikan MIPA.Vol, 7,(2). ISSN
25025457.
Kasno (2017). Upaya meningkatkan kompetensi guru melalui pendampinga guru pada
implementasi pembelajaran contextual teaching and learning/CTL pada sekolah dasar.
Jurnal Pendidikan ilmiah. Vol 3, (8). 123-129.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2003). UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik
Indonesia.
Komalasari, K.(2012). The Effect Of Contextual Learning in Civic Education on Students’
Civic Skills. Internasional Journal for Educational Studies.
Leigh, D. (2006). The group trainers handbook: Designing and delivering training for groups
(3rd ed.). London: kogan Page.
Mudlofir, A. (2012). Pendiidk Profesional; Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam
Peningkatan Mutu Pendidik di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers
Mulyasa, E. (2009). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja .
11

Nurhaedah. (2012). Ibm Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Dalam
Pembelajaran Bagi Guru-Guru di SDN Inpres Bira 2 Botoa Makassar. Journal Publikasi;
Vol, 2, (2). 152-159.
Ramayulis. (2013). Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia
Santoso, S. (2003). Mengatasi berbagai masalah statistic dengan SPSS versi 11.5. Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo.
Trianto. (2007). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

You might also like