207 413 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Makna Simbol Ritual Siraman Pernikahan Adat Jawa Tengah.

(Analisis Interaksional Simbolik pada Ritual Siraman Pernikahan Adat


Jawa Tengah)

MAKNA SIMBOL RITUAL SIRAMAN PERNIKAHAN ADAT JAWA


TENGAH (ANALISIS INTERAKSIONAL SIMBOLIK PADA RITUAL
SIRAMAN PERNIKAHAN ADAT JAWA TENGAH)
Hani Astuti1, Anggie Putri Marvelia2
1,2
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Bhayangkara Jaya
Jalan Raya Perjuangan No. 81, Marga Mulya, Bekasi
[email protected]

Abstract
This study aims to find out the meaning of symbols that are in the Central Javanese traditional wedding ceremony. This type of
research is qualitative with symbolic interactional analysis studies. Data sources that I use in this study come from informants, key
informants, and documents in the form of photographs of the ritual siraman. Data collection can be done using interview techniques,
non-participant observation and documentation. Javanese people interact using symbols since time immemorial. Where there is a
hidden meaning in the symbol of the symbol as well as beneficial for those who believe. In the process of interaction there are many
symbols in verbal and nonverbal forms. Symbols unconsciously and indirectly we often encounter in daily life as well as in official
activities, such as rituals in marriage. One of the rituals in a marriage that is thick with its customs and there are many symbols in it
is the ritual siraman. The verbal message in the ritual of siraman uses more of the Javanese Javanese language, while the nonverbal
message occurs more when the communicator in the ritual of siraman interacts, such as when sungkeman, siraman, cut rikma and sell
dawet. The meaning of the showering tools, offerings of watering, clothing and washing rules are believed to have a good impact on the
new life that will be carried out by the bride and groom. One of them, like the water symbol from 7 different sources, means that later
after being legitimately the bride and groom the new life is given happiness and peace of mind, then the symbol of the offerings, namely
Robyong cone, whose meaning is the life of the couple who is upgraded. Keywords: java community, ritual spray, symbolic
interaction

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari simbol yang ada pada ritual siraman pernikahan adat Jawa
tengah. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan studi analisis interaksional simbolik. Sumber data yang penulis
gunakan dalam penelitian ini berasal dari informan, key informan, serta dokumen yang berupa foto-foto dari
ritual siraman.Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi non
partisipan dan dokumentasi. Masyarakat Jawa berinteraksi menggunakan symbol sejak zaman dahulu kala.
Dimana pada simbo ltersebut terdapat makna baik yang tersembunyi sekaligus bermanfaat bagi yang
mempercayai.Dalam proses interaksipun terdapat banyak symbol dalam bentuk verbal dan nonverbal. Simbol
secara tidak sadar dan tidak langsung sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan
resmi, seperti ritual dalam pernikahan.Salah satu ritual dalam pernikahan yang kental dengan adat istiadatnya dan
terdapat banyak symbol didalamnya ialah ritual siraman. Pesan verbal dalam ritual siraman lebih banyak
menggunakan bahasa Jawa kajawen, sedangkan pesan nonverbal lebih banyak terjadi saat pelaku komunikasi
dalam ritual siraman ini berinteraksi, seperti pada saat sungkeman, siraman, potong rikma dan jualan dawet.
Makna dari alat-alat siraman, sesaji siraman, pakaian siraman dan aturan siraman dipercaya membawa dampak
baik bagi kehidupan baru yang akan dijalankan pasangan pengantin. Salah satunya seperti simbol air dari 7
sumber berbeda maknanya ialah agar kelak setelah sah menjadi pasangan pengantin kehidupan barunya diberi
kebahagiaan dan tentram hati, lalu symbol dari sesaji yaitu tumpeng robyong yang maknanya ialah kehidupan
pasangan pengantin yang melaksanakan ritual siraman ditingkatkan derajatnya dan diberi keselamatan. Kata
kunci: masyarakat jawa, ritual siraman, interaksi simbolik

Pendahuluan proses komunikasi terdapat banyak simbol dalam


Simbol merupakan sebuah tanda ber- bentuk verbal maupun nonverbal.
makna yang secara tidak sadar dan tidak langsung Masyarakat Jawa dikenal sebagai budaya
selalu ditemui oleh manusia sebagai makhluk yang memiliki banyak adat seremonial dengan
sosial. Simbol dapat juga diartikan sebagai sebuah simbol khasnya, salah satu seremonial yang
isyarat dalam kegiatan yang mengandung makna bersifat adat istiadat yang biasa dilakukan oleh
tertentu dengan tujuan mengungkapkan arti yang masyarakat Jawa ketika akan menikahkan putra-
tersembunyi dan sebenarnya. Dalam sebuah putrinya adalah menyelenggarakan Ritual siraman

Komunikologi Volume 16 Nomor 1, Maret 2019 38


Makna Simbol Ritual Siraman Pernikahan Adat Jawa Tengah. (Analisis Interaksional Simbolik pada Ritual Siraman Pernikahan Adat
Jawa Tengah)

yaitu disiram atau dimandikan. Siraman meru- pada ritual siraman pun bisa menjadi suatu penge-
pakan mandi ritual dimaksudkan agar calon tahuan bagaimana suatu budaya berkomunikasi.
pengantin menjadi bersih secara spiritual dan Berdasarkan pertanyaan yang telah diru-
berhati suci (Hariwijaya, 2004:88) Didalam Ritual muskan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
siraman memiliki tata cara dan urutan serta Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam
perlengkapan yang sudah pakem dan memenuhi simbol-simbol yang ada pada rangkaian ritual
aturan sebagai simbol-simbol yang secara tidak siraman, pernikahan adat Jawa Tengah ditinjau
langsung berkomunikasi tentang arti atau makna menggunakan interaksional simbolik.
yang tersembunyi didalamnya. Nilai dari tata cara
dan perlengkapannya menjadi sangat penting, Komunikasi Interaksi
karena mempunyai berbagai makna didalamnya. Komunikasi interaksi adalah proses
Bila simbol dikaitkan dengan budaya, penggunaan simbol oleh setiap individu untuk
pastinya didalam suatu kegiatan, upacara, maupun menciptakan dan menginterpretasikan makna
ritual budaya tersebut memiliki simbol-simbol dalam lingkungan mereka. Komunikasi interaksi
seperti budaya jawa yang maknanya tercipta dari terjadi karena adanya proses atau pertukaran
interaksional simbolik antar masyarakat jawa. informasi antara satu invidu dan individu lainnya
Budaya jawa dan masyarakat jawa lebih meng- atau satu kelompok dan kelompok lainnya yang
utamakan keseimbangan, keselarasan, dan akhirnya menciptakan feedback atau umpan balik
keserasian untuk kehidupan sehari-hari yang (Suryanto, 2015:57)
dimulai dari pernikahan. Komunikasi interaksi merupakan suatu
Banyak masyarakat keturunan jawa yang proses komunikasi yang mengandung pesan
melihat dan melakukan ritual siraman adat Jawa tertentu dengan pelaku komunikasi yang berkaitan
tetapi tidak tahu apa makna atau arti dibalik dalam suatu kegiatan dilingkungan mereka. Seperti
semua simbol didalamnya. Memang terkesan pada ritual siraman adat Jawa, pelaku komuni-
rumit tetapi tata cara dan peralatan dari sebuah kasinya ialah calon pengantin dengan para
ritual siraman memiliki arti baik yang penuh sesepuh yang bertugas menyiramkan, dimana
makna, sehingga perlunya kajian secara mendalam adanya umpan balik saat melakukan siraman.
untuk mengetahui makna dari simbol-simbol Tetapi saat makna simbol terbentuk, pelaku
tersebut. komunikasinya ialah masyarakat Jawa pada zaman
Suatu ritual perkawinan adat tradisional dahulu.
merupakan saat yang paling penting dan
menentukan karena merupakan masa peralihan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
dari satu tahap ke tahap berikutnya. Ritual Cangara (2010:101), kode verbal dalam
perkawinan adalah crisis ritus (upacara di saat pemakaiannya menggunakan bahasa. Bahasa
krisis) dan rite passage (upacara di masa peralihan) dapat didefinisikan seperangkat kata yang telah
yang memiliki fungsi sosial yaitu menyatakan disusun secara berstruktur sehingga menjadi
kepada khalayak luas tingkat hidup baru yang himpunan kalimat yang mengandung arti.
telah dicapai individu yang bersangkutan Dapat disimpulkan dari definisi di atas
(Koentjaraningrat, 1981:90). bahwa rangkaian kata yang tersusun bisa menjadi
Menurut Morissan (2013:143), tradisi suatu kalimat yang memiliki arti atau makna
sosiokultural memberikan perhatian pada bagai- tertentu, terbukti dalam penelitian yang penulis
mana makna tercipta melalui proses interaksi. teliti ada doa-doa dalam ritual siraman. Dan ada
Dalam hal ini mengacu kepada interaksi simbolik, bahasa kajawen didalam ritual tersebut.
merupakan suatu aktivitas komunikasi yang Sobur (2009:122), komunikasi nonverbal
menjadi ciri khas manusia dalam berinteraksi dan adalah komunikasi tanpa bahasa atau komunikasi
membentuk makna dari simbol yang ada. tanpa kata, maka tanda nonverbal berarti tanda
Pengkajian secara ilmu interaksional minus bahasa atau tanda minus kata, jadi secara
simbolik dalam ritual siraman pernikahan adat sederhana tanda nonverbal dapat kita artikan
jawa, pastinya mempunyai makna dari simbol- semua tanda yang bukan kata-kata.
simbol yang ada pada rangkaian ritual tersebut.
Penelitian ini pun dilakukan untuk memberi
informasi kepada para generasi muda khususnya
keturunan jawa, bahwa simbol-simbol yang ada
Komunikologi Volume 16 Nomor 1, Maret 2019 39
Makna Simbol Ritual Siraman Pernikahan Adat Jawa Tengah. (Analisis Interaksional Simbolik pada Ritual Siraman Pernikahan Adat
Jawa Tengah)

Komunikasi Ritual makna atas simbol tersebut. Masyarakat terdiri


Erat kaitannya dengan komunikasi eks- dari manusia yang berinteraksi melalui tindakan
presif adalah komunikasi ritual, yang biasanya bersama dan membentuk organisasi. Interaksi
dilakukan secara ritual. Suatu komunitas yang simbolik mencangkup penafsiran tindakan.
sering melakukan upacara-upacara berlainan Interaksi non simbolik hanyalah mencangkup
sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang stimulus respon yang sederhana. (George herbert
disebut antropologi sebagai rites of passage, mulai mead, 1962:124)
dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun Menurut Charon (1998:40) bahwa simbol
(menyanyikan Happy Birthday dan pemotongan adalah objek sosial yang digunakan untuk mere-
kue), pertunangan, pernikahan, hingga upacara presentasikan apa-apa yang memang disepakati
kematian. Dalam acara-acara tersebut orang-orang bisa direpresetasikan oleh simbol tersebut. Penulis
mengucapkan kata-kata atau menampilkan menyimpulkan dari definisi di atas bahwa intreaksi
perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. simbolik adalah aktivitas komunikasi oleh seke-
Ritus-ritus lain seperti berdoa’a, membaca kitab lompok masyarakat atau organisasi yang mem-
suci, naik haji, upacara wisuda, perayaan lebaran punyai kepentingan bersama dalam memaknai
atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka suatu simbol dan menjadi hal yang pakem seperti
yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi halnya simbol pada ritual siraman pernikahan adat
ritual tersebut menegaskan kembali komitmen jawa.
mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa,
negara, ideologi, atau agama mereka (Mulyana, Tradisi Sosiokultural
2005: 25). Pendekatan sosiokultural terhadap teori
Komunikasi ritual sering kali bersifat komunikasi menunjukan cara pemahaman kita
ekspresif, artinya menyatakan perasaan terdalam terhadap makna, norma, peran, dan peraturan
seseorang, misalnya seorang anggota Paskibraka yang dijalankan secara interaktif dalam komu-
berlinang air mata ketika mencium bendera nikasi, (Littlejohn & Karen, 2009:65). Teori-teori
pusaka merah putih. Kegiatan komunikasi ritual tersebut mengeksplorasi dunia interaksi yang
memungkinkan pesertanya berbagi komitmen dihuni oleh manusia, menjelaskan bahwa realitas
emosional dan menjadi perekat bagi keterpaduan bukanlah seperangkat susunan di luar kita, tetapi
mereka. Yang menjadi esensi bukanlah kegiatan dibentuk melalui proses interaksi didalan
ritualnya, akan tetapi adanya perasaan senasib kelompok, komunitas, dan budaya.
sepenanggungan yang menyertainya artinya Tradisi ini memfokuskan diri pada
adanya perasaan bahwa kita terikat oleh sesuatu bentuk-bentuk interaksi antarmanusia daripada
yang lebih besar dari diri kita, dan bahwa diri kita karakteristik individu atau model mental. Interaksi
diakui dan diterima oleh kelompok kita (Riswandi, merupakan proses dan tempat makna, peran,
2009: 20). peraturan, serta nilai budaya yang dijalankan. Mes-
Komunikasi ritual adakalanya bersifat kipun individu memproses informasi secara
mistik dan seringkali perilaku orang orang yang kognitif, tradisi ini kurang tertarik pada
ada di dalam komunitas tersebut sulit dimengerti komunikasi tingkat individu. Malahan, para
dan dipahami oleh orang-orang yang ada di luar peneliti dalam tradisi ini ingin memahami cara-
komunitas.Komunikasi ritual ini bisa jadi akan cara yang didalamnya manusia bersama-sama
tetap ada sepanjang zaman, karena ia merupakan menciptakan realitas kelompok sosial mereka,
kebutuhan manusia, meskipun bentuknya organisasi, dan budaya. Tentu saja, kategori yang
berubah-ubah demi pemenuhan kebutuhan digunakan oleh individu dalam memproses infor-
dirinya sebagai makhluk individu, anggota masi diciptakan secara sosial dalam komunikasi,
komunitas tertentu, makhluk sosial, dan sebagai berdasarkan pada tradisi sosiokultural. (Littlejohn
salah satu bagian dari alam semesta. & Karen, 2009:66).

Interaksional Simbolik Metode Penelitian


Teori interaksional simbolik menyatakan Jenis penelitian yang digunakan adalah
bahwa interaksi sosial adalah interaksi simbol. penelitian kualitatif dengan metode analisis inter-
Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan aksional simbolik. Teori interaksional simbolik
cara menyampaikan simbol yang lain memberi menyatakan bahwa interaksi sosial adalah interaksi

Komunikologi Volume 16 Nomor 1, Maret 2019 40


Makna Simbol Ritual Siraman Pernikahan Adat Jawa Tengah. (Analisis Interaksional Simbolik pada Ritual Siraman Pernikahan Adat
Jawa Tengah)

simbol. Manusia berinteraksi dengan yang lain Sebelum dilangsungkannya ritual siraman,
dengan cara menyampaikan simbol yang lain menentukan tempat siraman adalah hal pertama
memberi makna atas simbol tersebut. Asumsi- yang harus dilakukan. Tempat siraman bisa
asumsi: a.) Masyarakat terdiri dari manusia yang dilakukan dimana saja dengan kondisi tempat
berinteraksi melalui tindakan bersama dan yang memungkinkan dan strategis. Kebanyakan
membentuk organisasi. b.) Interaksi simbolik tempat ritual siraman ini dilakukan di pekarangan
mencangkup pernafsiran tindakan. Interaksi non rumah, entah sebelah kiri atau sebelah kanan. Lalu
simbolik hanyalah mencangkup stimulus respon dihiasi dengan tanam-tanaman yang banyak
yang sederhana. Teori ini pada kesimpulannya sehingga terlihat adem.
menyatakan bahwa Interaksi sosial pada Seperti yang diungkapkan informan N
hakekatnya adalah Interaksi simbolik. Manusia (16/05/2017) “tempat untuk siramannya itu bisa
berinteraksi dengan yang lain dengan cara dilakukan dimana saja dek, dipekarangan rumah
menyampaikan simbol, yang lain memberi makna atau halaman rumah ya bisa. Bagusnya lagi kalau
atas simbol tersebut, (Ardianto, 2011:68). disekitar banyak kembang biar asri diliatnya. Yang
penting tempatnya strategis”
Hasil dan Pembahasan Informan S (02/06/2017), juga meng-
Ritual Siraman Adat Jawa Tengah ungkapkan:“Tempat paling baik dan paling bagus
Pada penelitian ini penulis mewawancarai itu didepan, dihalaman yang banyak pohonan dan
beberapa informan mulai dari perias pengantin kembangnya. Nah paling bagus ngadep ke pintu
yang sudah puluhan tahun hingga perias pe- luar intinya terkena sinar matahari”
ngantin yang baru belasan tahun, dan juga seorang
tokoh masyarakat Jawa yang telah menjadi cucuk 2. Peralatan ritual siraman
lampah dari setiap ritual pernikahan adat Jawa Ada beberapa peralatan khusus dan
sejak 43 tahun yang lalu.Cucuk lampah ialah disarankan untuk ritual siraman, dimana peralatan
seseorang yang mengantar kedua pengantin dari tersebut sudah pakem sejak jaman dahulu dan
pintu tarub hingga ke tempat pelaminan. Dari diteruskan secara turun-temurun oleh masyarakat
hasil wawancara penulis bahwa ritual siraman ini jawa. Seperti, kursi dingklik, gayung tempurung
berlangsung sehari sebelum ijab qobul dilang- kelapa, gentong dari tanah liat, lalu kendi untuk
sungkan dirumah pengantin wanita, dikantor guyuran terakhir, air dari 7 sumber berbeda, dan
urusan agama atau juga di masjid dekat rumah bunga-bunga untuk wewangian.
pengantin wanita. Hal tersebut juga sejalan dengan Informan
Berdasarkan keterangan key informaan T (12/05/2017) dari hasil wawancara yang penulis
dan informan serta data yang penulis dapatkan lakukan, beliau mengungkapkan: “Sebenernya
saat observasi, proses ritual siraman pernikahan peralatan ritual siraman itu gampang didapetinnya
adat jawa tengah terdiri dari beberapa tahap. yang dan memang pasti sudah jelas makna kenapa para
membedakannya ialah potongan rambut dari si masyarakat jawa menggunakan peralatan seperti
calon pengantin setelah itu ditanam oleh orang tua dingklik, gayung tempurung kelapa, gentong
calon pengantin, bukan ditanam oleh calon pe- coklat, lalu ada kendi kecil, kembang-kembangan
ngantinnya sendiri. Sebelum dilakukannya tanem dan airnya itu harus dari 7 sumber berbeda”
rambut ada beberapa tahapan dari ritual siraman Peralatan tersebut tidak asing bagi
pernikahan adat Jawa tengah, diantaranya: (1) masyarakat Jawa untuk sebuah ritual, yang tak
Penentuan tempat dilangsungkannya ritual diketahui ialah arti atau makna dari berbagai
siraman, (2) Peralatan untuk ritual siraman, (3) peralatan tersebut. Peralatan tersebut merupakan
Sesaji untuk ritual siraman, (4) Sungkem, (5) suatu simbol bagi masyarakat Jawa.
Ritual siraman, (6) Upacara potong rikma, (7)
Jualan es dawet, dan terakhir (8) Upacara Tanem 3. Sesaji untuk ritual siraman
rikma. Sesaji ialah sebuah makanan yang wajib
Jika dideskripsikan secara awal, ritual ada pada ritual siraman tersebut. Dimana ada
siraman pernikahan adat Jawa tengah ini menurut beberapa sesaji, seperti: tumpeng robyong,
penulis ialah: tumpeng gundul, ketan manca warna, jajan pasar
1. Penentuan tempat dilansungkannya ritual lengkap, dawet dan rujak duwengan, dan terakhir
siraman buah-buahan dengan pala kependem. Dalam

Komunikologi Volume 16 Nomor 1, Maret 2019 41


Makna Simbol Ritual Siraman Pernikahan Adat Jawa Tengah. (Analisis Interaksional Simbolik pada Ritual Siraman Pernikahan Adat
Jawa Tengah)

setiap sesaji tersebut sudah mengandung makna tangannya itu didepan posisinya membuka
baik untuk calon pengantin yang akan disiram. (informan S memperagakan). Udah itu yang mau
Seperti yang diungkapkan oleh informan nyiram pada kumpul berbaris ya seperti sesepuh
N (16/05/2017) “Sesaji itu diambil dari kata ya orang tua pokoke yang mau nyiram ganjil. Nah
sajian, sesaji berarti kita menyediakan sajian disini yang terakhir itu ibunya nyiramnya pake air
kita ambil yaitu makanan wajib yang ada pada saat kembang di kendi, airnya abis lalu dibuang
siraman tersebut. Makanannya lumayan banyak kebawah biar pecah”
dan kalau adek tahu itu artinya bagus-bagus untuk 6. Upacara potong rikma
para calon pengantin yang mau memulai Potong rikma ialah potong rambut si
kehidupan baru. Ya sesajinya itu ada tumpeng calon pengantin yang dilakukan oleh kedua orang
robyong, ada tumpeng gundul, ada ketan panca tua setelah tahap menyiram. Rambut yang
warna, jajanan pasar juga ada, terus itu ada dawet dipotong pun hanya sekitar 1cm. dan di ujung
sama rujak duwengan, oh iya ada juga buah- rambut sebelah kanan. Seperti yang dikatakan
buahan tapi batang atau palanya itu dipendem informan T (12/05/2017),
kebawah” “Potong rambut atau orang jawa nye-
butnya itu potong rikma adalah satu tahap wajib
4. Sungkem yang ada pada rangkaian ritual siraman ini.
Ini ialah tradisi para calon pengantin Rambutnya ngga usah banyak-banyak mba, cuma
memohon maaf dan meminta restu kepada kedua sekitar 1cm dan bagian rambut bawah sebelah
orang tua, dengan cara bersimpuh dan berlutut kanan. Nah yang motong itu orang tua calon
didenpan kedua orang tua secara bergantian lalu pengantin.”
meminta maaf dengan ikhlas dan memohon do’a
restu untuk acara pernikahan dan rumah 7. Jualan es dawet
tangganya yang akan mereka bangun. Es dawet berasal dari tanah jawa yaitu
Setelah melakukan wawancara dengan Banjarnegara. Dawet sendiri terbuat dari tepung
Informan S (02/06/2017), beliau mengungkapkan beras ataupun tepung ketan lalu disajikan dengan
bahwa:“Sungkem itu adalah saat para calon es parut serta gula merah cair dan santan, rasanya
pengantin bersimpuh dan berlutut dihadapan manis dan gurih. Pada ritual siraman berjualan es
kedua orang tuanya dengan tujuan memohon dawet merupakan salah satu tahap yang harus di
maaf dan meminta restu untuk pernikahan dan lalui. Ibu sang calon pengantin yang menjual es
keluarganya kelak” dawet, lalu bapaknya yang menerima uang
penjualan dawet. Seperti yang dikatakan oleh
5. Ritual siraman informan N (16/05/2017),
Ritual siraman adalah tahap inti dalam “Jualan es dawet disini orang tuanya si
segala rangkaian prosesi ini. Dimana calon calon pengantin dek yang melakukan. Si ibu yang
pengantin yang sudah siap dengan pakaian menjual dan bapaknya yang menerima uang, nah
kembem batik dan bunga melatinya duduk di abis itu uangnya diitung didepan para hadirin”
kursi dingklik dengan kedua tangan membuka
kedepan. Setelah para sesepuh dan orang tua yang 8. Upacara tanem rikma
berjumlah ganjil menyiramnya dengan 7 air dari Tanem rikma atau tanem rambut dila-
sumber yang berbeda yang telah dicampur dengan kukan setelah berjualan es dawet. Potongan
bunga-bunga didalam sebuah wadah gentong rambut dari sang calon pengantin ditanam di
dengan gayungnya yang terbuat dari tempurung tanam yang gembur kemudian di siram, yang
kelapa. Pada saat siraman atau guyungan terakhir menanam adalah kedua orang tua calon pengan-
dari orang tua perempuan (ibunda) menggunakan tin. Sejalan dengan Informan S (02/06/2017),
kendi yang sudah disiapkan lalu kendi tersebut “Potong rikma iki potong rambut
dilemparkan kelantai hingga pecah. pengantin wanita dan lelaki. Ga usah banyak
Sejalan dengan penuturan informan S potongnya hanya sebagai syarat aja, abis iku
(02/06/2017) pada saat penulis mewawancarainya rambutnya ditanem bersama ditanah pekarangan
bahwa ritual siraman ialah,“Ritual siraman itu rumah. Nah yang namen kedua orang tua bukan si
intinya, artinya menyiram,. Jadi caranya itu si calon pengantin”
pengantin duduk di dingklik udah siap pakai baju Berdasarkan pemaparan diatas maka jika
kemben batik dan hiasan bunga melati, nah dibuat dalam bentuk bagan, proses ritual siraman
Komunikologi Volume 16 Nomor 1, Maret 2019 42
Makna Simbol Ritual Siraman Pernikahan Adat Jawa Tengah. (Analisis Interaksional Simbolik pada Ritual Siraman Pernikahan Adat
Jawa Tengah)

pernikahan adat Jawa tengah meliputi beberapa mengenai makna dari simbol yang ada para ritual
tahapan, diantaranya: siraman pernikahan adat jawa tengah ini. Seperti
yang akan penulis uraikan berikut ini:
Makna Simbol pada Ritual Siraman
Pernikahan Adat Jawa Tengah
Pada penelitian ini, penulis mendapatkan
informasi dari para informan atau narasumber

Tabel 1
Makna dan Simbol yang ada pada ritual Siraman Pernikahan Adat Jawa Tengan
No. Simbol Makna Keterangan
1. Air dari 7 sumber Setelah sah menjadi suami istri, saat 1) Peralatan siraman
berbeda mereka tinggal dimana pun mereka 2) Menurut informan T dan
akan diberi kebahagiaan dan tentram key informan S
hati.
2. Kembang setaman Agar kehidupan keluarga yang akan 1) Peralatan siraman
dibangun mendapatkan keharuman 2) Menurut key informan S
dari para leluhur.
3. Gayung tempurung Menggunakan hasil alam untuk 1) Peralatan siraman
kelapa sesuatu yang berguna agar berkah 2) Menurut ketiga informan
4. Kendi dipecahkan Pengantin siap menikah dan agar 1) Peralatan siraman
manglinginseperti bidadari 2) Menurut ketiga informan
“wis pecah pamore”
5. Tumpeng robyong Mendoakan yang akan menikah agar 1) Sesaji siraman
keluarganya di tingkatkan derajatnya 2) Menurut ketiga informan
dan diberi keselamatan
6. Tumpeng gundul Diingatkan kembali bahwa kita sebagai 1) Sesaji siraman
makhluk tuhan yang lahir tanpa dosa 2) Menurut ketiga informan
dan tanpa beban.
7. Bubur ketan 5 Ketan merah itu cipta. Ketan putih itu 1) Sesaji siraman
warna rasa, ketan hijau itu karsa, ketan 2) Menurut ketiga informan
kuning itu jiwa dan yang hitam itu
raga.
8. Kain batik dan Dipercaya memiliki kekuatan magis 1) Pakaian siraman
bunga melati ketika memakainya dan mengikuti 2) Menurut informan S
aturan masyarakat jawa sejak dulu.
9. Jam 10.00 atau jam Pukul 09.00 atau 10.00, bisa juga pukul 1) Waktu pelaksanaan
15.30 15.30 para bidadari turun dari sirmaan
kayangan ke bumi untuk mandi, 2) Menurut ketiga informan
menurut legenda.
10. Pengantin disiram Chandrakirana saat mandi air jamas, 1) Aturan siraman
sebanyak 15 kali disiram 15 kali. Ini legenda raden Panji 2) Menurut key informans S
dan Dewi Chandrakirana

Pesan Verbal nyuwun pangestu dene putri/a badhe siram jamas titra
Pesan verbal pada saat ritual siraman perwitosari minangka pembukaning lampah kula
adalah: badhe nambut silaning akrami. Putri/a nyuwun
1. Seorang adiwicara kajawen pada saat ritual tambahing berkah bapak ibu” dan dijawab oleh
siraman berlangsung memandu berjalannya kedua orang tua dengan mengucapkan: “Bapak
ritual tersebut, memabacakan tahap demi ibu tansah nenuwun marang gusti ingkang maha asih,
tahapan ritual dan do’a-do’a dengan bahasa muga-muga anggonmu siram jamas tirta perwitosari
kajawen. (Menurut ketiga informan) dadi sarana atimu satena ambabar rahayuning sedya
2. Saat sungkeman calon pengantin anggonmu palakrama, aamiin” (Menurut key
mengucapkan: “Bapak saha ibu ingkang kula informan S)
tresnani, kaparenga putri/a atur sungkem saha

Komunikologi Volume 16 Nomor 1, Maret 2019 43


Makna Simbol Ritual Siraman Pernikahan Adat Jawa Tengah. (Analisis Interaksional Simbolik pada Ritual Siraman Pernikahan Adat
Jawa Tengah)

3. Saat orang tua perempuan atau ibunda, 6. Pada saat jualan dawet ibu yang menjual dawet
menyiram calon pengantin paling akhir dan bapak yang memayungi sambil menerima
menggunakan kendi, lalu kendinya dijatuhkan uang penjualan. Simbol ini mempunyai makna
kebawah dan mengucapkan “Bissmillah agar tamu yang akan datang banyak dan
hirohmman nirrohim, nah saiki wis pecah pamore berjubel seperti dawet. (Menurut informan N
pindha widadari tumurun saka khayangan” dan key informan S)
(Menurut key informan S)
4. Saat kedua orang tua selesai menanam rambut Perbedaan Simbol Berdasarkan Tradisi
kedua mempelai dan mengucapkan Budaya Jawa
“alhamdulilah, ngilangi sukerta” (Menurut key Informan dan key informan penulis
informan S) memang menggeluti profesi dalam bidang
pernikahan adat Jawa, tetapi mereka mempunyai
Pesan Nonverbal latar belakang yang berbeda. Ibu Tri berasal dari
Pesan nonverbal pada saat ritual siraman Semarang, Ibu Ning berasal dari klaten, dan
adalah Bapak R.Suprapto berasal dari Yogyakarta. Dalam
1. Pada saat sungkeman sang pengantin duduk menjalankan profesinya dibidang pernikahan adat
bersimpuh dihadapan kedua orang tuanya Jawa tersebut walau mereka sama-sama berasal
dengan tangan mengatup kedepan seperti dari Pulau Jawa tetapi, mereka mempunyai satu
menyembah. Simbol ini mempunyai makna daerah yang dijadikan panutan. Ibu Ning dan
sang anak meminta maaf dan memohon restu. Bapak R.Suprapto menganut ajaran tradisi dari
(Menurut ketiga informan) Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, sedang-
2. Pada saat sungkeman kedua orang tua duduk kan ibu Tri menganut ajaran tradisi dari Keraton
dibangku berhadapan dengan anaknya yang Surakarta Hadiningrat.
bersimpuh, lalu sambil mengelus kepala Perbedaan simbol dan makna dari kedua
anaknya dan memeluk anaknya. Simbol ini panutan tersebut tidak terlalu banyak berbeda,
mempunyai makna bahwa orang tua peralatan, sesaji, aturannya pun sama dan makna
memaafkan kesalahan anaknya dan merestui yang ada pada simbol kedua panutan tersebut
pernikahan anaknya. (Menurut ketiga pastinya baik. Menurut ketiga informan letak
informan) perbedaan ada pada motif batik yang digunakan
3. Pada saat siraman para sesepuh dan kedua pada saat ritual siraman. Tradisi Kesultanan
orang tua memegang gayung yang terbuat dari Ngayogyakarta Hadiningrat menggunakan motif
tempurung kelapa dan mengambil air yang ada batik Sido asih sungut, yang mempunyai makna
digentong lalu menyiram sang calon pengantin. agar kelak pasangan pengantin hidup dalam
Simbol ini mempunyai makna calon pengantin rumah tangga yang dipenuhi rasa kasih sayang.
kembali suci dan yang menyiram merestui Sedangkan tradisi Keraton Surakarta Hadiningrat
calon pengantin. (Menurut ketiga informan) menggunakan motif batik Sekar asem yang
4. Pada saat siraman sang pengantin duduk mempunyai makna orang yang memakainya akan
ditempat yang disediakan dengan muka selalu hidup bahagia dan bersifat ramah.
tertunduk dan tangan membuka siap menerima Walaupun berbeda tetapi kedua makna dari
air siraman. Simbol ini mempunyai makna simbol tersebut akan membawa dampak baik bagi
bahwa sang pengantin menerima restu yang pasangan pengantin yang memakainya.
diberikan para keluarga. (Menurut ketiga Hasil penelitian diatas merupakan proses
informan) penelitian lapangan yang telah dilakukan penulis.
5. Pada saat potong rikma, rambut kedua calon Hasil tersebut diperoleh dengan cara melakukan
pengantin di potong sebagai syarat ritual. wawancara dengan Informan dan key informan.
Kemudian rambutnya disatukan dan ditanam Wawancara tersebut meliputi bagaimana makna
ditanah pekarangan rumah. Simbol ini terbentuk dari sebuah simbol, dalam hal ini adalah
mempunyai makna memohon kepada Tuhan ritual siraman pernikahan adat Jawa tengah.
agar pasangan calon pengantin terbebas dari Penulis mendapatkan informasi tentang makna
segala macam gangguan makhluk halus. dari peralatan, sesaji, aturan, tahap-tahapan dari
(Menurut Key informan S) ritual siraman ada juga pesan verbal dan non
verbal yang terkandung dalam ritual siraman.

Komunikologi Volume 16 Nomor 1, Maret 2019 44


Makna Simbol Ritual Siraman Pernikahan Adat Jawa Tengah. (Analisis Interaksional Simbolik pada Ritual Siraman Pernikahan Adat
Jawa Tengah)

Proses Ritual Siraman dalam Upacara jamas, air dari 7 sumber mata air berbeda yang
Pernikahan Adat Jawa Tengah telah dicampur kembang setaman yang ada di
Proses ritual siraman meliputi berbagai kerajaan lalu ditaruh disebuah gentong terbuat
tahapan, mulai dari penentuan tempat dilang- dari tanah liat. Air itu disebut dengan tirta
sungkannya ritual siraman yang dapat dilakukan di perwitosari. Dewi Chandrakirana mandi di peka-
perkarangan rumah calon pengantin dengan rangan kerajaan tepat jam 10 pagi dengan 15 kali
dikelilingi oleh tanam-tanaman yang hijau siraman keseluruh tubuhnya. Setelah mandi air
sehingga terlihat adem dan sejuk. Dan juga paling jamas, barulah Raden panji bisa menerima
baik tempat ritual siraman menghadap ke timur, Chandrakirana sebagai istrinya kembali dan
agar terkena paparan sinar matahari. dinyatakan cintanya masih suci setelah diculik
Setelah itu menyiapkan peralatan dan sesaji untuk selama bertahun-tahun.
ritual siraman menjadi hal penting dan wajib, Itulah asal mula ritual siraman pada
karena peralatan dan sesaji yang akan digunakan pernikahan adat Jawa tengah, berasal dari interaksi
mengandung makna tersembunyi. Peralatan masa lalu kerajaan masyarakat Jawa yang hingga
seperti, gayung batok kelapa, air dari 7 sumber kini menjadi tradisi pakem sebelum ijab qobul
berbeda, kembang setaman, dan kendi kecil. Lalu dilangsungkan. Dari penjelasan diatas, penulis
untuk sesaji seperti, tumpeng robyong, tumpeng mengaitkan dengan struktur masyarakat jawa
gundul, ketan panca warna, dan jajanan pasar dalam buku (Sutardjo, 2008:35) bahwa, Masya-
lengkap. rakat jawa dalam interaksinya dengan lingkungan
Lalu sungkem adalah tahapan wajib yang yang lebih besar / Negara atau pemerintahan dan
harus dijalankan oleh para calon pengantin yang kerajaan pada zaman dahulu (lingkup makro),
ingin melakukan ritual siraman. Dengan pakaian setiap orang harus dapat membawa diri dan
lengkap yaitu kain batik dililit menjadi kemben bersikap “hamemayu hayuning praja / bawana” demi
dan bunga melati sebagai hiasan, sang pengantin terciptanya ketentraman dan kedamaian bersama.
duduk bersimpuh dan mengatupkan kedua tangan Jadi tradisi yang sudah turun-temurun masyarakat
kedepan dihadapan kedua orang tua. Calon Jawa lakukan sebelum ijab qobul, ini berasal dari
pengantin meminta maaf dan memohon restu interaksi masyarakat Jawa zaman dahulu yaitu
kepada kedua orang tuanya secara bergantian masyarakat kerajaan Kediri.
menggunakan bahasa Jawa kajawen. Disambut
hangat oleh kedua orang tua uluran tangan calon Makna Ritual Siraman dalam Upacara
pengantin, dengan memaafkan dan memberi restu Pernikahan Adat Jawa Tengah
kepadanya yang juga menggunakan bahasa Jawa Makna ritual siraman dalam upacara
kajawen. pernikahan adat jawa tengah adalah member-
Setelah sungkeman, barulah tahapan sihkan dan mensucikan jiwa dan raga calon
siraman berlangsung. Ritual siraman sendiri pengantin secara spiritual dengan dibacakan doa-
berasal mula pada zaman dahulu cerita tentang doa oleh para sepuh dan orang tua. Didalam ritual
Dewi Chandrakirana istri dari seorang putra pun terdapat beberapa tahapan yang mempunyai
mahkota kerajaan Kediri yaitu Raden Panji banyak simbol, yang dimana dalam simbol ter-
Asmarabangun yang diculik oleh musuh dari sebut terungkap makna tersembunyi. Makna ter-
kerajaan sebrang yang tidak senang melihat Raden sebut terbentuk dari adanya interaksi masyarakat
Panji yang tampan di puja-puji oleh banyak wanita Jawa pada zaman dahulu.
dinegeri itu dan hanya memilih Dewi Chandra- Seperti yang Kuswarno (2009:114)
kirana sebagai istrinya. Pasukan dari Raden Panji katakan, dengan demikian interaksi simbolik ber-
mencari setiap hari dimana keberadaan Chandra- asumsi bahwa manusia dapat mengerti berbagai
kirana, hingga suatu hari diketahui keberadaannya hal dengan belajar dari pengalaman. Persepsi
ada dikerajaan musuh, singkat cerita Chandra- seseorang selalu diterjemahkan dalam simbol-
kirana sudah kembali ke kerajaan Kediri, tetapi simbol. Sebuah makna dipelajari melalui interaksi
Raden panji belum bisa menerima Chandrakirana diantara orang-orang, dan makna tersebut muncul
karena selalu bertahun-tahun diculik bisa saja karena adanya pertukaran simbol-simbol dalam
cintanya tidak lagi suci untuk Raden Panji. kelompok sosial.
Akhirnya seorang sesepuh kerajaan Kediri, Dari definisi di atas penulis menyimpulkan
menyarankan Chandrakirana untuk mandi air bahwa interaksi yang terjadi pada zaman kerajaan

Komunikologi Volume 16 Nomor 1, Maret 2019 45


Makna Simbol Ritual Siraman Pernikahan Adat Jawa Tengah. (Analisis Interaksional Simbolik pada Ritual Siraman Pernikahan Adat
Jawa Tengah)

Kediri dulu dan kisah dari Raden panji dan Dewi raga. Makna tersebut ialah sesuai dengan unsur
Chandrakirana adalah awal mula tercetusnya ritual dari diri manusia yang kita miliki sejak lahir. Sesaji
siraman dalam upacara pernikahan adat Jawa, pelengkap seperti buah-buahan dengan kepala
dimana kita ketahui bahwa makna utamanya ialah terpendam memiliki makna bahwa, pasangan
membersihkan diri dan mansucikan diri. Dari calon pengantin dido’akan agar awet adem ayem
peralatan dan sesaji hingga aturan-aturan dari hingga kakek nenek. Yang terakhir sesaji jajanan
ritual siraman ini adalah pengalaman dari pasar lengkap ini memiliki makna bahwa,
interaksinya masyarakat Jawa pada zaman itu. menghargai tradisi yang sudah ada sejak turun
Simbol terdapat pada peralatan, sesaji, temurun.
pakaian, dan aturan dalam ritual siraman perni- Simbol selanjutnya adalah pakaian yang
kahan adat Jawa. Peralatan seperti gayung batok dipakai oleh calon pengantin saat ritual siraman,
kelapa, simbol ini memiliki makna bahwa kita ialah kain batik. Dimana simbol ini menjadi pesan
harus mempergunakan hasil alam sebagaimana nonverbal juga, yang memiliki makna bahwa kain
fungsinya agar lebih diberkahi sang maha pen- batik dipercaya memiliki kekuatan magis atau
cipta. Simbol yang kedua itu adalah air untuk spiritual ketika memakainya dan mengikuti aturan
siraman haruslah berasal dari 7 sumber yang masyarakat Jawa sejak dulu.
berbeda, ini memiliki makna bahwa saat sudah sah Simbol selanjutnya ialah jam yang tepat
menjadi pasangan suami istri mereka ingin tinggal untuk dilakukannya ritual siraman ialah pukul
dimana dan kapanpun hingga tempat yang jauh 10.00 dan pukul 15.30. Simbol ini memiliki makna
dari kampungnya, mereka akan tetap diberi bahwa, menurut legenda pada pukul 10.00 dan
keselamatan dan ketentraman hati. pukul 15.30 para bidadari dari kayangan turun ke
Ada juga simbol dari kembang setaman, bumi untuk mandi disungai. Yang terakhir adalah
kembangnya ada mawar, melati, anggrek, kena- simbol pada saat siraman, sang calon pengantin
ngan, dan kanthil. Ini adalah kembang yang ada disiram sebanyak 15 kali, simbol ini didapat dari
dipekarangan kerajaan Kediri pada zaman itu. legenda Chandra kirana pada saat mensucikan diri
Simbol ini memiliki makna bahwa kehidupan baru memakai air tirta perwitosari, ia disiram hingga 15
yang akan dijalani oleh pasangan pengantin, kali guyuran.
senantiasa diberi keharuman oleh do’a para Simbol dari potong rikma atau potong
leluhur. Simbol memecahkan kendi hingga pecah rambut ini ialah maknanya agar terhindar dari
yang dilakukan oleh ibunda sang calon pengantin godaan makhluk halus atau bahasa jawannya
memiliki makna bahwa, pengantin siap menikah “ngilangi sukerta” maka itu caranya ialah ditanam di
dan pada saat dirias menggunakan paes tanah yang gembur. Simbol dari kedua orang tua
kecantikannya akan terpancar bagaikan bidadari. yang berjualan dawet, memiliki makna agar saat
Simbol yang terdapat dari sesaji wajib ialah acara pernikahan tamu yang datang banyak dan
menyiapkan tumpeng robyong, tumpeng gundul berjubel seperti dawet.
dan ketan panca warna. Lalu untuk pelengkap Ada juga pesan verbal dan nonverbal yang
menyiapkan buah-buahan dengan kepala ter- tersirat pada ritual siraman pernikahan adat Jawa
pendam dan jajanan pasar. Tumpeng robyong tengah tersebut. Menandakan bahwa interaksi
memiliki makna bahwa, pasangan calon pengantin tidak hanya terjadi pada simbol-simbol yang ber-
yang akan menikah agar diberikan atau diangkat ubah menjadi makna. Tetapi juga pada interaksi
derajatnya karena pernikahan adalah ibadah yang antar sesama pada semua pelaku komunikasi yang
wajib dijalankan oleh manusia yang beriman. Lalu ada dalam ritual siraman tersebut. Interaksi
tumpeng gundul memiliki makna bahwa, kita komunikasi bisa terjadi kapan pun dan dimana
diingatkan kembali saat kita terlahir kita akan pun sesuai dengan fungsinya, seperti dalam ritual
manusia yang suci dan tidak ada beban, sama siraman pelaku komunikasi seperti calon
seperti penampilannya tumpeng ini berwarna mempelai, sesepuh, orang tua serta perias
putih dan polos tanpa lauk pauknya. pengantin berinteraksi menggunakan simbol-
Ketan panca warna juga termaksud sesaji simbol yang telah diketahui makna baiknya,
wajib yang ada dalam ritual siraman, ketan ini sehingga menjadi tradisi secara turun temurun
memiliki makna sesuai dengan kelima warnanya. dalam masyarakat Jawa.
Ketan merah maknanya cipta. Ketan putih
maknanya rasa, ketan hijau maknanya karsa, ketan
kuning maknanya jiwa dan ketan hitam maknanya
Komunikologi Volume 16 Nomor 1, Maret 2019 46
Makna Simbol Ritual Siraman Pernikahan Adat Jawa Tengah. (Analisis Interaksional Simbolik pada Ritual Siraman Pernikahan Adat
Jawa Tengah)

Penutup Littlejohn, W. Stephen dan Foss, A. Karen.


Dalam ritual siraman terdapat pesan (2011). Teori Komunikasi, Theories Of Human
verbal dan nonverbal. Pesan verbal lebih diung- Communication. Jakarta: Salemba
kapkan menggunakan bahasa Jawa kajawen. Pesan Humanika.
verbal diungkapkan pada saat adiwicara memandu
berjalannya ritual siraman, pada saat sungkeman, Morrisan. (2013). Teori Komunikasi: Komunikator,
saat pemecahan kendi, dan saat kedua orang tua Pesan, Percakapan, dan Hubungan
selesai menanam potongan rambut kedua calon (Interpersonal). Jakarta: Kencana Prenada
mempelai. Sedangkan pesan nonverbal lebih Media Group.
kepada gerak-gerik, dan gesture tubuh tanpa
menggunakan suara. Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu
Pesan nonverbal pada ritual siraman Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
terlihat saat sungkeman ketika anak duduk ber-
simpuh dan kedua orang tua duduk berdampingan Riswandi. (2009). Ilmu komunikasi. Jogjakarta:
dihadapannya, lalu pada saat siraman dimana para Graha ilmu.
sesepuh, kedua orang tua dan keluarga menyiram
calon pengantin menggunakan gayung batok Sobur, Alex. (2009). Semiotika Komunikasi.
kelapa dan calon pengantin duduk menunduk Bandung: Remaja Rosdakarya.
dengan tangan membuka kedepan. Ada juga pada
saat potong rikma atau rambut, terakhir pada saat Suryanto. (2015). Pengantar Ilmu Komunikasi.
kedua orang tua berjualan es dawet. Bandung: CV Pustaka setia.
Peralatan, sesaji dan aturan kedua tradisi
tersebut (Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Sutardjo, Imam. (2008). Kajian Budaya Jawa.
dan Keraton Surakarta Hadiningrat) kurang Surakarta: Univ. Sebelas maret.
lebihnya sama dan maknanya juga berdampak
baik untuk pasangan calon pengantin. Perbedaan
terletak dari motif batik yang digunakan pada saat
ritual siraman berlangsung. Tradisi Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat menggunakan motif
batik Sido asih sungut, sedangkan tradisi Keraton
Surakarta Hadiningrat menggunakan motif batik
Sekar asem.

Daftar Pustaka
Buckley, Susan G. (2008). Buku pintar bahasa tubuh.
Jakarta: Cerdas Publisher.

Cangara, Hafied. (2010). Pengantar ilmu komunikasi.


Jakarta: Rajawali Pers.

Charon, Joel M. (1992). Symbolic interactionism: An


introductions, an interpretation. Englewood cliffs,
NJ: Prentice-hall.

Hardjo, S.Soedjarwo. (1998). The wedding ceremony,


tata cara hajatan. Sanggar Busana &
Budaya.

Hariwijaya, M. (2004). Islam Kejawen, Yogyakarta:


Gelombang Pasang.

Koentjaraningrat. (1981). Kebudayaan mentalitas dan


pembangunan. Jakarta: Dian rakyat.
Komunikologi Volume 16 Nomor 1, Maret 2019 47

You might also like