JTAM - Muhammad Taufik - E1A213078
JTAM - Muhammad Taufik - E1A213078
JTAM - Muhammad Taufik - E1A213078
Email: [email protected]
*
ABSTRACT
Research entitled the technological control of mustard plant pests (Brassica juncea L.) using
vegetable pesticides plus with different doses has been carried out from September to November
2017 on land of Lembaga Wahana kalimantan, North Loktabat, Banjarbaru City, South Kalimantan.
The experimental design used was a one-factor randomized block design (RAK) with 1 (one) control
and 5 (five) doses of plant-based pesticides plus 50 ml + 950 ml water, 100 ml + 900 ml water, 150 ml
+ 850 ml water, 200 ml + 800 ml water, 250 ml + 750 ml water. The treatment was repeated 3 times to
obtain 18 units of experiment. Observational variables included plant height, leaf number, wet weight
of plant, and intensity of pest attack. The results showed that the treatment of 250 ml + 750 ml of
water had a significant effect on the wet weight of the plant and very significant effect on plant height
21 and 28 hst and the intensity of pest attack.
ABSTRAK
Penelitian berjudul teknologi pengendalian hama tanaman sawi (Brassica juncea L.)
menggunakan pestisida nabati plus dengan dosis yang berbeda telah dilaksanakan pada bulan
September sampai November 2017 di lahan percobaan milik Lembaga Wahana Kalimantan, Loktabat
Utara, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
rancangan acak kelompok (RAK) satu faktor dengan perlakuan 1 (satu) kontrol dan 5 (lima) dosis
pestisida nabati plus yaitu 50 ml + 950 ml air, 100 ml + 900 ml air, 150 ml + 850 ml air, 200 ml + 800
ml air, 250 ml + 750 ml air. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga didapat 18 satuan
percobaan. Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tanaman, dan
intensitas serangan hama. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan 250 ml + 750 ml air
berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman dan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi
tanaman umur 21 dan 28 hst serta intensitas serangan hama.
PENDAHULUAN
Sawi merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis. Seiring meningkatnya
jumlah penduduk Indonesia, serta meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan gizi
menyebabkan bertambahnya permintaan sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi untuk dikonsumsi. Setiap 100 g sawi terdapat protein 2,30 g;
karbohidrat 4,00 g; lemak 0,30 g; karbohidrat 4,00 g; Ca 220,00 mg; Fe 2,90 mg; P 38,00 mg vitamin
A 1.940,00 mg; vitamin B 0,09 mg; dan vitamin C 102 mg (Yulia et al., 2011).
Pada tahun 2013 produktivitas sawi di Kalimantan Selatan sekitar 2,79 ton/ha, kemudian
menurun pada tahun 2014 sekitar 2,68 ton/ha. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi
sawi terutama tingginya tingkat serangan hama (Distantph, 2014).
Pengurangan penggunaan pestisida kimia di areal pertanian menuntut tersedianya cara
pengendalian lain yang aman dan ramah lingkungan, diantaranya dengan memanfaatkan pestisida
nabati. Masalah yang timbul akibat pestisida kimia secara terus menerus ini merangsang penggunaan
pestisida non kimia sebagai bahan pengendalian OPT yang aman bagi lingkungan dengan
memanfaatkan tumbuhan yang mempunyai senyawa beracun, mikroba ataupun jamur
entomopatogen (Soehardjan, 1993).
Tumbuhan yang berasal dari alam dan potensial sebagai pestisida nabati umumnya mempunyai
karakteristik rasa pahit (mengandung alkaloid dan terpenoid), berbau busuk dan agak berasa pedas.
Tanaman atau tumbuhan ini jarang diserang oleh hama sehingga banyak digunakan sebagai ekstrak
pestisida nabati dalam pertanian organik (Hasyim, 2010).
Pestisida Nabati memiliki beberapa fungsi antara lain : (1) Repelan yaitu menolak kehadiran
serangga, misalnya dengan bau yang menyengat, (2) Antifidan yaitu mencegah serangga memakan
tanaman yang telah disemprot, merusak perkembangan telur, larva, dan pupa, menghambat
reproduksi serangga betina, racun syaraf, mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga, (3)
Atraktan yaitu pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga, serta (4)
mengendalikan pertumbuhan jamur dan atau bakteri (Gapoktan, 2009). Pestisida nabati juga memiliki
efek menghambat pergantian kulit sehingga proses berlangsungnya metamorfosis serangga menjadi
terganggu.
Pestisida nabati plus berarti selain digunakan untuk mengendalikan hama tanaman juga
digunakan sebagai pupuk organik cair.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pestisida nabati plus terhadap
penurunan intensitas serangan hama tanaman sawi (Brassica juncea L.) dan mengetahui pengaruh
aplikasi pestisida nabati plus terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.).
METODOLOGI
Penelitian dilaksanakan sejak September 2017 - November 2017 di lahan percobaan milik
Lembaga Wahana Kalimantan, Loktabat Utara, Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan.
Bahan dan alat yang digunakan sawi varietas Kumala, urea, kompos, pestisida nabati plus,
timbangan digital, gembor, hand sprayer, papan label, parang, cangkul, tugal, corong, saringan, gelas
ukur, meteran, penggaris, alat tulis, milimeter blok. kamera.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan
perlakuan pestisida nabati plus. Perlakuan ini terdiri dari 1 (satu) tidak diaplikasi sebagai kontrol, pada
beberapa dosis yang terdiri dari 5 (lima) perlakuan dosis 50 ml + 950 ml air, 100 ml + 900 ml air, 150
ml + 850 ml air, 200 ml + 800 ml air, dan 250 ml + 750 ml air.
Pengamatan dalam penelitian ini antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan
intensitas serangan hama.
Data hasil pengamatan dianalisis terlebih dahulu diuji kehomogenannya dengan uji Ragam
Barlett, apabila data homogen dilanjutkan dengan analisis ragam untuk mengetahui perlakuan
mana yang berpengaruh dengan menggunakan uji F pada taraf 1% dan 5%. Apabila berpengaruh
nyata dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) untuk mengetahui perlakuan mana yang
terbaik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil pengamatan dan pengolahan data terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah
dan intensitas serangan hama adalah sebagai berikut :
Tinggi Tanaman
Berdasarkan hasil analisis ragam, variabel pengamatan tinggi tanaman dengan perlakuan
dosis pestisida nabati plus tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman umur (7 dan 14) hst,
sedangkan yang berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 21 hst dan 28 hst.
Tabel 1. Hasil rata-rata tinggi tanaman sawi (cm) pada umur 7 - 28 hst
Tinggi tanaman pada umur (hst)
Perlakuan (kode)
7 14 21 28
T0 5,33 9,38 15,75 a 18,48 a
T1 5,47 9,50 17,75 ab 20,31 ab
T2 5,38 9,48 18,42 b 20,14 ab
T3 5,32 9,17 20,21 bc 22,66 bc
T4 6,52 9,70 21,23 c 24,09 c
T5 6,49 11,39 21,64 c 24,59 c
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata berdasarkan BNT taraf 5%.
Jumlah daun
Berdasarkan hasil analisis ragam, variabel pengamatan jumlah daun tanaman dengan
perlakuan dosis pestisida nabati plus berbeda tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman umur (7, 14,
21, dan 28) hst.
Jumlah daun sawi pada umur (hst)
Perlakuan (kode)
7 14 21 28
T0 3,83 a 6,50 a 10,67 ab 11,17 a
T1 3,92 a 6,33 a 10,92 ab 11,33 a
T2 4,00 a 6,58 a 10,17 a 11,25 a
T3 3,92 a 6,25 a 11,33 ab 11,83 a
T4 4,17 a 6,25 a 12,08 b 12,25 a
T5 4,42 a 6,92 a 12,17 b 12,42 a
Tabel 2. Hasil rata-rata jumlah daun tanaman sawi (helai) pada umur 7-28 hst
Berat Basah
Berdasarkan hasil analisis ragam, variabel pengamatan berat basah tanaman berbeda nyata
dengan perlakuan pestisida nabati plus.
Tabel 3. Hasil rata-rata berat basah tanaman sawi (g)
Perlakuan (kode) Rata-rata
T0 40,33 a
T1 44,17 ab
T2 45,17 ab
T3 50,00 ab
T4 61,83 bc
T5 70,67 c
Berdasarkan hasil analisis ragam, variabel pengamatan intensitas serangan hama dengan
perlakuan pestisida nabati plus berpengaruh sangat nyata.
Tabel 4. Hasil rata-rata intensitas serangan hama tanaman sawi (%)
Perlakuan (kode) Rata-rata
T0 47,72 c
T1 35,69 b
T2 34,25 b
T3 29,56 ab
T4 25,62 a
T5 24,34 a
Pembahasan
Sawi merupakan tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae, mempunyai sistem perakaran
tunggang (Radix Primasia) dancabang cabang akar yang berbentuk bulat panjang (silindris),
berbatang pendek sekali dan beruas-ruas, daun berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong) ada
yang lebar dan ada yang sempit, berwarna hijau,struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga
(Inflorarescentia) tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak (Rukmana, 1994).
Pada pengamatan variabel tinggi tanaman, menunjukan bahwa perlakuan dengan rata-rata
hasil terendah yang didapatkan yaitu menggunakan perlakuan pestisida nabati plus 100 ml (T2) dan
juga kontrol, dengan rata-rata tinggi tanaman (20,14 cm) untuk perlakuan 100 ml (T2) dan (18,48 cm)
untuk kontrol (T0), sedangkan untuk perlakuan dengan rata-rata hasil tertinggi yaitu menggunakan
perlakuan pestisida nabati plus 250 ml (T5) dengan rata-rata tinggi tanaman (24,59 cm).
Penelitian Febrianingsih (2009), menunjukkan bahwa perlakuan dengan pemberian pupuk cair
urin sapi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman terutama masa pertumbuhan vegetatif
(perbanyakan melalui pembentukan tunas baru). Hal ini dikarenakan terdapat kandungan unsur (N)
nitrogen yang sangat dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel baru seperti daun, cabang, dan
pergantian sel-sel yang rusak.
Pengamatan yang dilakukan pada variabel jumlah daun (helai) denan perlakuan kontrol (T0), 50
ml (T1), 100 ml (T2), 150 ml (T3), 200 ml (T4), 250 ml (T5) tidak berpengaruh nyata pada umur 7,14,
21, dan 28 hst. Menurut Dwijoseputro (2012), tanaman akan tumbuh dengan baik dan subur apabila
unsur hara (terutama N) yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia dalam jumlah yang cukup dan
seimbang.
Pestisida nabati plus merupakan pestisida yang terbuat dari bahan tanaman alami berupa
campuran sirih, serai wangi, lengkuas, tembakau, dan jahe yang sudah diteliti efektif mengendalikan
hama pada tanaman budidaya dikombinasikan dengan urin sapi sehingga mempunyai fungsi ganda
selain untuk mengendalikan hama juga bisa digunakan sebagai pupuk organik cair, yang mana urin
sapi menurut Lingga (1991) kandungan hara yang terkandung didalamnya yaitu : N 0,50%; P 1,00%;
K 1,50%.
Pemberian pestisida nabati plus hasil perombakan anaerob dapat meningkatkan jumlah, tinggi
maupun luas daun tanaman sawi sehingga dapat mempengaruhi berat basah tanaman, hasil
penelitian pada variabel berat basah ini menunjukan pengaruh nyata dengan berat rata-rata 70,67 cm
pada dosis 250 ml (T5) sedangkan perlakuan dengan rata-rata berat terendah yaitu pada kontrol (T0)
sekitar 40,33 cm.
Pemberian perlakuan pestisida nabati plus berpengaruh sangat nyata terhadap penurunan intensitas
serangan hama, hama yang dominan menyerang tanaman sawi ini yaitu hama ulat grayak
(Spodoptera litura), yang mana perbedaan intensitas serangan dari beberapa perlakuan sangat
terlihat, pada tanaman kontrol (T0) tingkat serangan yang tinggi sekitar 47,72% sedangkan untuk
perlakuan terbaik yaitu dosis 250 ml (T5) penurunan intensitas serangan dengan rata-rata 24,34%.
Simpulan
1. Pemberian pestisida nabati plus dapat menurunkan intensitas serangan hama ulat grayak (Spod-
optera litura) pada tanaman sawi sebesar 24,34% dengan perlakuan terbaik dosis (T5) 250 ml +
750 ml air.
2. Perlakuan pestisida nabati plus dosis (T5) 250 ml + 750 ml air berpengaruh terhadap pertum-
buhan tanaman sawi pada variabel tinggi tanaman umur 21 hst rata-rata (21,64 cm) dan 28 hst
rata-rata (24,59 cm) serta berat basah tanaman sawi rata-rata (70,69 g).
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu direkomendasikan untuk menggunakan pestisida
nabati plus dengan dosis 250 ml/liter terhadap tanaman sawi, serta diharapkan untuk meneliti lebih
lanjut pada musim yang berbeda, penambahan frekuensi penyemprotan ataupun penambahan dosis
300 ml/ liter adapun penelitian ini dilakukan pada musim hujan.
DAFTAR PUSTAKA
Distantph. 2014. Produksi, Luas Panen Serta Produktivitas Sayuran dan Buah Semusim Tahun 2014.
http://distantph.kalselprov.go.id. Diakses tanggal 19 Februari 2017.
Dwidjoseputro, D. 2012. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Febrianingsih, A.S. 2009. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Gapoktan. 2009. Pengendalian Hama dan Penyakit Dengan Pestisida Nabati.
http://gapoktantanimaju.blogspot.com/2009/01/pestisida-nabati.html diakses tanggal 20 Februari
2017.
Hasyim, A. 2010. Efikasi dan Persistensi Minyak Sereh Wangi Sebagai Biopestisida Terhadap
Helicoverpa aemigera. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
Lingga, P. 1991. Kotoran Ternak Penyubur Tanah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Octavianty, M, I.V.M, Murni & F.X, Susilo. 2012. Pengaruh Penyungkupan dan Penggunaan
Insektisida Terhadap Populasi Kumbang Daun dan Kerusakan pada Tanaman Sawi. Bidang
Proteksi Tanaman Jurusan Agroteknologi. Universitas Lampung. Lampung.
Rukman, R. 1994. Bertanam Petsai Dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta.
Soehardjan, M. 1993. Penggunaan, Permasalahan Serta Prospek Pestisida Nabati Dalam PHT.
Dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalan Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Bogor
1-2 Desember 1993. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pertanian. Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Jakarta. P.6-7,8-9.
Yulia, A.E., Murniati & Fatimah. 2011. Aplikasi Pupuk Organik pada Tanaman Caisim untuk Dua Kali
Penanaman. Jurnal Sagu, 10 (1): 14-19.