909 2168 1 SM
909 2168 1 SM
909 2168 1 SM
ABSTRACT
Pancasila and Civics Education as value education tries to help students develop students’ attitude
toward the values in attitude objects learned in learning materials. So the learning activities should
influence students’ understanding, appreciation, and motivation to implement those values in action.
Innovative Learning Model is a student-centered learning model that hopefully makes students more
active, creative, and emancipative, and makes them fun. From several present innovative learning
models, the researcher chose three to be implemented. The three innovative learning models were
hopefully relevant and in accordance with the related learning materials i.e. cooperative learning
model, reflective pedagogic paradigm learning model, and problem-based learning model. Through
the three learning models application, the researcher wanted to know the influence of the application
of those three innovative learning models to the students’ attitude toward the related values. The
method used in this research was experiment, with nonequivalent control group design type. The
implementation of the three learning models had influences on the students’ attitude toward the
related values. Cooperative learning model had a significant influence (0.000), with the influences
42.329%, 26.710%, and 41.164%. Reflective pedagogic paradigm learning model had a significant
influence (0.000), with the influences 28.515%, 28.465%, and 21.565%. And problem-based learning
model also had a significant influence (0.000 and 0.002), with the influences 41.285% and 11.433%.
Keywords : innovative learning model, students’ attitude toward values, and experiment method.
76
Paulus Wahana & Elisabeth Desiana Mayasari, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inovatif terhadap ....
warganegara yang bertanggungjawab dan dapat Model pembelajaran kooperatif yang pada
diandalkan dalam usaha mewujudkan nilai-nilai luhur intinya adalah mengusahakan siswa untuk melakukan
bangsa tersebut. Guna mencapai tujuan-tujuan kerjasama melalui berbagai macam kegiatan
tersebut, maka kemampuan/kompetensi yang harus pembelajaran, diharapkan memilliki pengar uh
dikembangkan selama mengikuti program Pendidikan terhadap sikap kerukunan, sikap saling berbagi, dan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di SD sikap tolong menolong dalam pembelajaran PPKn
antara lain sebagai berikut: berdasarkan konteks yang membahas bahan pembelajaran tentang
kehidupan anak diharapkan siswa dapat mengalami gotong-royong.
dan mengemukakan berbagai contoh perilaku yang Model pembelajaran PPR selain bertujuan
sesuai nilai-nilai Pancasila; ber tindak dengan mengembangkan kemampuan berpikir (competence),
mengikuti/mencontoh berbagai perilaku yang sesuai juga mengembangkan aspek kepekaan atau sikap
nilai-nilai Pancasila; merasakan dan menjelaskan hati nurani (conscience) serta aspek sikap peduli pada
perbuatan baku yang sesuai nilai-nilai Pancasila yang lain (compassion), diharapkan dapat berpengaruh
dalam kehidupan sehari-hari; dan membiasakan terhadap sikap siswa akan nilai kedisiplinan melalui
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral bangsa, pembelajaran PPKn yang membahas bahan
yaitu nilai-nilai Pancasila. pembelajaran tentang aturan yang berlaku dalam
Berhubung sikap terhadap nilai itu merupakan lingkungan sekitar. Selain itu langkah-langkah
hal yang penting dalam pembelajaran PPKn sebagai pembelajaran PPR juga berusaha mencakup seluruh
pendidikan nilai dan moral, maka dalam penelitian aspek atau segi kehidupan siswa, yaitu aspek
ini diusahakan persiapan, perencanaan, ser ta konteks lingkungan sosial maupun alam, aspek
penyelenggaraan pembelajaran PPKn yang sesuai pengalaman yang diperoleh melalui penyerapan
dan mampu berpengaruh terhadap sikap siswa akan inderawi, aspek kepekaan rasa hati nurani yang
nilai gotong-royong, nilai kedisiplinan, dan nilai cinta dilakukan lewat kegiatan refleksi untuk menemukan
tanah air. Pembelajaran PPKn bukan sekedar nilai-nilai dalam pengalaman hidupnya, juga melibatkan
pembelajaran yang bersifat kognitif belaka, apalagi aspek kognitif melalui evaluasi untuk mengetahui
pembelajaran yang hanya sekedar memberikan berbagai hal terkait untuk dipertimbangkan dalam
informasi pada siswa untuk sekedar dihafalkan, usaha mewujudkan nilai yang telah diyakini untuk
namun pembelajaran PPKn diharapkan mampu diwujudkan, dan akhirnya aspek kehendak serta
berpengaruh terhadap pemahaman siswa akan nilai- kejasmanian yang menggerakkan siswa untuk
nilai, penghargaan siswa akan nilai yang perlu mewujudkan nilai dalam aksi nyata. (Tim Penyusun
dihayati siswa, ser ta meningkatkan kecerdasan P3MP dan LPM Universitas Sanata Dharma, 2012:
siswa agar memiliki kehendak mengambil keputusan 11-37).
ber tindak untuk dapat mewujudkan nilai-nilai Sedangkan model pembelajaran berbasis
tersebut dalam berbagai situasi yang dihadapinya. masalah memulai pembelajaran berdasarkan masalah
Kegiatan penelitian dalam pembelajaran PPKn yang secara aktual dan kontekstual dapat ditemui
ini mau mencoba menerapkan: 1) model pembelajaran dan dihadapi siswa, sehingga diharap siswa Kelas
kooperatif untuk membahas bahan pembelajaran IV ter tantang untuk membahas bersama dan
gotong-royong, dalam rangka mengetahui pengaruhnya bersikap (berpikir, merasakan, serta membangkitkan
terhadap sikap kerukunan, sikap saling berbagi, kehendak bertindak) dalam menghadapi masalah
serta sikap tolong menolong siswa SD Kelas II; 2) terkait dengan bahan pembelajaran cinta tanah air.
model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR) untuk membahas bahan pembelajaran
tentang aturan yang berlaku di lingkungan sekitar, 2. METODE PENELITIAN
dalam rangka mengetahui pengaruhnya terhadap
sikap kedisiplinan siswa Kelas III; dan 3) model Berdasarkan tema besar yang dapat memayungi
pembelajaran berbasis masalah untuk membahas kegiatan-kegiatan penelitian lebih kecil, maka
bahan pembelajaran tentang keutuhan NKRI, dalam penelitian ini dapat disebut sebagai penelitian
rangka mengetahui pengaruhnya terhadap sikap payung. Adapun tema besar yang dapat memayunginya
cinta tanah air siswa Kelas IV. adalah: “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
77
Jurnal Penelitian. Volume 21, No. 1, Mei 2017 hlm. 76-86
Inovatif pada Matapelajaran PPKn bagi Sikap Siswa sikap siswa akan nilai tersebut dalam tindakan, maka
SD terhadap Nilai Gotong Royong (Kelas II), Nilai pengumpulan data dilakukan dengan cara mengungkap
Kedisiplinan (Kelas III), dan Nilai Cinta Tanah apa yang berada dalam bathin siswa, yaitu membagikan
Air (Kelas IV)”. Sedangkan judul-judul penelitian kuesioner skala sikap kepada siswa. Kuesioner yang
yang berada dibawah payung tema ini dilakukan digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas
masing-masing di kelas yang sesuai dengan bagian dan reliabilitasnya.
mahasiswa yang sedang melakukan penelitian untuk Data tentang sikap siswa akan nilai yang
membuat skripsi. berupa skor dianalisis secara kuantitatif, dengan
Sedangkan berdasarkan tujuan, cara dan perhitungan statistik. Ada empat tahap dalam melakukan
usaha yang dilakukan dalam penelitian ini, penelitiian perhitungan statistik, yaitu: 1). menghitung rata-rata
ini mer upakan penelitian eksperimen, karena skor Pretest dan Posttest, baik untuk kelompok
melakukan kegiatan mencoba mempraktikkan kontrol maupun kelompok eksperimen; 2) menghitung
pembelajaran yang telah disiapkan dan direncanakan selisih rata-rata skor antara Posttest dan Pretest
serta dilaksanakan untuk mengetahui pengaruhnya untuk kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen;
terhadap sikap siswa akan nilai. Selain sekedar 3) menghitung persentase kenaikan rata-rata skor
meneliti penerapan begitu saja model pembelajaran antara Posttest dan Pretest untuk kelompok kontrol
inovatif, penelitian ini juga bermaksud menerapkan maupun kelompok eksperimen, serta 4) melakukan
model pembelajaran inovatif untuk mengetahui uji signifikansi berkenaan dengan kenaikan rata-rata
pengaruhnya terhadap sikap siswa akan nilai terkait skor antara Posttest dan Pretest.
dengan hal yang dibahasnya, yaitu nilai gotong-
royohg, nilai kedisiplinan, dan nilai cinta tanah air.
Dalam rangka melakukan penelitian eksperimen 3. HASIL PENELITIAN
penerapan model pembelajaran inovatif untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap sikap siswa akan Setelah dilakukan uji validasi dan uji reliabilitas,
nilai terkait, maka dilakukan analisa deskriptik dapat ditemukan butir-butir item yang valid dan
(bertujuan mengetahui tingkat sikap siswa akan nilai reliabel. Instrumen yang telah valid dan reliabel
gotong-royong, nilai kedisiplinan, dan nilai cinta digunakan untuk mengukur tingkat sikap siswa akan
tanah air) sebelum dan setelah pembelajaran PPKn nilai gotong-royong, nilai kedisiplinan, dan nilai cinta
dilaksanakan. Selain itu juga melakukan analisa tanah air. Pengukuran dilakukan sebelum melakukan
deskriptik-komparatif (ber tujuan mengetahui pembelajaran dan setelah melakukan pembelajaran,
perbedaan antara tingkat sikap siswa akan nilai baik pembelajaran pada kelas eksperimen (dengan
sebelum pembelajaran PPKn dengan sikap siswa menggunakan model pembelajaran inovatif), maupun
akan nilai yang telah dipelajarinya setelah pembelajaran pembelajaran yang diterapkan pada kelas kontrol
PPKn, dan selanjutnya mengetahui perbedaan (dengan menggunakan model tradisional, yaitu
pengaruh terhadap sikap siswa akan nilai antara model ekspositori, dengan metode ceramah dan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. tanya jawab).
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini Sedangkan kriteria sikap siswa akan nilai
berupa hasil pengisian instrumen tentang sikap dapat dibuat berdasar PAP (penilaian acuan patokan)
siswa akan nilai yang berhubungan dengan materi terhadap hasil skor rata-rata dari kuesioner yang
yang dibahas dalam pembelajaran PPKn, yaitu dibagikan pada siswa (dengan rentangan skor 1 s/d
tentang nilai gotong royong (kelas II), nilai 5) dapat dilihat pada Tabel 1.
kedisiplinan (kelas III), dan nilai cinta tanah air
(kelas IV). Sumber data penelitian dikumpulkan dari 3.1 Hasil Penelitian tentang Sikap
siswa kelas II yang mempelajari tentang kegotong- Siswa akan Nilai Gotong-Royong
royongan, siswa kelas III yang mempelajari tentang Untuk mengetahui pengar uh Model
kedisiplinan, dan siswa kelas IV yang mempelajari Pembelajaran Kooperatif terhadap tingkat sikap
tentang cinta tanah air. Teknik pengumpulan data siswa akan nilai gotong-royong (kelas II), dapat
dilakukan sesuai dengan data yang akan diperoleh. dilakukan dengan mengukur hasil rata-rata sikap
Berhubung yang diteliti hanya sekedar sikap siswa siswa akan nilai gotong-royong pada saat sebelum
akan nilai, dan tidak sampai pada perwujudan dari melakukan pembelajaran (pretest), dan selanjutnya
78
Paulus Wahana & Elisabeth Desiana Mayasari, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inovatif terhadap ....
Tabel 1: Rentangan Skor Rata-Rata dan Kriteria Sikap Siswa akan Nilai
mengukur sikap siswa akan nilai gotong-royong dan kenaikannya signifikan (dengan tingkat signifikansi
pada saat setelah melakukan pembelajaran dengan 0,000). Skor rata-rata sikap siswa akan nilai gotong-
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif royong pada tes awal sebelum pembelajaran untuk
(posttest), selanjutnya menghitung selisih skor rata- SD Kanisius Kintelan adalah 2,835; dan setelah
rata antara posttest dan pretest. melakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Penerapan pembelajaran yang menggunakan Kooperatif adalah 4,002; sehingga kenaikannya 1,167
Model Pembelajaran Kooperatif dilakukan pada (41,164%) dan kenaikannya signifikan (dengan
Siswa Kelas II SD Negeri Nanggulan, pada Siswa tingkat signifikansi 0,000).
Kelas II SD Kanisius Kadirojo, dan pada Siswa Kelas Sedangkan untuk kelompok kontrol, Siswa
II SD Kanisius Kintelan. Hasil penghitungan skor Kelas IIA SD Negeri Nanggulan, skor rata-rata sikap
rata-rata sikap siswa akan nilai gotong-royong adalah siswa akan nilai gotong-royong pada tes awal
sebagai berikut: skor rata-rata sikap siswa akan nilai sebelum pembelajaran adalah 3,779; dan setelah
gotong-royong pada tes awal sebelum pembelajaran memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran
untuk SD Negeri Nanggulan adalah 3,272; dan tradisional ekspositori, dengan metode ceramah dan
setelah melakukan pembelajaran dengan Model tanya-jawab, tenyata sikap siswa akan nilai terkait
Pembelajaran Kooperatif adalah 4,657; sehingga dengan isi pembelajaran juga mengalami peningkatan,
kenaikannya 1,385 (42,329%) dan kenaikannya yaitu menjadi 4,414, kenaikannya adalah 0,635
signifikan (dengan tingkat signifikansi 0,000). Skor (16,803%), dengan signifikansi 0,000 (Tabel 2).
rata-rata sikap siswa akan nilai gotong-royong pada
79
Jurnal Penelitian. Volume 21, No. 1, Mei 2017 hlm. 76-86
3.2 Hasil Penelitian tentang Sikap pembelajaran untuk SD Kanisius Kadirojo adalah
Siswa akan Nilai Kedisiplinan 3,225; dan setelah melakukan pembelajaran dengan
Untuk mengetahui pengar uh model Pembelajaran Pedagogi Reflektif adalah 4,143;
pembelajaran pedagogi reflektif terhadap tingkat sehingga kenaikannya 0,918 (28,465%) dan
sikap siswa akan nilai kedisiplinan (kelas III), dapat kenaikannya signifikan (dengan tingkat signifikansi
dilakukan dengan mengukur hasil rata-rata sikap 0,000). Skor rata-rata sikap siswa akan nilai
siswa akan nilai kedisiplinan pada saat sebelum kedisiplinan pada tes awal sebelum pembelajaran
melakukan pembelajaran (pretest), dan selanjutnya untuk SD Kanisius Kintelan adalah 3,470; dan setelah
mengukur sikap siswa akan nilai kedisiplinan pada melakukan pembelajaran dengan Pembelajaran
saat setelah melakukan pembelajaran dengan Pedagogi Reflektif adalah 4,243; sehingga kenaikannya
menggunakan model pembelajaran pedagogi refllektif 0,777 (22,392%) dan kenaikannya signifikan (dengan
(posttest), selanjutnya menghitung selisih skor rata- tingkat signifikansi 0,000). Skor rata-rata sikap siswa
rata antara posttest dan pretest. akan nilai kedisiplinan pada tes awal sebelum
Penerapan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran untuk SD Negeri Kledokan adalah
Pembelajaran Pedagogi Reflektif dilakukan pada 3,566; dan setelah melakukan pembelajaran dengan
Siswa Kelas III SD Negeri Nanggulan (29 siswa), Pembelajaran Pedagogi Reflektif adalah 4,335; sehingga
pada Siswa Kelas III SD Kanisius Kadirojo (40 kenaikannya 0,769 (21,565%) dan kenaikannya
siswa), pada Siswa Kelas III SD Kanisius Kintelan signifikan (dengan tingkat signifikansi 0,000).
(15 siswa), dan pada Siswa Kelas III SD Negeri Sementara itu, untuk kelompok kontrol, Siswa
Kledokan (31 siswa). Hasil penghitungan skor rata- Kelas IIIA SD Negeri Nanggulan, skor rata-rata sikap
rata sikap siswa akan nilai kedisiplinan adalah sebagai siswa akan nilai kedisiplinan pada tes awal sebelum
berikut: Skor rata-rata kesadaran siswa akan nilai pembelajaran adalah 4,438; dan setelah memperoleh
kedisiplinan pada tes awal sebelum pembelajaran pembelajaran dengan model pembelajaran tradisional
untuk SD Negeri Nanggulan adalah 3,300; dan ekspositori, dengan metode ceramah dan tanya-
setelah melakukan pembelajaran dengan Pembelajaran jawab, tenyata sikap siswa akan nilai terkait dengan
Pedagogi Reflektif adalah 4,241; sehingga kenaikannya isi pembelajaran justru mengalami penurunan, yaitu
0,941 (28,515%) dan kenaikannya signifikan (dengan menjadi 4,423, penurunannya adalah 0,014 (0,315%),
tingkat signifikansi 0,000). Skor rata-rata sikap siswa dengan signifikansi 0,001 (Tabel 3).
akan nilai kedisiplinan pada tes awal sebelum
Tabel 3. Data Hasil Pengukuran Pretest dan Posttest Nilai Kedisiplinan
80
Paulus Wahana & Elisabeth Desiana Mayasari, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inovatif terhadap ....
Tabel 4: Data Hasil Pengukuran Pretest dan Posttest Nilai Cinta Tanah Air
siswa). Hasil penghitungan skor rata-rata sikap siswa penur unannya adalah 0,286 (6,414%), dengan
akan nilai Cinta Tanah Air pada tes awal sebelum signifikansi 0,000 (Tabel 4).
pembelajaran untuk SD Kanisius Kadirojo adalah
3.144; dan setelah melakukan pembelajaran dengan Keterangan:
Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah *)
Kel Eksperimen harga sig. (2-tailed) < 0,050,
4.443; sehingga kenaikannya 1,298 (41,285%) dan yaitu untuk Siswa Kelas IV SD Kanisius
kenaikannya signifikan (dengan tingkat signifikansi Kadirojo 0,000, dan untuk Siswa Kelas IV SD
< 0.05, yaitu 0,000). Skor rata-rata sikap siswa akan Negeri Kledokan 0,002, sehingga kenaikannya
nilai Cinta Tanah Air pada tes awal sebelum adalah signifikan; sedangkan tingkat signifikansi
pembelajaran untuk SD Negeri Kledokan adalah Kel Kontrol < 0.050, yaitu 0.000, signifikan,
namun tidak meningkat, tetapi malah menurun.
81
Jurnal Penelitian. Volume 21, No. 1, Mei 2017 hlm. 76-86
sikap siswa akan nilai gotong-royong. Ada perbedaan Materi pembelajaran (gotong-royong) yang
pengaruh pelaksanaan pembelajaran PPKn di SD dibahas memang sudah mengarahkan siswa dapat
terhadap sikap siswa akan nilai gotong-royong, hidup bekerjasama, berteman, dan saling membantu.
antara kelompok eksperimen (yang menggunakan Sub Topik dari gotong royong adalah hidup rukun,
model pembelajaran kooperatif) dibandingkan kerjasama, dan saling berbagi. Penjelasan, petunjuk,
dengan kelompok kontrol (yang menggunakan dan pengarahan guru lewat ceramah sebenarnya
model pembelajaran tradisional). Peningkatan sudah dapat mengarahkan siswa untuk hidup rukun/
kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan berteman, hidup bekerjasama, dan hidup saling
dengan kelompok kontrol. berbagi. Ternyata penggunakan model pembelajaran
Penerapan pembelajaran yang menggunakan tradisional (ekspositori) oleh kelas kontrol, juga
Model Pembelajaran Kooperatif dilakukan pada dapat meningkatkan sikap siswa akan nilai gotong
Siswa Kelas II SD Negeri Nanggulan, pada Siswa royong secara signifikan, meskipun peningkatannya
Kelas II SD Kanisius Kadirojo, dan pada Siswa Kelas kalah dengan kelas-kelas eksperimen. Hal ini tentu
II SD Kanisius Kintelan. Berdasar penghitungan skor saja dapat dimaklumi, karena model pembelajaran
rata-rata sikap siswa akan nilai gotong-royong pada kooperatif selain dalam pembelajaran membahas
tes awal sebelum pembelajaran untuk SD Negeri tentang gotong-royong, tetapi juga menerapkan
Nanggulan, dan setelah melakukan pembelajaran kegiatan gotong-royong tersebut dalam proses
dengan Model Pembelajaran Kooperatif ternyata pembelajaran. Sehingga selain secara teoritis
mengalami kenaikan 1,385 (42,329%), dan kenaikannya pemahaman tentang gotong royong dapat diterima,
sangat signifikan (dengan tingkat signifikansi 0,000). namun dengan model pembelajaran kooperatif siswa
Untuk SD Kanisius Kadirojo juga mengalami juga memperoleh penjelasan dan contoh secara
kenaikan 0,865 (26,71%) dan kenaikannya sangat nyata tentang gotong-royong, yang mencakup hidup
signifikan (dengan tingkat signifikansi 0,000). Untuk bekerjasama, ber teman, dan saling membantu.
SD Kanisius Kintelan mengalami kenaikan 1,167 Berhubung pemahamannya lebih dibantu secara
(41,164%) dan kenaikannya juga signifikan (dengan nyata oleh proses pembelajarannya, maka sikap
tingkat signifikansi 0,000). siswa (meskipun baru kelas II) akan nilai gotong
Sedangkan untuk kelompok kontrol, Siswa royong peningkatannya sangat didukung oleh model
Kelas IIA SD Negeri Nanggulan, skor rata-rata sikap pembelajaran kooperatif, peningkatannya dapat
siswa akan nilai gotong-royong pada tes awal mencapai 42,329% secara sangat signifikan.
82
Paulus Wahana & Elisabeth Desiana Mayasari, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inovatif terhadap ....
83
Jurnal Penelitian. Volume 21, No. 1, Mei 2017 hlm. 76-86
(pretest) sebelum pembelajaran untuk Siswa Kelas memiliki sikap cinta tanah air. Sehingga dalam
IVA SD Kanisius Kadirojo adalah 3.144; dan setelah penelitian ini nampak bahwa kelompok eksperimen
melakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran (yang menggunakan model pembelajaran berbasis
Berbasis Masalah adalah 4.443; sehingga kenaikannya masalah) dapat meningkatkan sikap siswa akan nilai
1,298 (41,285%) dan kenaikannya sangat signifikan cinta tanah air, sedang kelompok kontrol (yang
(dengan tingkat signifikansi < 0.05, yaitu 0,000). Skor hanya menggunakan model ekspositori, dengan
rata-rata sikap siswa akan nilai Cinta Tanah Air pada metode ceramah dan tanya jawab) tidak dapat
tes awal sebelum pembelajaran untuk SD Negeri meningkatkan sikap siswa, bahkan menurunkan
Kledokan adalah 3,971; dan setelah melakukan sikap siswa akan nilai cinta tanah air.
pembelajaran dengan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah 4,424; sehingga kenaikannya 0,454
(11,433%) dan kenaikannya signifikan (dengan 5. PENUTUP
tingkat signifikansi < 0.05, yaitu 0,002).
Sedangkan untuk kelompok kontrol, Siswa Penelitian ini mencoba menerapkan model-
Kelas IVA SD Negeri Nanggulan, skor rata-rata sikap model pembelajaran yang sesuai, yang diharapkan
siswa akan nilai cinta tanah air pada tes awal dapat lebih mendukung bagi peningkatan sikap
sebelum pembelajaran adalah 4.459; dan setelah siswa terhadap nilai-nilai yang terkait dengan materi
memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif
tradisional ekspositori, dengan metode ceramah dan diterapkan pada pembahasan materi gotong-royong
tanya-jawab, tenyata sikap siswa akan nilai cinta dalam rangka meningkatkan sikap siswa terhadap
tanah air justru mengalami penurunan, yaitu menjadi nilai kerukunan, nilai kerjasama, dan nilai saling
4.173, penurunannya adalah 0,286 (6,414%), dengan membantu. Model pembelajaran PPR diterapkan
signifikansi 0,000 (Tabel 7). pada pembahasan peraturan dan tata-tertib dalam
Materi tentang cinta tanah air tidak menunjuk rangka meningkatkan sikap siswa terhadap nilai
pada suatu sikap yang tunggal, melainkan dapat kedisiplinan. Dan model pembelajaran berbasis
terwujud dalam berbagai bentuk sikap cinta tanah masalah diterapkan untuk membahas tentang
air. Sehingga pada saat orang akan menentukan cinta tanah air dalam ranngka untuk meningkatkan
sesuatu sikap itu termasuk dalam pengertian cinta sikap siswa akan nilai nasionalisme. Sedangkan
tanah air, atau bukan, atau bahkan bertentangan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
dengan sikap cinta tanaah air. Dalam hal ini lah siswa tradisional, yaitu model pembelajaran ekspositori,
dihadapkan pada masalah untuk menentukan mana yang pada pokoknya menggunakan metode ceramah
yang termasuk sikap cinta tanah air dan mana yang dan tanya jawab.
bukan. Maka model pembelajaran yang kiranya Berdasar penghitungan dan pembahasan di
dapat membantu siswa dalam menentukan sikap atas, berkenaan permasalahan yang diajukan,
cinta tanah air adalah model pembelajaran berbasis kiranya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
masalah. Dengan model pembelajaran berbasis 1) Meskipun kelompok kontrol (dengan model
masalah, siswa diajak untuk berpikir dalam menentukan pembelajaran ekspositori, dengan metode
alasan mengapa suatu tindakan tertentu termasuk ceramah dan tanya-jawab) dapat meningkatkan
84
Paulus Wahana & Elisabeth Desiana Mayasari, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inovatif terhadap ....
sikap siswa SD Kelas II akan nilai gotong- berbasis masalah ternyata dapat meningkatkan
royong, namun kelompok eksperimen sikap siswa SD Kelas IV terhadap nilai
(dengan model pembelajaran kooperatif) nasionalisme secara signifikan, sementara
dapat meningkatkan sikap siswa lebih tinggi. model pembelajaran ekspositori (dengan
2) Karena kedisiplinan merupakan sikap untuk metode ceramah dan tanya jawab) justru
menata dan mengarahkan kehendak, maka menur unkan sikap siswa SD Kelas IV
nilai kedisiplinan tidak langsung dapat terhadap nilai nasionalisme secara signifikan.
ditemukan dalam contoh tindakan yang Berdasarkan penelitian serta kesimpulan yang
nyata dalam kehidupan sehari-hari. Model dipaparkan di atas, kiranya dapat diajukan beberapa
pembelajaran PPR, yang pada intinya adalah saran sebagai berikut:
melakukan refleksi, ternyata dapat membantu 1) Bagi peneliti lebih lanjut, dapat meneliti tentang
meningkatkan sikap siswa SD Kelas III akan nilai persepsi siswa tentang model pembelajaran
kedisiplinan, sementara model pembelajaran yang digunakan dalam kaitannya dengan
tradisional (model ekspositori) yang digunakan sikap siswa terhadap nilai yang termuat
kelompok kontrol justru menurunkan sikap dalam materi yang dibahas. Sehingga dapat
siswa SD Kelas III akan nilai kedisiplinan diketahui apakah ada hubungan yang
secara signifikan. signifikan antara persepsi siswa tentang model
3) Nilai nasionalisme yang menjiwai berbagai pembelajaran yang digunakan dalam
macam tindakan juga tidak terlalu mudah kaitannya dengan sikap siswa terhadap nilai
ditemukan, karena belum tentu nampak yang termuat dalam materi yang dibahasnya.
dalam tindakan, tetapi har us ditemukan 2) Berhubung pembelajaran PPKn tidak hanya
dengan pemikiran lebih mendalam untuk membahas tentang obyek yang di hadapan
menemukan nilai nasionalise yang mendasari siswa, melainkan membahas hubungan siswa
tindakan-tindakan tersebut. Maka tidak terkait dengan obyek yang dialaminya dalam
cukup memberikan informasi begitu saja rangka membangun dirinya, maka model
lewat ceramah untuk menunjukkan nilai pembelajaran tidak cukup hanya menggunakan
nasionalisme, siswa perlu diajak berpikir model ekspositori, melainkan diharap memilih
untuk menemukan nilai nasionalisme yang model pembelajaran yang sesuai, yang dapat
kiranya mendasari berbagai macam tindakan mengembangkan sikap siswa yang lebih
nasionalisme. Model pembelajaran pembelajaran berkualitas.
85
Jurnal Penelitian. Volume 21, No. 1, Mei 2017 hlm. 76-86
Suparno, Paul. 2015. Pembelajaran di Perguruan Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Tinggi Bergaya Paradigma Pedagogi Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Refleksi (PPR). Yogyakar ta: Kanisius. Implementasinya pada Kurikulum Tingkat
Tim Penyusun P3MP dan LPM Universitas Sanata Satuan Pendidikan (KTSP), Jakar ta:
Dharma. 2012. Pedoman Model Pembelajaran Kencana.
Berbasis Paradigma Pedagogi Ignasian. Wahana, P. 2004. Nilai (Etika Aksiologis Max
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Scheler). Yogyakar ta: Penerbit Kanisius.
86