17 Fahmi Khumaeni 680-692 Okk
17 Fahmi Khumaeni 680-692 Okk
17 Fahmi Khumaeni 680-692 Okk
2, Juli 2022
P-ISSN: 2085-2487; E-ISSN: 2614-3275
DOI: 10.31943/jurnalrisalah.v8i2.243
Farida Isroani
Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Indonesia
E-mail: [email protected]
Roudlotun Ni’mah
Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Indonesia
E-mail: [email protected]
Hamam Thohari
Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstract
This research aims to analyze the wisdom development of curriculum in Islamic education
based on humanistic and curriculum approach at digital era. This study was library research.
The purpose of Islamic education if examined critically is to seek to create happiness in the
world and in the hereafter, serve the needs of Muslims, maintain the integrity of Muslims
and instill morality and so on. It is clear that the formulation of the objectives of Islamic
education is still general and not in context with the realities of society and the development
of the times. In the current era of globalization, the purpose of education must be held in a
re-orientation. Clarifying this orientation does not mean eliminating the spirit of the goals of
Islamic education which had originally been idealized. For this reason, educational goals and
curriculum must be directed into a unified whole to achieve the idealized goals. An
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengembangan kebijakan kurikulum
pendidikan Islam berdasarkan pendekatan kurikulum dan humanistik yang terjadi pada era
digital sekarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi
pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa tujuan pendidikan Islam jika ditelaah secara
kritis adalah berusaha untuk menciptakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, melayani
kebutuhan umat Islam, menjaga keutuhan umat Islam dan menanamkan moralitas dan
sebagainya. Jelas bahwa rumusan tujuan pendidikan Islam masih bersifat umum dan tidak
sesuai dengan realitas masyarakat dan perkembangan zaman. Di era globalisasi saat ini,
tujuan pendidikan harus direorientasi. Memperjelas orientasi ini tidak berarti
menghilangkan semangat tujuan pendidikan Islam yang semula diidealkan. Untuk itu,
tujuan pendidikan dan kurikulum harus diarahkan menjadi satu kesatuan yang utuh untuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan. Bagian penting dari sistem kurikulum adalah
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
Kata Kunci : Kurikulum, Pendekatan Humanistik, dan Era Digital.
Pendahuluan
Tujuan pendidikan Islam kalau dicermati secara kritis lebih berupaya
menciptakan kebahagiaan didunia dan di akhirat, melayani kebutuhan umat Islam,
menjaga keutuhan umat Islam dan menanamkan akhlaq dan sebagainya. Hal ini
tampak jelas bahwa rumusan tujuan pendidikan Islam masih bersifat umum dan
tidak konteks dengan realitas masyarakat dan perkembangan zaman. Dalam era
globalisasi sekarang tujuan pendidikan harus diadakan sebuah re-orientasi.
Memperjelas orientasi ini bukan berarti menghilangkan semangat tujuan pendidikan
Islam yang semula telah diidealkan. Untuk hal tersebut tujuan pendidikan dan
kurikulum harus diarahkan menjadi satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan
yang di idelakan.1 Bagian penting dari sistem kurikulum yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Ini merupakan satu kesatuan
konsep yang saling terkait guna membentuk suatu model kurikulum yang ideal,
sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan perkembangan masyarakat.
Setiap kegiatan pengembangan kurikulum hendaknya menggunakan
landasan yang kuat sehingga akan melahirkan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan. Yang dimaksud dengan landasan kurikulum di sini adalah bidang-
bidang yang dapat dijadikan dasar pokok keputusan tentang kurikulum karena
berdasarkan landasan-landasan tersebut dapat dijawab pertanyaan-pertanyaan
mendasar seperti: bagaimanakah tujuan hidup manusia, hal-hal apakah yang harus
diajakan kepada generasi muda agar dapat membimbing mereka ke kehidupan yang
baik, seberapa jauh peranan dan tanggung jawab sekolah dalam hal ini, relevansi
pendidikan terhadap kebutuhan dan struktur masyarakat, peranan teknologi dan
struktur keluarga terhadap praktek kependidikan di sekolah, pemenuhan kebutuhan
1
Imam Machali, Mustofa (ed), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi (Yogyakarta: Presma
Fak. Tarbiyah, 2004), hlm. 155.
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 681 Vol. 8, No. 2, Juli 2022
https://jurnal.faiunwir.ac.id/index.php/Jurnal_ P-ISSN: 2085-2487; E-ISSN: 2614-3275
Risalah
Fahmi Khumaeni, Farida Isroani, Roudlotun Ni’mah, Ifa Khoiria Ningrum, Hamam Thohari
Kebijakan Pengembangan Kurikulum......
dasar manusia lewat jalur pendidikan, relevansi struktur kurikulum dengan tahap-
tahap perkembangan kedewasaan anak didik, dan masih banyak lagi pertanyaan
yang relevan. Melalui kajian terhadap bidang-bidang yang menjadi landasan
pengembangan kurikulum ini, hal-hal yang bersifat normatif dan ideal yang menjadi
tumpuan tujuan penyelenggaraan pendidikan dapat dianalisis, dan ini sangat
bermanfaat untuk mencegah agar program pendidikan yang lahir tidak mudah
goyah dan berubah-ubah karena rapuhnya fondasi yang mendasarinya.2
Tulisan ini akan membahas tentang kebijakan pengembangan kurikulum
pendidikan Islam secara filosofis dari aspek epistemologi3 kurikulum, yakni aspek
landasan dan pengembangan kurikulum berbasis Humanistik. 4 Secara garis besar
teori humanistik ini adalah sebuah teori belajar yang mengutamakan pada proses
belajar bukan pada hasil belajar. Teori ini mengemban konsep untuk memanusiakan
manusia sehingga manusia (siswa) mampu memahami diri dan lingkungannya. Di
era digital yang mana jika tidak disikapi dengan arif, maka manusia akan tercerabut
dari nilai-nilai kemanusiaanya, seperti kurangnya kesadaran terhadap lingkungan
sosialnya dan lupa akan eksistensinya sebagai manusia dan makhluk sosial, hal ini
yang melatar belakangi mengapa tema ini di angkat oleh penulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi pustaka.
Penelitian ini akan mencoba menelusuri sesuatu yang berkaitan dengan kebijakan
pengembangan kurikulum Pendidikan Islam dalam perspektif kurikulum dan
pendekatan humanistik yang terjadi di era digital saat ini. Sumber data dalam
penelitian ini adalah buku-buku, jurnal-jurnal, dan hasil penelitian lain yang relevan
yang berkaitan dengan judul.
2
Sukamto, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
(Jakarta; Proyek Pengembangan LPTK, Dirjen Dikti Depdikbud, 1988), hlm. 13.
3
Yang dimaksud dengan aspek epistemologis adalah uraian bagaimana kurikulum tersebut dibentuk,
serta bagaimana tahap dan model mengembangkan kurikulum pendidikan Islam yang ideal dan sesuai dengan
perkembangan zaman.
4
Dalam kamus ilmiah popular awal kata humanistik, human berarti mengenai manusia atau cara
manusia. Humane berarti berperikemanusiaan. Humaniora berarti pengetahuan yang mencakup filsafat, kajian
moral, seni, sejarah, dan bahasa. Humanis, penganut ajaran dan humanisme yaitu suatu doktrin yang menekan
kepentingan-kepentingan keamusiaan dan ideal (humanisme pada zaman renaisans didasarkan atas peradaban
Yunani Purba, sedangkan humanisme modern menekankan manusia secara ekslusif). Jadi humanistik adalah
rasa kemanusiaan atau yang berhubungan dengan kemansuiaan. Lihat Henryk Misiak dan Virgini Staudt
Sexton, Psikologi Fenomenologi, Eksistensial, dan Humanistik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005),
hlm.125. Telah disadari bahwa sains dan teknologi lahir dan berkembang melalui pendidikan, maka salah satu
terapi terhadap berbagai masalah di atas bisa didekati melalui pendidikan. Oleh karenanya, tulisan-tulisan
yang mengedepankan paradigma pendidikan yang berwawasan kemanusiaan (humanistik) menjadi sangat
penting dan diperlukan. Manusia merupakan makhluk yang multidimensional. Bukan saja karena manusia
sebagai subjek yang secara teologis memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, tetapi
sekaligus sebagai objek dalam keseluruhan macam dan bentuk aktifitas dan kreativitasnya. Lihat Baharuddin
dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistik, Konsep, Teori, dan Aplikasi dalam Dunia Pendidikan,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 11.
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 682 Vol. 8, No. 2, Juli 2022
https://jurnal.faiunwir.ac.id/index.php/Jurnal_ P-ISSN: 2085-2487; E-ISSN: 2614-3275
Risalah
Fahmi Khumaeni, Farida Isroani, Roudlotun Ni’mah, Ifa Khoiria Ningrum, Hamam Thohari
Kebijakan Pengembangan Kurikulum......
5
James A. Beane, et al., Curriculum Planning and Development, (New York: Macmillan Company,
1944), hlm. 73.
6
Ibid.
7
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), hlm. 58.
8
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Edisi Kedua, Cet. Kelima, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.
14.
9
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemah: Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 523.
10
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, hlm.. 10.
11
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002), hlm..
12
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum…, hlm. 39.
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 683 Vol. 8, No. 2, Juli 2022
https://jurnal.faiunwir.ac.id/index.php/Jurnal_ P-ISSN: 2085-2487; E-ISSN: 2614-3275
Risalah
Fahmi Khumaeni, Farida Isroani, Roudlotun Ni’mah, Ifa Khoiria Ningrum, Hamam Thohari
Kebijakan Pengembangan Kurikulum......
13
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, hlm. 3.
14
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode, Cet. Kesembilan, (Yogyakarta: Andi
Offset, 1997), hlm. 20.
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 684 Vol. 8, No. 2, Juli 2022
https://jurnal.faiunwir.ac.id/index.php/Jurnal_ P-ISSN: 2085-2487; E-ISSN: 2614-3275
Risalah
Fahmi Khumaeni, Farida Isroani, Roudlotun Ni’mah, Ifa Khoiria Ningrum, Hamam Thohari
Kebijakan Pengembangan Kurikulum......
15
Suharsimi Arikunto, dkk., Manajemen Kurikulum, (Yogyakarta: Jurusan Administrasi Pendidikan
FIP UNY, 2000), hlm. 48.
16
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum…, hlm.. 46.
17
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, hlm. 57.
18
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, hlm.14.
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 685 Vol. 8, No. 2, Juli 2022
https://jurnal.faiunwir.ac.id/index.php/Jurnal_ P-ISSN: 2085-2487; E-ISSN: 2614-3275
Risalah
Fahmi Khumaeni, Farida Isroani, Roudlotun Ni’mah, Ifa Khoiria Ningrum, Hamam Thohari
Kebijakan Pengembangan Kurikulum......
19
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, hlm. 13.
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 686 Vol. 8, No. 2, Juli 2022
https://jurnal.faiunwir.ac.id/index.php/Jurnal_ P-ISSN: 2085-2487; E-ISSN: 2614-3275
Risalah
Fahmi Khumaeni, Farida Isroani, Roudlotun Ni’mah, Ifa Khoiria Ningrum, Hamam Thohari
Kebijakan Pengembangan Kurikulum......
20
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum…, hlm. 58-59.
21
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, hlm.12.
22
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, hlm. 524.
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 687 Vol. 8, No. 2, Juli 2022
https://jurnal.faiunwir.ac.id/index.php/Jurnal_ P-ISSN: 2085-2487; E-ISSN: 2614-3275
Risalah
Fahmi Khumaeni, Farida Isroani, Roudlotun Ni’mah, Ifa Khoiria Ningrum, Hamam Thohari
Kebijakan Pengembangan Kurikulum......
23
Mulyadhi Kartanegara, Pengantar Epistemologi Islam, hlm. 16.
24
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, hlm. 14.
25
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, hlm. 107-108.
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 688 Vol. 8, No. 2, Juli 2022
https://jurnal.faiunwir.ac.id/index.php/Jurnal_ P-ISSN: 2085-2487; E-ISSN: 2614-3275
Risalah
Fahmi Khumaeni, Farida Isroani, Roudlotun Ni’mah, Ifa Khoiria Ningrum, Hamam Thohari
Kebijakan Pengembangan Kurikulum......
filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan
humanistik.26
Pendekatan pengembangan kurikulum humanistik berpijak pada teori
pendidikan pribadi (personalized education) yang antara lain dipelopori oleh John
Dewey (Progressive Education) dan JJ. Rousseau (Romantic Education). Teori
pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa anak atau peserta didik adalah yang
pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan
pendidikan. Mereka percaya bahwa peserta didik mempunyai potensi, punya
kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga
berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan
yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh
bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap,
perasaan, nilai, dan lain-lain).27
Teori pendidikan humanistik menekankan bahwa tugas pendidikan yang
utama ialah mengembangkan anak sebagai individu selain sebagai makhluk sosial.
Hal ini dapat dilakukan bila dalam pendidikan dikembangkan kemampuan dan
potensi anak, khususnya imaginasinya yang kreatif. Untuk itu perlu diberikan
kepada anak didik kebebasan, kemandirian, hak untuk menemukan diri serta
pengembangan kemampuan fisik dan emosionalnya, jadi perkembangan anak itu
sebagai keseluruhan. Kurikulumnya sering berdasarkan konsepsi "child-centered"
yang mengutamakan ekspresi diri secara kreatif, individualitas, aktivitas
pertumbuhan "dari dalam", bebas dari paksaan dari luar. Kurikulum ini memelihara
keutuhan anak sebagai “keseluruhan". Khususnya mengenai kreativitas dan
spontanitasnya.28
Konsep kurikulum yang humanistik ini memindahkan titik berat pendidikan
dari bahan pelajaran kepada anak sebagai individu keseluruhan. Untuk itu
diusahakan integrasi antara aspek afektif (perasaan, sikap, nilai-nilai) dengan aspek
kognitif (pengetahuan dan kemampuan intelektual), sehingga apa yang dipelajari
mempunyai makna pribadi bagi anak. Maka karena itu, lebih banyak diberi
kesempatan kepada anak untuk memilih dari berbagai alternatif sesuai dengan
maknanya bagi kehidupannya dengan bertanggung jawab atas pilihannya itu.29
Kurikulum humanistik memandang aktualisasi diri sebagai suatu kebutuhan
asasi. Tiap anak mempunyai "self" masing-masing yang sering tak dikenal dan
disadarinya, yang tersembunyi atau tertekan dan karena itu perlu dibangkitkan dan
dikembangkan. Psikologi yang mereka anut merupakan reaksi terhadap aliran
behaviorisme yang dianggap mekanistik dan mengabaikan aspek afektif dan
kebebasan. Selain itu juga merupakan reaksi terhadap psikologi Freud yang
terlampau memandang manusia sebagai makhluk yang dikuasai oleh daya-daya
emosional pathologis dari alam tak sadar.
Dengan dasar psikologi Gestalt diinginkan integrasi perasaan, pikiran, dan
perbuatan yang memberikan kebulatan pengalaman yang menyenangkan sesuai
26
Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial…, hlm. 78.
27
Nana Syodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum…, hlm. 86.
28
Hilda Taba, Curriculum Development: Teory and Practice, hlm. 28.
29
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, hlm. 21.
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 689 Vol. 8, No. 2, Juli 2022
https://jurnal.faiunwir.ac.id/index.php/Jurnal_ P-ISSN: 2085-2487; E-ISSN: 2614-3275
Risalah
Fahmi Khumaeni, Farida Isroani, Roudlotun Ni’mah, Ifa Khoiria Ningrum, Hamam Thohari
Kebijakan Pengembangan Kurikulum......
dengan keinginan anak. Sekolah menjadi tempat belajar yang menyenangkan yang
membangkitkan motivasi intrinsik karena bahan pelajaran bermakna bagi mereka.
Sekolah “tradisional” mematikan spontanitas, kegembiraan belajar serta kepribadian
anak. Dari kalangan humanis timbul kecaman bahwa sekolah dan masyarakat "sakit"
yang dapat dilihat dari berkecamuknya gejala-gejala persaingan, ketidakadilan,
manipulasi manusia, dan ketiadaan peri kemanusiaan. Kurikulum humanistik
diharapkan dapat mengatasi penyakit-penyakit itu.30
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan
tujuan dan fungsi, metode, organisasi isi, dan evaluasi.31 Masing-masing karakteristik
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut;
a. Tujuan dan fungsi
Menurut para humanis, kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman
(pengetahuan) berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi
peserta didik. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan
pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan
otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan
belajar. Semua itu merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia yang
teraktualisasi (self actualizing person). Seseorang yang telah mampu
mengakutalisasikan diri adalah orang yang telah mencapai keseimbangan
(harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek kognitif, estetika,
maupun moral. Seorang dapat bekerja dengan baik bila memiliki karakter yang
baik pula.
b. Metode
Kurikulum humanistik menuntut konteks hubungan emosional yang baik
antara pendidik dan peserta didik. Pendidik/guru selain harus mampu
menciptakan hubungan yang hangat dengan peserta didik, juga mampu menjadi
sumber. Ia harus mampu memberikan materi yang menarik dan mampu
menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar. Pendidik harus
memberikan dorongan kepada peserta didik atas dasar saling percaya. Peran
mengajar bukan saja dilakukan oleh pendidik tetapi juga oleh peserta didik.
Pendidik tidak memaksakan sesuatu yang tidak disengani peserta didik.
c. Organisasi isi
Salah satu kekuatan besar kurikulum humanistik terletak di dalam
tekanannya pada integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat
intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum humanistik juga
menekankan keseluruhan. Kurikulum harus mampu memberikan pengalaman
yang menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal. Kurikulum ini
kurang menekankan sekuens, karena dengan sekuens para peserta didik kurang
mempunyai kesempatan untuk memperluas dan memperdalam aspek-aspek
perkembangannya.32
30
Ibid., hlm. 23.
31
John D. Mc. Neil, Kurikulum Sebuah Pengantar Komprehensif, hal. 20. Baca juga: Nana Syodih
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum…, hlm. 90-91.
32
John D. Mc. Neil, Kurikulum Sebuah Pengantar Komprehensif, hlm. 22
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 690 Vol. 8, No. 2, Juli 2022
https://jurnal.faiunwir.ac.id/index.php/Jurnal_ P-ISSN: 2085-2487; E-ISSN: 2614-3275
Risalah
Fahmi Khumaeni, Farida Isroani, Roudlotun Ni’mah, Ifa Khoiria Ningrum, Hamam Thohari
Kebijakan Pengembangan Kurikulum......
d. Evaluasi
Dalam evaluasi, kurikulum humanistik berbeda kurikulum konvensional
(subjek akademik). Model ini lebih mengutamakan proses dari pada hasil. Kalau
kurikulum yang konvensional terutama subjek akademik penilaian ditentukan
secara objektif dan mempunyai kriteria pencapaian, maka dalam kurikulum
humanistik tidak ada kriteria. Ahli humanis lebih tertarik dalam pertumbuhan
tanpa memperhatikan tentang bagaimana pertumbuhan itu diukur atau
ditentukan. Sasaran mereka adalah perkembangan anak supaya menjadi
manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri sendiri. Kegiatan yang mereka lakukan
hendaknya bermanfaat bagi peserta didik. Kegiatan belajar yang baik adalah
yang memberikan pengalaman yang akan membantu para peserta didik
memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya. Ketika diminta untuk mempertimbangkan
efektifitas kurikulum mereka, ahli humanis biasanya percay kepada penilaian
subjektif oleh guru dan peserta didik.33
Pendekatan pengembangan kurikulum humanistik seperti halnya
pendekatan-pendekatan lainnya, juga tidak lepas dari adanya kritikan yang
menunjukkan akan kelemahannya. Di antaranya adalah kritikan bahwa konsep
aktualisasi diri tidak jelas, bahwa aktualisasi diri belum tentu akan membawa
kebaikan bagi masyarakat umum, bahwa pendekatan itu terlampau mengutamakan
diri individu. Maka karena itu pendekatan aktualisasi diri atau humanistik perlu
dikaitkan dengan pendekatan rekonstruksi sosial dalam kurikulum. 34.
Akan tetapi pada era digital saat ini, pendekatan humanistik cukup relevan
digunakan, disaat manusia mulai kehilangan eksistensi dan jati dirinya, mulai pudar
kesadaran terhadap lingkungan sosialnya akibat pengaruh teknologi serta tidak bijak
dalam penggunaannya, apalagi diintegrasikan dengan pendekatan-pendekatan lain
yang relevan, dan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan lembaga pendidikan.
Pendekatan dengan teori pendidikan humanistik pada kondisi tersebut menekankan
bahwa tugas pendidikan yang utama ialah mengembangkan anak sebagai individu
dan sebagai makhluk sosial. Hal ini dapat dilakukan bila dalam pendidikan
dikembangkan kemampuan dan potensi anak, khususnya imaginasinya yang kreatif.
Untuk itu perlu diberikan kepada anak didik kebebasan, kemandirian, hak untuk
menemukan diri serta pengembangan kemampuan fisik, sosial dan afektif (emosi,
sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain), jadi perkembangan anak dilihat secara
keseluruhan.
Simpulan
Konsep kurikulum yang humanistik ini memindahkan titik berat pendidikan
dari bahan pelajaran kepada anak sebagai individu keseluruhan, merupakan
integrasi antara aspek afektif (perasaan, sikap, nilai-nilai) dengan aspek kognitif
(pengetahuan dan kemampuan intelektual), sehingga apa yang dipelajari
mempunyai makna pribadi bagi anak. Maka karena itu, lebih banyak diberi
33
Ibid., hal. 23. Baca juga: Nana Syodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum…, hlm. 91.
34
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, hlm. 23.
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 691 Vol. 8, No. 2, Juli 2022
https://jurnal.faiunwir.ac.id/index.php/Jurnal_ P-ISSN: 2085-2487; E-ISSN: 2614-3275
Risalah
Fahmi Khumaeni, Farida Isroani, Roudlotun Ni’mah, Ifa Khoiria Ningrum, Hamam Thohari
Kebijakan Pengembangan Kurikulum......
kesempatan kepada anak untuk memilih dari berbagai alternatif sesuai dengan
maknanya bagi kehidupannya dengan bertanggung jawab atas pilihannya itu.
Pada konteks era digital saat ini, kurikulum berbasis humanistik berusaha
menjadikan murid sebagai Subyek pembelajaran, membantu murid menemukan
karakter dan bakatnya, mengarahkan murid kepada manusia yang sadar akan
lingkungan sosialnya, serta bijak menggunakan tekhnologi tanpa harus kehilangan
sisi kemanusiaannya sebagai makhluk sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistik, Konsep, Teori, dan Aplikasi
dalam Dunia Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009)
Henryk Misiak dan Virgini Staudt Sexton, Psikologi Fenomenologi, Eksistensial, dan
Humanistik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005)
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2002)
Imam Machali, Mustofa (ed), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi
(Yogyakarta: Presma Fak. Tarbiyah, 2004)
James A. Beane, et al., Curriculum Planning and Development, (New York: Macmillan
Company, 1944)
John D. Mc. Neil, Kurikulum Sebuah Pengantar Komprehensif, Terjemah: Subandijah,
(Jakarta: Radar Jaya Offset, 1988)
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997)
Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan Pelaku
Sosial Kreatif, Edisi V Cet. Kedua, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003)
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemah:
Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
Suharsimi Arikunto, dkk., Manajemen Kurikulum, (Yogyakarta: Jurusan Administrasi
Pendidikan FIP UNY, 2000)
Sukamto, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, (Jakarta; Proyek Pengembangan LPTK, Dirjen Dikti Depdikbud,
1988)
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Edisi Kedua, Cet. Kelima, (Jakarta: Bumi Aksara,
2003)
Risâlah, Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 692 Vol. 8, No. 2, Juli 2022
https://jurnal.faiunwir.ac.id/index.php/Jurnal_ P-ISSN: 2085-2487; E-ISSN: 2614-3275
Risalah