Penguatan Clustering Dan Strategi Pengembangan Kopi Robusta Di Kabupaten Tabanan, Bali
Penguatan Clustering Dan Strategi Pengembangan Kopi Robusta Di Kabupaten Tabanan, Bali
Penguatan Clustering Dan Strategi Pengembangan Kopi Robusta Di Kabupaten Tabanan, Bali
AGROTECHNO
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2016
ISSN: 2503-0523 ■ e-ISSN: 2548-8023
Info Artikel
Diserahkan: 28 Juli 2016
Diterima dengan revisi: 12 September2016
Disetujui: 29 September 2016
Abstract
The aims of this study were to identify the problems and the potential of and to determine the
development strategy of Robusta coffee in Tabanan regency. This study was conducted using
internal external (IE) and strength, weakness, opportunity, threat (SWOT) matrices through the
interviews and determination of IE matric and its weight by experts involved in focus group
discussion. Pupuan district was chosen as the sample of Robusta coffee center in Tabanan. The
results showed that the internal factor was the greatest factor that affected the Tabanan's Robusta
coffee development of which its strength was Papuan district is a Robusta coffee production
center with the score of 0.300. On the other hand, good agriculture practices (gap) was not
implemented properly such that rose the score 0.290. On the external factor view, the opportunity
of demand of downstream products of Robusta coffee and the threat of instability of coffee-
farmer-group's management with the score were 0.429 and 0.214 respectively. The development
strategy would be implemented to improve the Robusta coffee development in Tabanan was
increasing the promotion of coffee and its downstream product in domestic and international
scope, therefore not only widened the marketing target and market penetration but also enhanced
the Robusta coffee quality and supported the sustainable development.
Keyword: Robusta Coffee, SWOT analysis, Tabanan, strategy, clustering
Abstrak
Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi masalah dan potensi serta menentukan strategi
pengembangan kopi Robusta di Tabanan. Penelitian ini menggunakan matriks Internal Eksternal
(IE) dan Matrik Strenght, Weakness, Opportunity dan Threat (SWOT) dengan cara wawancara,
kuisioner serta penentuan matrik Internal Eksternal IE dan bobotnya menggunakan pakar melalui
Focus Discussion Group. Sebagai daerah sentra kopi robusta di Tabanan digunakan kecamatan
Pupuan sebagai sampel.Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang paling
mempengaruhi perkembangan kopi robusta Tabanan untuk kekuatannya yaitu Pupuan merupakan
sentra kopi robusta dengan skor 0,300, dan untuk kelemahan Good Agriculture Practices (GAP)
belum diterapkan secara tepat asas dengan skor 0,290, sedangkan untuk faktor eksternal yang
paling mempengaruhi dalam hal peluang yaitu tersedianya pangsa pasar yang meminta turunan
produk kopi Robusta dengan skor 0,429 dan untuk ancaman yang dihadapi yaitu belum
mantapnya manajemen usaha di kelompok tani/subak abian dengan skor 0,214. Strategi yang
digunakan dalam pengembangan kopi Robusta di Tabanan adalah meningkatkan promosi produk
kopi beserta olahannya baik secara domestik maupun internasional, sehingga dapat memperluas
target pasar dan penetrasi pasar serta meningkatkan kualitas dan pengembangan produk kopi
Robusta yang mampu mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
Kata kunci : kopi robusta, analisis SWOT, tabanan, strategi, clustering
Hartiati, Amna, I.A. Mahatma Tuningrat, Agus Slamet Duniaji. Penguatan Clustering dan Strategi Pengembangan Kopi Robusta di
Kabupaten Tabanan, Bali. Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian AGROTECHNO. Vol. 1, No. 2 (2016) hal. 86-94
86
PENDAHULUAN Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster
Kopi merupakan salah satu komoditas penting di Industri Pengolahan Kopi. Sebagai negara
dalam perdagangan dunia yang melibatkan penghasil kopi terbesar ketiga di dunia,
jaringan perdagangan antar bangsa dan lebih Indonesia mampu memproduksi sedikitnya 748
merupakan kegiatan perdagangan dari negara- ribu ton atau 6,6 % dari produksi kopi dunia pada
negara berkembang ke negara-negara maju yang tahun 2012. Hal tersebut disampaikan Menteri
merupakan konsumen utama kopi Perindustrian Mohamad S Hidayat ketika
(Siswoputranto, 1992). Selama 2 tahun terakhir, membuka Seminar dan Pameran Kopi Nusantara
volume perdagangan kopi dunia dalam bentuk 2013 di Plasa Pameran Industri, Kementerian
ekspor dan impor terus meningkat rata-rata 8,2% Perindustrian, Jakarta.
per tahun dan volume perdagangannya mencapai Beberapa kawasan kopi yang ada di Bali
6,78 juta ton per tahun (Direktorat Jenderal khususnya di Pupuan sebagai sentra produksi
Perkebunan, Departemen Pertanian, 2013). kopi robusta belum terklaster dengan baik seperti
Posisi Indonesia dinilai cukup strategis di dunia sebaran varietas, produksi, lokasi yang strategis,
internasional, karena Indonesia merupakan jenis produk olahan, jalur transportasi,
negara pengekspor kopi terbesar ketiga setelah rendahnya kualitas tenaga kerja atau sumberdaya
Brazil dan Vietnam. Produktivitas kopi manusia (SDM) dan Standar Oprerasional
Indonesia sebesar 11.250 ton pertahun cukup Prosedur (SOP) yang benar. Pengklasteran tidak
rendah bila di bandingkan dengan negara akan optimal apabila tidak dibarengi dengan
produsen kopi di dunia seperti Brazil sebesar adanya strategi-strategi pengembangan dalam
50.826 ton pertahun dan Vietnam sebesar 22.000 upaya pencapaian Sistem Indikasi Geografis
ton pertahun (International Coffee Organization, yang bermuara pada peningkatan nilai tambah
2012). Tahun 2012 luas areal tanaman kopi di kopi robusta di kabupaten Tabanan. Kopi Bali
daerah Bali adalah 35.568 Ha, dimana luas aeal yang sudah terkenal di manca Negara, perlu
tanaman kopi Arabika 11.939 Ha (33,57 %) dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan
tanaman kopi Robusta 23.629 Ha (66,43 %). tetap mempertahankan produksi, kualitas dan
Sentra produksi kopi Arabika berada di wilayah kontinuitas kopi sebagai unggulan daerah Bali.
Kabupaten Bangli dan Badung, sedangkan kopi Berdasarkan hal tersebut diatas perlu dilakukan
Robusta di Kabupaten Tabanan dan Buleleng. penelitian penguatan klastering dan
Total Produksi adalah sebesar 18.880.437 Kg pengembangan kopi robusta di kabupaten
terdiri dari Kopi Arabika 4.199.737 Kg dan Kopi Tabanan Provinsi Bali. Tujuan penelitian ini
Robusta 14.680.700 Kg dengan rata-rata adalah untuk melakukan identifikasi sebaran
produksi sebesar 619 Kg/Ha/Th (Kopi Arabika) varietas, produksi, lokasi yang strategis, jenis
dan 730 Kg/Ha/Th (Kopi Robusta). Terdapat produk olahan, jalur transportasi, rendahnya
sekitar 60 spesies tanaman kopi di dunia, ditinjau kualitas tenaga kerja atau sumberdaya manusia
dari segi ekonomis spesies yang terpenting (SDM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
adalah coffea Arabica, coffea canephora/robusta yang benar melakukan mendesain questioner,
dan coffea liberica (Rahardjo, 2012). Kopi yang survey pendahuluan, mengumpulkan data petani
di budidayakan di Indonesia secara umum ada kopi serta merancang strategi pengembangan
dua jenis yaitu kopi robusta dan kopi arabika. kopi robusta di Tabanan.
Kopi ini memiliki keunikkan masing-masing dan
pasarnya sendiri. Kopi arabika memiliki variasi METODE
rasa yang lebih beragam, rasa manis dan lembut Tempat dan Waktu Penelitian
hingga rasa kuat dan tajam, sedangkan kopi Penelitian dilaksanakan di Desa Pupuan
robusta memiliki variasi rasa netral sampai tajam Tabanan dengan sampel petani kopi di Desa
dan sering di anggap memiliki rasa seperti Pupuan, Tabanan. Waktu penelitian
gandum (Anonim, 2011a). dilaksanakan dari bulan Juni – Oktober 2016.
Saat ini, industri pengolahan kopi merupakan Analisis data kuisioner dilaksanakan di
salah satu industri prioritas yang terus Laboratorium Manajemen Industri, FTP, Bukit
dikembangkan. Untuk mendukung upaya itu, Jimbaran.
Kementerian Perindustrian telah menyusun Peta
87
Tahapan Penelitian 7 orang pakar yaitu 2 orang dari praktisi, 2 orang
Survai pendahuluan dilakukan dengan cara dari dinas terkait, 1 orang dari pihak perguruan
wawancara dan studi pustaka untuk memperoleh tinggi dan 2 orang dari petani terpilih. Untuk
data awal. Data yang diperoleh dari hasil survai memperoleh data tersebut, menggunakan
dijadikan pedoman untuk mendapatkan data kuisioner. Kuisioner merupakan daftar
pendukung untuk FGD. Setelah FGD diperoleh pertanyaan yang akan digunakan untuk
data strategi pengembangan kopi dengan memperoleh data dari sumbernya secara
menggunakan metode SWOT. FGD langsung. Diagram alir penelitian disajikan pada
dilaksanakan pada Rabu, 26 Oktober 2016 yang Gambar 1.
berlokasi di Hotel Taman Suci yang dihadiri oleh
Mulai
Perumusan Tujuan
Studi Literatur
Studi Lapangan
IFE EFE
Kekuatan dan Kelemahan Peluang dan Ancaman
Analisis SWOT
Selesai
88
Tabel 2
Matrik Internal Factor Evaluation (EFE)
Faktor-faktor Bobot x Rating
Bobot Rating
Strategi Eksternal (weighted score)
Kekuatan
Kelemahan
Total 1,00 (total weighted score)
Sumber : David (2005)
Matriks IE
Tabel 3.
Matriks Internal Eksternal (IE)
Matriks SWOT
Tabel 4.
Matriks SWOT
89
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Tabel 5
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
No Internal Factor Bobot Rating Skor
Kekuatan (Strength)
1 Tersedianya lahan kopi robusta 0,067 4 0,267
Petani memahami aspek teknis budidaya tanam kopi
2 0,067 4 0,267
robusta
3 Pupuan merupakan sentra kopi robusta 0,100 3 0,300
4 Tersedianya kebun induk kopi robusta 0,033 3 0,100
Dikembangkan oleh petani yg tergabung dalam subak
5 0,033 2 0,067
abian
Tersedia unit pengolahan kopi robusta secara basah
6 0,067 4 0,267
(WP)
Kelemahan (Weaknesses)
Good agriculture practices (GAP) belum diterapkan
1 0,100 3 0,300
secara tepat asas
2 Terbatasnya sumber air untuk budidaya kopi robusta 0,067 3 0,200
3 Kurangnya penguasaan petani terhadap informasi pasar 0,100 2 0,200
4 Terbatasnya sarana pengolahan kopi robusta secara WP 0,033 2 0,067
Dominan petani menjual produknya dalam bentuk
5 0,067 2 0,133
primer/gelondong
Belum dikuasainya teknis pengolahan kopi robusta
6 0,033 3 0,100
secara WP
7 Tidak semua petani melakukan petik merah 0,100 1 0,100
Petani tidak memiliki agunan yg cukup utk memperoleh
8 0,067 4 0,267
pembiayaan serta koperasi yang belum optimal
9 Kualitas kopi rendah 0,067 3 0,200
Total 1,000 2,833
90
Analisis Matrik Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Tabel 6
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
No Eksternal Factor Bobot Rating skor
Peluang (Opportunities)
Trend permintaan pasar terhadap kopi robusta terus
1 0,071 4 0,286
meningkat
Tersedia lembaga permodalan baik pemerintah ataupun
2 0,071 3 0,214
non pemerintah
Tersedianya lembaga independen yang dapat melakukan
3 0,036 2 0,071
pengujian citarasa terhadap kopi robusta
Tersedianya lembaga akademis dan litbang yg dapat
4 dilibatkan dalam konteks pengkajian dan pengembangan 0,071 3 0,214
kopi robusta
Tersedianya fasilitas internet dalam pemasaran produk
5 0,071 3 0,214
kopi robusta
6 Bali sebagai destinasi wisata 0,071 4 0,286
Tersedianya pangsa pasar yang meminta turunan produk
7 0,107 4 0,429
kopi robusta
Konsen pemerintah daerah kabupaten Tabanan
8 0,071 3 0,214
mengembangkan kopi robusta
Ancaman (Threats)
Menurunnya animo petani mengusahakan kebun kopi,
1 0,107 1 0,107
produk olahan serta kualitas
2 Tingginya serangan hama penyakit 0,071 2 0,143
Adanya suplai produk dari daerah lain yang dapat
3 0,036 3 0,107
mengakibatkan kejenuhan pasar
4 Alih fungsi lahan ke sektor lain 0,036 2 0,071
5 Alih kepemilikan lahan 0,036 2 0,071
Belum mantapnya manajemen usaha dikelompok
6 0,071 3 0,214
tani/subak abian
7 Perubahan iklim 0,071 1 0,071
Total 1,000 2,714
Analisis Matrik IE pada sel ke-V. Divisi pada sel III, V, VII dapat
Berdasarkan pemetaan pada matriks IE, dapat melaksanakan strategi hold and maintain (jaga
dilihat bahwa pada sumbu-x matriks IE, nilai dan pertahankan). Strategi yang umum
total IFE adalah 2,833 sedangkan pada sumbu-y diterapkan adalah penetrasi pasar dan
matriks IE, nilai total EFE adalah 2,714. Titik pengembangan produk. Hasil analisis matriks IE
pertemuan dari kedua sumbu tersebut berada dapat dilihat pada Gambar 2.
91
Keterangan : simbol bintang menunjukkan titik strategi yang digunakan
Gambar 2. Hasil Analisis Matriks IE
92
Tabel 7
Analisis Matriks SWOT (Strenght, Weaknesse, Opportunites, and Threats)
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)
1. Trend permintaan pasar terhadap 1. Pertahankan dan tingkatkan kualitas 1. Melakukan pembinaan petani
kopi robusta terus meningkat sumber daya petani kopi robusta kopi robusta (W1, W2, W4,
2. Tersedia lembaga permodalan baik (S1, S3, S4, S5, O3,O6) W7, O3,O4,O8)
pemerintah ataupun non 2. Meningkatkan produksi kopi robusta 2. Meningkatkan pengetahuan
pemerintah secara basah dengan pembinaan petani untuk menguasai
3. Tersedianya lembaga independen secara kontinyu dari pemerintah informasi pasar (promosi) dan
yang dapat melakukan pengujian daerah Tabanan (S1,S2, S4, menciptakan kawasan
citarasa terhadap kopi robusta S5,S6,O2,O3,O4,O8) agrowisata yang terkoordinir
4. Tersedianya lembaga akademis dengan baik
dan litbang yg dapat dilibatkan (W3,W5,O1,O5,O6,O7)
dalam konteks pengkajian dan 3. Mengoptimalkan koperasi
pengembangan kopi robusta sebagai wadah untuk
5. Tersedianya fasilitas internet membantu permodalan
dalam pemasaran produk kopi (W8,O2,O8)
robusta
6. Bali sebagai destinasi wisata
7. Tersedianya pangsa pasar yang
meminta turunan produk kopi
robusta
1. Menurunnya animo petani 1. Meningkatkan motivasi petani kopi 1. Melakukan koordinasi dengan
mengusahakan kebun kopi, produk robusta dan mengoptimalkan lahan berbagai instansi terkait dalam
olahan serta kualitas kopi (S2, S5, T1, T4, T5) rangka legalisasi produk-produk
2. Tingginya serangan hama penyakit 2. Meningkatkan pengetahuan petani kopi dan sosialisasi penerapan
3. Adanya suplai produk dari daerah tentang penanggulangan hama, sistem manajemen mutu (SNI,
lain yang dapat mengakibatkan manajemen usaha tani, diversifikasi ISO, HACCP)
kejenuhan pasar produk olahan kopi robusta (S2, S4, (W1,W2,W4,W6,W7,W9,T6)
4. Alih fungsi lahan ke sektor lain S5,T2,T3,T6)
5. Alih kepemilikan lahan 3. Mendukung pelestarian lingkungan
6. Belum mantapnya manajemen yang berkelanjutan melalui
usaha dikelompok tani/subak abian perwujudan usaha perkebunan kopi
7. Perubahan iklim yang ramah lingkungan
(S1,S2,S3,S4,S5,T1,T4,T5)
93
Pendekatan Clustering pemasaran, dan transfer pengetahuan antar
Dengan adanya pendekatan clustering maka pelaku yang tergabung. Berdasarkan hasil survai
mampu menemukan kegiatan cluster kopi dilapangan menunjukkan proses kegiatan yang
robusta di Pupuan seperti terbentuknya jaringan terjadi di beberapa desa Pupuan adalah sebagai
bahan baku, jaringan proses produksi, jaringan berikut:
Domestik Konsumen
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011a. Jenis-jenis Kopi.
http://kopiblackborneo.com/jenis-jenis-
kopi/s. Akses Tanggal 20 Desember 2014.
Denpasar.
94