Pengolahan Kopi Dan Analisis Nilai Tambah Kopi Robusta Di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.

2, Desember 2019

ISSN 2301 – 8607


Vol 8 No. 2

PENGOLAHAN KOPI DAN ANALISIS NILAI TAMBAH KOPI ROBUSTA DI


KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

Coffee Treatment And Analysis Value Added Robusta Coffee In


Tutur Pasuruan District

Rhiska Ramawati, Teguh Soedarto, Eko Nurhadi


Jurusan Agribisnis, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
Jl. Rungkut Madya No. 1 Gunung Anyar, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya
Email : [email protected]

ABSTRACT
Tutur District is the main producer of robusta coffee commodity with the highest
production in Pasuruan Regency. Coffee is a plantation commodity that can be further
processed to increase value added. This study aims to determine the processing of coffee
and analyze the value added of robusta coffee. This research was conducted in Tutur
District, Pasuruan Regency. The analysis used is descriptive qualitative analysis and
quantitative analysis through value added calculations using the Hayami methods. The
results showed that coffee processing by coffee farmers in Tutur District began at levels
a) cleaning b) cleaning and grading c) cleaning, grading into ose coffee d) cleaning,
grading, and ose coffee into coffee powder. The average value added done by coffee
farmers at the cleaning level is Rp. 311/Kg with a value added ratio of 5.1%, the average
value added cleaning and grading Rp. 1.033/Kg with a value added ratio of 15.05%, the
average value added of coffee ose Rp. 4,016/Kg with a value added ratio of 40.78% and
an average value added of coffee powder of Rp. 18,725/Kg with a value added ratio of
52.50%. Thus, the greatest value added is found in the processing of coffee powder. This
is because the more downstream a production, the higher the profits that can be.

Keywords : robusta coffee, added value, Hayami method

INTISARI
Kecamatan Tutur merupakan penghasil utama komoditas kopi jenis robusta dengan
produksi tertinggi di Kabupaten Pasuruan. Tanaman kopi merupakan komoditi
perkebunan yang dapat diolah lebih lanjut guna meningkatkan nilai tambah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengolahan kopi dan menganalisis nilai tambah kopi robusta.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Analisis yang
digunakan analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif melalui perhitungan nilai
tambah menggunakan metode Hayami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengolahan
kopi yang dilakukan petani kopi di Kecamatan Tutur di mulai pada tingkatan a)
pembersihan b) pembersihan dan grading c) pembersihan, grading menjadi kopi ose d)
pembersihan, grading, dan kopi ose menjadi kopi bubuk. Rata-rata nilai tambah yang
dilakukan oleh petani kopi pada tingkatan pembersihan Rp. 311/Kg dengan rasio nilai
tambah 5,1%, rata-rata nilai tambah pembersihan dan grading Rp. 1.033/Kg dengan rasio
nilai tambah 15,05%, rata-rata nilai tambah kopi ose Rp. 4.016/Kg dengan rasio nilai
tambah 40,78% dan rata-rata nilai tambah kopi bubuk Rp 18.725/Kg dengan rasio nilai
tambah 52,50%. Dengan demikian, nilai tambah terbesar terdapat pada pengolahan kopi
bubuk. Hal ini disebabkan karena semakin ke hilir suatu produksi, maka semakin tinggi
keuntungan yang di dapat.

Kata kunci : kopi robusta, nilai tambah, metode Hayami

Rhiska Ramawati, Teguh Soedarto, Eko Nurhadi, Pengolahan Kopi dan Analisis … 135
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019

LATAR BELAKANG
Sektor pertanian merupakan basis utama perekonomian bangsa di Indonesia.
Sebagai negara agraris, sektor pertanian menjadi aspek yang sangat penting dalam
pertahanan dan kedaulatan pangan. Sub sektor perkebunan yang merupakan bagian dari
sektor pertanian mengambil peranan penting bagi pembangunan nasional.
Subsektor dalam perkebunan meningkatkan pendapatan petani, membuka
kesempatan kerja yang luas, meningkatkan ekspor dan menciptakan pertumbuhan
ekonomi daerah (Rompas et.al, 2015). Subsektor perkebunan memiliki karakteristik
tanaman yang dikelompokkan menjadi dua yaitu tanaman tahunan dan tanaman semusim.
Tanaman tahunan merupakan tanaman yang membutuhkan waktu yang panjang untuk
berproduksi. Biasanya jangka waktu produksi tanaman tahunan hingga mencapai puluhan
tahun dan bisa dipanen lebih dari satu kali. Contoh tanaman tahunan salah satunya
tanaman kopi (Permatasari, 2014).
Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor unggulan yang dikembangkan di
Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia. Selain
itu, komoditi kopi merupakan komoditas ekspor penting bagi Indonesia sebagai
penyumbang devisa yang cukup besar (Hadi, 2014). Perkebunan kopi diproduksi oleh
dua pihak yang berperan penting dalam pengusahaannya yakni perkebunan perusahaan
(negara dan swasta) dan perkebunan kopi rakyat. Hampir sebagian besar produksi kopi di
Indonesia dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Salah satu provinsi di Indonesia sebagai
sentra perkebunan kopi rakyat adalah provinsi Jawa Timur. Salah satu jenis kopi yang
banyak dihasilkan di provinsi Jawa Timur adalah kopi robusta, khususnya Kabupaten
Pasuruan dengan produksi tertinggi yang berada di Kecamatan Tutur.
Menurut Suwali, Anwar, S., & Setiadi, A. (2017), agroindustri kopi memiliki
peluang yang cukup tinggi untuk dikembangkan di Indonesia karena memiliki prospek
besar di pasar domestik dan internasional, namun permasalahan yang dialami
agroindustri kopi saat ini juga sangat kompleks, antara lain kualitas dan kontinyuitas
bahan baku kopi yang kurang terjamin, teknik budidaya yang masih sederhana,
kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana agroindustri, jaringan pemasaran kopi yang
belum terkelola dengan baik, dan kualitas sumber daya manusia yang kurang memadai.
Tanaman kopi salah satu komoditas hasil perkebunan yang dapat diolah lebih lanjut
guna meningkatkan nilai tambah. Proses pengolahan kopi yang diawali dari produk kopi
gelondong basah yang baru dipanen hingga mencapai produk tahap akhir berupa kopi
bubuk. Akan tetapi di Kecamatan Tutur tidak semua petani mengolah dalam bentuk kopi
bubuk, hal ini karena keterbatasan alat yang digunakan untuk mengolah dan penguasaan

Rhiska Ramawati, Teguh Soedarto, Eko Nurhadi, Pengolahan Kopi dan Analisis … 136
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019

teknologi sehingga terjadi perbedaan pendapatan yang diterima pada setiap masing-
masing petani kopi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengolahan kopi dan
menganalisis nilai tambah kopi robusta di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan Jawa Timur,
tepatnya di Desa Kalipucang dan Desa Tutur. Objek dalam penelitian ini adalah petani
yang memiliki agribisnis perkebunan kopi rakyat robusta.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani kopi yang membudidayakan, mengolah
dan menjual atau memasarkan kopi di Desa Tutur dan Desa Kalipucang. Penentuan
sampel menggunakan simple random sampling. Simple random sampling adalah teknik
pengambilan anggota sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu dan anggota populasi dianggap homogen (Sugiono, 2014).
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 41 petani kopi.
Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data
primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung kepada petani kopi
dengan menggunakan kuisioner. Data sekunder ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Pasuruan, Dinas Perkebunan, dan Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan
Tutur.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis deskriptif dan analisis
nilai tambah. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui pengolahan kopi yang
dilakukan oleh petani. Analisis nilai tambah digunakan untuk menghitung besarnya nilai
tambah kopi pada setiap pengolahan kopi yang dilakukan oleh petani dan dapat dihitung
dengan metode Hayami pada Tabel 1.

Rhiska Ramawati, Teguh Soedarto, Eko Nurhadi, Pengolahan Kopi dan Analisis … 137
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019

Tabel 1. Analisis Nilai Tambah Metode Hayami


No Variabel Satuan Nilai
I. Output, Input, Harga
1. Output Kg (1)
2. Input Kg (2)
3. Tenaga Kerja HOK. (3)
4. Faktor Konversi (4) = (1)/(2)
5. Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg (5) = (3)/(2)
6. Harga Output Rp (6)
7. Rata-Rata Upah Tenaga Kerja Rp/HOK (7)
II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku Rp/Kg (8)
9. Sumbangan Input Lain Rp/Kg (9)
10. Nilai Output Rp/Kg (10) = (4) x (6)
11. a. Nilai Tambah Rp/Kg (11a) = (10)-(9)-(8)
b. Rasio Nilai Tambah % (11b) = (11a/10) x 100%
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg (12a) = (5) x (7)
b. Persentase Kontribusi Tenaga Kerja % (12b) = (12a/11a) x 100%
13. a. Keuntungan Rp/Kg (13a) = (11a) – (12a)
b. Tingkat Keuntungan % (13b) = (13a/11a) x 100%
III. Balas Jasa Faktor Produksi
14. Margin Rp/Kg (14) = (10) – (8)
a. Pendapatan Tenaga Kerja % (14a) = (12a/14) x 100%
b. Sumbangan Input Lain % (14b) = (9/14) x 100%
c. Keuntungan Perusahaan % (14c) = (13a/14) x 100%
Sumber: Hayami, 1987

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengolahan Kopi Robusta
Pada prinsipnya, semua petani kopi di Kecamatan Tutur telah melakukan
pengolahan. Sekecil dan sesederhana apapun petani kopi sesungguhnya telah melakukan
kegiatan pengolahan menurut James E. Austin (1981). Pengolahan kopi yang dilakukan
petani kopi di Kecamatan Tutur mulai pada tingkatan 1) pembersihan 2) pembersihan dan
grading 3) pembersihan, grading menjadi kopi ose 4) pembersihan, grading, dan kopi ose
menjadi kopi bubuk. Hal ini sejalan dengan James E. Austin Austin (1981) Agroindustri
adalah perusahaan yang mengolah bahan baku pertanian, termasuk juga tanah dan
tanaman keras serta pertenakan. Tingkat pengolahannya sangat luar biasa, mulai dari
pembersihan dan pengelompokkan tingkat mutu apel hingga penggilingan beras, menuju
pemasakan, pencampuran, dan perubahan kimia yang menghasilkan makanan nabati
bertekstur. Dengan demikian proses pengolahan kopi yang dilakukan oleh petani adalah
mulai dari membersihkan, mengelompokkan, kemudian kopi ose hingga menuju kopi
bubuk.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 13 petani kopi yang mengolah pada tingkatan
yang sesederhana yaitu pembersihan, 6 petani kopi yang mengolah pada tingkatan

Rhiska Ramawati, Teguh Soedarto, Eko Nurhadi, Pengolahan Kopi dan Analisis … 138
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019

pembersihan dan grading, 12 petani kopi yang mengolah pada tingkatan kopi ose, dan 10
petani kopi yang mengolah pada tingkatan kopi bubuk.
Analisis Nilai Tambah Kopi Robusta
Konsep nilai tambah menurut (Soekartawi, 2003) pengolahan hasil pertanian
merupakan komponen kedua dalam kegiatan agribisnis setelah komponen produksi
pertanian. Menurut Tunggadewi (2009), metode Hayami sendiri memiliki kelebihan yaitu
dapat diketahui besarnya nilai tambah dan output, dapat diketahui besarnya balas jasa
terhadap pemilik faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, sumbangan input
lain dan keuntungan.
Analisis nilai tambah yang digunakan adalah analisis nilai tambah satu kali proses
produksi pada tingkatan 1) pembersihan yang dilakukan 13 petani kopi, 2) pembersihan
dan grading yang dilakukan 6 petani kopi, 3) pembersihan, grading menjadi kopi ose
yang dilakukan 12 petani kopi, 4) pembersihan, grading, kopi ose menjadi kopi bubuk
yang dilakukan 10 petani kopi. Berikut ini rata-rata analisis nilai tambah kopi robusta
pada tingkatan pembersihan di Kecamatan Tutur yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Analisis Nilai Tambah Kopi Robusta pada Tingkat Pembersihan di
Kecamatan Tutur
Pembersiha
No Variabel Satuan Nilai
n Kopi
I. Output, Input, Harga
1. Output Kg (1) 1.328,15
2. Input Kg (2) 1.369,23
3. Tenaga Kerja HOK (3) 2,77
4. Faktor Konversi (4) = (1)/(2) 0,97
5. Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg (5) = (3)/(2) 0,00201
6. Harga Output Rp (6) 6.307,09
7. Rata-Rata Upah TK Rp/HOK (7) 43.846,15
II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku Rp/Kg (8) 5.308
9. Sumbangan Input Lain Rp/Kg (9) 500
10. Nilai Output Rp/Kg (10) = (4) x (6) 6.118,5
11. a. Nilai Tambah Rp/Kg (11a) = (10)-(9)-(8) 311
b. Rasio Nilai Tambah % (11b) = (11a/10) x 100% 5,1
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg (12a) = (5) x (7) 88,6
b. Persentase Kontribusi Tenaga % (12b) = (12a/11a) x 100% 28,58
Kerja
13. a. Keuntungan Rp/Kg (13a) = (11a) – (12a) 222
b. Tingkat Keuntungan % (13b) = (13a/11a) x 100% 71,4
III. Balas Jasa Faktor Produksi
14. Margin Rp/Kg (14) = (10) – (8) 810,8
a. Pendapatan Tenaga Kerja % (14a) = (12a/14) x 100% 10,9
b. Sumbangan Input Lain % (14b) = (9/14) x 100% 61,7
c. Keuntungan Perusahaan % (14c) = (13a/14) x 100% 27,4
Sumber: Data Primer (Diolah), 2019

Rhiska Ramawati, Teguh Soedarto, Eko Nurhadi, Pengolahan Kopi dan Analisis … 139
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019

Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa kopi yang telah dibersihkan, rata-rata


nilai tambah sebesar Rp. 311/Kg dengan rata-rata rasio nilai tambah sebesar 5,1 %.
Menurut kriteria pengujian Hubeis (1997), rasio nilai tambah dikatakan rendah apabila
memiliki persentase dibawah <15 % ; sedang apabila memiliki persentase antara 15 % -
40 % ; dan tinggi apabila memiliki persentase diatas >40 %. Berdasarkan kriteria
tersebut, maka diperoleh hasil bahwa rata-rata nilai tambah yang dilakukan oleh petani
kopi yang mengolah kopi pada tahapan pembersihan tergolong pada rasio nilai tambah
rendah. Hal ini dikarenakan rata-rata rasio nilai tambah pada tingkat pengolahan tersebut
memiliki persentase kurang dari 15 %. Berikut ini rata-rata analisis nilai tambah kopi
robusta pada tingkatan pembersihan dan garding di Kecamatan Tutur.

Tabel 3. Rata-Rata Analisis Nilai Tambah Kopi Robusta pada Tingkat Pembersihan dan
Grading di Kecamatan Tutur
Pembersihan
No Variabel Satuan Nilai dan Grading
Kopi
I. Output, Input, Harga
1. Output Kg (1) 1.320
2. Input Kg (2) 1.466,67
3. Tenaga Kerja HOK (3) 6,13
4. Faktor Konversi (4) = (1)/(2) 0,90
5. Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg (5) = (3)/(2) 0,0042
6. Harga Output Rp (6) 8.000
7. Rata-Rata Upah TK Rp/HOK (7) 48.333
II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku Rp/Kg (8) 5.666,6
9. Sumbangan Input Lain Rp/Kg (9) 500
10. Nilai Output Rp/Kg (10) = (4) x (6) 7.200
11. a. Nilai Tambah Rp/Kg (11a) = (10)-(9)-(8) 1.033,3
b. Rasio Nilai Tambah % (11b) = (11a/10) x 100% 15,05
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg (12a) = (5) x (7) 202,34
b. Persentase Kontribusi Tenaga % (12b) = (12a/11a) x 100% 23,69
Kerja
13. a. Keuntungan Rp/Kg (13a) = (11a) – (12a) 830,99
b. Tingkat Keuntungan % (13b) = (13a/11a) x 100% 76,30
III. Balas Jasa Faktor Produksi
14. Margin Rp/Kg (14) = (10) – (8) 1.533,3
a. Pendapatan Tenaga Kerja % (14a) = (12a/14) x 100% 14,51
b. Sumbangan Input Lain % (14b) = (9/14) x 100% 35,35
c. Keuntungan Perusahaan % (14c) = (13a/14) x 100% 50,13
Sumber: Data Primer (Diolah), 2019
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa kopi yang telah dibersihkan dan di
grading, rata-rata nilai tambah sebesar Rp. 1.033,3/Kg dengan rata-rata rasio nilai tambah
sebesar 15,05 %. Berdasarkan kriteria pengujian Hubeis (1997), maka diperoleh hasil
bahwa rata-rata nilai tambah yang dilakukan oleh petani kopi yang mengolah kopi pada
tahapan pembersihan dan grading tergolong pada rasio nilai tambah sedang. Hal ini

Rhiska Ramawati, Teguh Soedarto, Eko Nurhadi, Pengolahan Kopi dan Analisis … 140
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019

dikarenakan rata-rata rasio nilai tambah pada setiap pengolahan tersebut memiliki
persentase antara 15 % - 40 %.

Tabel 4. Rata-Rata Analisis Nilai Tambah Kopi Robusta pada Kopi Ose di Kecamatan
Tutur
No Variabel Satuan Nilai Kopi Ose
I. Output, Input, Harga
1. Output Kg (1) 460
2. Input Kg (2) 1.841,67
3. Tenaga Kerja HOK (3) 7,50
4. Faktor Konversi (4) = (1)/(2) 0,25
5. Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg (5) = (3)/(2) 0,0040
6. Harga Output Rp (6) 39.166,67
7. Rata-Rata Upah TK Rp/HOK (7) 45.000
II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku Rp/Kg (8) 4.666,66
9. Sumbangan Input Lain Rp/Kg (9) 1.108,33
10. Nilai Output Rp/Kg (10) = (4) x (6) 9.791,67
11. a. Nilai Tambah Rp/Kg (11a) = (10)-(9)-(8) 4.016,67
b. Rasio Nilai Tambah % (11b) = (11a/10) x 100% 40,48
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg (12a) = (5) x (7) 181,46
b. Persentase Kontribusi Tenaga % (12b) = (12a/11a) x 100% 4,82
Kerja
13. a. Keuntungan Rp/Kg (13a) = (11a) – (12a) 3.855,21
b. Tingkat Keuntungan % (13b) = (13a/11a) x 100% 95,18
III. Balas Jasa Faktor Produksi
14. Margin Rp/Kg (14) = (10) – (8) 5.125
a. Pendapatan Tenaga Kerja % (14a) = (12a/14) x 100% 3,66
b. Sumbangan Input Lain % (14b) = (9/14) x 100% 22.71
c. Keuntungan Perusahaan % (14c) = (13a/14) x 100% 73,63
Sumber: Data Primer (Diolah), 2019
Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa kopi yang telah dibersihkan dan di
grading menjadi kopi ose, rata-rata nilai tambah sebesar Rp. 4.016,67/Kg dengan rata-
rata rasio nilai tambah sebesar 40,48 %.%. Berdasarkan pengujian Hubeis (1997), maka
diperoleh hasil bahwa rata-rata nilai tambah yang dilakukan oleh petani kopi yang
mengolah kopi pada tahapan pembersihan dan grading menjadi kopi ose tergolong pada
rasio nilai tambah tinggi. Hal ini dikarenakan rata-rata rasio nilai tambah pada setiap
pengolahan tersebut memiliki persentase lebih dari 40 %.

Tabel 5. Rata-Rata Analisis Nilai Tambah Kopi Robusta pada Kopi Bubuk di Kecamatan
Tutur
Kopi
No Variabel Satuan Nilai
Bubuk
I. Output, Input, Harga
1. Output Kg (1) 37,22
2. Input Kg (2) 49,5
3. Tenaga Kerja HOK (3) 0,104
4. Faktor Konversi (4) = (1)/(2) 0,75
5. Koefisien Tenaga Kerja HOK/Kg (5) = (3)/(2) 0,0020
6. Harga Output Rp (6) 47.500
7. Rata-Rata Upah TK Rp/HOK (7) 50.000

Rhiska Ramawati, Teguh Soedarto, Eko Nurhadi, Pengolahan Kopi dan Analisis … 141
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019

II. Penerimaan dan Keuntungan


8. Harga Bahan Baku Rp/Kg (8) 12.000
9. Sumbangan Input Lain Rp/Kg (9) 4.900
10. Nilai Output Rp/Kg (10) = (4) x (6) 35.625
11. a. Nilai Tambah Rp/Kg (11a) = (10)-(9)-(8) 18.725
b. Rasio Nilai Tambah % (11b) = (11a/10) x 100% 52,50
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja Rp/Kg (12a) = (5) x (7) 100,70
b. Persentase Kontribusi Tenaga % (12b) = (12a/11a) x 100% 0,55
Kerja
13. a. Keuntungan Rp/Kg (13a) = (11a) – (12a) 18.624,30
b. Tingkat Keuntungan % (13b) = (13a/11a) x 100% 99,45
III. Balas Jasa Faktor Produksi
14. Margin Rp/Kg (14) = (10) – (8) 23.625
a. Pendapatan Tenaga Kerja % (14a) = (12a/14) x 100% 0,43
b. Sumbangan Input Lain % (14b) = (9/14) x 100% 20,49
c. Keuntungan Perusahaan % (14c) = (13a/14) x 100% 79,07
Sumber: Data Primer (Diolah), 2019
Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa kopi yang telah dibersihkan, di grading,
kopi ose menjadi kopi bubuk rata-rata nilai tambah sebesar Rp. 35.625/Kg dengan rata-
rata rasio nilai tambah sebesar 52,50 % Berdasarkan pengujian Hubeis (1997), maka
diperoleh hasil bahwa rata-rata nilai tambah yang dilakukan oleh petani kopi yang
mengolah kopi pada tahapan pembersihan, grading, kopi ose menjadi kopi bubuk
tergolong pada rasio nilai tambah tinggi. Hal ini dikarenakan rata-rata rasio nilai tambah
pada setiap pengolahan tersebut memiliki persentase lebih dari 40 %.
Perbedaan nilai tambah dan rasio nilai tambah pada setiap tingkatan pengolahan
kopi robusta yang dilakukan petani kopi di Kecamatan Tutur yang di tunjukkan pada
Gambar 1 berikut ini.

Pembersihan Pembersihan + Grading


Nilai Tambah : Rp 311/Kg Nilai Tambah : Rp 1.033,3/Kg
Rasio Nilai Tambah : 5,1 % Rasio Nilai Tambah : 15,05 %

Pembersihan + Grading + Pembersihan + Grading =


Kopi Ose = Kopi Bubuk Kopi Ose
Nilai Tambah : Rp 18.725/Kg Nilai Tambah : Rp 4.016,67/Kg
Rasio Nilai Tambah : 52,50 % Rasio Nilai Tambah : 40,48 %

Gambar 1. Perbedaan Nilai Tambah dan Rasio Nilai Tambah Pada Setiap
Tingkatan Pengolahan Kopi Robusta di Kecamatan Tutur Berdasarkan Gambar 1,
menunjukkan bahwa terjadi perbedaan nilai tambah dan rasio nilai tambah pada setiap
tingkatan pengolahan kopi robusta di Kecamatan Tutur. Dengan demikian, nilai tambah

Rhiska Ramawati, Teguh Soedarto, Eko Nurhadi, Pengolahan Kopi dan Analisis … 142
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019

terbesar terdapat pada pengolahan kopi bubuk dengan perolehan nilai tambah sebesar Rp.
18,725/Kg dan rasio nilai tambah 52,50%. Hal ini disebabkan karena semakin ke hilir
suatu produksi, maka semakin tinggi keuntungan yang di dapat.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Tutur, Kabupaten
Pasuruan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa pengolahan kopi yang
dilakukan petani kopi di Kecamatan Tutur di mulai pada tingkatan a) pembersihan b)
pembersihan dan grading c) pembersihan, grading menjadi kopi ose d) pembersihan,
grading, dan kopi ose menjadi kopi bubuk. Dan rata-rata nilai tambah yang dilakukan
oleh petani kopi pada tingkatan pembersihan Rp. 311/Kg dengan rasio nilai tambah 5,1%,
rata-rata nilai tambah pembersihan dan grading Rp. 1.033/Kg dengan rasio nilai tambah
15,05%, rata-rata nilai tambah kopi ose Rp. 4.016/Kg dengan rasio nilai tambah 40,78%
dan rata-rata nilai tambah kopi bubuk Rp 18.725/Kg dengan rasio nilai tambah 52,50%.
Saran
Petani diharapkan mengolah kopi bubuk, dengan harapan mendapatkan
keuntungan yang lebih maksimal. Selain itu juga dapat menyerap atau menciptakan
lapangan pekerjaan sehingga dapat menigkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat di Kecamatan Tutur. Petani yang mengolah kopi ada di Kecamatan Tutur
perlu melakukan penambahan inovasi agar memiliki nilai tambah yang lebih, seperti
menambah jenis olahan baru dan menambah produk dengan kemasan yang lebih
ekonomis sehingga dapat menjangkau semua kalangan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Austin, J.E. 1981. Agroindustrial Project Analysis. The John Hopkins University Press.
London.
Cahyono, Bambang. 2012. Sukses Berkebun Kopi. Penerbit Mina: Jakarta.
Ciptadi dan MZ Nasution. 1985. Pengolahan Kopi. Agro Industri Press: Bogor.
Hadi. 2014. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang Pedoman Teknis
Budidaya Kopi yang Baik (Good Agriculture Practices/GAP on Coffee).
Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan. Tersedia[online]
http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/GAP%20KOPI.pdf
(Diakses pada 08 Februari 2019).
Harjono. 1990 dalam Penelitian Gumoyo Mumpuni. Diklat Manajemen Agribisnis.
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor : IPB.
Hayami, Y, Thosinori, M, & Masdjidin S. 1987. Agricultural marketing and processing
in upland Java. A perspective from a Sunda village. CGPRT Centre. Bogor.

Rhiska Ramawati, Teguh Soedarto, Eko Nurhadi, Pengolahan Kopi dan Analisis … 143
Berkala Ilmiah Agribisnis AGRIDEVINA : Vol. 8 No.2, Desember 2019

Hubeis, M. 1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui


Pemberdayaan Manajemen Industri. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Manajemen Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Pertanian Bogor.
Marimin, Defni Feifi, Sri M., Retno A., Suharjito, dan Syarief H. 2010. Added value and
performance analyses of edamame soybean supply chain: a case study.ISSN 3 :
148 – 163.
Najiyati, S dan Danarti. 2001. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. PT
Penebar Swadaya. Jakarta.
Permatasari, M. 2016. Pengembangan Perkebunan Rakyat Oleh Pemerintah
Kabupaten Dan Dampaknya Terhadap Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat
Dan Lingkungan (Studi Kasus Perkebunan Karet Di Desa Mendik Makmur
Dan Perkebunan Sawit Di Desa Tajer Mulya). eJournal Ilmu Pemerintahan 4
(1) : 268-281.
Rompas, J., Engka, D., & Tolosang, K. 2015. Potensi Sektor Pertanian Dan Pengaruhnya
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 15 No. 04 Tahun 2015
Siswoputranto, P.S. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.
Soekartawi. 2003. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Suwali, Anwar, S., & Setiadi, A. 2017. Strategi Pengembangan Agroindustri Kopi Pada
Gapoktan Gunung Kelir Di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Jurnal
Agromedia Vol. 35 No. 02 September 2017.
Tunggadewi, A.T. 2009. Analisis Profitabilitas Serta Nilai Tambah Usaha Tahu dan
Tempe. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.

Rhiska Ramawati, Teguh Soedarto, Eko Nurhadi, Pengolahan Kopi dan Analisis … 144

You might also like