75 Artikel 143 1 10 20200620
75 Artikel 143 1 10 20200620
75 Artikel 143 1 10 20200620
Abstract
Annonaceae has various potential as ornamental plant, roadside plant, cosmetics and perfume ingredients,
traditional medicines and insecticides. The information about the time of flowering and fruiting of Annonaceae
will be usefull to support utilization of each species. A research on flowering and fruiting time of Annonaceae in
Bogor Botanic Gardens was undertaken in 2012-2014. A total of 40 species of the Bogor Botanic Gardens
collection has been observed. The observed parameters were: flowering and fruiting time, type of flowering,
flowering pattern, fruiting pattern, flowering and fruiting calendar as well. The number of flowering and
fruiting species were fluctuated each month ranging from 29–35 species and 21-28 species respectively.
Meanwhile, the peak of flowering time occurred in Oktober-November (35 species). The peak of fruiting time
occurred in Desember with 28 species. Flowering type determined by flushing or non flushing phase. The
flowering type by flushing phase are found in 16 species and without flushing phase are found in 24 species.
The flowering pattern among the species determined by the time of flowering in a year. There were 1 times, 2
times, 3 times, 4 times and ever blooming. The pattern of fruiting was no fruiting, 2 times, 3 times, 4 times and
continuously.
Keywords: Flushing, flowering and fruiting calendar, flowering pattern, fruiting pattern, flowering type.
Abstrak
Annonaceae mempunyai potensi sebagai tanaman hias, tanaman pinggir jalan, bahan kosmetik dan parfum,
obat tradisional serta insektisida. Informasi tentang waktu berbunga dan berbuah suku Annonaceae diperlukan
untuk mengetahui karakter pembungaan dan pembuahannya, sehingga berguna untuk menunjang
pemanfaatannya. Penelitian waktu berbunga dan berbuah tanaman suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor
telah dilakukan pada tahun 2012-2014. Pengamatan telah dilakukan terhadap 40 jenis tanaman suku
Annonaceae koleksi Kebun Raya Bogor. Parameter yang diamati meliputi waktu berbunga dan berbuah, tipe
pembungaan, pola pembungaan, pola pembuahan serta kalender berbunga dan berbuah. Jumlah jenis yang
berbunga dan berbuah setiap bulan mengalami fluktuasi, dimana jumlah jenis yang berbunga berkisar 29-35,
sedangkan yang berbuah berkisar 21-28 jenis. Puncak pembungaan terjadi pada bulan Oktober-November,
sebanyak 35 jenis berbunga. Puncak pembuahan terjadi pada bulan Desember, sebanyak 28 jenis berbuah.
Tanaman yang berbunga melalui fase semi ada 16 jenis dan tanpa fase semi ada 24 jenis. Pola pembungaan ada
yang 1 kali, 2 kali, 3 kal , 4 kali atau berbunga terus menerus dalam setahun. Pola pembuahan ada yang 2 kali, 3
kali, 4 kali, berbuah terus menerus atau tidak pernah berbuah dalam setahun.
Kata kunci: Semi, kalender berbunga dan berbuah, pola berbuah, pola berbunga, tipe berbunga.
| 91
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor
92 |
Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.2, Juli 2016 [91-104]
| 93
94
|
Tabel 1. Waktu Berbunga dan Berbuah 40 jenis suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor.
Keterangan: * = bunga O= buah **=bunga banyak (>75% tajuk berbunga) OO=buah banyak (>50% bunga jadi buah). ΨΨ=pucuk muda banyak (>75% pucuk muda).
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor
Lanjutan Tabel 1. Waktu Berbunga dan Berbuah 40 jenis suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor.
Keterangan: * = bunga O= buah **=bunga banyak (>75% tajuk berbunga) OO=buah banyak (>50% bunga jadi buah). ΨΨ=pucuk muda banyak (>75% pucuk muda).
| 95
Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.2, Juli 2016 [91-104]
96
|
Lanjutan Tabel 1. Waktu Berbunga dan Berbuah 40 jenis suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor.
Keterangan: * = bunga O= buah **=bunga banyak (>75% tajuk berbunga) OO=buah banyak (>50% bunga jadi buah). ΨΨ=pucuk muda banyak (>75% pucuk muda).
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor
Lanjutan Tabel 1. Waktu Berbunga dan Berbuah 40 jenis suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor.
Keterangan: * = bunga O= buah **=bunga banyak (>75% tajuk berbunga) OO=buah banyak (>50% bunga jadi buah). ΨΨ=pucuk muda banyak (>75% pucuk muda).
| 97
Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.2, Juli 2016 [91-104]
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor
Penelitian ini juga menggunakan data pendukung tidak menunjukkan adanya pengaruh curah hujan
yaitu data curah hujan pada tahun 2012–2014. Data terhadap flushing. Diketahui bahwa bulan Agustus
curah hujan diambil dari Subbidang Registrasi dan dan September merupakan puncak flushing, karena
pembibitan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya- jumlah jenis yang mengalami fase flushing paling
LIPI Bogor. Data tersebut digunakan untuk banyak (6 dan 7 jenis) (Gambar 1). Meskipun terjadi
mengetahui pengaruh curah hujan terhadap jumlah fluktuasi curah hujan pada bulan Agustus dan
jenis yang berbunga dan berbuah setiap bulan September selama 3 tahun pengamatan, namun
selama pengamatan berlangsung. Curah hujan dibagi jumlah jenis yang flushing pada 2 bulan tersebut
dalam tiga golongan, yaitu: 1. rendah jika curah hujan tetap paling banyak. Hal ini membuktikan bahwa
<100 mm per bulan; 2: sedang jika curah hujan 100– curah hujan tidak berpengaruh terhadap fase
200 mm per bulan; 3: tinggi jika curah hujan >200 flushing. Hasil penelitian Nanda et al. (2011), pada
mm per bulan, hal ini untuk memudahkan dalam tahun 2004–2006 juga membuktikan bahwa curah
mengelompokkan curah hujan per bulan termasuk hujan tidak berpengaruh terhadap leaf flushing pada
rendah, sedang atau tinggi. tumbuhan hutan di India bagian Selatan. Flushing
lebih sensitif terhadap curah hujan musiman dari
pada jangka pendek. Fase flushing juga tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN dipengaruhi oleh asal tanaman. Tanaman yang
Flushing dan Non-Flushing pada Suku Annonaceae berasal dari luar negeri tidak semuanya mengalami
Di Kebun Raya Bogor flushing setelah ditanam di kebun raya. Sebaliknya
tanaman yang berasal dari Indonesia asli ternyata
Pembungaan suku Annonaceae selama kurun banyak yang mengalami flushing. Fase flushing
waktu tiga tahun terjadi setiap bulan dari bulan sebenarnya merupakan kebutuhan suatu individu
Januari sampai Desember. Tipe pembungaan suatu tanaman atau strategi tanaman dalam mendapatkan
jenis ada yang didahului oleh fase flushing (semi) dan cahaya matahari serta karbon yang lebih banyak
ada yang tidak. Enam belas jenis menunjukkan tipe (Kikuzawa, 1995). Opler (1976) melaporkan bahwa
pembungaan yang didahului dengan flushing dan 24 fase flushing dimanfaatkan suatu tanaman untuk
jenis tipe pembungaan non flushing (Tabel 1 dan 2.). mengurangi kompetisi fisiologis pada fase vegetatif
Tipe pembungaan jenis-jenis tersebut diduga dan generatif.
dipengaruhi oleh faktor genetik. Hasil penelitian
Tabel 2. Tipe dan pola pembungaan 40 jenis suku Annonaceae yang tumbuh di Kebun Raya Bogor.
Tipe Pola Nama Jenis Jumlah
Berbunga Berbunga per Jenis
Tahun
1 kali Alphonsea ventricosa, Monodora tenuifolia. 2
Flushing 2 kali Meiogyne virgata, Mitrephora teisjmannii, Monodora myristica. 3
3 kali Polyalthia lateriflora, Monodora angolensis, Melodorum aberans. 3
4 kali Polyalthia glauca, Saccopetallum horsfieldii. 2
Terus Alphonsea teisjmannii, Melodorum fruticosum, Orophea anceps, Orophea 6
menerus creaghii, Polyalthia rumphii, Stelechocarpus burahol.
1 kali - 0
2 kali Alphonsea javanica, Platymitra macrocarpa. 2
Non- 3 kali Annona glabra, Mezzettia parviflora, Mitrephora celebica, 3
flushing 4 kali Mitrephora polypirena. 1
Terus Anaxagorea javanica, Anomianthus auritus, Artbotrys hexapetalus, Cananga
menerus odorata, Cyathocalyx martabanicus, Cyathocalyx sumatranus, Dasymaschalon 18
blumei, Enicosanthum paradoxum, Goniothalamus macrophyllus,
Goniothalamus malayanus, Neo-uvaria acuminatissima, Orophea hexandra,
Orophea megallophyla, Polyalthia celebica, Polyalthia littoralis, Polyalthia
suberosa, Popowia pisocarpa, Xylopia aethiopica.
98 |
Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.2, Juli 2016 [91-104]
Gambar 1. Curah hujan dan jumlah jenis yang mengalami flushing pada suku Annonaceae tahun 2012–2014.
Gambar 2. Curah hujan dan jenis yang berbunga pada suku Annonaceae tahun 2012–2014.
Pembungaan suku Annonaceae di Kebun Raya pada bulan yang curah hujannya tinggi ternyata lebih
Bogor besar jika dibandingkan dengan bulan lainnya. Tahun
2012, persentase jenis berbunga tinggi (T) mencapai
Jenis yang berbeda memiliki waktu dan 50%, sedangkan jika curah hujannya sangat rendah,
intensitas berbunga yang berbeda-beda. Waktu dan jenis yang berbunga hanya 8,3%. Tahun 2013, jika
intensitas berbunga suatu tanaman dipengaruhi oleh curah hujan tinggi maka persentase jenis berbunga
jenis tanaman dan lingkungan (Baskorowati et al., tinggi (T) sebanyak 66,7%. Tahun 2014, terdapat 50%
2008; Bustamante dan Burquez, 2008; Kameyama & jenis berbunga tinggi (T) pada bulan dengan curah
Kudo, 2009). Faktor lingkungan yang mempengaruhi hujan tinggi, hanya 8,3% pada bulan yang curah
pembungaan menurut Sulistyawati et al., (2012) hujannya rendah. Puncak pembungaan dalam kurun
adalah curah hujan, kelembaban, suhu, panjang hari, waktu 3 tahun terjadi pada bulan Oktober dan
cahaya matahari dan unsur hara. Kecukupan cahaya Nopember, masing-masing terdapat 35 jenis
matahari berhubungan dengan tingkat fotosintesis berbunga. Hal ini sesuai dengan pendapat Anderson
sebagai sumber energi bagi proses pembungaan. et al. (2005) bahwa di daerah tropis puncak musim
berbunga terjadi pada periode basah. Pada bulan Juli
Curah hujan yang tinggi di kebun raya Bogor
(2012), Juni (2013) dan September (2014), meskipun
cenderung merangsang suatu jenis annonaceae
curah hujan sangat tinggi namun jumlah jenis yang
untuk berbunga. Secara umum, pada bulan-bulan
berbunga tetap tinggi (Gambar 2). Hal ini
yang curah hujannya tinggi (>200 mm per bulan)
menunjukkan bahwa curah hujan rendah dalam
maka jumlah jenis yang berbunga juga banyak
periode pendek kurang bepengaruh terhadap jumlah
(Gambar 2.). Persentase jumlah jenis yang berbunga
| 99
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor
jenis yang berbunga. Anderson et al. (2005) reproduksi (Endress, 2010). Selain faktor genetik,
melaporkan bahwa persentase jenis berbunga faktor lingkungan juga dianggap sebagai faktor
terendah ditemukan pada saat musim kemarau pemicu gagalnya pembuahan, misalnya polinator dan
panjang, sedangkan di musim kemarau pendek tidak curah hujan yang tinggi.
ditemukan persentase jenis berbunga yang rendah.
Ini menunjukkan bahwa pembungaan dihambat oleh Adanya perbedaan masa reseptif antara
stress air yang besar dalam waktu berkepanjangan. bunga jantan dan bunga betina menyebabkan proses
penyerbukan bunga suku Annonaceae membutuhkan
Pembuahan Suku Annonaceae bantuan polinator. Penyerbukan bunga Annonaceae
berkaitan erat dengan angin, kumbang, lalat dan
Pola berbuah jenis-jenis suku Annonaceae di tungau (Endress, 2010). Menurut Goodrich (2012)
Kebun Raya Bogor bervariasi (Tabel 3.). Meskipun dan Saunders (2012) terdapat lima kelompok
tanaman dapat berbunga, namun tidak selalu dapat polinator bunga Annonaceae yaitu kumbang, lebah,
menjadi buah. Bahkan terdapat suatu jenis yang lalat, tungau dan kecoak. Hasil pengamatan terhadap
berbunga terus menerus, namun tidak satupun bunga suku Annonaceae sebelum dan saat bunga
bunga yang berhasil menjadi buah. Hasil pengamatan mekar ditemukan beberapa serangga yang sering
ditemukan 25 jenis yang setiap kali berbunga selalu mengunjungi bunga, antara lain kumbang kecil
diikuti oleh pembuahannya. Lima jenis berbunga berwarna hitam, lebah (Trigona sp), lalat buah
lebih dari satu kali dalam setahun, namun hanya satu (Drosophila sp), semut hitam kecil, semut merah kecil
kali musim berbunga saja yang berhasil menjadi dan semut rang-rang. Meskipun belum pasti
buah. Sembilan jenis tidak pernah menghasilkan serangga tersebut sebagai polinator, tetapi seringkali
buah, meskipun ada yang berbunga terus menerus. ditemukan adanya serbuksari yang menempel pada
kakinya. Mereka berjalan dari satu bunga ke bunga
Kegagalan bunga menjadi buah dipengaruhi yang lainnya, sehingga secara tidak sengaja akan
oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor membantu proses penyerbukan. Koloni semut merah
genetik yang berpengaruh terutama adanya ditemukan mengerumuni dan bersarang diantara
perbedaan waktu anthesis putik dan benangsari. bunga pada pangkal batang Goniothallamus ridleyi.
Nurtjahjaningsih et al., (2012) melaporkan bahwa Lalu lalang semut diantara bunga yang mekar dapat
pembentukan buah dipengaruhi oleh jumlah dan membantu proses penyerbukan bunga. Menurut
sinkronisasi kematangan bunga jantan dan bunga Saunders (2012), polinator utama pada
betina, efektivitas polinator, faktor endogen dan Goniothallamus ridleyi adalah semut (Formicidae).
faktor lingkungan. Hampir semua jenis yang diamati Semut rangrang membuat sarang diantara petal
ternyata masaknya putik dan benangsari berbeda bagian luar dan petal bagian dalam bunga
waktunya. Masa reseptif putik terjadi lebih dahulu Goniothallamus macrophylus. Kumbang hitam
dibandingkan dengan masa reseptif benangsari. mengunjungi bunga Annona glabra. Lalat buah
Sehingga pada saat benangsari masak, putik sudah (Drosophylla sp.) dan semut hitam kecil berkunjung
layu, kering atau rontok. Hal ini sesuai dengan ke bunga Popowia pisocarpa. Serangga pengunjung
pendapat Goodrich (2012) dan Saunders (2012) jumlahnya sangat sedikit sehingga tidak mencukupi
bahwa sebagian besar bunga suku Annonaceae untuk menyerbuki bunga yang banyak. Apalagi jika
memiliki 2 hari masa anthesis. Masa reseptif putik banyak jenis yang berbunga dalam waktu yang
terjadi pada hari pertama, sedangkan masa reseptif bersamaan. Keterbatasan jumlah serangga
benangsari pada hari kedua. Ketika ada serbuk sari pengunjung berakibat pada terbatasnya jumlah
yang siap menyerbuki, putik sudah kering bahkan bunga yang diserbuki. Polyalthia rumphii misalnya,
rontok, sehingga bunga gagal menjadi buah. menghasilkan bunga hampir di seluruh bagian cabang
Perbedaan masa reseptif seringkali diikuti oleh dan ranting, namun hanya 1-5 bunga saja yang
pergerakan organ atau rontoknya bagian organ berhasil menjadi buah. Hal ini juga terjadi pada
100 |
Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.2, Juli 2016 [91-104]
Orophea creaghii, Polyalthia lateriflora, Polyalthia berada pada bulan yang curah hujannya tertinggi.
celebica dan Monodora tenuifolia. Penurunan jenis yang berbuah pada saat curah hujan
tinggi diduga karena adanya penurunan aktivitas
Faktor curah hujan secara umum tidak polinator dan jumlah polinator yang berkunjung ke
berpengaruh nyata terhadap pembuahan suatu jenis bunga. Berdasarkan pengamatan pada bulan
(Gambar 3.). Secara umum jika curah hujan tinggi Peburari dan Oktober (2012), bulan April dan Juli
maka persentase jumlah jenis yang berbuah hanya (2013) dan bulan Januari (2014), jumlah serangga
pada kisaran sedang, yaitu 50%–75%. Pada bulan yang berkunjung ke bunga berkurang, kadang-kadang
dengan curah hujan tinggi tahun 2012, terdapat lebih dalam satu hari tidak ada serangga yang datang.
banyak (75%) dari jumlah jenis yang berbuah pada Ketika curah hujan turun, jumlah serangga yang
kisaran sedang. Pada bulan dengan curah hujan tinggi berkunjung ke bunga menjadi lebih banyak.
tahun 2013, persentase jumlah jenis yang berbuah
pada kisaran sedang lebih banyak lagi (91,7%). Tahun Kalender pembungaan dan pembuahan suku
2014, persentase jumlah jenis yang berbuah pada Annonaceae
kisaran sedang sebanyak 91,7%. Puncak musim
berbuah dalam kurun waktu 3 tahun terjadi pada Sejak bulan Januari sampai Desember selalu
bulan Desember karena terdapat 28 jenis yang ada jenis yang berbunga dan berbuah, tetapi
berbuah. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jumlahnya tidak selalu sama (Gambar 4).
curah hujan diperlukan dalam proses berbuah namun
Terjadinya fluktuasi jenis-jenis yang berbunga
tidak mutlak dalam menentukan keberhasilan bunga
dan berbuah disebabkan karena faktor genetik,
menjadi buah. Bahkan puncak musim berbuah tidak
keterbatasan jumlah dan aktifitas polinator dan
Tabel 3. Pola berbunga dan berbuah 40 jenis suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor.
No. Pola Berbunga Pola Nama Jenis Jumlah
per tahun Berbuah Jenis
per tahun
1 1 kali 1 kali Alphonsea ventricosa, Monodora tenuifolia. 2
| 101
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor
curah hujan. Jumlah tanaman yang berbunga setiap berbunga diikuti oleh penurunan di bulan berikutnya
bulan sebanyak 29–35 jenis, sedangkan yang berbuah terus berlangsung sampai bulan Agustus. Dari bulan
sebanyak 21–28 jenis tanaman. Jumlah jenis Agustus sampai November jenis yang berbunga
berbunga paling sedikit pada bulan April, Juni dan jumlahnya terus bertambah, tetapi pada bulan
Agustus (masing-masing 29 jenis). Dari bulan Januari Desember terjadi penurunan lagi.
sampai Agustus terjadi fluktuasi jumlah jenis yang
berbunga. Jumlah jenis yang berbunga bulan Januari Sebanyak 21–28 jenis ditemukan berbuah
cenderung tinggi, diikuti oleh penurunan pada bulan setiap bulan. Sejak bulan Januari jumlah jenis yang
Februari. berbuah cenderung meningkat sampai bulan
Agustus, kemudian turun lagi sampai bulan
Bulan berikutnya terjadi kenaikan lagi, yang diikuti September. Bulan Oktober jenis yang berbuah
oleh penurunan jumlah jenis yang berbunga bulan cenderung meningkat lagi sampai bulan Desember.
berikutnya. Adanya penambahan jumlah jenis
Gambar 3. Curah hujan dan jumlah jenis suku Annonaceae yang berbuah pada tahun 2012–2014.
Gambar 4. Jenis berbunga dan berbuah suku Annonaceae pada tahun 2012–2014
102 |
Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.2, Juli 2016 [91-104]
| 103
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor
Goodrich, K.R. 2012. Floral scent in Annonaceae. Opler, P.A., G.W. Frankie and H.G. Baker. 1976.
Botanical Journal of the Linnean Society 169: Rainfall as a factor in the release, timing, and
262–279. synchronization of anthesis by tropical trees
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. and shrubs. Journal of Biogeography 3: 231–
Terjemahan Badan Litbang Departemen 236.
Kehutanan. Jakarta. Saunders, R.M.K. 2012. The diversity and evolution of
Heywood. 1993. Flowering plants of the World. polination systems in Annonaceae. Botanical
Oxford University Press. New York. Journal of the Linnean Society 169: 222–244.
Inouye, D.W., F. Saavendra and W. Lee-Yang. 2003. Sawjanya, K.M., J. Swathi, K. Narendra, C.H.
Environmental influences on the phenology Padmavathi and A.K. Satya. 2013. Extraction
and abundance of flowering by Androsace and Antimicrobial Potential of Secondary Plant
septentrionalis (primulaceae). American Metabolites from Artabotrys hexapetalus (L.F)
Journal of Botany 90(6): 905–910. Bhandhari. International Journal of Research in
Kameyama, Y. and G. Kudo. 2009. Flowering Ayurveda and Pharmacy 4(5): 764–768.
phenology influences seed production and Sulistyawati, E., N. Mashita, N.N. Setiawan, D.N.
outcrossing rate in populations of an alpine Choesin and P. Suryana. 2012. Flowering and
snowbed shrub, Phyllodoce aleutica: effects of fruiting phenology of tree species in Mount
pollinators and self-incompatibility. Annals of Papandayan Nature Reserve, West Java,
Botany 103: 1385–1394. Indonesia. Tropical Life Sciences Research
Kikuzawa, K. 1995. Leaf phenology as an optimal 23(2): 81–95.
strategy for carbon gain in plants. Canadian Turner, I.M. 2012. Annonaceae of Borneo: a review
Journal of Botany 73: 158–163. of the climbing species. Garden’s Bulletin
Mols, J.B. and P.J.A. Kessler. 2000. Revision of the Singapore 64 (2): 371–460.
Genus Phaeanthus (Annonaceae). Blumea 45 Uyoh, E.A., P.N. Chukwurah, R.C. Akarika and V.A.
(1): 205–233. Antia. 2013. Potentials of Two Nigerian
Nanda, A., H.M. Prakasha, Y.L. Krishna Murthy and Spices—Piper nigrum and Monodora myristica
H.S. Suresh. 2011. Phenology of leaf flushing, as Sources for Cheap Natural Antioxidants.
flower initiation and fruit maturation in dry American Journal of Plant Sciences 4: 1105–
deciduous and evergreen forest of Bhadra 1115.
Wildlife Sanctuary, Karnataka, Southern India. Xu, F. and L.R.D. Craene. 2010. Floral ontogeny of
Our Nature 9: 89–99. Annonaceae: evidence for high variability in
Nurtjahjaningsih, G., P. Sulistyawati, A.Y.P.B.C. floral form. Annals of Botany 106: 591–605.
Widyatmoko dan A. Rimbawanto. 2012. Zhu, Y.Z.H. L., L. Bing, Ping-tao and M.G. Gilbert.
Karakteristik pembungaan dan sistem 2011. Artabotrys R. Flora China 19: 701–703.
perkawinan nyamplung (Calophyllum
inophyllum) pada Hutan Tanaman di
Watusipat, Gunung Kidul. Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan 6(2): 65–80.
104 |