75 Artikel 143 1 10 20200620

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

jurnal.krbogor.lipi.go.id Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.

2, Juli 2016 [91–104]


e-ISSN: 2460-1519 | p-ISSN: 0125-961X
Research Article

MUSIM BERBUNGA DAN BERBUAH JENIS-JENIS TANAMAN


KOLEKSI SUKU ANNONACEAE DI KEBUN RAYA BOGOR
Flowering and Fruiting Time of Annonaceae Species in Bogor Botanic Gardens
Tri Handayani
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya–LIPI, Jl. Ir. H. Juanda 13, Bogor 16003
Email: [email protected]

Diterima/Received: 18 Desember 2015; Disetujui/Accepted: 28 April 2016

Abstract

Annonaceae has various potential as ornamental plant, roadside plant, cosmetics and perfume ingredients,
traditional medicines and insecticides. The information about the time of flowering and fruiting of Annonaceae
will be usefull to support utilization of each species. A research on flowering and fruiting time of Annonaceae in
Bogor Botanic Gardens was undertaken in 2012-2014. A total of 40 species of the Bogor Botanic Gardens
collection has been observed. The observed parameters were: flowering and fruiting time, type of flowering,
flowering pattern, fruiting pattern, flowering and fruiting calendar as well. The number of flowering and
fruiting species were fluctuated each month ranging from 29–35 species and 21-28 species respectively.
Meanwhile, the peak of flowering time occurred in Oktober-November (35 species). The peak of fruiting time
occurred in Desember with 28 species. Flowering type determined by flushing or non flushing phase. The
flowering type by flushing phase are found in 16 species and without flushing phase are found in 24 species.
The flowering pattern among the species determined by the time of flowering in a year. There were 1 times, 2
times, 3 times, 4 times and ever blooming. The pattern of fruiting was no fruiting, 2 times, 3 times, 4 times and
continuously.
Keywords: Flushing, flowering and fruiting calendar, flowering pattern, fruiting pattern, flowering type.

Abstrak

Annonaceae mempunyai potensi sebagai tanaman hias, tanaman pinggir jalan, bahan kosmetik dan parfum,
obat tradisional serta insektisida. Informasi tentang waktu berbunga dan berbuah suku Annonaceae diperlukan
untuk mengetahui karakter pembungaan dan pembuahannya, sehingga berguna untuk menunjang
pemanfaatannya. Penelitian waktu berbunga dan berbuah tanaman suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor
telah dilakukan pada tahun 2012-2014. Pengamatan telah dilakukan terhadap 40 jenis tanaman suku
Annonaceae koleksi Kebun Raya Bogor. Parameter yang diamati meliputi waktu berbunga dan berbuah, tipe
pembungaan, pola pembungaan, pola pembuahan serta kalender berbunga dan berbuah. Jumlah jenis yang
berbunga dan berbuah setiap bulan mengalami fluktuasi, dimana jumlah jenis yang berbunga berkisar 29-35,
sedangkan yang berbuah berkisar 21-28 jenis. Puncak pembungaan terjadi pada bulan Oktober-November,
sebanyak 35 jenis berbunga. Puncak pembuahan terjadi pada bulan Desember, sebanyak 28 jenis berbuah.
Tanaman yang berbunga melalui fase semi ada 16 jenis dan tanpa fase semi ada 24 jenis. Pola pembungaan ada
yang 1 kali, 2 kali, 3 kal , 4 kali atau berbunga terus menerus dalam setahun. Pola pembuahan ada yang 2 kali, 3
kali, 4 kali, berbuah terus menerus atau tidak pernah berbuah dalam setahun.
Kata kunci: Semi, kalender berbunga dan berbuah, pola berbuah, pola berbunga, tipe berbunga.

| 91
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor

PENDAHULUAN seperti musim, waktu, dan periode/intensitas dari


pembungaan dan pembuahan suatu jenis (Inouye et
Annonaceae merupakan salah satu kelompok al., 2003; Baskorowati et al., 2008; Sulistyawati et al.,
tumbuhan yang memiliki anggota cukup besar 2012). Waktu, frekuensi dan intensitas pembungaan
dengan perawakan pohon, perdu dan liana. Secara bervariasi menurut jenis, yang disebabkan oleh
morfologi, suku ini memiliki keragaman yang tinggi, perbedaan genetik antar induk, faktor-faktor biotik
baik dalam jumlah jenis maupun individunya (Xu & dan abiotik (Opler et al., 1976; Baskorowati et al.,
Craene, 2010). Mols dan Kessler (2000), 2008; Bustamante & Burquez, 2008; Kameyama &
memperkirakan di dunia terdapat sekitar 2300 jenis Kudo, 2009). Menurut Eleuterius & Caldwell (1984),
tergolong dalam 130 marga. Couvreur et al. (2012), informasi musim berbunga dan berbuah
mengelompokkan Annonaceae ke dalam 109 marga dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, misalnya
dan 2440 jenis. Pusat persebaran suku Annonaceae untuk mengetahui musim puncak berbunga dan
terdapat di negara-negara yang beriklim tropis, berbuah, waktu anthesis, fruit-set atau polinator
termasuk Indonesia (Turner, 2012). Anggota suku suatu jenis.
Annonaceae banyak dikenal sebagai tanaman
penghasil buah, tanaman biofarmaka (Heywood, Titik kritis pembuahan tumbuhan berbunga
1993), bio-pestisida (Cheng et al., 2012)., sumber (angiosperm) terletak pada proses pembungaan.
kayu, tanaman hias, dan penghasil rempah (Heyne, Pembentukan buah dipengaruhi oleh berbagai faktor
1987; Burkill, 1966; Bele, et al., 2011). diantaranya jumlah dan sinkronisasi kematangan
bunga jantan dan bunga betina, efektivitas polinator,
Struktur bunga Annonaceae sangat bervariasi faktor endogen dan faktor lingkungan (Anderson et
dan setiap marga memiliki karakter khusus. al., 2005; Nurtjahjaningsih et al., 2012). Faktor
Umumnya, kelopak dan petal berkelipatan tiga, endogen yang berpengaruh misalnya kandungan
kelopak satu lingkaran, petal dua lingkaran, karbohidrat, air, mineral, status nutrisi dan hormon
benangsari dan bakal buahnya bervariasi jumlah dan tumbuh. Faktor lingkungan yang berpengaruh
bentuknya. Kepala putiknya seringkali mengeluarkan misalnya: suhu udara, kelembaban udara, curah
cairan kental yang disebut compitum yang sangat hujan, intensitas cahaya dan posisi tajuk (Nanda et
membantu dalam penyerbukannya (Xu & Craene, al., 2011; Nurtjahjaningsih et al., 2012).
2010; Saunders, 2012). Putik dan benangsari
masaknya tidak bersamaan waktunya, sehingga Mengingat manfaat jenis-jenis suku
bunga membutuhkan polinator untuk membantu Annonaceae yang sangat banyak, waktu pembungaan
penyerbukannya (Saunders, 2012). Bunga juga dan pembuahan yang tidak serempak, tipe dan pola
menjadi sumber makanan bagi serangga tersebut berbunga berbeda, pola berbuah yang bervariasi,
(Endress, 2010; Goodrich, 2012; Saunders, 2012). keterbatasan jumlah dan jenis polinator menjadi
alasan penting penelitian ini dilakukan. Tujuannya
Pembungaan yang tidak serempak dan masa untuk mengetahui waktu berbunga dan berbuah, tipe
anthesis yang tidak bersamaan antara bunga jantan pembungaan, pola pembungaan, pola pembuahan,
dan bunga betina merupakan faktor utama yang puncak musim berbunga dan berbuah, kalender
mempengaruhi reproduksi Annonaceae. Oleh sebab berbunga dan berbuah serta serangga pengunjung.
itu musim berbunga dan berbuah merupakan Hasilnya diharapkan dapat dimanfaatkan dalam
informasi yang penting untuk dikaji. Informasi berbagai kepentingan, misalnya mengetahui
tentang musim berbunga dan berbuah sangat potensinya, pemuliaan suku Annonaceae,
penting untuk memperkirakan keberhasilan perencanaan eksplorasi, pengumpulan benih,
reproduksi, yang dapat diprediksi dengan mengetahui sistem penyerbukan dan polinatornya
mengetahui beberapa faktor yang berpengaruh serta konservasi jenis-jenis suku Annonaceae.

92 |
Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.2, Juli 2016 [91-104]

BAHAN DAN METODE yaitu intensitas berbuahnya suatu jenis selama


setahun. Jumlah jenis yang berbunga dikelompokkan
Penelitian dilakukan di Kebun Raya Bogor, menjadi empat, yaitu: 1. sangat rendah (SR) = jumlah
pada tahun 2012–2014. Pengamatan dilakukan jenis berbunga yang diamati dalam satu bulan
terhadap 40 jenis tanaman koleksi suku Annonaceae sebanyak <25%; 2. rendah (R) = jumlah jenis
(Tabel 1.). Jenis-jenis yang diamati meliputi perdu berbunga yang diamati dalam satu bulan sebanyak
dan pohon. Pengamatan dilakukan setiap bulan pada 25%–50%; 3. sedang (S) = jumlah jenis berbunga yang
minggu ke-2 dan ke-4, selama 3 tahun (2012–2014). diamati dalam satu bulan sebanyak 50%–75% dan 4.
Pengamatan dilakukan secara visual. tinggi (T) = jumlah jenis berbunga yang diamati dalam
satu bulan sebanyak >75%. Pengamatan terhadap
Parameter yang diamati meliputi waktu
puncak pembungaan dilakukan terhadap bulan
berbunga dan berbuah, tipe pembungaan, pola
dimana terdapat jumlah jenis yang berbunga paling
pembungaan, pola pembuahan, kalender berbunga
banyak.
dan berbuah, serangga pengunjung serta potensi
suatu jenis. Waktu berbunga dan berbuah dilakukan Pola pembuahan dikelompokkan menjadi 1
dengan mencatat bulan-bulan dimana suatu jenis kali setahun, 2 kali setahun, 3 kali setahun, 4 kali
sedang berbunga atau berbuah. Penentuan tanaman setahun, berbuah terus menerus atau tidak pernah
berbunga dan berbuah mengacu pada penelitian menghasilkan buah. Jumlah jenis yang berbuah
Anderson et al. (2005). Tanaman dianggap berbunga dikelompokkan menjadi 4, yaitu: 1. sangat rendah
jika pada saat pengamatan, tanaman tersebut (SR) = jumlah jenis berbuah yang diamati dalam satu
diketahui sedang ada bunganya baik yang masih bulan sebanyak <25%; 2. rendah (R)= jumlah jenis
berupa kuncup bunga, bunga mekar maupun bunga berbuah yang diamati dalam satu bulan sebanyak
lewat mekar. Tanaman dianggap berbuah jika pada 25%–50%; 3. sedang (S)=jumlah jenis berbuah yang
saat pengamatan diketahui sedang ada buahnya baik diamati dalam satu bulan sebanyak 50%–75% dan 4.
buah muda, buah masak maupun lewat masak. tinggi (T) = jumlah jenis berbuah yang diamati dalam
satu bulan sebanyak >75%. Pengamatan terhadap
Tipe pembungaan yaitu mengkategorikan
puncak pembuahan dilakukan terhadap bulan
apakah suatu jenis mengalami fase semi (flushing
dimana terdapat jumlah jenis berbuah paling banyak.
atau munculnya daun baru pada sebagian
besar/seluruh bagian individu tanaman) atau tidak Pengamatan terhadap serangga pengunjung
pada saat berbunga. Menurut Anderson et al. (2005), dilakukan terhadap 15 jenis sebagai sampel, yaitu
jika 25% atau lebih ranting atau cabang Annona glabra, Anomianthus auritus, Artabotrys
mengeluarkan pucuk baru atau muncul daun muda hexapetalus, Dasymaschalon blumei, Enicosanthum
secara serempak maka tanaman dianggap sedang paradoxum, Goniothalamus macrophyllus,
berada pada fase semi atau flushing. Pengamatan Goniothalamus malayanus, Melodorum fruticosum,
terhadap puncak flushing dilakukan terhadap bulan Monodora angolensis, Monodora tenuifolia, Orophea
dimana terdapat jumlah jenis yang mengeluarkan megallophylla, Polyalthia glauca, Polyalthia littoralis,
pucuk muda paling banyak. Polyalthia suberosa dan Popowia pisocarpa.
Pengamatan dilakukan selama bunga mekar pada
Pola pembungaan merupakan intensitas
jam 07.00–17.00. Serangga hanya dikategorikan
berbunganya suatu jenis selama satu tahun, misalnya
dalam kelompok besarnya saja yaitu kumbang, lebah,
1 kali setahun, 2 kali setahun, 3 kali setahun, 4 kali
lalat, semut, atau tungau.
setahun atau berbunga terus menerus. Pengamatan
pembuahan dilakukan terhadap pola pembuahan,

| 93
94
|
Tabel 1. Waktu Berbunga dan Berbuah 40 jenis suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor.

Keterangan: * = bunga O= buah **=bunga banyak (>75% tajuk berbunga) OO=buah banyak (>50% bunga jadi buah). ΨΨ=pucuk muda banyak (>75% pucuk muda).
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor
Lanjutan Tabel 1. Waktu Berbunga dan Berbuah 40 jenis suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor.

Keterangan: * = bunga O= buah **=bunga banyak (>75% tajuk berbunga) OO=buah banyak (>50% bunga jadi buah). ΨΨ=pucuk muda banyak (>75% pucuk muda).

| 95
Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.2, Juli 2016 [91-104]
96
|
Lanjutan Tabel 1. Waktu Berbunga dan Berbuah 40 jenis suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor.

Keterangan: * = bunga O= buah **=bunga banyak (>75% tajuk berbunga) OO=buah banyak (>50% bunga jadi buah). ΨΨ=pucuk muda banyak (>75% pucuk muda).
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor
Lanjutan Tabel 1. Waktu Berbunga dan Berbuah 40 jenis suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor.

Keterangan: * = bunga O= buah **=bunga banyak (>75% tajuk berbunga) OO=buah banyak (>50% bunga jadi buah). ΨΨ=pucuk muda banyak (>75% pucuk muda).

| 97
Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.2, Juli 2016 [91-104]
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor

Penelitian ini juga menggunakan data pendukung tidak menunjukkan adanya pengaruh curah hujan
yaitu data curah hujan pada tahun 2012–2014. Data terhadap flushing. Diketahui bahwa bulan Agustus
curah hujan diambil dari Subbidang Registrasi dan dan September merupakan puncak flushing, karena
pembibitan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya- jumlah jenis yang mengalami fase flushing paling
LIPI Bogor. Data tersebut digunakan untuk banyak (6 dan 7 jenis) (Gambar 1). Meskipun terjadi
mengetahui pengaruh curah hujan terhadap jumlah fluktuasi curah hujan pada bulan Agustus dan
jenis yang berbunga dan berbuah setiap bulan September selama 3 tahun pengamatan, namun
selama pengamatan berlangsung. Curah hujan dibagi jumlah jenis yang flushing pada 2 bulan tersebut
dalam tiga golongan, yaitu: 1. rendah jika curah hujan tetap paling banyak. Hal ini membuktikan bahwa
<100 mm per bulan; 2: sedang jika curah hujan 100– curah hujan tidak berpengaruh terhadap fase
200 mm per bulan; 3: tinggi jika curah hujan >200 flushing. Hasil penelitian Nanda et al. (2011), pada
mm per bulan, hal ini untuk memudahkan dalam tahun 2004–2006 juga membuktikan bahwa curah
mengelompokkan curah hujan per bulan termasuk hujan tidak berpengaruh terhadap leaf flushing pada
rendah, sedang atau tinggi. tumbuhan hutan di India bagian Selatan. Flushing
lebih sensitif terhadap curah hujan musiman dari
pada jangka pendek. Fase flushing juga tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN dipengaruhi oleh asal tanaman. Tanaman yang
Flushing dan Non-Flushing pada Suku Annonaceae berasal dari luar negeri tidak semuanya mengalami
Di Kebun Raya Bogor flushing setelah ditanam di kebun raya. Sebaliknya
tanaman yang berasal dari Indonesia asli ternyata
Pembungaan suku Annonaceae selama kurun banyak yang mengalami flushing. Fase flushing
waktu tiga tahun terjadi setiap bulan dari bulan sebenarnya merupakan kebutuhan suatu individu
Januari sampai Desember. Tipe pembungaan suatu tanaman atau strategi tanaman dalam mendapatkan
jenis ada yang didahului oleh fase flushing (semi) dan cahaya matahari serta karbon yang lebih banyak
ada yang tidak. Enam belas jenis menunjukkan tipe (Kikuzawa, 1995). Opler (1976) melaporkan bahwa
pembungaan yang didahului dengan flushing dan 24 fase flushing dimanfaatkan suatu tanaman untuk
jenis tipe pembungaan non flushing (Tabel 1 dan 2.). mengurangi kompetisi fisiologis pada fase vegetatif
Tipe pembungaan jenis-jenis tersebut diduga dan generatif.
dipengaruhi oleh faktor genetik. Hasil penelitian

Tabel 2. Tipe dan pola pembungaan 40 jenis suku Annonaceae yang tumbuh di Kebun Raya Bogor.
Tipe Pola Nama Jenis Jumlah
Berbunga Berbunga per Jenis
Tahun
1 kali Alphonsea ventricosa, Monodora tenuifolia. 2
Flushing 2 kali Meiogyne virgata, Mitrephora teisjmannii, Monodora myristica. 3
3 kali Polyalthia lateriflora, Monodora angolensis, Melodorum aberans. 3
4 kali Polyalthia glauca, Saccopetallum horsfieldii. 2
Terus Alphonsea teisjmannii, Melodorum fruticosum, Orophea anceps, Orophea 6
menerus creaghii, Polyalthia rumphii, Stelechocarpus burahol.
1 kali - 0
2 kali Alphonsea javanica, Platymitra macrocarpa. 2
Non- 3 kali Annona glabra, Mezzettia parviflora, Mitrephora celebica, 3
flushing 4 kali Mitrephora polypirena. 1
Terus Anaxagorea javanica, Anomianthus auritus, Artbotrys hexapetalus, Cananga
menerus odorata, Cyathocalyx martabanicus, Cyathocalyx sumatranus, Dasymaschalon 18
blumei, Enicosanthum paradoxum, Goniothalamus macrophyllus,
Goniothalamus malayanus, Neo-uvaria acuminatissima, Orophea hexandra,
Orophea megallophyla, Polyalthia celebica, Polyalthia littoralis, Polyalthia
suberosa, Popowia pisocarpa, Xylopia aethiopica.

98 |
Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.2, Juli 2016 [91-104]

Gambar 1. Curah hujan dan jumlah jenis yang mengalami flushing pada suku Annonaceae tahun 2012–2014.

Gambar 2. Curah hujan dan jenis yang berbunga pada suku Annonaceae tahun 2012–2014.

Pembungaan suku Annonaceae di Kebun Raya pada bulan yang curah hujannya tinggi ternyata lebih
Bogor besar jika dibandingkan dengan bulan lainnya. Tahun
2012, persentase jenis berbunga tinggi (T) mencapai
Jenis yang berbeda memiliki waktu dan 50%, sedangkan jika curah hujannya sangat rendah,
intensitas berbunga yang berbeda-beda. Waktu dan jenis yang berbunga hanya 8,3%. Tahun 2013, jika
intensitas berbunga suatu tanaman dipengaruhi oleh curah hujan tinggi maka persentase jenis berbunga
jenis tanaman dan lingkungan (Baskorowati et al., tinggi (T) sebanyak 66,7%. Tahun 2014, terdapat 50%
2008; Bustamante dan Burquez, 2008; Kameyama & jenis berbunga tinggi (T) pada bulan dengan curah
Kudo, 2009). Faktor lingkungan yang mempengaruhi hujan tinggi, hanya 8,3% pada bulan yang curah
pembungaan menurut Sulistyawati et al., (2012) hujannya rendah. Puncak pembungaan dalam kurun
adalah curah hujan, kelembaban, suhu, panjang hari, waktu 3 tahun terjadi pada bulan Oktober dan
cahaya matahari dan unsur hara. Kecukupan cahaya Nopember, masing-masing terdapat 35 jenis
matahari berhubungan dengan tingkat fotosintesis berbunga. Hal ini sesuai dengan pendapat Anderson
sebagai sumber energi bagi proses pembungaan. et al. (2005) bahwa di daerah tropis puncak musim
berbunga terjadi pada periode basah. Pada bulan Juli
Curah hujan yang tinggi di kebun raya Bogor
(2012), Juni (2013) dan September (2014), meskipun
cenderung merangsang suatu jenis annonaceae
curah hujan sangat tinggi namun jumlah jenis yang
untuk berbunga. Secara umum, pada bulan-bulan
berbunga tetap tinggi (Gambar 2). Hal ini
yang curah hujannya tinggi (>200 mm per bulan)
menunjukkan bahwa curah hujan rendah dalam
maka jumlah jenis yang berbunga juga banyak
periode pendek kurang bepengaruh terhadap jumlah
(Gambar 2.). Persentase jumlah jenis yang berbunga

| 99
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor

jenis yang berbunga. Anderson et al. (2005) reproduksi (Endress, 2010). Selain faktor genetik,
melaporkan bahwa persentase jenis berbunga faktor lingkungan juga dianggap sebagai faktor
terendah ditemukan pada saat musim kemarau pemicu gagalnya pembuahan, misalnya polinator dan
panjang, sedangkan di musim kemarau pendek tidak curah hujan yang tinggi.
ditemukan persentase jenis berbunga yang rendah.
Ini menunjukkan bahwa pembungaan dihambat oleh Adanya perbedaan masa reseptif antara
stress air yang besar dalam waktu berkepanjangan. bunga jantan dan bunga betina menyebabkan proses
penyerbukan bunga suku Annonaceae membutuhkan
Pembuahan Suku Annonaceae bantuan polinator. Penyerbukan bunga Annonaceae
berkaitan erat dengan angin, kumbang, lalat dan
Pola berbuah jenis-jenis suku Annonaceae di tungau (Endress, 2010). Menurut Goodrich (2012)
Kebun Raya Bogor bervariasi (Tabel 3.). Meskipun dan Saunders (2012) terdapat lima kelompok
tanaman dapat berbunga, namun tidak selalu dapat polinator bunga Annonaceae yaitu kumbang, lebah,
menjadi buah. Bahkan terdapat suatu jenis yang lalat, tungau dan kecoak. Hasil pengamatan terhadap
berbunga terus menerus, namun tidak satupun bunga suku Annonaceae sebelum dan saat bunga
bunga yang berhasil menjadi buah. Hasil pengamatan mekar ditemukan beberapa serangga yang sering
ditemukan 25 jenis yang setiap kali berbunga selalu mengunjungi bunga, antara lain kumbang kecil
diikuti oleh pembuahannya. Lima jenis berbunga berwarna hitam, lebah (Trigona sp), lalat buah
lebih dari satu kali dalam setahun, namun hanya satu (Drosophila sp), semut hitam kecil, semut merah kecil
kali musim berbunga saja yang berhasil menjadi dan semut rang-rang. Meskipun belum pasti
buah. Sembilan jenis tidak pernah menghasilkan serangga tersebut sebagai polinator, tetapi seringkali
buah, meskipun ada yang berbunga terus menerus. ditemukan adanya serbuksari yang menempel pada
kakinya. Mereka berjalan dari satu bunga ke bunga
Kegagalan bunga menjadi buah dipengaruhi yang lainnya, sehingga secara tidak sengaja akan
oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor membantu proses penyerbukan. Koloni semut merah
genetik yang berpengaruh terutama adanya ditemukan mengerumuni dan bersarang diantara
perbedaan waktu anthesis putik dan benangsari. bunga pada pangkal batang Goniothallamus ridleyi.
Nurtjahjaningsih et al., (2012) melaporkan bahwa Lalu lalang semut diantara bunga yang mekar dapat
pembentukan buah dipengaruhi oleh jumlah dan membantu proses penyerbukan bunga. Menurut
sinkronisasi kematangan bunga jantan dan bunga Saunders (2012), polinator utama pada
betina, efektivitas polinator, faktor endogen dan Goniothallamus ridleyi adalah semut (Formicidae).
faktor lingkungan. Hampir semua jenis yang diamati Semut rangrang membuat sarang diantara petal
ternyata masaknya putik dan benangsari berbeda bagian luar dan petal bagian dalam bunga
waktunya. Masa reseptif putik terjadi lebih dahulu Goniothallamus macrophylus. Kumbang hitam
dibandingkan dengan masa reseptif benangsari. mengunjungi bunga Annona glabra. Lalat buah
Sehingga pada saat benangsari masak, putik sudah (Drosophylla sp.) dan semut hitam kecil berkunjung
layu, kering atau rontok. Hal ini sesuai dengan ke bunga Popowia pisocarpa. Serangga pengunjung
pendapat Goodrich (2012) dan Saunders (2012) jumlahnya sangat sedikit sehingga tidak mencukupi
bahwa sebagian besar bunga suku Annonaceae untuk menyerbuki bunga yang banyak. Apalagi jika
memiliki 2 hari masa anthesis. Masa reseptif putik banyak jenis yang berbunga dalam waktu yang
terjadi pada hari pertama, sedangkan masa reseptif bersamaan. Keterbatasan jumlah serangga
benangsari pada hari kedua. Ketika ada serbuk sari pengunjung berakibat pada terbatasnya jumlah
yang siap menyerbuki, putik sudah kering bahkan bunga yang diserbuki. Polyalthia rumphii misalnya,
rontok, sehingga bunga gagal menjadi buah. menghasilkan bunga hampir di seluruh bagian cabang
Perbedaan masa reseptif seringkali diikuti oleh dan ranting, namun hanya 1-5 bunga saja yang
pergerakan organ atau rontoknya bagian organ berhasil menjadi buah. Hal ini juga terjadi pada

100 |
Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.2, Juli 2016 [91-104]

Orophea creaghii, Polyalthia lateriflora, Polyalthia berada pada bulan yang curah hujannya tertinggi.
celebica dan Monodora tenuifolia. Penurunan jenis yang berbuah pada saat curah hujan
tinggi diduga karena adanya penurunan aktivitas
Faktor curah hujan secara umum tidak polinator dan jumlah polinator yang berkunjung ke
berpengaruh nyata terhadap pembuahan suatu jenis bunga. Berdasarkan pengamatan pada bulan
(Gambar 3.). Secara umum jika curah hujan tinggi Peburari dan Oktober (2012), bulan April dan Juli
maka persentase jumlah jenis yang berbuah hanya (2013) dan bulan Januari (2014), jumlah serangga
pada kisaran sedang, yaitu 50%–75%. Pada bulan yang berkunjung ke bunga berkurang, kadang-kadang
dengan curah hujan tinggi tahun 2012, terdapat lebih dalam satu hari tidak ada serangga yang datang.
banyak (75%) dari jumlah jenis yang berbuah pada Ketika curah hujan turun, jumlah serangga yang
kisaran sedang. Pada bulan dengan curah hujan tinggi berkunjung ke bunga menjadi lebih banyak.
tahun 2013, persentase jumlah jenis yang berbuah
pada kisaran sedang lebih banyak lagi (91,7%). Tahun Kalender pembungaan dan pembuahan suku
2014, persentase jumlah jenis yang berbuah pada Annonaceae
kisaran sedang sebanyak 91,7%. Puncak musim
berbuah dalam kurun waktu 3 tahun terjadi pada Sejak bulan Januari sampai Desember selalu
bulan Desember karena terdapat 28 jenis yang ada jenis yang berbunga dan berbuah, tetapi
berbuah. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jumlahnya tidak selalu sama (Gambar 4).
curah hujan diperlukan dalam proses berbuah namun
Terjadinya fluktuasi jenis-jenis yang berbunga
tidak mutlak dalam menentukan keberhasilan bunga
dan berbuah disebabkan karena faktor genetik,
menjadi buah. Bahkan puncak musim berbuah tidak
keterbatasan jumlah dan aktifitas polinator dan

Tabel 3. Pola berbunga dan berbuah 40 jenis suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor.
No. Pola Berbunga Pola Nama Jenis Jumlah
per tahun Berbuah Jenis
per tahun
1 1 kali 1 kali Alphonsea ventricosa, Monodora tenuifolia. 2

2 2 kali 1 kali Meiogyne virgata, Mitrephora teisjmanii. 2


2 kali Alphonsea javanica, Platymitra macrocarpa. 2
Tidak Monodora myristica. 1
berbuah

3. 3 kali 1 kali Saccopetallum horsfieldii, Monodora angolensis 2


3 kali Annona glabra, Mezzettia parviflora, Polyalthia lateriflora 3
Tidak Melodorum aberans, Mitrephora celebica 2
berbuah

4. 4 kali 4 kali Mitrephora polypirena, Polyalthia glauca. 2

1 kali Goniothalamus macrophyllus. 1


2 kali Polyalthia rumphii. 1
Terus Alphonsea teisjmanii, Anaxagorea javanica , Artabotrys
5. Terus menerus hexapetalus, Cananga odorata, Cyathocalyx sumatranus,
menerus Dasymaschalon blumei, Enicosanthum paradoxum, Melodorum
fruticosum, Orophea anceps, Orophea creaghii Orophea 16
hexandra, Orophea megalophylla, Polyalthia littoralis, Polyalthia
suberosa, Popowia pisocarpa, Stelecocharpus burahol.
Tidak Anomianthus auritus, Cyathocalyx martabanicus,
berbuah Goniothalamus malayanus, Neo-uvaria acuminatissima, 6
Polyalthia celebica, Xylopia aethiopica.

| 101
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor

curah hujan. Jumlah tanaman yang berbunga setiap berbunga diikuti oleh penurunan di bulan berikutnya
bulan sebanyak 29–35 jenis, sedangkan yang berbuah terus berlangsung sampai bulan Agustus. Dari bulan
sebanyak 21–28 jenis tanaman. Jumlah jenis Agustus sampai November jenis yang berbunga
berbunga paling sedikit pada bulan April, Juni dan jumlahnya terus bertambah, tetapi pada bulan
Agustus (masing-masing 29 jenis). Dari bulan Januari Desember terjadi penurunan lagi.
sampai Agustus terjadi fluktuasi jumlah jenis yang
berbunga. Jumlah jenis yang berbunga bulan Januari Sebanyak 21–28 jenis ditemukan berbuah
cenderung tinggi, diikuti oleh penurunan pada bulan setiap bulan. Sejak bulan Januari jumlah jenis yang
Februari. berbuah cenderung meningkat sampai bulan
Agustus, kemudian turun lagi sampai bulan
Bulan berikutnya terjadi kenaikan lagi, yang diikuti September. Bulan Oktober jenis yang berbuah
oleh penurunan jumlah jenis yang berbunga bulan cenderung meningkat lagi sampai bulan Desember.
berikutnya. Adanya penambahan jumlah jenis

Gambar 3. Curah hujan dan jumlah jenis suku Annonaceae yang berbuah pada tahun 2012–2014.

Gambar 4. Jenis berbunga dan berbuah suku Annonaceae pada tahun 2012–2014

102 |
Buletin Kebun Raya Vol. 19 No.2, Juli 2016 [91-104]

KESIMPULAN DAN SARAN Baskorowati, L.; R. Umiyati; N. Kartikawati; A.


Rimbawanto dan M. Susanto. 2008.
KESIMPULAN Pembungaan dan pembuahan Melaleuca
cajuputi Subsp. Cajuputi Powell di Kebun Benih
Tipe pembungaan, pola pembungaan, pola
Bemai Paliyan Gunung Kidul, Yogyakarta.
pembuahan pada jenis-jenis suku Annonaceae DI
Jurnal pemuliaan Tanaman Hutan 2(2): 1–13.
Kebun Raya Bogor bervariasi. Sejak bulan Januari
Bele, M.Y.; D.A. Focho; E.A. Egbe and B.G. Chuyong.
sampai Desember selalu ada jenis yang berbunga
2011. Etnobotanical of survey of the uses of
atau berbuah, namun jumlahnya tidak sama. Tipe
Annonaceae around Mount Cameroon. African
berbunga ada yang melalui fase flushing atau non-
Journal of Plant Science 5(4): 237–247.
flushing. Dalam waktu setahun tanaman dapat
Biba, V.S; A. Amily; S. Sangeetha and P. Remani.
berbunga 1 kali, 2 kali, 3 kal, 4 kali atau terus
2014. Anticancer, antioxidant and
menerus. Pola pembuahan dalam setahun ada yang 2
antimicrobial activity of Annonaceae family.
kali, 3 kali, 4 kali, berbuah terus menerus atau tidak
World Journal of Pharmacy and
pernah berbuah. Perbedaan tipe dan pola berbunga
Pharmaceutical Sciences 3(3): 1595–1604.
serta berbuah dipengaruhi oleh faktor genetik
Burkill, I.H. 1966. A dictionary of the economic
tanaman, polinator dan curah hujan. Puncak musim
product of the Malay Peninsula. Agriculture
berbunga terjadi pada bulan Oktober-November,
Ministry of Co-operatives, Kuala Lumpur.
sebanyak 35 jenis berbunga. Puncak musim berbuah
Malaysia.
terjadi pada bulan Desember, sebanyak 28 jenis.
Bustamante, E. and A. Burquez. 2008. Effects of plant
Serangga pengunjung yang ditemukan dari golongan
size and weather on the flowering phenology
kumbang, lebah, lalat dan semut.
of the organ pipe cactus (Stenocereus
thurberi). Annals of Botany 102: 1019–1030.
Cheng, J; K. Yang; N. N. Zhao; X.G. Wang, S.Y. Wang
SARAN
and Z.L. Liu. 2012. Composition and insecticidal
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui activity of the essential oil of Cananga odorata
faktor-faktor penyebab gagalnya pembentukan buah leaves against Sitophilus zeamais Motschulsky
pada jenis-jenis yang setiap tahun menghasilkan (Coleoptera: Curculionidae). Journal of
bunga tetapi tidak menghasilkan buah (tabel 3). Medicinal Plants Research 6(18): 3482–3486.
Cochrane, C.B, P.K.R. Nair and S.J. Melnick. and S.J.
Kegiatan eksplorasi Annonaceae sebaiknya Melnick. 2008. Anticancer effects of Annona
dilakukan pada bulan Nopember-Desember, karena glabra plant extracts in human Leukemia cell
pada bulan-bulan tersebut banyak jenis Annonaceae lines. Anticancer research 28: 965–972.
yang berbuah sehingga kemungkinan untuk Couvreur, T.L.P., P.J.M. Maas, S. Meike, D.M. Johnson
mendapatkan buah dan biji dari berbagai jenis and P.J.A. Kessler. 2012. Keys to the genera of
menjadi lebih besar. Annoceae. Botanical Journal of the Linnean
Society 169: 74–83.
Eleuterius, L.N. and D. Caldwell. 1984. Flowering
DAFTAR PUSTAKA
phenology of Tidal Marsh Plants in Mississippi.
CASTANEA 49(4): 172–179.
Anderson, D.P.; E.V. nordheim; T.C. Moermond;
Endress, P.K. 2010. The evolution of floral biology in
Z.B.G. Bi and C. Christophe. 2005. Factors
basal Angiosperms. Philosophical Transactions
influencing tree phenology in Ta¨ı National
of the Royal Society B 365: 411–421.
Park, Cˆ ote d’Ivoire. BIOTROPICA 37(4): 631–
640.

| 103
T. Handayani. Musim Berbunga dan Berbuah Jenis-Jenis Tanaman Koleksi Suku Annonaceae di Kebun Raya Bogor

Goodrich, K.R. 2012. Floral scent in Annonaceae. Opler, P.A., G.W. Frankie and H.G. Baker. 1976.
Botanical Journal of the Linnean Society 169: Rainfall as a factor in the release, timing, and
262–279. synchronization of anthesis by tropical trees
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. and shrubs. Journal of Biogeography 3: 231–
Terjemahan Badan Litbang Departemen 236.
Kehutanan. Jakarta. Saunders, R.M.K. 2012. The diversity and evolution of
Heywood. 1993. Flowering plants of the World. polination systems in Annonaceae. Botanical
Oxford University Press. New York. Journal of the Linnean Society 169: 222–244.
Inouye, D.W., F. Saavendra and W. Lee-Yang. 2003. Sawjanya, K.M., J. Swathi, K. Narendra, C.H.
Environmental influences on the phenology Padmavathi and A.K. Satya. 2013. Extraction
and abundance of flowering by Androsace and Antimicrobial Potential of Secondary Plant
septentrionalis (primulaceae). American Metabolites from Artabotrys hexapetalus (L.F)
Journal of Botany 90(6): 905–910. Bhandhari. International Journal of Research in
Kameyama, Y. and G. Kudo. 2009. Flowering Ayurveda and Pharmacy 4(5): 764–768.
phenology influences seed production and Sulistyawati, E., N. Mashita, N.N. Setiawan, D.N.
outcrossing rate in populations of an alpine Choesin and P. Suryana. 2012. Flowering and
snowbed shrub, Phyllodoce aleutica: effects of fruiting phenology of tree species in Mount
pollinators and self-incompatibility. Annals of Papandayan Nature Reserve, West Java,
Botany 103: 1385–1394. Indonesia. Tropical Life Sciences Research
Kikuzawa, K. 1995. Leaf phenology as an optimal 23(2): 81–95.
strategy for carbon gain in plants. Canadian Turner, I.M. 2012. Annonaceae of Borneo: a review
Journal of Botany 73: 158–163. of the climbing species. Garden’s Bulletin
Mols, J.B. and P.J.A. Kessler. 2000. Revision of the Singapore 64 (2): 371–460.
Genus Phaeanthus (Annonaceae). Blumea 45 Uyoh, E.A., P.N. Chukwurah, R.C. Akarika and V.A.
(1): 205–233. Antia. 2013. Potentials of Two Nigerian
Nanda, A., H.M. Prakasha, Y.L. Krishna Murthy and Spices—Piper nigrum and Monodora myristica
H.S. Suresh. 2011. Phenology of leaf flushing, as Sources for Cheap Natural Antioxidants.
flower initiation and fruit maturation in dry American Journal of Plant Sciences 4: 1105–
deciduous and evergreen forest of Bhadra 1115.
Wildlife Sanctuary, Karnataka, Southern India. Xu, F. and L.R.D. Craene. 2010. Floral ontogeny of
Our Nature 9: 89–99. Annonaceae: evidence for high variability in
Nurtjahjaningsih, G., P. Sulistyawati, A.Y.P.B.C. floral form. Annals of Botany 106: 591–605.
Widyatmoko dan A. Rimbawanto. 2012. Zhu, Y.Z.H. L., L. Bing, Ping-tao and M.G. Gilbert.
Karakteristik pembungaan dan sistem 2011. Artabotrys R. Flora China 19: 701–703.
perkawinan nyamplung (Calophyllum
inophyllum) pada Hutan Tanaman di
Watusipat, Gunung Kidul. Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan 6(2): 65–80.

104 |

You might also like