1 SM
1 SM
1 SM
Ade Prasetyo, Prof. Dr. Isjoni, M. Si, Dra. Bedriati Ibrahim, M.Si
[email protected], [email protected], [email protected]
Phone Number: 085156303816
Ade Prasetyo, Prof. Dr. Isjoni, M. Si, Dra. Bedriati Ibrahim, M.Si
[email protected], [email protected], [email protected]
Nomor HP: 085156303816
Etnis Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang asal usul
leluhurnya berasal dari negeri Tiongkok (China). Orang-orang Tionghoa yang ada di
Indonesia mayoritas berasal dari Tiongkok Selatan yang menyebut diri mereka sebagai
orang Tang, sementara orang Tiongkok Utara menyebut diri mereka sebagai Orang
Han.1 Etnis tionghoa merupakan masyarakat yang dikenal suka merantau. Kebiasaan
merantau ini disebabkan oleh keadaan bangsa Tiongkok yang padat penduduknya serta
kuatnya tekanan dari pemerintah yang menuntut masyarakat untuk aktif dalam
berdagang hal ini membuat banyak orang-orang etnis Tionghoa yang merantau untuk
bertahan hidup.
Perantauan Etnis Tionghoa tersebar keberbagai belahan dunia, dimana orang-
orang Etnis Tionghoa ini berpergian dikarenakan untuk mencari kehidupan yang lebih
baik. Orang Tionghoa kebanyakan berhijrah ke Asia Tenggara dan Indonesia
merupakan salah satu tujuan dari persinggahan Cina Daratan. Alasan indonesia menjadi
tujuan kedatangan ini dikarenakan Indonesia merupakan daerah yang sangat kaya akan
sumber daya alam dan membuka pintu perdagangan bagi para pedagang manca negara.
Tanjungpinang merupakan kota dan pusat administrasif di Residentie Riouw en
Onderhoorigheden yang memiliki masyarakat Tionghoa yang besar. Berdasarkan kajian
Mely G Tan (1979), Tanjungpinang merupakan kota yang didominasi oleh etnis
Tionghoa dengan persentase sebesar 58,86%, terbesar di antara kota lainnya di Hindia
Belanda pada tahun 1906-1910.2
Kedatangan etnis Tionghoa ke Pulau Bintan tepatnya Tanjungpinang pertama
kali terjadi pada tahun 1412. Orang Tionghoa yang pertama kali datang ke Pulau Bintan
ialah Laksmana Cheng Ho bersama pasukannya. Dimana Cheng Ho ini merupakan
tokoh Pendakwah dari Tiongkok.3 Menurut Carl A Trocki, Orang Cina pertama kali
datang ke Tanjungpinang secara massal pada tahun 1740.4 Mereka didatangkan oleh
bangsawan Bugis yaitu Daeng Celak untuk bekerja diperkebunan gambir yang ada
diwilayah Senggarang. Yang mana keberadaan etnis Tionghoa ini semakin bertambah,
tidak hanya bekerja diperkebunan bangsawan Bugis saja tetapi juga diperkebunan
bangsawan Melayu.5
Senggarang memang merupakan pusat perkebunan gambir yang besar pada saat
itu, sementara kota Tanjungpinang sebagai pusat pelabuhan, sekaligus pusat
administrasi, yang menyediakan sarana dan prasarana untuk pengiriman-penerimaan
barang serta gudang untuk menyimpan hasil bumi dari senggarang. Hal ini dibuktikan
dengan adanya kelenteng tertua yang ada di Senggarang yang dibangun pada abad ke-
17. Selain itu, juga kelenteng yang ada di Jalan Merdeka Kota Tanjungpinang yang juga
dibangun pada abad ke-17.6
Dari sisi masyarakat Tionghoanya, wilayah Senggarang didominasi oleh
subetnik Teochiu yang memiliki keterampilan di bidang agraris, sedangkan di
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia
2
Mely G Tan. 1979.Golongan etnis Tionghoa di Indonesia.Jakarta: Gramedia
3
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/menelusuri-jejak-etnis-tionghoa-di-tanjungpinang/
diakses pada tanggal 29/09/19 pukul 01.18
4
Carl A Trocki, “The Origins of the Kangchu System 1740-1860”, Journal of the Malaysian Branch of
the Royal Asiatic Society Vol 49, no.2 (230), 1976/
5
Op.Cit
6
Ibid.
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui awal mula masuknya etnis Tionghoa di Tanjungpinang.
2. Untuk mengetahui adaptasi etnis Tionghoa dalam berinteraksi dengan masyarakat
sekitar di Tanjungpinang.
3. Untuk mengetahui perkembangan masyarakat etnis Tionghoa di Tanjungpinang
pada masa orde baru tahun 1965-1998.
4. Untuk mengetahui dampak kedatangan etnis Tionghoa di Tanjungpinang dalam
bidang sosial, ekonomi dan kebudayaan.
METODE PENELITIAN
Sasaran dalam penelitian ini adalah masyarakat etnis Tionghoa serta masyarakat
Melayu di Tanjungpinang. Penelitian dilaksanakan bertempat di kota Tanjungpinang.
Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari April-Juli 2020. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian sejarah dengan melakukan penelitian sejarah dan permasalahannya.
Data yang diperoleh merupakan data primer dari hasil wawancara dengan
masyarakat Tionghoa dan masyarakat Melayu Tanjungpinang serta data sekunder yang
diperoleh dari buku-buku dan jurnal. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu teknik wawancara, teknik observasi, teknik dokumentasi, dan teknik studi pustaka.
Setelah data dikumpulkan, maka data dianalisis berdasarkan tahapan penelitian sejarah
yaitu dengan menghubungkan yang telah di dapatkan mengenai keberadaan etnis
Tionghoa di Tanjungpinang serta menafsirkan hasil dari pengelompokkan yang
13
https://kabar24.bisnis.com/read/20180216/78/739573/perekonomian-tanjungpinang-sebagian-besar-
digerakkan-warga-tionghoa
a. Kehidupan Sosial
Pada masa ini, ada dua hal yang mempengaruhi kehidupan sosial etnis
Tionghoa. Pertama, dengan dikeluarkannya Surat Edaran No. 6/Perskab/6/67 yang
menyatakan bahwa etnis Tionghoa tidak boleh menggunakan nama mereka dengan
nama yang berbau Tionghoa dan harus mengubah nama mereka dengan nama yang
berbau ke-Indonesiaan.(ada foofnote) Sejak berlakunya surat edaran ini, maka seluruh
masyarakat Tionghoa Tanjungpinang harus menggunakan nama Indonesia mereka
14
Setiati, Dwi; Suarman. 2012. Budaya Masyarakat Tionghoa di Tanjungpinang. Tanjungpinang: Balai
Pelestarian Nilai Budaya Tanjungpinang
b. Kehidupan Ekonomi
b. Kehidupan Ekonomi
a. Kehidupan Sosial
Pada masa ini anak-anak Tionghoa Tanjungpinang juga turut merasakan dampak
dari pembatasan pendidikan dari pemerintah. Hal ini mulai berubah pada akhir orde
baru menjelang reformasi, dimana pemerintah sudah memberikan celah kebebasan bagi
anak-anak Tionghoa untuk menngenyam dunia pendidikan sama seperti warga negara
Indoneisa pada umumnya. Pada masa ini, pemerintah juga mengeluarkan SE
02/SE/Diten/PPG/1988 yang melarang penerbitan, percetakan tulisan dengan aksara dan
bahasa Mandarin di depan umum. Di Tanjungpinang berlaku juga bahwa orang-orang
Tionghoa tidak boleh menerbitkan dan mencetak tulisan dengan berbahasa mandarin,
salah satunya karena pemerintah takut penulisan yang diterbitkan dan dicetak
mengandung unsur politik, karena pada masa itu orang Tionghoa tidak boleh ikut serta
dalam politik di Indonesia.
b. Kehidupan Ekonomi
17
https:/edwardmushalli.wordpress.com/2009/02/21/bobby-jangan-panggil-aku-cina/
Simpulan
Rekomendasi
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dalam upaya
mengumpulkan dan mencari data yang bisa melengkapi serta menyempurnakan tulisan
ini, maka dalam hal ini penulis dapat memberi beberapa saran yang kiranya dapat
bermanfaat bagi kita semua.
1. Diharapkan kepada pemerintah untuk mmperhatikan dan melindungi cagar budaya
Etnis Tionghoa seperti vihara-vihara dan klenteng-klenteng yang merupakan salah
satu bukti peninggalan sejarah masuknya etnis Tionghoa di Tanjungpinang dan
juga yang telah menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan asing yang berkunjung
ke Tanjungpinang.
2. Diharapkan kepada masyarakat Tionghoa maupun masyarakat pribumi setempat
untuk tetap saling menghargai satu sama lain, tetap menjaga hubungan baik yang
terjalin selama ini, saling mendukung satu sama lain sebagai warga negara
Indonesia khususnya sebagai warga masyarakat Tanjungpinang.
3. Penulis sangat mengharapkan kepada generasi selanjutnya yang akan melakukan
penelitian hendaknya melanjutkan penelitian mengenai Etnis Tionghoa di
Tanjungpinang ini karena banyak hal yang menarik yang bisa kita kaji kembali
dalam eksisteni etnis Tionghoa di Tanjungpinang dan untuk mengetahui bagaimana
peran etnis Tionghoa sebagai salah satu masyarakat yang menunjang perekonomian
Kota Tanjungpinang.
Badan Pusat Statistik Kota Tanjungpinang. 2020. Kota Tanjungpinang Dalam Angka
Tanjungpinang Municipality in Figures 2020. Tanjungpinang: BPS Kota
Tanjungpinang.
Suryadinata, Leo. 2003. Kebijakan Negara Indonesia terhadap Etnik Tionghoa: Dari
Asimilasi ke Multikulturalisme. Antropologi Indonesia 71. Institute of Southeast
Asian Studies