OK Plindungn+LH Tmbang+1 #+OK
OK Plindungn+LH Tmbang+1 #+OK
OK Plindungn+LH Tmbang+1 #+OK
57
Mahasiswa
Program Magister Ilmu Hukum
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sultan Adam
ENVIRONMENTAL DAMAGE
DUE TO MINING EXPLOITATION
CONSTITUTIONAL PERSPECTIVE
ABSTRACT
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Hak asasi atas lingkungan yang baik dan sehat adalah hak setiap orang atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia sesuai dengan
Pasal 65 ayat (1) tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam
memenuhi hak asasi atas lingkungan hidup yang baik dan sehat setiap orang berhak
mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses
keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hak atas
informasi lingkungan hidup merupakan suatu konsekuensi logis dari hak dan peran dalam
pengelolaan lingkugan hidup yang berlandaskan pada asas keterbukaan, terhadap akses
informasi. Sehingga tercipta lingkungan yang baik dan sehat dari kesadaran masyarakat
atas pentingnya lingkungan yang baik dan sehat, Dalam Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang
RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa
“Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses
partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat”. Definisi perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diatur dalam Pasal 1
angka 2 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagai upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
2
10.48171/jwh.v3i2.57
PERMASALAHAN
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian normatif dengan mengalisis bahan hukum pustaka
dan data diuraikan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Penelitian ini tertuju
pada suatu masalah dan keadaan kemudian akan diungkapkannya sebuah fakta-fakta yang
sesuai dengan kebenarannya yang dianalisis dengan konsep dan teori terkait sehingga dapat
ditarik kesimpulan.
LITERATURE REVIEW
Pengertian Eksploitasi
a..Eksploitasi ekonomi
tindakan eksploitasi ekonomi ini memiliki kaitan yang begitu erat dengan praktek
eksploitasi manusia, yaitu suatu eksploitasi yang menggambarkan pemanfaatan suatu
hal secara berlebihan kepada sumber daya manusia. Hal ini tercantum pada
U ndang-Undang RI No. 21 Tahun 2077 tentang tindakan pidana perdagangan orang.
Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa eksploitasi manusia adalah tindakan
dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi; tetapi tidak terbatas pada
pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau Praktik serupa perbudakan,
penindasan, hingga pemerasaan, begitu juga dengan pemanfaatan fisik, seksual, organ
reproduksi, atau secara melawan hukum, memindahkan atau mentransplantasi organ
atau jaringan tubuh, atau memanfaatkan tenaga dan kemampuan seseorang oleh
pihak lain untuk mendapatkan keuantungan baik material maupun immaterial, contoh
eksploitasi manusia misalnya ‘human trafficking” seperti memperkerjakan anak di
bawah umur, tidak memberikan upah yang layak pada pekerja dan lain-lain.
b. Eksploitasi Alam
c. Eksploitasi Hewan
PEMBAHASAN
5
10.48171/jwh.v3i2.57
Penyegelan tersebut sesuai dengan Pasal 68, pasal 100 dan pasal 116 pada
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Masing-masing pasal tersebut berbunyi :
Pasal 68
Pasal 100
(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau baku
mutu gangguan dipidana, dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dikenakan apabila
sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukan
lebih dari satu kali.
Pasal 116
(1) Apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama
badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada: a. badan usaha;
dan/atau b. orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut
atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut.
(2) Apabila tindak pidana lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh orang, yang berdasarkan hubungan kerja atau berdasarkan hubungan
lain yang bertindak dalam lingkup kerja badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan
terhadap pemberi perintah atau pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa
memperhatikan tindak pidana tersebut dilakukan secara sendiri atau bersama-sama.
Terdapat beberapa turunan dari Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ini, yaitu :
6
10.48171/jwh.v3i2.57
B. Perlindungan Konstitusi
Kajian tentang hukum konstitusi adalah hukum tertinggi di dalam suatu negara.
Oleh karena konstitusi merupakan landasan fundamental terhadap segala bentuk hukum
atau peraturan perundang-undangan, maka sebagai prinsip yang berlaku secara universal,
segala produk hukum dan peraturan perundang-undangan tersebut tidak boleh bertentangan
dengan konstitusi. Konstitusi kini juga dipahami bukan lagi sekedar suatu dokumen mati,
tetapi lebih dari itu, konstitusi telah menjelma dan berfungsi sebagai prinsip-prinsip dasar
dalam penyelenggaraan suatu negara yang harus selalu hidup mengikuti perkembangan
zamannya (the living constitution). Dilihat dari sudut kedudukannya, konstitusi adalah
kesepakatan umum (general consensus) atau persetujuan bersama (common agreement)
dari seluruh rakyat mengenai hal-hal dasar yang terkait dengan prinsip dasar kehidupan dan
penyelenggaraan negara serta struktur organisasi suatu negara.
Ketentuan yang terdapat di dalam konstitusi memiliki makna penting dan
konsekuensi besar untuk dilaksanakan dengan sungguhsungguh dan tanpa terkecuali, baik
melalui beragam kebijakan maupun produk peraturan perundangan-undangan. Dalam
kaitannya dengan perlindungan terhadap lingkungan, maka dapat ditarik relasi antar
keduanya bahwa keberadaan norma atau ketentuan tentang lingkungan hidup atau konsep
pembangunan berkelanjutan di dalam konstitusi akan sangat memiliki pengaruh hukum
yang signifikan. Pertama, ketentuan tersebut akan berpengaruh terhadap pengembangan
kebijakan dalam rangka perlindungan nilai-nilai dan prinsip dasar lingkungan hidup pada
skala nasional dan regional. Kedua, konstitusionalisasi prinsip-prinsip lingkungan hidup
akan menciptakan yuridiksi atas hukum nasional yang berlaku di setiap tingkatan wilayah
pemerintahan, baik provinsi, kotamadya, maupun kabupaten. Dalam konteks ini,
peningkatan kapasitas dan komitmen hukum para penyelenggara negara akan diwajibkan
oleh konstitusi dalam upaya untuk mengelola fungsi-fungsi negara dalam ranah
perlindungan terhadap lingkungan. Ketiga, isi konstitusi juga akan memengaruhi hubungan
yang akan terbentuk antara hukum lingkungan substantif dan prosedural, serta sulit-
tidaknya hukum lingkungan di tingkat nasional diintegrasikan dan diharmonisasikan
dengan normanorma lingkungan di tingkat internasional. Lebih dari itu, konstitusi yang
memuat ketentuan lingkungan juga akan menentukan arah dan batas lingkup mengenai hak
atas benda (property rights) yang kemudian secara tidak langsung berpengaruh terhadap
konsepsi perlindungan atas kepemilikan pribadi (private ownership). Berdasarkan Pasal 1
ayat (2) dan ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945, Indonesia adalah negara yang menganut
prinsip demokrasi (democracy) dan nomokrasi (nomocracy). Keduanya disejajarkan secara
seimbang untuk menutupi kelemahannya masingmasing. Lebih spesifik lagi, Indonesia
juga tengah menganut sistem demokrasi konstitusional (constitutional democracy), di mana
proses dan pelaksaaan prinsipprinsip demokrasi harus tunduk pada ketentuan norma yang
dicantumkan dalam UUD Negara RI Tahun 1945. Walaupun tidak ada syarat mutlak
bahwa sebuah konstitusi negara haruslah menggunakan sistem demokrasi, akan tetapi
7
10.48171/jwh.v3i2.57
1. Hak hidup dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
Ketentuan ini mengandung pengertian bahwa setiap warga negara
berhak dan memperoleh jaminan konstitusi (constitutional guaranteee)
untuk hidup serta memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat untuk
tumbuh dan berkembang. Ketentuan ini dapat juga disandingkan dengan
Pasal 25 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang
menyebutkan,
“everyone has the right to a standart of living adequate for the
health and well-being of himself and of his family”. Sedangkan di dalam
Pasal 12 ayat (1) ICESCR ditegaskan, “The States Parties to the present
8
10.48171/jwh.v3i2.57
3. Berwawsan Lingkungan
Menurut Surna T. Djajadiningrat, proses pembangunan
berkelanjutan bertumpu pada tiga faktor utama, yaitu: (1) kondisi sumber
daya alam; (2) kualitas lingkungan, dan (3) faktor kependudukan. Dengan
demikian, pembangunan berkelanjutan tidak akan bermakna banyak apabila
tidak turut memperhatikan aspek-aspek yang berwawasan lingkungan.
Pembangunan haruslah mampu untuk menjaga keutuhan fungsi dan
tatanan lingkungan, sehingga sumber daya alam yang ada dapat senantiasa
tersedia guna mendukung kegiatan pembangunan baik untuk masa sekarang
maupun masa yang akan datang. Untuk menciptakan konsep pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, maka diperlukanlah pokok-
pokok kebijakan yang di antaranya berpedoman pada hal-hal sebagai
berikut:
a. Pengelolaan sumber daya alam perlu direncanakan sesuai dengan daya
dukung lingkungannya;
b. Proyek pembangunan yang berdampak negatif terhadap lingkungan
dikendalikan melalui penerapan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) sebagai bagian dari studi kelayakan dalam
proses perencanaan proyek;
c. Adanya pengutamaan penanggulangan pencemaran air, udara, dan tanah;
d. Pengembangan keanekaragaman hayati sebagai persyaratan bagi
stabilitas tatanan lingkungan.
e. Pengendalian kerusakan lingkungan melalui pengelolaan daerah aliran
sungai, rehabilitasi dan reklamasi bekas pembangunan, serta
pengelolaan wilayah pesisir dan lautan;
f. Pengembangan kebijakan ekonomi yang memuat pertimbangan
lingkungan;
g. Pengembangan peran serta masyarakat, kelembagaan, dan ketenagaan
dalam pengelolaan lingkungan hidup;
h. Pengembangan hukum lingkungan yang mendorong badan peradilan
untuk menyelesaikan sengketa melalui penerapan hukum lingkungan;
dan
i. Pengembangan kerja sama luar negeri. Dari penjelasan di atas, maka
tampak jelas bahwa terdapat pertalian antara norma “pembangunan
berkelanjutan” dan “berwawasan lingkungan”.
Segala strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan
memerlukan tafsir konstitusi secara khusus ketika aktor-aktor negara ingin
melaksanakan aktivitas perekonomian. Hal tersebut harus dipahami semata-
mata untuk mencegah terjadinya dampak negatif yang lebih besar atas
rusaknya alam dan lingkungan.
hidup
h) Penyediaan informasi lingkungan hidup dan penyebarluasan masyarakat
i) Pemberian penghargaan kepada masyarakat yang berjasa dalam bidang
lingkungan hidup.
Pasal 63 ayat (3) tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
berisikan mengenai Tugas dan wewenang pemerintah kota, yaitu :
a) Penetapan kebijakan
b) Penetapan dan pelaksanaan KLHS
c) Penetapan dan pelaksanaan RPPLH
d) Penetapan dan pelaksanaan UKL-UPL
e) Penyelenggaraan sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca dan
melakukan pengembangan dan kerja sama
f) Pengembangan dan penerapan instrumen lingkungan hidup
g) Mempunyai fasilitas dalam proses sengketa
h) Pembinaan serta pengawasan terhadap pertanggungjawaban usaha
dalam perizinan lingkungan sesuai dengan undang-undang
i) Maksimal dalam pelayanan standar
j) Pelaksanaan kebijakan tata cara pengakuan dengan adanya hukum adat,
kearifan lokal yang berhubungan dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup
k) Pengelolaan informasi lingkungan hidup
l) Pengembangan dan pelaksanaan kebijakan sistem informasi lingkungan
hidup
m) Menerbitkan izin lingkungan
n) Melaksanakan penegakan hukum lingkungan hidup daerah perkotaan.
Lingkungan Hidup disebutkan jika upaya pengendalian ini dilakukan melalui tiga
cara, yaitu pencegahan, penanggulangan serta pemulihan.
Penutup
Pasal 28I ayat (4) UUD Negara RI Tahun 1945 ditentukan bahwa negara,
terutama pemerintah dalam hubungannya dengan kewajiban yang ditimbulkan oleh
hak asasi manusia, diwajibkan untuk menghormati (to respect), melindungi (to
protect), dan memenuhinya (to fulfill), namun setiap warga negara harus pula
mengemban kewajiban dan tanggung jawab bersama untuk mengatasi berbagai
permasalahan lingkungan. Dengan cara demikian, maka perlindungan terhadap
lingkungan dari perspektif konstitusi dapat semakin menguat.
Masyarakat seyogyanya memiliki kesadaran dalam pelestarian lingkungan
hidup serta ikut turun tangan untuk memelihara lingkungan hidup sebagai bentuk
partisipasi dan dapat mengetahui mengenai risiko yang akan didapatkan apabila
melakukan pelanggaran hukum lingkungan. Perlu adanya peningkatan kerja sama
antara pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan pelestarian lingkungan.
Setiap kegiatan eksploitasi pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga
dengan kegiatan eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak negatif
yang jelas terhadap lingkungan dan juga kehidupan di sekitarnya.
Oleh sebab itu, para penambang atau pihak perusahaan pengelola
pertambangan yang mengoprasionalkan kegiatannya dalam mengeksploitasi
pertambangan wajib untuk bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya
alamnya sesuai undang-undang Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang RI No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup membagi upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menjadi enam bagian, yakni
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan serta
penegakan hukum. Selain itu pasal 5 Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tentang upaya
perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, serta undang-undang
pertambangan lainnya yang menunjang kesejahteraan ekosistem alam.
Banyak sekali eksploitasi sumber daya alam yang membawa dampak
terhadap lingkungan hidup disekitarnya. Segala kegiatan eksploitasi
pertambangan yang berlangsung diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam nilai materi dan energi saja, namun mampu untuk
memberikan pertanggung jawaban yang tepat guna menjaga kelestarian sumber
daya alam tersebut untuk jangka panjangnya (masa yang akan datang). Maka dari
itu pemerintah diharapkan agar lebih tegas menindak para penambang yang
terbukti melanggar peraturan pertambangan, agar para penambang (perusahaan-
perusahaan pertambangan) dapat menggunakan teknologi yang ramah lingkungan
disekitar pertambangan. Selain itu diharapkan juga agar perusahaan
pertambangan meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan
lingkungan hidup dengan melakukan penghematan penggunaan sumber daya alam
tanpa melakukan eksploitasi yang berlebihan, terutama ekosistem sumber daya
alam yang memiliki kelangkaan ataupun sumber daya alam tidak bisa melakukan
16
10.48171/jwh.v3i2.57
REFERENCE
17