! PTK Rahmah Membaca Permulaan Acc

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan

sebuah informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman

baru. Pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca

sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada

aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada

konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca (Puji Santosa dkk,

2005: 6.3).

Kegiatan membaca merupakan aktivitas yang unik dan rumit, sehingga

seseorang tidak dapat melakukan hal tersebut tanpa mempelajarinya, terutama anak

usia sekolah dasar yang baru mengenal huruf atau kata-kata. Problem umum yang

dihadapi anak dalam membaca adalah pada pelaksanaan pengajaran membaca, guru

sering kali dihadapkan anak yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan

hubungan huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan anak

memahami isi bacaan.

Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Bahasa Indonesia 2004, Standar

Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca permulaan, siswa

dituntut untuk mampu membaca huruf, suku kata dan kalimat. Pembelajaran di SD

dilaksanakan sesuai dengan perbedaan atas kelas rendah dan kelas tinggi. Pelajaran di
2

kelas rendah biasanya disebut pelajaran membaca permulaan, sedangkan dikelas

tinggi disebut pelajaran membaca lanjut.

Penggunaan model pembelajaran dan media sangat membantu dalam

pengajaran membaca permulaan bagi siswa kelas satu SD merupakan hal yang mutlak

diperlukan, anak kelas satu SD yang pada umumnya baru berusia enam tahun masih

berada pada taraf berfikir konkret, yaitu anak akan mudah mengenali hal-hal yang

bersifat nyata. Disamping itu, dengan alat bantu yang digunakan oleh guru secara

bervariasi akan membangkitkan minat siswa dalam mengikuti pelajaran. Salah satu

media yang memungkinkan digunakan oleh guru dalam pengajaran membaca

permulaan ini adalah melalui media kartu huruf.

Pembelajaran membaca permulaan di SDN 27 Kota Bima selama ini masih

belum mengoptimalkan media pembelajaran yang ada di sekolah. Proses

pembelajaran masih menggunakan media konvensional yaitu dengan menggunakan

papan tulis dan pembelajaran hanya berpusat kepada guru. Hal ini menyebabkan

kemampuan membaca permulaan siswa masih sangat rendah. Media Kartu Huruf

yang ada di sekolah tidak dipergunakan sebagaimana mestinya dan hanya disimpan

dalam lemari.

Guru mempunyai kewajiban mengembangkan semua potensi yang dimiliki

siswa. Setiap siswa tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda, mempunyai

kelebihan dan kekurangan masing-masing tetapi sebagai guru yang profesional

diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapinya di dalam kelas dengan

melakukan inovasi-inovasi di dalam pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran


3

dapat tercapai dan pembelajaran menjadi aktif, interaktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan.

Berdasarkan pra-survey awal yang dilakukan pada tanggal 10 Januari 2018

terlihat bahwa guru SDN 27 Kota Bima kelas 1 dalam proses pembelajaran di kelas

masih menggunakan pendekatan konvensional (ceramah) dan kurangnya penggunaan

media pembelajaran oleh guru. Hal tersebut membuat siswa merasa kurang

termotivasi dalam kegiatan pembelajaran dan membuat hasil belajar siswa rendah.

Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil apabila dalam pelaksanakannya didukung

dengan adanya fasilitas pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar yang

optimal.

Guru aktif dalam menjelaskan materi pelajaran sementara siswa hanyalah

sebagai pendengar saja. Siswa kurang diikut sertakan dalam pengelolaan informasi,

sehingga siswa tidak aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berlangsung

dan untuk itu motivasi belajar siswa menjadi rendah, ditandai dengan banyaknya

siswa yang bermain sendiri dan bersenda gurau pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung. Guru hanya menekankan pada penanaman konsep pada diri siswa tanpa

memperdulikan apakah konsep-konsep yang telah diajarkan sudah dipahami oleh

siswa itu sendiri.

Kenyataan yang ada di lapangan mengungkapkan bahwa kemampuan

membaca siswa kelas 1 SDN 27 Kota Bima masih rendah, hal ini dapat dilihat dari

hasil belajar pada salah satu mata pelajaran yaitu mata pelajaran bahasa indonesia

yang belum mencapai KKM. Rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia dapat dilihat

dari hasil Mid semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.


4

Mencermati adanya permasalahan di atas, perlu adanya pemanfaatan media

pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih aktif dan berada dalam suasana

belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar siswa mampu mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan.Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan

untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar siswa adalah media kartu

huruf.

Media Kartu Huruf adalah media pembelajaran dengan menggunakan kertas

yang berukuran tebal dan berbentuk persegi panjang yang ditulisi atau ditandai

dengan unsur abjad atau huruf tertentu. Kartu huruf merupakan salah satu alat bantu

pembelajaran yang termasuk dalam katagori Flash Card. Media pembelajaran ini

mengandalkan Kartu Huruf yang menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran.

Kartu huruf dapat membantu guru mencapai tujuan intruksional karena selain

merupakan media yang murah dan mudah diperoleh, juga dapat meningkatkan

keaktifan siswa. Selain itu, pengetahuan dan pemahaman siswa menjadi lebih luas,

jelas, dan tidak mudah dilupakan.

Dari uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca

Permulaan Siswa Kelas 1 Semester 2 SDN 27 Kota Bima Melalui Media Kartu Huruf

Tahun 2017/2018 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

apakah penggunaan kartu huruf dapat meningkatkan Kemampuan Membaca

Permulaan Siswa Kelas 1 SDN 27 Kota Bima tahun pelajaran 2017/2018?


5

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan melalui penelitian ini adalah untuk

mengetahui Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 SDN 27 Kota Bima

Melalui Media Kartu Huruf.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan kepada guru Bahasa Indonesia pada umumnya dan

lebih khususnya guru bidang sudi Bahasa Indonesia meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar dengan model pembelajaran media kartu huruf.

2. Menambah wawasan tentang model-model

pembelajaran yang nantinya membuat pembelajaran Bahasa Indonesia

menjadi menarik bagi siswa.

3. Dari hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan

masukan untuk mengambil kebijakan di dalam meningkatkan mutu dunia

pendidikan di sekolah.
6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Membaca Permulaan

Membaca merupakan proses pengolahan bacaan secara kritis kreatif dengan

tujuan memperoleh pemahaman secara menyeluruh tentang suatu bacaan, serta penilaian

terhadap keadaan, nilai, dan dampak bacaan. Kegiatan membaca merupakan aktivitas

mental memahami apa yang disampaikan penulis melalui teks atau bacaan.

Membaca Permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa

sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai

teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru

perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan

kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.

Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan

membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh

keterampilan atau kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan

kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat

menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan

membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan:

a. Lambang-lambang tulis,

b. Penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan

c. Memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.


7

Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dilakukan dalam dua

tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku.

Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan

menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf,

Kartu huruf dan kartu kalimat. Pembelajaran membaca dengan buku merupakan kegiatan

membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran.

1. Tujuan Membaca

Kegiatan membaca erat kaitannya dengan tujuan membaca, karena seseorang

yangmembaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan

denganorang yang tidak mempunyai tujuan. Menurut Blankton dan Irwin dalam Farida

Rahim,(2008: 11) tujuan membaca mencakup:

a) Kesenangan,

b) menyempurnakan mambaca nyaring,

c) menggunakan strategi tertentu,

d) memperbarui pengetahuannya tentang suatu topik,

e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya,

f) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis,

g) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, dan

h) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperolehari

suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks.
8

Menurut Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar dalam Farida Rahim (2008: 289)

tujuan pembelajaran membaca dibagi menjadi tingkat pemula, menengah, dan mahir.

Menurutnya, tujuan pembelajaran bagi tingkat pemula adalah sebagai berikut.

a. Mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa).

b. Mengenali kata dan kalimat.

c. Menemukan ide pokok dan kata-kata kunci.

d. Menceritakan kembali isi bacaan pendek.

Hairuddin, dkk, (2007: 3.23) menambahkan bahwa pembelajaran membaca di SD

menjadi bagian penting dari pembelajaran bahasa Indonesia, maka melalui pembelajaran

membaca siswa diharapkan, seperti berikut.

a. Memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat atas berbagai hal.

b. Mencari sumber, menyimpulkan, menyaring, dan menyerap informasi dari bacaan.

c. Mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari bacaan.

Berdasarkan uraian tentang tujuan membaca di atas dapat disimpulkan bahwa

tujuan membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu tujuan membaca umum dan membaca

khusus. Dikatakan tujuan membaca umum, manakala aktivitas membaca tersebut untuk

memperoleh kesenangan semata, sedangkan tujuan membaca khusus untuk memperoleh

informasi sebagai tugas yang berkaitan dengan akademik.

2. Manfaat Membaca

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

masyarakatyang gemar belajar membaca. Proses belajar efektif antara lain dilakukan

melaluimembaca. Membaca memiliki manfaat bagi kehidupan manusia. Menurut

FaridaRahim (2008: 1) manfaat membaca yaitu mendapatkan informasi dari media


9

visual(gambar tanda-tanda jalan) dan media cetak misalnya surat kabar. Menurut Sukirno

dalam FaridaRahim (2008: 3) mengatakan manfaat membaca, siswa dapatsebagai berikut:

a) berkomunikasi dengan orang lain,

b) memberikan informasi kepada orang lain,

c) menangkap / menerima isi bacaan dengan cepat dan tepat,

d) menumbuhkan sikap positif terhadap isi bacaan,

e) bersifat kritis terhadap informasi yang diterima,

f) menghargai nilai-nilai luhur yang ada dalam masyarakat,

g) memasuki dunia keilmuan yang penuh pesona dan memahami

khasanah kearifanyang banyak hikmah,

h) mengembangkan berbagai keterampilan yang berguna untuk

mencapai suksesdalam hidup,

i) menumbuhkan jendela pengetahuan yang luas, gerbang kearifan

yang dalam, danlorong keahlian yang lebar di masa depan, dan

j) memperbaiki nasibnya menjadi lebih baik

Jadi dapat dianalisis bahwa manfaat membaca merupakan kegiatan berkomunikasi

dengan orang lain atau mendapatkan informasi visual guna mendapatkan ilmu dan

mencapai kesuksesan.

3. Jenis-Jenis Membaca

Sukirno dalam FaridaRahim (2008: 6) mengatakan bahwa secara umum jenis

membaca ada dua macam, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca

permulaan diberikan kepada siswa semenjak di Taman Kanak-kanak, kelas 1, dan kelas 2
10

Sekolah Dasar, sedangkan untuk membaca lanjut diberikan kepada siswa kelas 3 Sekolah

Dasar sampai di Perguruan Tinggi.

Membaca permulaan disajikan malalui dua cara yaitu membaca permulaan tanpa

buku dan membaca permulaan dengan buku. Membaca permulaan tanpa buku, artinya

seseorang saat membaca tidak menggunakan buku, akan tetapi menggunakan media lain.

Hal tersebut berbeda dengan membaca permulaan dengan menggunakan buku, artinya

seseorang saat membaca sudah dengan menggunakan buku.

Menurut Supriyadi, dkk. (2005: 127) pada membaca permulaan terdapat satu jenis

membaca, yaitu membaca teknis (membaca nyaring). Di Sekolah Dasar jenis membaca

dengan cara menyaringkan atau menyuarakan apa yang dibaca sebagian besar atau

bahkan sepenuhnya dilakukan pada kelas I dan II, sedangkan pada kelas yang lebih tinggi

frekuensi kegiatan membaca teknis semakin dikurangi karena pada kelas tinggi

mengutamakan aspek pemahaman. Menurut Munawir (2003: 72) di dalam membaca

teknis (membaca nyaring) terdapat proses pengenalan kata yang menuntut kemampuan,

sebagai berikut.

a. Mengenal huruf kecil dan besar pada alphabet.

b. Mengucapkan bunyi (bukan nama) huruf, terdiri atas:

1) konsonan tunggal (b, d, h, k, …),

2) vokal (a, i, u, e, o),

3) konsonan ganda (kr, gr, tr, …), dan

4) diftong (ai, au, oi).

c. Menggabungkan bunyi membentuk kata (saya, ibu).

d. Variasi bunyi (/u/ pada kata “pukul”, /o/ pada kata “toko” dan pohon”).
11

e. Menerka kata menggunakan konteks.

f. Menggunakan analisis struktural untuk identifikasi kata (kata ulang, kata majemuk,

imbuhan).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan membaca permulaan dengan

jenismembaca nyaring.

4. Kemampuan Membaca Permulaan

Pembelajaran membaca permulaan erat kaitannya dengan pembelajaran

menulispermulaan. Sebelum mengajarkan menulis, guru terlebih dahulu mengenalkan

bunyisuatu tulisan atau huruf yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat.

Pengenalantulisan beserta bunyi ini melalui pembelajaran membaca.Supriyadi, dkk.

(2005: 133) mengatakan sebagai berikut. Pengajaran membaca di sekolah dasar dapat

dikelompokan ke dalam dua bagian yaitu membaca permulaan dan membaca lanjutan.

Membaca permulaan diberikan di kelas I dan II dengan mengutamakan pada

keterampilan segi mekanisnya. Oleh karena itu, jenis membaca permulaan yang

dikembangkan adalah membaca teknis.” Menurut Supriyadi, dkk. (2005: 129) dalam

mengajarkan membaca permulaanseorang guru dalam mengajarkannya adalah sebagai

berikut:

a. Latihan lafal, baik vocal maupun konsonan.

b. Latihan nada / lagu ucapan.

c. Latihan penguasaan tanda-tanda baca.

d. Latihan pengelompokan kata / frase ke dalam satuan-satuan ide (pemahaman).

e. Latihan kecepatan mata.

f. Latihan ekspresi (membaca dengan perasaan).


12

Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2007: 22) pembelajaran membacadi kelas

I dan kelas II itu merupakan pembelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca

yang diperoleh siswa di kelas I dan kelas II tersebut akan menjadi dasar pembelajaran

membaca di kelas berikutnya.

Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca

permulaan adalah kesanggupan siswa dalam mengenal dan memahami huruf-huruf dan

lambang-lambang tulisan yang kemudian diucapkan dengan menitikberatkan aspek

ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi yang wajar, kelancaran dan kejelasan

suara. Selain itu, di dalam kemampuan membaca permulaan juga terdapat aspek

keberanian.

5. Metode Yang Digunakan Dalam Pembelajaran Membaca Permulaan

Dalam pembelajaran membaca permulaan ada beberapa metode yang digunakan

antara lain:

1) Metode Eja
2) Metode Bunyi dan Abjad
3) Metode Suku Kata dan Metode Kata
4) Metode Global
5) Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar.

Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian

dan kemampuan atau keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses

belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan,

manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran/pelatihan.


13

Media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi

pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya (Briggs, 1977 dalam

http://belajarpsikologi.com). Media juga seringkali diartikan sebagai alat yang dapat

dilihat dan didengar. Alat-alat ini dipakai dalam pengajaran dengan maksud untuk

membuat cara berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan alat-alat

ini, guru dan siswa dapat berkomunikasi lebih mantap, hidup dan interaksinya bersifat

banyak arah.

Alat adalah sarana yang sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan proses

belajar mengajar. Alat peraga menurut Depdiknas (2003) adalah benda/alat yang

digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip/prosedur tertentu agar tampak

lebih nyata/kongkret. Jadi Alat Peraga adalah sarana yang digunakan oleh guru untuk

menunjang proses belajar mengajar didalam kelas agar pembelajaran tampak lebih

nyata/kongkret sehingga siswa lebih mengerti.

Kartu huruf merupakan abjad-abjad yang dituliskan pada potongan-potongan

suatu media, baik karton, kertas maupun papan tulis (tripleks). Potongan-potongan huruf

tersebut dapat dipindah-pindahkan sesuai keinginan pembuat suku kata, kata maupun

kalimat. Penggunaan kartu huruf ini sangat menarik perhatian siswa dan sangat mudah

digunakan dalam pengajaran membaca permulaan. Selain itu kartu huruf juga melatih

kreatifitas siswa dalam menyusun kata-kata sesuai dengan keinginannya.

B. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran setiap tahun selalu mengalami perkembangan. Sebab

masing-masing media itu mempunyai kelebihan dan kelemahan, berdasarkan

penggunaannya perlu diadakan penemuan baru dan pemanfaatan media yang


14

diperbaharui. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

”medius” yang artinya tengah, perantara atau penghantar. Menurut Djamarah (2011: 120)

dalam bahasa Arab, media dalah wasail atau wasilah yang berarti perantara atau

penghantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Gagne dalam Sadiman (2008: 6), media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Selain itu media adalah

segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Menurut Criticos dalam Daryanto (2010: 4) media merupakan salah satu komponen

komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.

Berdasarkan pendapat di atas yang dikemukakan Criticos dalam Daryanto

(2010:4) media adalah segala sesuatu benda atau komponen yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.

Media dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyalurkan pesan dalam

kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif menggunakan media dapat menunjang

keaktifan dan motivasi siswa di dalam pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses

komunikasi antara peserta didik, guru dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan

tanpa bantuan saran penyampaian pesan atau media.

Penggunaan media mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada peserta

didik. Selain itu media juga harus merangsang peserta didik untuk mengingat apa yang

sudah dipelajari sehingga memberikan rangsangan belajar baru yang membuat siswa aktif

dalam pembelajaran. Media yang baik juga akan akan mengaktifkan peserta didik dalam

memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong peserta didik untuk melakukan
15

praktik-praktik dengan benar. Sadiman, dkk (2008: 7) mengungkapkan media dalam

proses pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat merangsang pikiran, perasaan,

minat, dan perhatian peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar

pada peserta didik. Sasaran penggunaan media adalah agar anak didik mampu mampu

menciptakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada untuk

digunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam mengaktifkan peserta

didik dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong peserta didik

untuk melakukan praktik-praktik dengan benar. Artinya peserta didik dengan mudah

mengerti dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada peserta

didik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

atau saluran komunikasi antara guru dan siswa, yang bisa merangsang pikiran,

membangkitkan semangat, perasaan, perhatian, dan minat siswa. Sehingga meningkatkan

proses pembelajaran dalam pencapaian tujuan pembelajaran menjadi lebih mudah dan

mempertinggi hasil belajar siswa Media yang akan digunakan untuk pembelajaran harus

memperhatikan beberapa ketentuan dengan pertimbangan bahwa, penggunaan media

harus benar-benar berhasil dan berdaya guna untuk meningkatkan dan memperjelas

pemahaman siswa.

1. Jenis Media Pembelajaran

Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, media pembelajaran

juga mengalami perkembangan. Ada beberapa jenis media pembelajaran menurut

Sudjana dan Rivai (2010: 3-4) yaitu:


16

1) Media dua dimensi seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, komik,

dan lain-lain.

2) Media tiga dimensi seperti model padat, model penampang, model susun, model kerja,

mock up, diorama, dan lain-lain.

3) Media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP, dan lain-lain.

4) Lingkungan

Seel & Glasgow dalam Arsyad (2007: 35) menyebutkan bahwa jenis media

pembelajaran dibagi ke dalam dua kategori luas yaitu media tradisional dan media

teknologi mutakhir sebagai berikut :

1) Media Tradisional

a. Media visual diam yang diproyeksikan : proyeksi opaque (tak tembuspandang),

proyeksi overhead (OHP), slides, film strips

b. Media visual diam yang tak diproyeksikan : gambar, poster, foto, charta,grafik,

diagram, papan pameran, papan info, papan bulu.

c. Media audio : rekaman piringan, pita kaset, cartridge.

d. Multimedia : slide plus suara (tape), multi image.

e. Media visual dinamis yang diproyeksikan : film, televisi, video.

f. Media cetak : buku teks, modul teks terprogram, workbook, majalahilmiah berkala,

lembaran lepas (hand out).

g. Media permainan : teka-teki, simulasi, permainan papan.

h. Media realita : model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka).

2) Media Teknologi Mutakhir

a. Media berbasis telekomunikasi : telekonferens, kuliah jarak jauh,


17

b. Media berbasis mikroprosesor: computer-assisted instruction, permainancomputer,

sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia, video compact disc(VCD), digital video

disc (DVD).

Berdasarkan pendapat di atas jenis media yang digunakan pada penelitian ini

adalah media tradisional yaitu media visual diam yang tak diproyeksikan berupa kartu

huruf. Kartu huruf sangat membatu siswa dalam memahami materi pelajaran yang

disampaikan guru sehingga diharapkan media kartu huruf dapat membantu siswa sebagai

perantara penyalur pesan yang disampaikan guru kesiswa.

2. Prinsip Pemilihan Media

Sudjana dalam Fathurrohman (2007:68) mengemukakan prinsip- prinsip

pemilihan media yaitu: (1) menentukan jenis media dengan tepat, artinya memilih media

sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran, (2) menetapkan atau mempertimbangkan

subyek dengan tepat, artinya penggunaan media sesuai dengan kematangan anak didik,

(3) menyajikan media dengan tepat, artinya teknik dan metode penggunaan media

disesuaikan dengan tujuan,bahan, metode, waktu, dan sarana, (4) menempatkan media

pada waktu, tempat dan situasi yang tepat, artinya kapan dan dalam situasi mana pada

waktu mengajar media digunakan.

Penelitian ini menggunakan media cetak berupa kartu huruf dan termasuk jenis

media visual, yang hanya dapat dilihat dan sangat tepat digunakan sesuai dengan

permasalahan kemampuan membaca rendah, masih banyak siswa yang belum lancar

membaca dimungkinkan karena belum paham bentuk dan bunyi huruf.


18

3. Media Kartu Huruf

Kartu dalam KBBI, Balai Pustaka ( h.448 ) adalah kertas tebal yang bebentuk

persegi panjang. Sedangkan huruf KBBI, Balai Pustaka ( h.362) adalah tanda aksara

atau tata tulis yang merupakan abjad yang melambangkan bunyi bahasa dan aksara.

Ambarini (2006: 35), mengatakan bahwa kartu huruf adalah kumpulan kartu yang

didalamnya terdapat huruf-huruf dari A-Z (kapital dan kecil) dan diberi gambar serta kata

untuk mendukung anak paham dan hafal abjad A hingga Z. Sedangkan Hasan (2009:65)

mengungkapkan kartu huruf adalah penggunaan sejumlah kartu sebagai alat bantu untuk

belajar membaca dengan cara melihat dan mengingat bentuk huruf dan gambar yang

disertai tulisan dari makna gambar pada kartu.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media kartu huruf adalah jenis

kertas yang berukuran tebal dan berbentuk persegi panjang yang ditulisi atau ditandai

dengan unsur abjad atau huruf tertentu. Kartu huruf merupakan salah satu alat bantu

pembelajaran yang termasuk dalam katagori Flash Card.

4. Kebaikan dan Keburukan Media Kartu Huruf

Kelebihan dan kelemahan media bergambar menurut Sadiman, dkk (2008: 29-31)

adalah:

Kelebihan:

1. Sifatnya konkret, lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan

media verbal semata.

2. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek, atau peristiwa

dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu dapat siswa dibawa ke objek atau peristiwa

tersebut.
19

3. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

4. Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia

berapa saja sehingga dapat mencegah kesalahpahaman.

5. Harganya murah, mudah diperoleh dan digunakan tanpa memerlukan peralatan

khusus.

Kelemahan:

1. Hanya menekankan persepsi indera mata.

2. Benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

pembelajaran.

3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Jadi, dari pendapat di atas dapat dianalisis bahwa media pembelajaran merupakan

suatu bentuk peralatan, media, atau teknik yang digunakan menyalurkan pesan,

membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan minat siswa dalam proses belajar. Dalam hal ini penerima pesan adalah

siswa. Jadi sebaiknya dalam pembelajaran membaca permulaan tidak lepas dari

penggunaan media.

5. Fungsi Permainan Kartu Huruf

John D. Latuheru dalam Kurniawan, (2009: 24) mengungkapkan fungsipermainan

kartu huruf adalah sebagai berikut:

1. Kondisi atau situasi saat permainan sangat penting bagi anak didik karena anak-anak

akan bersikap lebih positif terhadap permainan kartu itu.

2. Permainan dapat mengajarkan fakta dan konsep secara tepat guna, sama dengan cara

pembelajaran konvensional pada objek yang sama.


20

3. Pada umumnya permainan kartu dapat meningkatkan motivasi belajar anak didik,

permainan dapat juga mendorong siswa untuk saling membantu satu sama lain.

4. Bantuan yang paling baik dari media permainan adalah domain efektif (yang

menyangkut perasaan atau budi pekerti) yaitu memberi bantuan motivasi untuk

belajar serta bantuannya dalam masalah yang menyangkut perubahan sikap.

5. Guru maupun siswa dapat menggunakan permainan kartu mana yang mengandung

nilai yang paling tinggi dan bermakna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

6. Langkah-Langkah Permainan Kartu Huruf

Eliyawati (2005: 72) menyebutkan langkah-langkah dalam bermain kartu huruf

diantaranya yaitu ambilah satu persatu kartu huruf secara bergantian. Berdasarkan

penjelasan tersebut, dalam penelitian ini menguraikan langkah-langkah dalam

penggunaan kartu huruf dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a. Guru menunjukkan gambar-gambar yang sesuai dengan tema.

b. Guru menyiapkan dan membagikan kartu huruf.

c. Guru menunjukkan kartu huruf dan melafalkannya.

d. Anak mencoba bermain kartu Huruf yang sesuai dengan instruksi

guru.

e. Membiarkan anak mencoba untuk mencocokkan kartu huruf

f. Anak diminta untuk menunjuk huruf sesuai perintah guru.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan

media kartu huruf diperlukan langkah-langkah dalam penggunaannya, hal ini agar

pembelajaran lebih terarah dan sistematis.


21

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis tindakan/dugaan sementara sebagai berikut: Melalui penggunaan media kartu

huruf dalam pembelajaran bahasa Indonesia (membaca permulaan) dapat meningkatkan

kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SD Negeri SDN 27 Kota Bima

Kabupaten Bima.
22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penenlitian ini dilaksanakan di SDN 27 Kota Bima dengan jumlah siswa 17

orang terdiri dari laki-laki 9 orang perempuan 8 orang dengan tingkat kemampuan

yang berbeda.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan di SDN 27 Kota Bima selama 2 siklus pada

semester 2 dari bulan Pebruari sampai dengan bulan Mei 2018.

B. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini guru mempersiapkan sesuatu yang dibutuhkan untuk

pelaksanaan penelitian yang dibuat, adalah menyusun rencana pembelajaran bersama

guru, menyiapkan RPP, penyiapkan lembar pengamatan observasi pada saat

mengamati pembelajaran, menyiapkan instrumen tes untuk evaluasi pada akhir siklus,

pelaksanaan tindakan direncanakan pada awal bulan Pebruari 2018.

2. Tahap Implementasi Penelitian

Pada tahap implementasi ini guru melaksanakan proses pembelajaran materi

pokok Menjelaskan membaca permulaan sesuai dengan RPP yang dibuat.

Pemberian tes akhir tindakan dilaksanakan setelah siswa melaksanakan proses

pembelajaran.
23

3. Tahap Pengamatan/Observasi

Melakukan observasi (pengamatan) oleh peneliti dan teman sejawat terhadap

pelaksanaan tindakan dengan berdasarkan format observasi yang telah dibuat.

1. Tahap Refleksi

Setelah melakukan tindakan dan pengamatan, maka tahap-tahap dalam siklus

diakhiri dengan tahap refleksi. Peneliti melakukan diskusi dengan pengamat guna

membahas hasil pengamatan pada pelaksanaan tindakan. Dari hasil diskusi tersebut

selanjutnya memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya.

C. Instrumen Penenlitian

1. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah semua siswa kelas 1 SDN 27 Kota Bima

dan bersama tim peneliti observasi.

2. Jenis Data

Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah di susun

peneliti.

b. Data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran.

c. Data tes hasil belajar siswa.

d. Data hasil pengamatan perilaku guru dan siswa pada waktu

pelaksanaan pembelajaran.

3. Cara Pengambilan Data

Lembar Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan

prsoses pembelajaran, sedangkan tes digunkan untuk memperoleh data tentang hasil
24

belajar atau prestasi belajar siswa terhadap materi pembelajaran yang dilaksanakan

dalam penelitian tindakan ini.

D. Analisis Data

Penilaian kemampuan siswa disamping penilaian proses juga penilaian hasil

evaluasi.

1. Penilaian proses dilakukan pada waktu mengadakan diskusi untuk menyelesaikan

LKS. Kriteria penilaian sikap yang perlu diamati pada waktu diskusi dalam

menerapkan pembelajaran Kartu huruf yaitu 5 (lima) unsur dasar pembelajaran

kooperatif.

a. Interaksi tatap muka

b. Tanggung jawab individu

c. Saling ketergantungan positif

d. Ketrampilan berkomunikasi

e. Proses kelompok

2. Penilaian hasil evaluasi

Untuk menganalisa penilaian hasil evaluasi, peneliti menggunakan

penilaian berdasarkan acuan patokan. Menurut Wiyono (2003) mengatakan bahwa

penilaian berdasarkan acuan patokan digunakan apabila tujuan pengajaran secara

khusus diarahkan untuk menguasai seperangkat kemampuan secara tuntas

(mastery learning).

Penafsiran skor siswa berdasarkan kemampuan siswa menyelesaikan

ulangan harian tersebut. Jawaban yang benar dari siswa yang bersangkutan

dinyatakan dalam bentuk prosentase dengan rumus sebagai berikut :


25

Skor :

Keterangan :

B = skor jawaban benar

N = skor maksimal dari perangkat tes

Dari hasil skor, peneliti menentukan acuan patokan tentang ketuntasan belajar

siswa adalah sebagai berikut :

a. Ketuntasan perorangan

Seorang siswa dikatakan berhasil (tuntas) jika mencapai taraf penguasaan

minimal 75 %. Siswa yang taraf penguasaan kurang dari 75 % atau lebih

diberikan perbaikan.

b. Keputusan kelompok

Kelompok atau kelas dikatakan telah berhasil (mencapai keputusan) jika

paling sedikit 85 % dari jumlah dalam kelompok atau kelas itu telah mencapai

ketuntasan perorangan.

1. Apabila terdapat 85 % dari jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan

belajar, maka kelas tersebut dapat melanjutkan kegiatan pembelajaran berikutnya.

2. Apabila jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar masih kurang dari

85 % maka :

 Siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 85 % harus diberi program

perbaikan.

 Siswa yang telah mencapai taraf penguasaan 85 % atau lebih diberi program

pengayaan.
26

Bila ketuntasan siswa lebih dari 85 % maka pembelajaran dengan menerapkan

pembelajaran membaca dengan kartu huruf dikatakan berhasil, dan sebaliknya jika

ketuntasan belajar masih kurang dari 85 % dinyatakan belum berhasil.


27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 27 Kota Bima kelas 1 pada bidang studi

PKn. Penelitian ini berusaha mencari tahu tentang penerapan penggunaan Kartu huruf

dalam meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas 1 SDN 27 Kota

Bima semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Materi yang disajikan dalam penelitian ini

dilaksanakan dalam dua siklus dengan materi pokok menjelaskan membaca permulaan.

Berikut ini akan dijelaskan data tiap siklus.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada siklus I yakni menyusun perangkat

pembelajaran, merencanakan tujuan pembelajaran, menyiapkan alat dan bahan ajar serta

instrument penelitian yang meliputi evaluasi akhir tindakan, lembar observasi kegiatan

guru dan siswa, dengan tujuan meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa

kelas 1 melalui media kartu huruf. Pada kegiatan pembelajaran masih ada siswa yang

tidak memperhatikan penjelasan guru dan asyik bermain dengan teman sebangku

sehingga menggangu teman yang lain. Hal ini berakibat kurangnya konsentrasi teman

yang lain dalam kegiatan pembelajaran. Pelaporan hasil atau presentasi masih ada

beberapa siswa kurang berani mengeluarkan pendapat sehingga untuk mengatasi hal ini

guru harus selalu memberi semangat agar dapat membangkitkan keberanian siswa
28

Sebelum proses belajar dimulai pada siklus I, peneliti telah mempersiapkan

perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

memyiapkan lembar observasi atau instrumen penelitian, menyaiapkan alat evaluasi dan

menyiapkan lembar kerja siswa (LKS).

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I telah dimulai pada bulan September 2016, yang

terdiri dari dua kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali untuk eveluasi.

Pertemuan pertama membahas mengenai materi membaca permulaan . Sebagai

pelaksana pembelajaran adalah peneliti sendiri, sedangkan observer melibatkan guru

sejawat.

c. Observasi dan Evaluasi

1. Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

menggunakan model pembelajaran kolaboratif pada siklus I dapat dilihat pada pada

lampiran 2. Berdasarkan lampiran 2 pada siklus I baru 20% dengan kriteria sangat tidak

aktif dalam proses pembelajaran menggunakan penggunaan Kartu huruf . Artinya lebih

banyak siswa yang tidak aktif yaitu 80% (sangat tidak aktif) pada siklus I.

2. Hasil Observasi Aktivitas Guru

Proses observasi dilaksanakan oleh guru Bahasa Indonesia selama proses belajar

mengajar dengan mengisi lembar observasi yang telah di siapkan untuk memantau

jalannya proses belajar mengajar. Data hasil aktivitas guru siklus I dapat disajikan pada

lampiran 4.
29

Berdasarkan lampiran 4 aktivitas gurudalam menerapakan penggunaan Kartu

huruf pada siklus I baru dilaksanakan 38% dan belum dilaksanakan 62%. Karena

indikator kinerja yang ditentukan dalam proses pembelajaran aktivitas guru adalah 80%

maka pada disiklus I ini belum mencapai indikator kinerja yang direncanakan.

3. Hasil Evaluasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa pada siklus I dapat dilihat lampiran 6. Dari data tersebut

pada siklus I siswa yang belum tuntas belajar masih ada 12 orang atau 71% (cukup

banyak) sedangkan yang sudah tuntas belajar baru 5 orang atau 29% (cukup banyak yang

belum tuntas). Berdasarkan data tersebut maka berdasarkan KKM di SDN 27 Kota Bima

bahwa ketuntasan individual 75 dan ketuntasan klasikal apabila telah mencapai 80%.

d. Refleksi

Setelah selesai siklus I maka diadakan refleksi dan diskusi dengan guru Bahasa

Indonesia. Beberapa hal yang direfleksi adalah dari aspek keaktifan belajar siswa,

aktivitas guru dan prestasi belajar siswa. Dari aspek keaktifan siswa sebagaian besar

masih belum mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan dimana keaktifan siswa

harus mencapai 85%. Beberapa aspek yang belum mencapai target indikator kinerja

adalah aktif melakukan konfirmasi tentang tugas dalam kelompok asal, siswa juga belum

aktif mencari bahan untuk mendalami materi yang ditugaskan dalam kelompok ahli.

Selain itu siswa juga belum terkeaktifan mengajukan pertanyaan kepada guru atau teman

apabila ada materi yang tidak dimengerti. Keaktifan siswa dalam memberikan penguatan

atau sanggahan pada saat diskusi dan memberikan pertanyaan pada siswa yang presentasi

masih belum terlihat pada siklus I. Walaupun demikian persentase keaktifan untuk aspek

mendengarkan dan memperhatikan petunjuk atau penjelsan guru, selalu menujukkan


30

sikap ingin tahu dengan mengajukan pertanyaan, dan aspek menunjukkan sikap senang

berdiskusi baik di kelompok asal maupun kelompok berada. Pada siklus I aktivitas siswa

baru mencapai 20%.

Dari aspek aktivitas yang dilakukan guru pada siklus I guru baru mencapai 38%

tergolong sangat tidak aktif. Dari aspek prestasi belajar siswa pada siklus I masih banyak

siswa yang belum tuntas belajar. Data prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa

ketuntasan klasikal baru mencapai 58% dari 85% yang diharapkan.

Berdasarkan refleksi terhadap keaktifan belajar, aktivitas yang dilakukan guru

dan prestasi belajar siswa yang telah dilaksanakan pada siklus I ternyata masih belum

mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan dan KKM yang ditentukan oleh karena

itu masih perlu dilanjutkan pada siklus II untuk melakukan perbaikan terhadap kendala-

kendala yang terjadi pada siklus I.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Sama seperti pada siklus I, sebelum proses belajar dimulai pada siklus II, peneliti

terlebih dahulu mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran (SP), lembar observasi dan

lembar kerja siswa (LKS). Persiapan pada saat perencanaan tentunya melakukan revisi

seperlunya setelah melihat kelemahan pada siklus I.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan pada bulan Oktober 2017. Materi

diajarkan sama seperti siklus I yaitu tentang materi menghitung volume prisma segitiga
31

dan tabung lingkaran. Guru sebagai observer menyiapkan lembar observasi dan LKS

yang akan dikerjakan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

c. Observasi dan Evaluasi

1) Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Pada siklus II ini hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada

lampiran 3.

Berdasarkan data yang disajikan pada lampiran 4 menunjukkan aktivitas belajar

siswa pada siklus II mencapai 89% berarti sudah mencapai indikator kinerja yang

ditetapkan sebesar 85%.

2) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Hasil observasi yang dilakukan terhadap aktivitas guru siklus II menunjukkan

bahwa semua aspek sudah dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik hal ini dapat dilihat

bahwa hampir semua aspek telah dilaksanakan oleh guru kecuali guru belum memberikan

penghargaan mingguan pada siswa. Secara keseluruhan persentase capaian dari aktivitas

guru dalam proses pembelajaran adalah mencapai 92%. Selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 5.

3) Hasil Evaluasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup berarti.

Dari 17 orang siswa hanya 3 orang siswa yang belum tuntas belajar pada siklus II.

Selebihnya yaitu 14 orang atau 82% siswa sudah tuntas belajar. Tiga orang siswa tersebut

belum mencapai KKM yang ditetap di SDN 27 Kota Bima, mereka hanya mencapai nilai

dibawah 75. Sementara KKM Bahasa Indonesia terpadu di SDN 27 Kota Bima secara

individual sebesar 75. Walaupun masih ada 3 orang siswa yang belum tuntas pada siklus
32

II namun rata-rata kelas pada siklus II cukup tinggi yaitu 84 dan persentase ketuntasan

82%. Prestasi belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada Lampiran 6.

d. Refleksi

Pada akhir siklus II peneliti dan guru Bahasa Indonesia terpadu di kelas 1

melakukan refleksi tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung di siklus II.

Refleksi dilakukan terhadap proses pembelajaran dan aspek yang diobservasi seperti

aspek keaktifan belajar, aktivitas guru dan prestasi belajar. Persentase ketercapaian dari

tiga hal tersebut pada siklus II adalah sebagai berikut: keaktifan belajar persentase

ketercapaiannya mencapai 90%, aktivitas guru 92%, dan prestasi belajar rata-rata kelas

84 dan presentase ketuntasan 82%.

Berdasarkan refleksi terhadap proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

pada siklus II dapat dijelaskan bahwa dari aktivitas siswa cukup tinggi yaitu 90%,

demikian juga aktivitas guru juga sangat tinggi yaitu 92%. Hasil belajar siswa mencapai

rata-rata 84. Dengan perincian hanya 3 orang siswa yang belum tuntas pada siklus II dan

ketuntasan mencapai 82%. Berdasarkan uraian di atas maka tidak dilakukan lagi

perbaikan pada siklus berikutnya, dengan kata lain pelaksanaan pembelajaran ini tidak

dilanjutkan pada siklus ke-III.

B. Pembahasan

Dalam penelitian ini, penerapan model pembelajaran kolaboratif dengan harapan

hasil belajar siswa VI SDN 27 Kota Bima dapat dioptimalkan sehingga ketuntasan

belajar dapat tercapai. Materi yang disampaikan pada siklus I dan II adalah mengenai

membaca permulaan .
33

Penelitian tindakan ini ingin mengetahui apakah dengan menggunakan

penggunaan Kartu huruf dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia di siswa

kelas 1 SDN 27 Kota Bima, maka dapat dilihat dari aktivitas siswa dan guru dalam

proses pembelajaran di kelas.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa pada siklus I aktivitas siswa masih rendah

yaitu baru mencapai 20% dan meningkat menjadi 80% pada siklus II. Demikian pula

hasil pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh guru pada siklus I baru

mencapai 38% meningkat menjadi 92% pada siklus II.

Dilihat dari hasil belajar siswa dapat diketahui pada siklus I belum tercapai

ketuntasan seperti yang diharapkan. Tidak tercapainya ketuntasan belajar pada siklus I

disebabkan beberapa hal diantaranya masih kurangnya keaktifan guru dalam

membimbing dan mengarahkan kelompok siswa dalam membuat rangkuman materi

sendiri dari penjelasan yang dilakukan, kurangnya aktivitas siswa dari tiap kelompok

dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I ketuntasan belajar yang dicapai baru 29%

artinya baru 5 orang siswa yang tuntas belajar dari 17 orang siswa, dan 71% siswa atau

12 orang siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini masih jauh dari ketuntasan yang

diharapkan yaitu 80%. Pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan belajar 14 orang

atau mencapai 82% artinya hanya 3 orang siswa atau 18% saja siswa yang belum tuntas

belajar.

Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kurangnya aktivitas belajar dan

rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia siswa, salah satunya adalah ketidaktepatan

penggunaan media pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Hasil observasi dan

pengalaman peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar guru masih menggunakan


34

model pembelajaran yang bersifat konvensional yakni ceramah, tanya jawab, pemberian

tugas. Kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh guru dan sedikit melibatkan siswa,

akibatnya interaksi antara siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung sangat

minim.

Oleh karena itu diperlukan media pembelajaran matematika yang inovatif dan

kreatif, sehingga kegiatan pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif, dan

menyenangkan sehingga siswa tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran yang

kaku, monoton, dan membosankan. Penggunaan Kartu huruf merupakan salah satu

model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan

pembelajaran, dan pada akhirnya juga berimbas pada meningkatnya hasil belajar Bahasa

Indonesia siswa.

Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangatlah penting yaitu bagaimana

memotifasi siswa. Hal ini sangat berperan pada kemajuan, perkembangan siswa. Siswa

akan lebih tekun lebih giat dan bersemangat dalam belajar. Dalam interaksi belajar

mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa, untuk dapat menyelidiki,

mengamati, belajar, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini akan menumbuhkan

rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang dikerjakan, dan kepercayaan pada diri

sendiri, sehinnga siswa tidak selalu menguntungkan diri pada orang lain (Citriadin,

2007).

Pada siklus II hasil evaluasi yang diperoleh tidak tuntas, hal ini disebabkan karena

siswa dari tiap kelompok masih kurang aktif dalam menanyakan hal-hal yang belum

dimengerti, kurangnya kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, dan kurangnya

penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Hasil yang diperoleh pada siklus II
35

adalah 90%. Karena capaian ketuntasan ini melampaui di atas KKM dan indikator kinerja

maka tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Dari hasil penelitian tentang keaktifan belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 1

SDN 27 Kota Bima menunjukkan bahwa siswa telah aktif didalam kelompok saat

memecahkan masalah materi membaca permulaan.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN 27 Kota Bima diperlukan suatu

metode dan model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi bersemangat dan

beraktifitas tinggi dalam belajar misalnya yang telah diterapkan oleh peneliti yaitu

penggunaan Kartu huruf khususnya materi Membaca yang yang membuat sebagian

siswa mungkin merasa tidak bersemangat dalam belajar. Untuk itu diperlukan metode

yang bisa membuat siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar.

Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran adalah

penggunaan Kartu huruf khsusnya penggunaan Kartu huruf . Lie (2010:91)

mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif bisa memberikan kesempatan pada siswa

untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan siswa lain dalam suasana gotong royong yang

harmonis dan kondusif. Suasana positif yang timbul dari pembelajaran kooperatif bisa

memberikan kesempatan pada siswa untuk mencintai pelajaran, sekolah, serta guru.

Dalam kegiatan-kegiatan ini siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.

Selain dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, menurut Sanjaya

(2007:241) model pembelajaran kooperatif juga mempunyai dampak pengiring seperti

relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma

akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang lain.

Pujiastuti (2007:2) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif juga bisa


36

mengembangkan kemampuan berkomunikasi siswa, karena dalam diskusi mau tidak mau

siswa dituntuk untuk mampu berkomunikasi dengan teman sekelompoknya.


37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat peneliti simpulkan bahwa:

1. Aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus I hanya mencapai 20%

meningkat menjadi 80% pada siklus II.

2. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus I hanya 38%

meningkat menjadi 92% pada siklus II.

3. Hasil belajar siswa pada siklus I baru mencapai rata-rata kelas 67 dengan

ketuntasan 29% meningkat menjadi rata-rata kelas 84 dengan ketuntasan belajar 82%

pada siklus II berarti pencapaian ketuntasan klasikal sudah terpenuhi yaitu minimal ≥

80%.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti dapat memberikan saran:

1. Kepada guru, agar dapat menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar

termasuk menggunakan penggunaan Kartu huruf agar keaktifan belajar dan prestasi

belajar siswa dapat ditingkatkan.

2. Kepada guru, dalam pembelajaran agar mempertimbangkan perkembangan dan taraf

berpikir anak sebagai acuan dalam memilih pendekatan dan metode belajar. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat evaluasi dan introspeksi oleh

guru bidang studi Bahasa Indonesia khususnya ketika membahas materi membaca

permulaan.
38

3. Kepada para guru diharapkan dapat mengetahui, memahami dan menerapkan

penggunaan Kartu huruf dalam upaya peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia

pada siswa utamanya membaca permulaan.

4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menerapkan penggunaan Kartu huruf ini sedapat

mungkin mampu mengelola alokasi waktu, dan fasilitas pendukung termasuk media

pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD.


39

DAFTAR PUSTAKA

Alwi. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edukasi III. Jakarta: Balai Pustaka

Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:


Penerbit Rineka Cipta

Arjudin, Sri Patmi dan Kadarillah. 2004. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Pada
Siswa Kelas II B SMAN 2 Mataram Tahun Ajaran 2004/2005. Mataram: FKIP
UNRAM

Depdiknas. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Sosial. Mataram

Bahri Djamarah. 1991. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional

Erlin Rosani. 2001. Portofolio dan Paradigma Baru Dalam Penilaian Matematika.
Jakarta: Rineka Cipta

Gulo, W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo

Hadi, W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo

Hudoyo. 1979. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Usaha Nasional

Lisnawati. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Surapranata. 2004. Penilaian Portofolio Impelementasi Kurikulum 2004. Bandung. PT


Remaja Rosdakarya
40

Lampiran 1

Hasil Observasi Tentang Keaktifan Belajar Siswa Siklus I Siswa kelas 1 SDN 27 Kota
Bima Tahun Pelajaran 2017/2018

NO Aspek Proses Belajar


Ya tidak
Aktivitas peserta didik dalam belajar
1 membaca dengan menerapkan penggunaan 0 1
Kartu huruf
Efektifitas model pembelajaran membaca
2 permulaan menggunakan media kartu huruf 0 1
dalam meningkatkan keaktifan  peserta didik
Siswa aktif membaca permulaan
3 0 1
menggunakan Kartu huruf
siswa termotivasi belajar membaca
4 1 0
permulaan menggunakan media kartu huruf
Rasa senang peserta didik dalam belajar
5 melalui penerapan model pembelajaran 0 1
menggunakan media kartu huruf
Tantangan yang dirasakan peserta didik
dalam belajar dengan menerapkan model
6 0 1
pembelajaran menggunakan media kartu
huruf
Ketertarikan siswa terhadap membaca
7 permulaan dengan menggunakan media 1 0
Kartu huruf
Kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas
8 0 1
kelompok
Kemampuan siswa dalam membaca dan
9 menggunakan Kartu huruf dan bertanya bila 0 1
ditemukan hal yang janggal
Tingkat ketrampilan membaca siswa
10 terhadap materi membaca permulaan dengan 0 1
media Kartu huruf
Jumlah 2 8
Persentase 20% 80%
41

Lampiran 2

Hasil Observasi Tentang Keaktifan Belajar Siswa Siklus II Siswa kelas 1 SDN 27 Kota
Bima Tahun Pelajaran 2017/2018

NO Aspek Proses Belajar


Ya tidak
Aktivitas peserta didik dalam belajar membaca
1 1 0
dengan menerapkan penggunaan Kartu huruf
Efektifitas model pembelajaran membaca
2 permulaan menggunakan media kartu huruf 1 0
dalam meningkatkan keaktifan  peserta didik
Siswa aktif membaca permulaan menggunakan
3 1 0
Kartu huruf
siswa termotivasi belajar membaca permulaan
4 1 0
menggunakan media kartu huruf
Rasa senang peserta didik dalam belajar
5 melalui penerapan model pembelajaran 1 0
menggunakan media kartu huruf
Tantangan yang dirasakan peserta didik dalam
6 belajar dengan menerapkan model 1 0
pembelajaran menggunakan media kartu huruf
Ketertarikan siswa terhadap membaca
7 permulaan dengan menggunakan media Kartu 1 0
huruf
Kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas
8 1 0
kelompok
Kemampuan siswa dalam membaca dan
9 menggunakan Kartu huruf dan bertanya bila 0 1
ditemukan hal yang janggal
Tingkat ketrampilan membaca siswa terhadap
10 materi membaca permulaan dengan media 1 0
Kartu huruf
Jumlah 9 1
Persentase 90% 10%
42

Lampiran 3

Data Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Aktivitas Guru Siklus I

Pelaksanaan
No Kegiatan
Ya Tidak
  A. Kegiatan Pendahuluan 1 0

1 Mengucapkan salam 1 0

2 Mendata kehadiran siswa 0 1


Memberikan pertanyaan umpan tentang
3 memintasiswa membca dengan Media Kartu 0 1
Huruf.
4 Guru menyiapkan LKS siswa    

  B. Kegiatan Pokok 0 1
Guru menunjukkan gambar-gambar yang sesuai
5 0 1
dengan tema.
6 Guru menyiapkan dan membagikan kartu huruf. 0 1
Guru menunjukkan kartu huruf dan
7 0 1
melafalkannya.
Anak mencoba bermain kartu Huruf yang sesuai
8 0 1
dengan instruksi guru.
Membiarkan anak mencoba untuk mencocokkan
9 0 0
kartu huruf
Anak diminta untuk menunjuk huruf sesuai
10 1 0
perintah guru
  C. Kegiatan Penutup
11 Guru menerima hasil kerja kelompok kecil 1 0

Guru menyelenggarakan tes yang mencakup materi


12 satu Bab
0 1

13 Guru menarik kesimpulan 1 0


Jumlah 5 8
Persentase 38% 62%
43

Lampiran 4

Data Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Aktivitas Guru Siklus II

Pelaksanaan
No Kegiatan
Ya Tidak
  A. Kegiatan Pendahuluan 1 0

1 Mengucapkan salam 1 0

2 Mendata kehadiran siswa 1 0


Memberikan pertanyaan umpan tentang
3 memintasiswa membca dengan Media Kartu 1 0
Huruf.
4 Guru menyiapkan LKS siswa    

  B. Kegiatan Pokok 1 0
Guru menunjukkan gambar-gambar yang sesuai
5 1 0
dengan tema.
6 Guru menyiapkan dan membagikan kartu huruf. 1 0
Guru menunjukkan kartu huruf dan
7 1 0
melafalkannya.
Anak mencoba bermain kartu Huruf yang sesuai
8 1 0
dengan instruksi guru.
Membiarkan anak mencoba untuk mencocokkan
9 0 0
kartu huruf
Anak diminta untuk menunjuk huruf sesuai
10 1 0
perintah guru
  C. Kegiatan Penutup 1 0

11 Guru menerima hasil kerja kelompok kecil 0 1


Guru menyelenggarakan tes yang mencakup materi
12 satu Bab
1 0

13 Guru menarik kesimpulan 1 0


Jumlah 12 1
Persentase 92% 8%
44

Lampiran 5

Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I Siswa kelas 1 SDN 27 Kota Bima
Tahun Pelajaran 2017/2018

No Nama Siswa L/P Nilai Ketuntasan Ket.


1 Afriadin L 60 Belum Tuntas  
2 Andika Syahdan L 75 Tuntas  
3 Aulia Mufidah P 60 Belum Tuntas  
4 Bunga Lestari L 60 Belum Tuntas  
5 Fahru Rizki L 78 Tuntas  
6 Muhammad Ikbal L 70 Belum Tuntas  
7 Murtalib L 60 Belum Tuntas  
8 Nurul Isrianti Putri P 75 Tuntas  
9 Nurwahidah P 60 Belum Tuntas  
10 Riana P 70 Belum Tuntas  
11 Rizkie Amru L 56 Belum Tuntas  
12 Ririn P 80 Tuntas  
13 Rizqi Amlya P 70 Belum Tuntas  
14 Salsabilah P 58 Belum Tuntas  
15 Subhan L 75 Tuntas  
16 Suci Putri Puspitasari P 57 Belum Tuntas  
17 Uswatun Hasanah P 70 Belum Tuntas  
Jumlah 1134    
Rata-Rata 67    
Persentase Tuntas 5/17x100=29    
Persentase Belum tuntas 12/17x100=71    
45

Lampiran 6

Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II Siswa kelas 1 SDN 27 Kota Bima
Tahun Pelajaran 2017/2018

No Nama Siswa L/P Nilai Ketuntasan Ket.


1 Afriadin L 85 Tuntas  
2 Andika Syahdan L 85 Tuntas  
3 Aulia Mufidah P 88 Tuntas  
4 Bunga Lestari L 70 Belum Tuntas  
5 Fahru Rizki L 95 Tuntas  
6 Muhammad Ikbal L 76 Tuntas  
7 Murtalib L 70 Belum Tuntas  
8 Nurul Isrianti Putri P 95 Tuntas  
9 Nurwahidah P 85 Tuntas  
10 Riana P 85 Tuntas  
11 Rizkie Amru L 64 Belum Tuntas  
12 Ririn P 85 Tuntas  
13 Rizqi Amlya P 85 Tuntas  
14 Salsabilah P 87 Tuntas  
15 Subhan L 96 Tuntas  
16 Suci Putri Puspitasari P 90 Tuntas  
17 Uswatun Hasanah P 90 Tuntas  
Jumlah 1431    
Rata-Rata 84    
Persentase Tuntas 14/17x100=82    
Persentase Belum tuntas 3/17x100=18    
46

Lampiran 7

BERITA ACARA PELAKSANAAN SEMINAR


LAPORAN HASIL PENELITIAN
Pada hari ini :  Sabtu
Tanggal : 28 April 2018
Pukul : 10.00.wita
Bertempat di ruang : Ruang Guru SDN 27 Kota Bima
Pada Sekolah : SDN 27 Kota Bima
Dengan alamat : Rabadompu Timur
Nomor Telephon/Fax :
e-mail :
Telah diselenggarakan acara Seminar Hasil Penelitian:
Dengan Judul :
Hasil Karya : Siti Rahmah, S.Pd.SD
NIP : 197108141995022001
Jabatan : Guru
Pangkat/Golongan : Penata tk. 1/III c
Tempat Tugas : SDN 27 Kota Bima
Alamat Rumah : Rabadompu Timur
Nomor Telphon/ HP :
e - mail :
Pada Acara Seminar tersebut :
Sebagai Penyaji : Siti Rahmah, S.Pd.SD
Sebagai Moderator : Avi Sukesih, S.Pd
Sebagai Pembahas : Sri Rahmawat, S.Pd.I
Susunan Acara Seminar : (a)Pembukaan, (b)Sambutan Kepala Sekolah dan / atau
Pengawas Sekolah, (c)Pemaparan Singkat Laporan Hasil Penelitian Oleh Penyaji/ Penulis
Laporan, (d)Tanggapan, pertanyaan, kritik/ saran, masukan dari Peserta Seminar dan
Tanggapan dari Penyaji, (e)Penutup.
Jumlah Peserta yang Hadir : 20 Orang (Daftar Hadir Terlampir)
Adapun Notulen Jalannya Acara Seminar, Print Out Bahan Tayang Paparan Penyaji serta
Foto Kegiatan Seminar sebagaimana terlampir dalam Berita Acara ini.
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Kota Bima, 28 April 2018
Mengetahui
KepalaSekolah SDN 26 Kota Bima Ketua KKG Gugus V Kec Raba

ARIFIN, S.Pd SRI WAHYUNI,S.Pd


NIP. 197001311992031004 NIP. 196807221989062002

You might also like