! PTK Rahmah Membaca Permulaan Acc
! PTK Rahmah Membaca Permulaan Acc
! PTK Rahmah Membaca Permulaan Acc
PENDAHULUAN
baru. Pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca
sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada
aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada
konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca (Puji Santosa dkk,
2005: 6.3).
seseorang tidak dapat melakukan hal tersebut tanpa mempelajarinya, terutama anak
usia sekolah dasar yang baru mengenal huruf atau kata-kata. Problem umum yang
dihadapi anak dalam membaca adalah pada pelaksanaan pengajaran membaca, guru
sering kali dihadapkan anak yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan
hubungan huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun ketidakmampuan anak
dituntut untuk mampu membaca huruf, suku kata dan kalimat. Pembelajaran di SD
dilaksanakan sesuai dengan perbedaan atas kelas rendah dan kelas tinggi. Pelajaran di
2
pengajaran membaca permulaan bagi siswa kelas satu SD merupakan hal yang mutlak
diperlukan, anak kelas satu SD yang pada umumnya baru berusia enam tahun masih
berada pada taraf berfikir konkret, yaitu anak akan mudah mengenali hal-hal yang
bersifat nyata. Disamping itu, dengan alat bantu yang digunakan oleh guru secara
bervariasi akan membangkitkan minat siswa dalam mengikuti pelajaran. Salah satu
papan tulis dan pembelajaran hanya berpusat kepada guru. Hal ini menyebabkan
kemampuan membaca permulaan siswa masih sangat rendah. Media Kartu Huruf
yang ada di sekolah tidak dipergunakan sebagaimana mestinya dan hanya disimpan
dalam lemari.
dapat tercapai dan pembelajaran menjadi aktif, interaktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
terlihat bahwa guru SDN 27 Kota Bima kelas 1 dalam proses pembelajaran di kelas
media pembelajaran oleh guru. Hal tersebut membuat siswa merasa kurang
termotivasi dalam kegiatan pembelajaran dan membuat hasil belajar siswa rendah.
dengan adanya fasilitas pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar yang
optimal.
sebagai pendengar saja. Siswa kurang diikut sertakan dalam pengelolaan informasi,
sehingga siswa tidak aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berlangsung
dan untuk itu motivasi belajar siswa menjadi rendah, ditandai dengan banyaknya
siswa yang bermain sendiri dan bersenda gurau pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Guru hanya menekankan pada penanaman konsep pada diri siswa tanpa
membaca siswa kelas 1 SDN 27 Kota Bima masih rendah, hal ini dapat dilihat dari
hasil belajar pada salah satu mata pelajaran yaitu mata pelajaran bahasa indonesia
yang belum mencapai KKM. Rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia dapat dilihat
pembelajaran yang dapat menjadikan siswa lebih aktif dan berada dalam suasana
belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar siswa mampu mencapai tujuan
untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar siswa adalah media kartu
huruf.
yang berukuran tebal dan berbentuk persegi panjang yang ditulisi atau ditandai
dengan unsur abjad atau huruf tertentu. Kartu huruf merupakan salah satu alat bantu
pembelajaran yang termasuk dalam katagori Flash Card. Media pembelajaran ini
mengandalkan Kartu Huruf yang menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran.
Kartu huruf dapat membantu guru mencapai tujuan intruksional karena selain
merupakan media yang murah dan mudah diperoleh, juga dapat meningkatkan
keaktifan siswa. Selain itu, pengetahuan dan pemahaman siswa menjadi lebih luas,
Permulaan Siswa Kelas 1 Semester 2 SDN 27 Kota Bima Melalui Media Kartu Huruf
Tahun 2017/2018 ”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
pendidikan di sekolah.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
tujuan memperoleh pemahaman secara menyeluruh tentang suatu bacaan, serta penilaian
terhadap keadaan, nilai, dan dampak bacaan. Kegiatan membaca merupakan aktivitas
mental memahami apa yang disampaikan penulis melalui teks atau bacaan.
sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai
teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru
membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh
kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat
a. Lambang-lambang tulis,
tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku.
menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf,
Kartu huruf dan kartu kalimat. Pembelajaran membaca dengan buku merupakan kegiatan
1. Tujuan Membaca
denganorang yang tidak mempunyai tujuan. Menurut Blankton dan Irwin dalam Farida
a) Kesenangan,
suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks.
8
Menurut Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar dalam Farida Rahim (2008: 289)
tujuan pembelajaran membaca dibagi menjadi tingkat pemula, menengah, dan mahir.
menjadi bagian penting dari pembelajaran bahasa Indonesia, maka melalui pembelajaran
tujuan membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu tujuan membaca umum dan membaca
khusus. Dikatakan tujuan membaca umum, manakala aktivitas membaca tersebut untuk
2. Manfaat Membaca
masyarakatyang gemar belajar membaca. Proses belajar efektif antara lain dilakukan
visual(gambar tanda-tanda jalan) dan media cetak misalnya surat kabar. Menurut Sukirno
dengan orang lain atau mendapatkan informasi visual guna mendapatkan ilmu dan
mencapai kesuksesan.
3. Jenis-Jenis Membaca
membaca ada dua macam, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca
permulaan diberikan kepada siswa semenjak di Taman Kanak-kanak, kelas 1, dan kelas 2
10
Sekolah Dasar, sedangkan untuk membaca lanjut diberikan kepada siswa kelas 3 Sekolah
Membaca permulaan disajikan malalui dua cara yaitu membaca permulaan tanpa
buku dan membaca permulaan dengan buku. Membaca permulaan tanpa buku, artinya
seseorang saat membaca tidak menggunakan buku, akan tetapi menggunakan media lain.
Hal tersebut berbeda dengan membaca permulaan dengan menggunakan buku, artinya
Menurut Supriyadi, dkk. (2005: 127) pada membaca permulaan terdapat satu jenis
membaca, yaitu membaca teknis (membaca nyaring). Di Sekolah Dasar jenis membaca
dengan cara menyaringkan atau menyuarakan apa yang dibaca sebagian besar atau
bahkan sepenuhnya dilakukan pada kelas I dan II, sedangkan pada kelas yang lebih tinggi
frekuensi kegiatan membaca teknis semakin dikurangi karena pada kelas tinggi
teknis (membaca nyaring) terdapat proses pengenalan kata yang menuntut kemampuan,
sebagai berikut.
d. Variasi bunyi (/u/ pada kata “pukul”, /o/ pada kata “toko” dan pohon”).
11
f. Menggunakan analisis struktural untuk identifikasi kata (kata ulang, kata majemuk,
imbuhan).
jenismembaca nyaring.
bunyisuatu tulisan atau huruf yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat.
(2005: 133) mengatakan sebagai berikut. Pengajaran membaca di sekolah dasar dapat
dikelompokan ke dalam dua bagian yaitu membaca permulaan dan membaca lanjutan.
keterampilan segi mekanisnya. Oleh karena itu, jenis membaca permulaan yang
dikembangkan adalah membaca teknis.” Menurut Supriyadi, dkk. (2005: 129) dalam
berikut:
Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2007: 22) pembelajaran membacadi kelas
I dan kelas II itu merupakan pembelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca
yang diperoleh siswa di kelas I dan kelas II tersebut akan menjadi dasar pembelajaran
permulaan adalah kesanggupan siswa dalam mengenal dan memahami huruf-huruf dan
ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi yang wajar, kelancaran dan kejelasan
suara. Selain itu, di dalam kemampuan membaca permulaan juga terdapat aspek
keberanian.
antara lain:
1) Metode Eja
2) Metode Bunyi dan Abjad
3) Metode Suku Kata dan Metode Kata
4) Metode Global
5) Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar.
Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemampuan atau keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan,
pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya (Briggs, 1977 dalam
dilihat dan didengar. Alat-alat ini dipakai dalam pengajaran dengan maksud untuk
membuat cara berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan alat-alat
ini, guru dan siswa dapat berkomunikasi lebih mantap, hidup dan interaksinya bersifat
banyak arah.
Alat adalah sarana yang sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar. Alat peraga menurut Depdiknas (2003) adalah benda/alat yang
lebih nyata/kongkret. Jadi Alat Peraga adalah sarana yang digunakan oleh guru untuk
menunjang proses belajar mengajar didalam kelas agar pembelajaran tampak lebih
suatu media, baik karton, kertas maupun papan tulis (tripleks). Potongan-potongan huruf
tersebut dapat dipindah-pindahkan sesuai keinginan pembuat suku kata, kata maupun
kalimat. Penggunaan kartu huruf ini sangat menarik perhatian siswa dan sangat mudah
digunakan dalam pengajaran membaca permulaan. Selain itu kartu huruf juga melatih
diperbaharui. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
”medius” yang artinya tengah, perantara atau penghantar. Menurut Djamarah (2011: 120)
dalam bahasa Arab, media dalah wasail atau wasilah yang berarti perantara atau
Gagne dalam Sadiman (2008: 6), media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Selain itu media adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Menurut Criticos dalam Daryanto (2010: 4) media merupakan salah satu komponen
(2010:4) media adalah segala sesuatu benda atau komponen yang dapat digunakan untuk
Media dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyalurkan pesan dalam
keaktifan dan motivasi siswa di dalam pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses
komunikasi antara peserta didik, guru dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan
didik. Selain itu media juga harus merangsang peserta didik untuk mengingat apa yang
sudah dipelajari sehingga memberikan rangsangan belajar baru yang membuat siswa aktif
dalam pembelajaran. Media yang baik juga akan akan mengaktifkan peserta didik dalam
memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong peserta didik untuk melakukan
15
proses pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
minat, dan perhatian peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
pada peserta didik. Sasaran penggunaan media adalah agar anak didik mampu mampu
menciptakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada untuk
digunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam mengaktifkan peserta
didik dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong peserta didik
untuk melakukan praktik-praktik dengan benar. Artinya peserta didik dengan mudah
mengerti dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada peserta
didik.
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
atau saluran komunikasi antara guru dan siswa, yang bisa merangsang pikiran,
proses pembelajaran dalam pencapaian tujuan pembelajaran menjadi lebih mudah dan
mempertinggi hasil belajar siswa Media yang akan digunakan untuk pembelajaran harus
harus benar-benar berhasil dan berdaya guna untuk meningkatkan dan memperjelas
pemahaman siswa.
1) Media dua dimensi seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, komik,
dan lain-lain.
2) Media tiga dimensi seperti model padat, model penampang, model susun, model kerja,
3) Media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP, dan lain-lain.
4) Lingkungan
Seel & Glasgow dalam Arsyad (2007: 35) menyebutkan bahwa jenis media
pembelajaran dibagi ke dalam dua kategori luas yaitu media tradisional dan media
1) Media Tradisional
b. Media visual diam yang tak diproyeksikan : gambar, poster, foto, charta,grafik,
f. Media cetak : buku teks, modul teks terprogram, workbook, majalahilmiah berkala,
sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia, video compact disc(VCD), digital video
disc (DVD).
Berdasarkan pendapat di atas jenis media yang digunakan pada penelitian ini
adalah media tradisional yaitu media visual diam yang tak diproyeksikan berupa kartu
huruf. Kartu huruf sangat membatu siswa dalam memahami materi pelajaran yang
disampaikan guru sehingga diharapkan media kartu huruf dapat membantu siswa sebagai
pemilihan media yaitu: (1) menentukan jenis media dengan tepat, artinya memilih media
sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran, (2) menetapkan atau mempertimbangkan
subyek dengan tepat, artinya penggunaan media sesuai dengan kematangan anak didik,
(3) menyajikan media dengan tepat, artinya teknik dan metode penggunaan media
disesuaikan dengan tujuan,bahan, metode, waktu, dan sarana, (4) menempatkan media
pada waktu, tempat dan situasi yang tepat, artinya kapan dan dalam situasi mana pada
Penelitian ini menggunakan media cetak berupa kartu huruf dan termasuk jenis
media visual, yang hanya dapat dilihat dan sangat tepat digunakan sesuai dengan
permasalahan kemampuan membaca rendah, masih banyak siswa yang belum lancar
Kartu dalam KBBI, Balai Pustaka ( h.448 ) adalah kertas tebal yang bebentuk
persegi panjang. Sedangkan huruf KBBI, Balai Pustaka ( h.362) adalah tanda aksara
atau tata tulis yang merupakan abjad yang melambangkan bunyi bahasa dan aksara.
Ambarini (2006: 35), mengatakan bahwa kartu huruf adalah kumpulan kartu yang
didalamnya terdapat huruf-huruf dari A-Z (kapital dan kecil) dan diberi gambar serta kata
untuk mendukung anak paham dan hafal abjad A hingga Z. Sedangkan Hasan (2009:65)
mengungkapkan kartu huruf adalah penggunaan sejumlah kartu sebagai alat bantu untuk
belajar membaca dengan cara melihat dan mengingat bentuk huruf dan gambar yang
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media kartu huruf adalah jenis
kertas yang berukuran tebal dan berbentuk persegi panjang yang ditulisi atau ditandai
dengan unsur abjad atau huruf tertentu. Kartu huruf merupakan salah satu alat bantu
Kelebihan dan kelemahan media bergambar menurut Sadiman, dkk (2008: 29-31)
adalah:
Kelebihan:
2. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek, atau peristiwa
dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu dapat siswa dibawa ke objek atau peristiwa
tersebut.
19
4. Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia
khusus.
Kelemahan:
pembelajaran.
Jadi, dari pendapat di atas dapat dianalisis bahwa media pembelajaran merupakan
suatu bentuk peralatan, media, atau teknik yang digunakan menyalurkan pesan,
perhatian dan minat siswa dalam proses belajar. Dalam hal ini penerima pesan adalah
siswa. Jadi sebaiknya dalam pembelajaran membaca permulaan tidak lepas dari
penggunaan media.
1. Kondisi atau situasi saat permainan sangat penting bagi anak didik karena anak-anak
2. Permainan dapat mengajarkan fakta dan konsep secara tepat guna, sama dengan cara
3. Pada umumnya permainan kartu dapat meningkatkan motivasi belajar anak didik,
permainan dapat juga mendorong siswa untuk saling membantu satu sama lain.
4. Bantuan yang paling baik dari media permainan adalah domain efektif (yang
menyangkut perasaan atau budi pekerti) yaitu memberi bantuan motivasi untuk
5. Guru maupun siswa dapat menggunakan permainan kartu mana yang mengandung
nilai yang paling tinggi dan bermakna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
diantaranya yaitu ambilah satu persatu kartu huruf secara bergantian. Berdasarkan
guru.
media kartu huruf diperlukan langkah-langkah dalam penggunaannya, hal ini agar
C. Hipotesis Tindakan
Kabupaten Bima.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
orang terdiri dari laki-laki 9 orang perempuan 8 orang dengan tingkat kemampuan
yang berbeda.
2. Waktu Penelitian
B. Prosedur Penelitian
1. Tahap Perencanaan
mengamati pembelajaran, menyiapkan instrumen tes untuk evaluasi pada akhir siklus,
pembelajaran.
23
3. Tahap Pengamatan/Observasi
1. Tahap Refleksi
diakhiri dengan tahap refleksi. Peneliti melakukan diskusi dengan pengamat guna
membahas hasil pengamatan pada pelaksanaan tindakan. Dari hasil diskusi tersebut
C. Instrumen Penenlitian
1. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah semua siswa kelas 1 SDN 27 Kota Bima
2. Jenis Data
Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
peneliti.
pelaksanaan pembelajaran.
prsoses pembelajaran, sedangkan tes digunkan untuk memperoleh data tentang hasil
24
belajar atau prestasi belajar siswa terhadap materi pembelajaran yang dilaksanakan
D. Analisis Data
evaluasi.
LKS. Kriteria penilaian sikap yang perlu diamati pada waktu diskusi dalam
kooperatif.
d. Ketrampilan berkomunikasi
e. Proses kelompok
(mastery learning).
ulangan harian tersebut. Jawaban yang benar dari siswa yang bersangkutan
Skor :
Keterangan :
Dari hasil skor, peneliti menentukan acuan patokan tentang ketuntasan belajar
a. Ketuntasan perorangan
diberikan perbaikan.
b. Keputusan kelompok
paling sedikit 85 % dari jumlah dalam kelompok atau kelas itu telah mencapai
ketuntasan perorangan.
2. Apabila jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar masih kurang dari
85 % maka :
perbaikan.
Siswa yang telah mencapai taraf penguasaan 85 % atau lebih diberi program
pengayaan.
26
pembelajaran membaca dengan kartu huruf dikatakan berhasil, dan sebaliknya jika
BAB IV
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 27 Kota Bima kelas 1 pada bidang studi
PKn. Penelitian ini berusaha mencari tahu tentang penerapan penggunaan Kartu huruf
dalam meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas 1 SDN 27 Kota
Bima semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Materi yang disajikan dalam penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus dengan materi pokok menjelaskan membaca permulaan.
1. Siklus I
a. Perencanaan
pembelajaran, merencanakan tujuan pembelajaran, menyiapkan alat dan bahan ajar serta
instrument penelitian yang meliputi evaluasi akhir tindakan, lembar observasi kegiatan
guru dan siswa, dengan tujuan meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa
kelas 1 melalui media kartu huruf. Pada kegiatan pembelajaran masih ada siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan guru dan asyik bermain dengan teman sebangku
sehingga menggangu teman yang lain. Hal ini berakibat kurangnya konsentrasi teman
yang lain dalam kegiatan pembelajaran. Pelaporan hasil atau presentasi masih ada
beberapa siswa kurang berani mengeluarkan pendapat sehingga untuk mengatasi hal ini
guru harus selalu memberi semangat agar dapat membangkitkan keberanian siswa
28
memyiapkan lembar observasi atau instrumen penelitian, menyaiapkan alat evaluasi dan
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I telah dimulai pada bulan September 2016, yang
terdiri dari dua kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali untuk eveluasi.
sejawat.
menggunakan model pembelajaran kolaboratif pada siklus I dapat dilihat pada pada
lampiran 2. Berdasarkan lampiran 2 pada siklus I baru 20% dengan kriteria sangat tidak
aktif dalam proses pembelajaran menggunakan penggunaan Kartu huruf . Artinya lebih
banyak siswa yang tidak aktif yaitu 80% (sangat tidak aktif) pada siklus I.
Proses observasi dilaksanakan oleh guru Bahasa Indonesia selama proses belajar
mengajar dengan mengisi lembar observasi yang telah di siapkan untuk memantau
jalannya proses belajar mengajar. Data hasil aktivitas guru siklus I dapat disajikan pada
lampiran 4.
29
huruf pada siklus I baru dilaksanakan 38% dan belum dilaksanakan 62%. Karena
indikator kinerja yang ditentukan dalam proses pembelajaran aktivitas guru adalah 80%
maka pada disiklus I ini belum mencapai indikator kinerja yang direncanakan.
Prestasi belajar siswa pada siklus I dapat dilihat lampiran 6. Dari data tersebut
pada siklus I siswa yang belum tuntas belajar masih ada 12 orang atau 71% (cukup
banyak) sedangkan yang sudah tuntas belajar baru 5 orang atau 29% (cukup banyak yang
belum tuntas). Berdasarkan data tersebut maka berdasarkan KKM di SDN 27 Kota Bima
bahwa ketuntasan individual 75 dan ketuntasan klasikal apabila telah mencapai 80%.
d. Refleksi
Setelah selesai siklus I maka diadakan refleksi dan diskusi dengan guru Bahasa
Indonesia. Beberapa hal yang direfleksi adalah dari aspek keaktifan belajar siswa,
aktivitas guru dan prestasi belajar siswa. Dari aspek keaktifan siswa sebagaian besar
masih belum mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan dimana keaktifan siswa
harus mencapai 85%. Beberapa aspek yang belum mencapai target indikator kinerja
adalah aktif melakukan konfirmasi tentang tugas dalam kelompok asal, siswa juga belum
aktif mencari bahan untuk mendalami materi yang ditugaskan dalam kelompok ahli.
Selain itu siswa juga belum terkeaktifan mengajukan pertanyaan kepada guru atau teman
apabila ada materi yang tidak dimengerti. Keaktifan siswa dalam memberikan penguatan
atau sanggahan pada saat diskusi dan memberikan pertanyaan pada siswa yang presentasi
masih belum terlihat pada siklus I. Walaupun demikian persentase keaktifan untuk aspek
sikap ingin tahu dengan mengajukan pertanyaan, dan aspek menunjukkan sikap senang
berdiskusi baik di kelompok asal maupun kelompok berada. Pada siklus I aktivitas siswa
Dari aspek aktivitas yang dilakukan guru pada siklus I guru baru mencapai 38%
tergolong sangat tidak aktif. Dari aspek prestasi belajar siswa pada siklus I masih banyak
siswa yang belum tuntas belajar. Data prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa
dan prestasi belajar siswa yang telah dilaksanakan pada siklus I ternyata masih belum
mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan dan KKM yang ditentukan oleh karena
itu masih perlu dilanjutkan pada siklus II untuk melakukan perbaikan terhadap kendala-
2. Siklus II
a. Perencanaan
Sama seperti pada siklus I, sebelum proses belajar dimulai pada siklus II, peneliti
lembar kerja siswa (LKS). Persiapan pada saat perencanaan tentunya melakukan revisi
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan pada bulan Oktober 2017. Materi
diajarkan sama seperti siklus I yaitu tentang materi menghitung volume prisma segitiga
31
dan tabung lingkaran. Guru sebagai observer menyiapkan lembar observasi dan LKS
Pada siklus II ini hasil observasi tentang aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada
lampiran 3.
siswa pada siklus II mencapai 89% berarti sudah mencapai indikator kinerja yang
bahwa semua aspek sudah dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik hal ini dapat dilihat
bahwa hampir semua aspek telah dilaksanakan oleh guru kecuali guru belum memberikan
penghargaan mingguan pada siswa. Secara keseluruhan persentase capaian dari aktivitas
guru dalam proses pembelajaran adalah mencapai 92%. Selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 5.
Prestasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup berarti.
Dari 17 orang siswa hanya 3 orang siswa yang belum tuntas belajar pada siklus II.
Selebihnya yaitu 14 orang atau 82% siswa sudah tuntas belajar. Tiga orang siswa tersebut
belum mencapai KKM yang ditetap di SDN 27 Kota Bima, mereka hanya mencapai nilai
dibawah 75. Sementara KKM Bahasa Indonesia terpadu di SDN 27 Kota Bima secara
individual sebesar 75. Walaupun masih ada 3 orang siswa yang belum tuntas pada siklus
32
II namun rata-rata kelas pada siklus II cukup tinggi yaitu 84 dan persentase ketuntasan
82%. Prestasi belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada Lampiran 6.
d. Refleksi
Pada akhir siklus II peneliti dan guru Bahasa Indonesia terpadu di kelas 1
melakukan refleksi tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung di siklus II.
Refleksi dilakukan terhadap proses pembelajaran dan aspek yang diobservasi seperti
aspek keaktifan belajar, aktivitas guru dan prestasi belajar. Persentase ketercapaian dari
tiga hal tersebut pada siklus II adalah sebagai berikut: keaktifan belajar persentase
ketercapaiannya mencapai 90%, aktivitas guru 92%, dan prestasi belajar rata-rata kelas
pada siklus II dapat dijelaskan bahwa dari aktivitas siswa cukup tinggi yaitu 90%,
demikian juga aktivitas guru juga sangat tinggi yaitu 92%. Hasil belajar siswa mencapai
rata-rata 84. Dengan perincian hanya 3 orang siswa yang belum tuntas pada siklus II dan
ketuntasan mencapai 82%. Berdasarkan uraian di atas maka tidak dilakukan lagi
perbaikan pada siklus berikutnya, dengan kata lain pelaksanaan pembelajaran ini tidak
B. Pembahasan
hasil belajar siswa VI SDN 27 Kota Bima dapat dioptimalkan sehingga ketuntasan
belajar dapat tercapai. Materi yang disampaikan pada siklus I dan II adalah mengenai
membaca permulaan .
33
penggunaan Kartu huruf dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia di siswa
kelas 1 SDN 27 Kota Bima, maka dapat dilihat dari aktivitas siswa dan guru dalam
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa pada siklus I aktivitas siswa masih rendah
yaitu baru mencapai 20% dan meningkat menjadi 80% pada siklus II. Demikian pula
hasil pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh guru pada siklus I baru
Dilihat dari hasil belajar siswa dapat diketahui pada siklus I belum tercapai
ketuntasan seperti yang diharapkan. Tidak tercapainya ketuntasan belajar pada siklus I
sendiri dari penjelasan yang dilakukan, kurangnya aktivitas siswa dari tiap kelompok
dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I ketuntasan belajar yang dicapai baru 29%
artinya baru 5 orang siswa yang tuntas belajar dari 17 orang siswa, dan 71% siswa atau
12 orang siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini masih jauh dari ketuntasan yang
diharapkan yaitu 80%. Pada siklus II siswa yang mencapai ketuntasan belajar 14 orang
atau mencapai 82% artinya hanya 3 orang siswa atau 18% saja siswa yang belum tuntas
belajar.
Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kurangnya aktivitas belajar dan
rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia siswa, salah satunya adalah ketidaktepatan
penggunaan media pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Hasil observasi dan
model pembelajaran yang bersifat konvensional yakni ceramah, tanya jawab, pemberian
tugas. Kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh guru dan sedikit melibatkan siswa,
minim.
Oleh karena itu diperlukan media pembelajaran matematika yang inovatif dan
menyenangkan sehingga siswa tidak akan terpasung dalam suasana pembelajaran yang
kaku, monoton, dan membosankan. Penggunaan Kartu huruf merupakan salah satu
pembelajaran, dan pada akhirnya juga berimbas pada meningkatnya hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangatlah penting yaitu bagaimana
memotifasi siswa. Hal ini sangat berperan pada kemajuan, perkembangan siswa. Siswa
akan lebih tekun lebih giat dan bersemangat dalam belajar. Dalam interaksi belajar
mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa, untuk dapat menyelidiki,
mengamati, belajar, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini akan menumbuhkan
rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang dikerjakan, dan kepercayaan pada diri
sendiri, sehinnga siswa tidak selalu menguntungkan diri pada orang lain (Citriadin,
2007).
Pada siklus II hasil evaluasi yang diperoleh tidak tuntas, hal ini disebabkan karena
siswa dari tiap kelompok masih kurang aktif dalam menanyakan hal-hal yang belum
penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Hasil yang diperoleh pada siklus II
35
adalah 90%. Karena capaian ketuntasan ini melampaui di atas KKM dan indikator kinerja
Dari hasil penelitian tentang keaktifan belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 1
SDN 27 Kota Bima menunjukkan bahwa siswa telah aktif didalam kelompok saat
metode dan model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi bersemangat dan
beraktifitas tinggi dalam belajar misalnya yang telah diterapkan oleh peneliti yaitu
penggunaan Kartu huruf khususnya materi Membaca yang yang membuat sebagian
siswa mungkin merasa tidak bersemangat dalam belajar. Untuk itu diperlukan metode
Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran adalah
untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan siswa lain dalam suasana gotong royong yang
harmonis dan kondusif. Suasana positif yang timbul dari pembelajaran kooperatif bisa
memberikan kesempatan pada siswa untuk mencintai pelajaran, sekolah, serta guru.
Dalam kegiatan-kegiatan ini siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.
relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma
akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang lain.
mengembangkan kemampuan berkomunikasi siswa, karena dalam diskusi mau tidak mau
BAB V
A. Kesimpulan
3. Hasil belajar siswa pada siklus I baru mencapai rata-rata kelas 67 dengan
ketuntasan 29% meningkat menjadi rata-rata kelas 84 dengan ketuntasan belajar 82%
pada siklus II berarti pencapaian ketuntasan klasikal sudah terpenuhi yaitu minimal ≥
80%.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti dapat memberikan saran:
1. Kepada guru, agar dapat menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar
termasuk menggunakan penggunaan Kartu huruf agar keaktifan belajar dan prestasi
berpikir anak sebagai acuan dalam memilih pendekatan dan metode belajar. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat evaluasi dan introspeksi oleh
guru bidang studi Bahasa Indonesia khususnya ketika membahas materi membaca
permulaan.
38
penggunaan Kartu huruf dalam upaya peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia
4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menerapkan penggunaan Kartu huruf ini sedapat
mungkin mampu mengelola alokasi waktu, dan fasilitas pendukung termasuk media
DAFTAR PUSTAKA
Alwi. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edukasi III. Jakarta: Balai Pustaka
Arjudin, Sri Patmi dan Kadarillah. 2004. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Pada
Siswa Kelas II B SMAN 2 Mataram Tahun Ajaran 2004/2005. Mataram: FKIP
UNRAM
Bahri Djamarah. 1991. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional
Erlin Rosani. 2001. Portofolio dan Paradigma Baru Dalam Penilaian Matematika.
Jakarta: Rineka Cipta
Lampiran 1
Hasil Observasi Tentang Keaktifan Belajar Siswa Siklus I Siswa kelas 1 SDN 27 Kota
Bima Tahun Pelajaran 2017/2018
Lampiran 2
Hasil Observasi Tentang Keaktifan Belajar Siswa Siklus II Siswa kelas 1 SDN 27 Kota
Bima Tahun Pelajaran 2017/2018
Lampiran 3
Pelaksanaan
No Kegiatan
Ya Tidak
A. Kegiatan Pendahuluan 1 0
1 Mengucapkan salam 1 0
B. Kegiatan Pokok 0 1
Guru menunjukkan gambar-gambar yang sesuai
5 0 1
dengan tema.
6 Guru menyiapkan dan membagikan kartu huruf. 0 1
Guru menunjukkan kartu huruf dan
7 0 1
melafalkannya.
Anak mencoba bermain kartu Huruf yang sesuai
8 0 1
dengan instruksi guru.
Membiarkan anak mencoba untuk mencocokkan
9 0 0
kartu huruf
Anak diminta untuk menunjuk huruf sesuai
10 1 0
perintah guru
C. Kegiatan Penutup
11 Guru menerima hasil kerja kelompok kecil 1 0
Lampiran 4
Pelaksanaan
No Kegiatan
Ya Tidak
A. Kegiatan Pendahuluan 1 0
1 Mengucapkan salam 1 0
B. Kegiatan Pokok 1 0
Guru menunjukkan gambar-gambar yang sesuai
5 1 0
dengan tema.
6 Guru menyiapkan dan membagikan kartu huruf. 1 0
Guru menunjukkan kartu huruf dan
7 1 0
melafalkannya.
Anak mencoba bermain kartu Huruf yang sesuai
8 1 0
dengan instruksi guru.
Membiarkan anak mencoba untuk mencocokkan
9 0 0
kartu huruf
Anak diminta untuk menunjuk huruf sesuai
10 1 0
perintah guru
C. Kegiatan Penutup 1 0
Lampiran 5
Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I Siswa kelas 1 SDN 27 Kota Bima
Tahun Pelajaran 2017/2018
Lampiran 6
Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II Siswa kelas 1 SDN 27 Kota Bima
Tahun Pelajaran 2017/2018
Lampiran 7