Lesmana 2021

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan

Vol. 12 No. 1 – April 2021


p-ISSN 2086-8375
Online sejak 15 Oktober 2016 di http://jurnal.stikmuh.ptk.ac.id

PENGGUNAAN TEKNIK GUIDED IMAGERY DALAM MENURUNKAN


NYERI DADA PASIEN ANGINA PECTORIS

Lesmana ¹, Suyanto ²
¹ ² Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan
Email : [email protected]

Abstract
Background: The main problem in Angina pectoris is transient chest pain or a feeling of pressure that
occurs when the heart muscle is deprived of oxygen. Non-pharmacological therapy is a decision to help
pharmacological therapy in reducing the scale of pain quickly, one of which is the Guided Imagery
technique. Objective:This study aims to determine the effect of Guided imagery techniques on reducing
pain in patients with Angina pectoris in the ICVCU Room of the Regional General Hospital Dr. Moewardi,
Surakarta in 2019. Method: This type of research is experimental with pre-experimental design with one-
group type pre-test design. The instrument of data collection in this study was the Standard Operational
Procedure Guided Imagery and observation sheet which included the name, age, sex and scale of pain
before and after Guided imagery techniques. The subjects in this study were Angina pectoris patients
according to inclusion and exclusion criteria. The analysis used was the Wilcoxon test. Result: The
results of data analysis on 40 respondents who were given Guided imagery relaxation showed a
decrease in pain scale as evidenced by a significance value of 0,000, where the value of p <0.05 so that
H0 was rejected. Conclusion: There is an effect of the Guided imagery technique on reducing patient
pain with Angina pectoris as evidenced by changes in pain scale.
Keywords: Angina pectoris, Guided imagery, Pain.

Abstrak
Latar Belakang: Permasalahan utama pada Angina pectoris adalah nyeri dada sementara atau suatu
perasaan tertekan yang terjadi jika otot jantung mengalami kekurangan oksigen. Terapi non farmakologi
merupakan suatu keputusan untuk membantu terapi farmakologi dalam menurunkan skala nyeri secara
cepat salah satunya dengan teknik Guided imagery. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh teknik Guided imagery terhadap penurunan nyeri pasien dengan Angina pectoris di Ruang
ICVCU RSUD Dr. Moewardi, Surakarta tahun 2019. Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimental
dengan desain pra eksperimen dengan jenis one-grup pra post-test design. Instrumen pengumpulan data
pada penelitian ini adalah Standar Operational Procedure Guided imagery dan lembar observasi yang
meliputi nama, umur, jenis kelamin dan skala nyeri sebelum serta setelah dilakukan teknik Guided
imagery. Subyek pada penelitian ini adalah pasien Angina pectoris sesuai kriteria inklusi dan ekslusi.
Analisis yang digunakan adalah uji wilcoxon. Hasil: Analisa data pada 40 responden yang diberikan
relaksasi Guided imagery menunjukkan adanya penurunan skala nyeri dibuktikan dengan nilai
significancy 0,000, dimana nilai p < 0,05 sehingga H0 ditolak. Kesimpulan: Ada pengaruh teknik Guided
imagery terhadap penurunan nyeri pasien dengan Angina pectoris dibuktikan dengan perubahan skala
nyeri.
Kata Kunci : Angina pectoris, Guided imagery, Nyeri

7
Lesmana, Suyanto - Penggunaan Teknik Guided Imagery Dalam Menurunkan Nyeri Dada Pasien Angina Pectoris

PENDAHULUAN Di Kota Surakarta berdasarkan laporan


Indonesia merupakan negara berkembang dari rumah sakit dan puskesmas, kasus
dengan jumlah penduduk yang sangat banyak penyakit Angina pectoris mengalami
yaitu 261.890.872 jiwa (Kementerian peningkatan dari 3.105 kasus pada tahun 2016
Kesehatan RI, 2017) dan kepadatan penduduk menjadi 5.034 kasus pada tahun 2017. Jumlah
134 Jiwa/KM2 (Indonesia, 2015). Hal ini ini merupakan akumulasi dari 17 puskesmas
menyebabkan angka penderita penyakit dan 13 rumah sakit yang ada di Kota Surakarta.
menular dan tidak menular juga semakin Kasus Angina pectoris terbanyak ditemukan di
meningkat. Salah satu penyakit tidak menular Puskesmas Gambirsari dengan jumlah 55
yang perlu diwaspadai oleh masyarakat adalah kasus dan 2.234 kasus di temukan di RSUD
penyakit kardiovaskuler. Data World Health Dr. Moewardi Surakarta sepanjang tahun 2017
Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah,
17,5 juta orang di dunia meninggal akibat 2018).
penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta Permasalahan utama pada Angina
kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4 pectoris adalah nyeri dada sementara atau
kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi suatu perasaan tertekan, yang terjadi jika otot
di negara berkembang yang berpenghasilan jantung mengalami kekurangan oksigen.
rendah sampai sedang(Kementerian Kebutuhan jantung akan oksigen ditentukan
Kesehatan Republik Indonesia, 2014). oleh beratnya kerja jantung (kecepatan dan
Akhir-akhir ini perkembangan kondisi kekuatan denyut jantung). Aktivitas fisik dan
kesehatan masyarakat Indonesia semakin emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat
menurun dilihat dari meningginya prevalensi dan karena itu menyebabkan meningkatnya
angka penyakit tidak menular, salah satunya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika arteri
adalah hipertensi yang nantinya akan menyempit atau tersumbat sehingga aliran
berpeluang besar terhadap terjadinya penyakit darah ke otot tidak dapat memenuhi kebutuhan
jantung. Hasil laporan Pusat Data dan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi iskemia
Informasi Kementerian Kesehatan RI dan menyebabkan nyeri (Kasron & Susilawati,
menyatakan bahwa secara global penyakit 2017).
tidak menular (PTM) merupakan penyebab Untuk mengatasi nyeri pada Angina
kematian nomor satu setiap tahunnya adalah pectoris dapat dibedakan menjadi dua yaitu
penyakit kardiovaskuler. Penyakit mengatasi nyeri farmakologi dan non
kardiovaskuler adalah penyakit yang farmakologi. Untuk mengatasi nyeri pada
disebabkan gangguan fungsi jantung dan farmakologi menggunakan obat–obatan seperti
pembuluh darah, seperti: penyakit jantung penyekat beta, nitrat dan nitrit, dan kalsium
koroner, penyakit gagal jantung, hipertensi dan antagonis. Pemberian obat– obatan memang
stroke (Kementrian Kesehatan RI, 2017). sangat efektif tetapi mempunyai kelemahan
Prevalensi penyakit jantung koroner di diantaranya harus menunggu resep dokter dan
Indonesia tahun 2018 sebesar 1,5%. Hasil dari reaksi kimiawi. Sedangkan terapi non
diagnosa dokter bahwa jumlah penderita farmakologi merupakan suatu keputusan untuk
penyakit jantung koroner terbanyak adalah di membantu terapi farmakologi dalam
Kalimantan Utara dengan jumlah2,2% dan menurunkan skala nyeri secara cepat.
yang paling sedikit adalah di Nusa Tenggara Terapi non farmakologi meliputi teknik
Timur sebanyak 0,7%. Jumlah kasus penyakit Guided imagery, relaksasi nafas dalam dan
jantung koroner atau PJK terdiagnosa di Jawa sebagainya. Tujuan dari teknik Guided imagery
Tengah sebanyak 1,6%dan menempati urutan ini adalah untuk mengalihkan perhatian dari
ke-11 di Indonesia (Badan Penelitian dan stimulus nyeri ataukecemasan kepada hal–hal
pengembangan kesehatan, 2018). Komplikasi yang menyenangkan dan relaksasi. Guided
hipertensi yang menyebabkan sekitar 9,4% imagery juga dapat mengurangi perasaan
kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. tertekan akibat stres dan berpengaruh terhadap
Selain itu, hipertensi juga menyebabkan prosesfisiologi seperti menurunkan tekanan
setidaknya 45% kematian karena penyakit darah, nadi, respirasi dan meningkatkan suhu
jantung dan 51% kematian karena penyakit tubuh. Hal itu karena Guided imagery dapat
stroke. Kematian yang disebabkan oleh mengaktivasi sistem parasimpatis.
penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk
jantung koroner dan stroke diperkirakan akan melakukan penelitian tentang pengaruh teknik
terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian Guided imagery terhadap penurunan nyeri
pada tahun 2030 (Kementerian Kesehatan pasien dengan Angina pectoris di Ruang
Republik Indonesia, 2014). ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
8
Lesmana, Suyanto - Penggunaan Teknik Guided Imagery Dalam Menurunkan Nyeri Dada Pasien Angina Pectoris

Dengan demikian maka tujuan penelitian Tabel 1. Distribusi frekuensi responden


ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik berdasarkan umur dan jenis kelamin
Guided imagery terhadap penurunan nyeri Umur Pria % Wanita % Jumlah
pasien dengan Angina pectoris di Ruang (Thn)
ICVCU RSUD Dr. Moewardi, Surakarta tahun 26-35 2 5 0 0 2
2019. 36-45 5 12,5 0 0 5
46-55 3 7,5 1 2,5 4
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan metode pra- 56-65 11 27 5 12,5 16
eksperimen dengan desain one-grup pra post- >65 7 17,5 6 15 13
test design. Adapun yang menjadi populasi Total 28 70 12 30 40
adalah seluruh pasien Angina pectoris di ruang
ICVCU RSUD Dr. Moewardi, Surakarta pada Berdasarkan tabel 1. Terlihat bahwa
bulan Februari 2019 sampai dengan bulan April jumlah responden pria lebih banyak dibanding
2019. Pengambilan sampel menggunakan responden wanita. Kemudian terlihat juga
teknik pursposive dan yang memenuhi kriteria bahwa jumlah reponden terbanyak adalah pada
sebanyak 40 orang. rentang usia dewasa dan usia lanjut.
Data diperoleh dengan menggunakan
instrumen penelitian berupa Standar Operating Analisis Bivariat
Procedure Guided imagery dan instrumen Hasil analisis data bivariat untuk menguji
skala nyeri. Selanjutnya setelah diperoleh hipotesis ada pengaruh teknik Guided imagery
responden yang memenuhi kriteria inklusi dan terhadap penurunan nyeri pasien dengan
bersedia mengikuti kegiatan penelitian Angina pectoris yang dilakukan dengan uji
responden diberi Inform Concent. Wilcoxon adalah sebagai berikut.
Tindakan pertama yaitu menguur skala
nyeri lalu berikutnya resonden diberikan Tabel 2. Perbedaan Skala Nyeri Sebelum
tindakan Guide imagery yang dimulai dengan dan Setelah Dilakukan Teknik Guided imagery
meminta klien untuk memilih posisi yang
nyaman. Meminta klien untuk menutup mata Variable Mean Sdi N P
dan bernapas pelan-pelan 3-5 kali sampai
pasien merasa rileks, meminta klien untuk Pre 4,10 0,982 40
membayangkan saat ini klien berada ditempat
yang sangat disukai klien, meminta klien untuk Post 2,00 0,961 40 0,000
menikmati bayangan tersebut sampai berhasil.
Jika klien tidak dapat menciptakan
bayangannya, diulangi lagi dari awal saat Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa analisis
pasien sudah merasa nyaman sampai klien statistik yang telah dilakukan dengan uji
dapat membayangkan. Setelah kurang lebih wilcoxon didapatkan perbedaan antara skala
10-20 menit, meminta klien untuk bernapas nyeri sebelum dan setelah dilakukan teknik
pelan-pelan 3-5 kali sambil mulailah kembali ke Guided imagery. Hal ini menunjukkan adanya
kondisi semula dan sudah tidak pengaruh teknik Guided imagery terhadap
membayangkan lagi, meminta klien untuk penurunan nyeri pasien dengan Angina
membuka matanya. Setelah 5 menit peneliti pectoris.
melakukan pengukuran skala nyeri yang
kemudian dianalisa menggunakan uji wilcoxon PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Hasil analisa data menunjukkan bahwa
HASIL jumlah pria lebih banyak yang mengalami
Analisa Univariat Angina pectoris dibandingkan dengan wanita
Analisa berdasarkan umur, jenis kelamin dan rentang umur yang terbanyak adalah
dan skala nyeri pre dan post intervensi. rentang 56=65 dan diatas 65. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian di RSUD Panembahan
Senopati Bantul yang menghasilkan data
bahwa karakteristik pasien AMI usia paling
banyak adalah dewasa dan lansia. Sedangkan
jenis kelamin pasien AMI terbanyak dijumpai
adalah laki-laki yaitu sebanyak 17 orang dari 20

9
Lesmana, Suyanto - Penggunaan Teknik Guided Imagery Dalam Menurunkan Nyeri Dada Pasien Angina Pectoris

orang sampel yang diambil dalam penelitian ini mempercepat penyembuhan dan membantu
(Daeng, 2016). tubuh mengurangi berbagai macam penyakit
seperti depresi (Wood & Patricolo, 2013).
Analisa Bivariat Guided imagery dapat bermanfaat untuk
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa menurunkan kecemasan, kontraksi otot, dan
H0 yang berbunyi tidak ada pengaruh teknik meningkatkan kualitas tidur. Teknik Guided
Guided imagery terhadap penurunan nyeri imagery digunakan untuk mengelola stres dan
pasien dengan Angina pectoris ditolak. koping dengan cara berkhayal atau
Sedangkan Ha yang berbunyi ada pengaruh membayangkan sesuatu (Wood & Patricolo,
teknik Guided imagery terhadap penurunan 2013).
nyeri pasien dengan Angina pectoris diiterima. Hubungan antara kesehatan pikiran dan
Hal ini memberikan pemahaman bahwa fisik telah didokumentasikan dengan baik dan
dengan melakukan teknik Guided imagery diteliti secara ekstensif. Penggambaran mental
akan memberikan efek yang baik bagi tubuh yang positif dapat menciptakan relaksasi dan
yaitu memberikan rasa nyaman dan mengurangi stres, memperbaiki mood,
mengalihkan fokus nyeri sehingga rasa nyeri mengontrol tekanan darah tinggi, mengurangi
dapat berkurang. rasa sakit dan meningkatkan sistem kekebalan
Pemahaman tersebut diperkuat dengan tubuh (Wood & Patricolo, 2013).
penelitian yang dilakukan oleh tentang Cara kerja Guided imagery pada tubuh kita
pengaruh Teknik Guided imagery Terhadap adalah dengan mempengaruhi sistem saraf
Skala Nyeri Pasien Dengan AMI didapatkan autonom dalam tubuh kita. Ketika sistem saraf
hasil bahwa ada perubahan skala nyeri setelah pusat mengatur gerakan yang disadari, sistem
dilakukan teknik Guided imagery (Febtrina & saraf otonom mengatur fungsi psikologis lain
Febriana, 2017). Selain itu juga diperkuat yang biasanya terjadi tanpa disadari (Wood &
dengan hasil penelitian (Saragih H.S, 2016) Patricolo, 2013).
tentang Pengaruh Relaksasi Guided imagery Saat seseorang berpikir, seseorang
Pada Gangguan Premenstrual Syndrom (PMS) sebenarnya menggunakan energi didalam otak.
remaja Putri dengan jumlah responden 32 di Disaat seseorang menggunakan energi itulah
dapatkan hasil bahwa relaksasi Guided hormon pro opio melano kortin (POMC) dipecah
imagery berpengaruh terhadap nyeri. di kelenjar pituitary. Jika seseorang berpikir
Selanjutnya dari hasil penelitian (Aprianto, negatif POMC akan mengeluarkan hormon
2013), tentang Efektifitas Teknik Relaksasi noreadrenalin ketika cemas/stres dan adrenalin
Imajinasi Terbimbing (guided imagery) dan ketika takut. Jika seseorang berpikir positif,
Napas Dalam Terhadap Penurunan senang, dan bahagia, maka otkan
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi dengan mengeluarkan hormon Beta-Endorphin.
jumlah responden sebanyak 60 orang Hormon ini bertindak seperti morphine, kerjanya
didapatkan hasil bahwa teknik guided imagery lima atau enam kali lebih kuat dibandingkan
lebih efektif dibandingkan dengan teknik napas dengan obat bius. Beta-Endorphin mampu
dalam. Selanjutnya, hasil penelitian tentang menimbulkan perasaan senang dan nyaman,
Perbandingan Terapi Guided imagery Dengan mengendalikan rasa nyeri, mengendalikan
Slow Deep Breathing Relaksasi Dalam perasaan stress, serta meningkatkan sistem
Menurunkan Skala Nyeri Pasien Post kekebalan tubuh (Patasik, Tangka, & Rottie,
Laparatomi Di Ruang Bedah RSUD Ulin 2013).
Banjarmasin diperoleh hasil ada perbedaan Guided imagery dapat memberikan rasa
nyeri pre dan post intervensi (Daud, 2018). pemberdayaan atau kontrol terhadap individu.
Penjelasan tentang terjadinya penurunan Dengan pemberdayaan diri dan napas pelan-
nyeri dengan teknik Guided Imageri dijelaskan pelan akan meningkatkan enkhepalin dan β
oleh ahli bahwa imajinasi terbimbing dapat endorphin dan dengan adanya rangsangan
melemahkan psikoneuroimunologi yang berupa bayangan tentang hal-hal yang disukai
mempengaruhi respon stres, selain itu dapat maka individu akan merasa rileks dan
melepaskan endorphin yang melemahkan mengurangi nyeri yang dirasakan. Teknik ini
respon rasa sakit sehingga pasien menjadi dapat diinduksi oleh seorang terapis yang
rileks (Rahayu, 2013). membimbing pasien. Gambaran mental yang
Imajinasi terbimbing merupakan satu dari dihasilkan adalah semata-mata produk dari
teknik relaksasi yang lain. Para ahli dalam imajinasi individu.
bidang teknik imajinasi terbimbing berpendapat Beberapa individu mengalami kesulitan
bahwa imajinasi merupakan penyembuh yang dalam membayangkan. Mereka mungkin tidak
efektif. Teknik ini dapat mengurangi nyeri, mendapatkan gambaran yang jelas. Seseorang
10
Lesmana, Suyanto - Penggunaan Teknik Guided Imagery Dalam Menurunkan Nyeri Dada Pasien Angina Pectoris

yang mengalami kesulitan dalam Badan Penelitian dan pengembangan


membayangkan dimungkinkan karena kesehatan. (2018). Riset Kesehatan
perasaan gugup pada terapis. Kegugupan ini Dasar (RISKESDAS) 2018. Retrieved
dapat diatasi dengan melakukan terapi mandiri from
(tanpa terapis) dengan menggunakan rekaman https://drive.google.com/drive/folders/1XY
suara (Hall & Guyton, 2014). HFQuKucZIwmCADX5ff1aDhfJgqzI-l

KETERBATASAN PENELITIAN Daeng. (2016). Gambaran kejadian Acute


Penelitian ini belum mempertimbangkan Myocardial Infarction (AMI) di ruang
variabel status hemodinamik seperti TD, HR, Intensive Care Unit (ICU) RSUD
RR, MAP, SaO2 dan suhu untuk dikaji sehingga Panembahan Senopati bantul TahuB
hasil penelitian ini dapat lebih komprehensif 2015. Retrieved from
http://repository.unjaya.ac.id/id/eprint/644
KESIMPULAN
Sebelum dilakukan teknik Guided imagery Daud. (2018). Comparison of therapy Guide
skala nyeri terbanyak berada pada sakala nyeri Imagery with slow deep breathing
4-6 dan setelah dilakukan teknik Guided relaxation in reduce please patient
imagery skala nyeri terbanyak berada pada laparotomi in Semicide Room Ulin
skala nyeri 1-3. Banjarmasin 2017. Caring Nursing
Teknik Guided imagery berpengaruh Journal, 2, 11–19. Retrieved from
terhadap penurunan skala nyeri pasien dengan https://journal.umbjm.ac.id/index.php/carin
Angina pectoris sehingga H0 ditolak dan Ha g-nursing/article/view/119
yang berbunyi ada pengaruh teknik Guided
imagery terhadap penurunan nyeri pasien Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.
dengan Angina pectoris diterima. (2018). Profil Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah tahun 2018. Retrieved from
. http://dinkesjatengprov.go.id/v2018/dokum
SARAN en/profil_2018/mobile/index.html
Penggunaan teknik Guided imagery
sebagai alternatif untuk membantu mengurangi Febtrina & Febriana. (2017). Teknik relaksasi
dan menurunkan skala nyeri pasien dengan imajinasi terbimbing (Guide Imagery)
Angina pectoris sebagai dapat pertimbangan menurunkan nyeri pasien pasca serangan
selain penggunaan obat. jantung. Nursing Current Jurnal
Teknik Guided imagery dapat dijadikan Keperawatan, 5, 41–49. Retrieved from
tindakan mandiri dalam pemberian asuhan https://ojs.uph.edu/index.php/NCJK/article
keperawatan pada pasien dengan Angina /view/1703
pectoris sesuai dengan standar operasional
prosedur. Hall, J. E., & Guyton, A. C. (2014). Guyton dan
Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
dengan menambahkan variabel status Elsevier, Singapore.
hemodinamik yang belum terkaji dalam https://doi.org/10.1016/S0002-
penelitian ini diantaranya TD, HR, RR, MAP, 9440(10)63006-4
SaO2 dan suhu agar dapat menghasilkan
penelitian yang lebih koprehensif baik dalam Kasron, & Susilawati. (2017). Pengaruh Lama
variabel, jumlah sampel maupun metode Menjalani Hemodialisis dengan Kejadian
penelitian yang digunakan. Intradialytic Hypertension (IDH) pada
Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) di
RS Islam Fatimah Cilacap. Jurnal STIKES
Al-Irsyad-Al-Islamiyyah Cilacap.
DAFTAR PUSTAKA
Aprianto. (2013). Efektifitas teknik relaksasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
terbimbing dan nafas dalam terhadap (2014). Hipertensi. Pusat Data Dan
penurunan kecemasan pada pasien pre Informasi Kementerian Kesehatan RI.
operasi. Karya Ilmiah. Retrieved from https://doi.org/10.1177/109019817400200
http://112.78.40.115/e- 403
journal/index.php/ilmukeperawatan/article/
view/166 Kementerian Kesehatan RI. (2017). Penyakit
Jantung Penyebab Kematian Tertinggi,
11
Lesmana, Suyanto - Penggunaan Teknik Guided Imagery Dalam Menurunkan Nyeri Dada Pasien Angina Pectoris

Kemenkes Ingatkan Cerdik. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.
https://doi.org/351.077 Ind r

Patasik, C. K., Tangka, J., & Rottie, J. (2013).


Efektifitas teknik relaksasi nafas dalam
dan guided imagery terhadap penurunan
nyeri pada pasien post operasi sectio
caesare di irina D BLU RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado. Ejurnal Keperawatan.

Rahayu, R. A. (2013). Gangguan Tidur Pada


Usia Lanjut. Ilmu Penyakit Dalam.

Saragih H.S. (2016). Effect of Relaxation


Guided Imagery on Premenstrual
Syndrome in Adolescent. Jurnal
Keperawatan Soedirman, 11 no 2, 71–75.
Retrieved from
http://www.jks.fikes.unsoed.ac.id/index.ph
p/jks/article/view/645

Wood, D., & Patricolo, G. E. (2013). Using


Guided Imagery in a Hospital Setting.
Alternative and Complementary
Therapies.
https://doi.org/10.1089/act.2013.19604

12

You might also like