650 1080 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Sutaryo – Parameter Genetik Sejumlah Genotip Padi di Lahan Sawah Berpengairan Teknis dan Tadah Hujan

PARAMETER GENETIK SEJUMLAH GENOTIP PADI DI LAHAN SAWAH


BERPENGAIRAN TEKNIS DAN TADAH HUJAN*
[Genetic Parameters of Some Rice Genotypes
Under Irrigated and Dryland Conditions]

Bambang Sutaryo
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jalan Stadion Maguwoharjo No. 22, Karangsari, Sleman, Yogyakarta.
No. HP. 081227502729
email: [email protected]

ABSTRACT
Development of high-yielding varieties depends on choice of parents, include per se performance, morphological and agronomic traits, and
genetic diversity as determined through geographic origin. Indicators of success can be expected from the value of genetic progress and
some other important genetic parameters. The purpose of this study was to calculate the genetic heterogenity, heritability and genetic ad-
vances of some quantitative characters of rice genotypes. Experiments were conducted in the district of Kulon Progo, namely: Wates and
Panjatan (irrigated condition, dry season of 2012), in Giripeni (rainfed, medium altitude, wet season of 2012/2013), Samigaluh and Kaliba-
wang (rainfed, high altitude, wet season of 2012/2013). Each experiment was designed using a randomized complete block with three repli-
cations. Data indicated that not all environmental conditions appropriate for the selection and development of genotype due to low value
heritability and expectation genetic advances of each environment was lower than the value heritability and expectation genetic advances for
the combined average of the environment. Wates was suitable location for grain yield selection and development in terms of the high herita-
bility values. Kalibawang, Giripeni and Wates have considerable heritabilty value for 1000 grain weight character, hence they can be used as
suitable selection locations for these characters.

Key words: heterogeneity, genetic parameters, genotypes of rice

ABSTRAK
Heterogenitas genetik dari karakter yang dimiliki oleh tetua mutlak diperlukan untuk pembentukan varietas unggul. Indikator kesuksesan
dapat diduga dari nilai kemajuan genetik dan beberapa parameter genetik penting lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung
heterogenitas genetik, daya waris dan kemajuan genetik karakter kuantitatif sejumlah genotipe padi. Percobaan dilakukan di kabupaten
Kulon Progo yaitu di kecamatan Wates dan Panjatan (sawah berpengairan teknis, dataran rendah, pada musim kemarau 2012), di kecama-
tan Giripeni (tadah hujan, dataran sedang, musim hujan 2012/2013), Samigaluh dan Kalibawang (sawah tadah hujan, dataran tinggi, musim
hujan 2012/2013). Tiap percobaan dirancang dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Data mengindikasikan
bahwa tidak semua kondisi lingkungan sesuai untuk seleksi dan pengembangan genotip karena rendahnya nilai heritabilitas dan kemajuan
genetik harapan di masing-masing lingkungan lebih rendah daripada nilai heritabilitas dan kemajuan genetik harapan gabungan lingkungan.
Wates sesuai untuk seleksi hasil gabah dan pengembangan genotip berdasarkan nilai heritabilitas yang tinggi untuk karakter hasil gabah.
Kalibawang,Giripeni dan Wates memiliki nilai proporsi heritabilitas cukup tinggi untuk karakter bobot 1000 butir, sehingga lingkungan
tersebut dapat digunakan sebagai tempat seleksi untuk karakter tersebut.

Kata kunci: heterogenitas, parameter genetik, genotipe padi

PENDAHULUAN oleh lingkungan. Informasi tentang nilai duga param-


Keberhasilan program pemuliaan tanaman san- eter genetik seperti ragam fenotipik, heritabilitas, dan
gat tergantung pada keragaman genetik dan karakter tanggap seleksi, sangat bermanfaat dalam program
yang dapat diwariskan, dan kemampuan memilah pemuliaan tanaman. Nilai duga heritabilitas dari
genotip unggul dalam proses seleksi. Adanya keraga- karakter tinggi tanaman, panjang malai, jumlah ma-
man genetik yang berarti terdapat perbedaan nilai lai, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir, dan
antar individu genotip dalam populasi, merupakan hasil meningkat dari generasi ke generasi. Pening-
syarat keberhasilan seleksi terhadap karakter yang katan maksimum terjadi pada F3 ke F4, kemudian
diinginkan (Baihaki dan Wicaksana, 2005). menurun seiring dengan berlanjutnya generasi
Karakter hasil tinggi sebagai salah satu krite- (Khush, 2000).
ria dalam seleksi genotip unggul padi sawah merupa- Pemuliaan tanaman dimaksudkan untuk mem-
kan karakter yang sangat kompleks yang perbaiki dan meningkatkan potensi genetik tanaman
dikendalikan oleh sejumlah besar gen-gen kumulatif, sehingga dapat beradaptasi pada agroekosistem ter-
duplikat, dan atau dominan, serta sangat dipengaruhi tentu dengan hasil tinggi dan sesuai dengan selera

*Diterima: 19 Januari 2014 - Disetujui: 13 Maret 2014

23
Berita Biologi 13(1) - April 2014

konsumen. Setiap tahapan seleksi dilakukan secara bangan padi dataran tinggi, musim hujan
visual yang berdasarkan karakter fenotip dan geno- 2012/2013).
tip. Seleksi berdasarkan data analisis kuantitatif yang Enam genotip padi inbrida yaitu Inpari 3,
berpedoman pada nilai heritabilitas, keragaman Inpari 4, Inpari 9, Inpari 10, Inpari 11 dan varietas
genotip dan fenotip dapat membantu ketajaman sele- populer setempat Ciherang diuji menggunakan
ksi sehingga hasil yang diperoleh akan lebih baik. rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Bi-
Dengan adanya keragaman genetik yang luas akan bit berumur 16 hari ditanam dengan tanam jajar
diperoleh keleluasaan dalam pemilihan genotip legowo (tajarwo) 4:1 semua barisan tanaman
unggul atau perbaikan sifat. Heritabilitas yang men- disisipkan, dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm
gukur sejauh mana variabilitas sifat kuantitatif di- diperoleh populasi tanaman sebanyak 256.000
turunkan dapat menunjukkan efektivitas seleksi rumpun per hektar. Tiap varietas ditanam pada lahan
genotip yang didasarkan pada penampilan fenotip seluas 5 x 10 m2. Pemupukan dilakukan berdasarkan
(Saleem et al., 2008). saat aplikasi, jenis dan dosis pupuk, yaitu : 1) pada
Analisis komponen keragaman dapat saat 3 hari sebelum tanam sebanyak 2 t/ha pupuk
digunakan untuk menduga heritabilitas selain teknik organik; 2) pada saat 5 hari setelah tanam 300 kg/ha
regresi tetua-turunan dan pendugaan keragaman pop- pupuk majemuk Phonska; 3) pada saat 21 hari
ulasi homogen. Nilai dugaan ragam genetik dan her- setelah tanam sebanyak 100 kg Urea/ha; dan 4) pada
itabilitas akan lebih mendekati nilai sebenarnya saat 35 hari setelah tanam sebanyak 100 kg Urea/ha.
dengan makin banyak interaksi dikeluarkan dari Pengamatan dilakukan terhadap hasil gabah
ragam genetik (Khan et al., 2009). pada kadar air 14%, jumlah malai per rumpun,
Budidaya padi di daerah Kulon Progo, Yogya- jumlah gabah isi per malai, dan bobot 1000 butir.
karta, berbeda-beda sesuai dengan masing-masing Sidik ragam dilakukan terhadap data pengamatan
agroekosistemnya seperti padi sawah irigasi teknis dari setiap lokasi dan data gabungan dari semua ling-
(dataran rendah), dan padi sawah tadah hujan kungan pengujian (Gomez dan Gomez, 1986).
(dataran sedang dan tinngi). Sejalan dengan alih Ragam genotipik, koefisien keragaman genetik, dan
fungsi lahan sawah menjadi areal non pertanian, heritabilitas dihitung berdasarkan prosedur yang
maka terjadi penyusutan luas lahan. Oleh karena itu, dikemukakan oleh Singh dan Chaudhary (1979)
peningkatan produktivitas padi mutlak harus dil- dengan menggunakan komponen ragam pada sidik
akukan melalui pengembangan varietas unggul yang ragam (Tabel 1 dan 2).
memiliki keragaman genetis yang luas. Keragaman genotipik, keragam fenotipik, dan
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menduga heritabilitas gabungan, dihitung berdasarkan kompo-
besar keragaman genotipik, heritabilitas, dan melihat nen ragam di Tabel 2 dengan formula :
kemajuan genetik beberapa karakter kuantitatif Keragaman fenotipik (Kf) = M3/rl ………… (1)
sejumlah genotip padi dalam upaya peningkatan di mana : M3 = nilai kuadrat tengah genotip
produktivitas. r = banyaknya ulangan
l = banyaknya lingkungan pengujian
BAHAN DAN CARA KERJA Keragaman genotipik (Kg) = (M3-M4)/rl …… (2)
Percobaan ini dilaksanakan di Kabupaten Ku- di mana : M3 = nilai kuadrat tengah genotip
lon Progo, Yogyakarta, di lima Kecamatan yaitu M4 = nilai kuadrat tengah interaksi G x L
Wates, dan Panjatan (mewakili daerah pengem- r = banyaknya ulangan
bangan padi dataran rendah, musim kemarau 2012); Heritabilitas dalam arti luas dihitung menurut formu-
Giripeni (dataran sedang, musim hujan 2012/2013); la :
Samigaluh dan Kalibawang (mewakili pengem- H = Kf/Kg …….…….……………………….. (3)

24
Sutaryo – Parameter Genetik Sejumlah Genotip Padi di Lahan Sawah Berpengairan Teknis dan Tadah Hujan

Tabel 1. Sidik Ragam Model Acak pada Analisis Gabungan (Combined Analysis of Variance)
Sumber Keragaman DB (Degree Kuadrat Tengah Kuadrat Tengah Harapan
(Source of Variation) of Freedom) (Mean Square) (Expected Mean Square)
Lingkungan (L) (l-1) M1 σ2e + r σ2gl + g σ2rl + rg σ2l
(Environment)
Ulangan dalam Lingkungan l(r-1) M2 σ2e + g σ2rl
(Replications within
environment)
Genotipe (G) (g-1) M3 σ2e + r σ2gl +rl σ2g
(Genotype)
GxL (g-1)(r-1) M4 σ2e + r σ2gl
(G x E)
Galat l(g-1)(r-1) M5 σ 2e
(Error)

Tabel 2. Sidik Ragam Model Acak pada Setiap Lingkungan (Analysis of Variance in each Environment)

Sumber keragaman DB (Degree Kuadrat Tengah Kuadrat Tengah Harapan


(Source of Variation) of Freedom) (Mean Square) (Expected Mean Square)
Ulangan (r-1) N1 σ 2e + g σ 2r
(Replication)
Genotipe (g-1) N2 σ 2e + r σ 2g
(Genotype)
Galat (r-1)(g-1) N3 σ 2e
(Error)

di mana : Kf = ragam fenotipik Nilai kemajuan genetik harapan (KGH) diduga


Kg = ragam genotipik dengan menggunakan formula Singh dan Chaudhary
Keragaman fenotipik, ragam genotipik, dan heritabi- (1979) :
litas di masing-masing lingkungan dihitung berdasar- KGH = k.H.Vf ...………………………………(7)
kan komponen ragam pada Tabel 2 dengan di mana : k = diferensial seleksi dalam unit
menggunakan formula : standard deviasi, dalam hal ini
Keragaman fenotipik (Kf) = N2/r ..…………... (4) k = 2,06 pada intensitas seleksi 5%;
di mana : N2 = nilai kuadrat tengah genotip; H = heritabilitas
r = banyaknya ulangan Vf = akar kuadrat ragam fenotipik
Keragaman genotipik (Kg) = (N2-N3)/r ...…… (5) Persentase kemajuan genetik dihitung sebagai
di mana : N2 = nilai kuadrat tengah genotip; berikut :
N3 = nilai kuadrat tengah galat KG (%) = (KGH/X) x 100% ………………… (8)
r = banyaknya ulangan di mana KGH = nilai kemajuan genetik harapan;
Heritabilitas dalam arti luas dihitung dengan X = nilai tengah contoh
menggunakan formula 3. Koefisien keragaman
genotipik (KKG) diduga dengan formula : HASIL
KKG = ( Vg/X) x 100 .......…………………… (6) Nilai tertinggi untuk karakter hasil gabah
di mana : Vg = akar kuadrat ragam genotipik adalah 7,92 t/ha diperoleh dari pengujian di Wates.
X = nilai tengah contoh Sedangkan jumlah rumpun per malai terbanyak

25
Berita Biologi 13(1) - April 2014

terdapat di Wates sebanyak 21,15 batang. Jumlah per malai terendah 30,00 untuk Kalibawang dan
gabah isi per malai bervariasi dari 65,75 butir tertinggi 98,26 untuk Panjatan. KG untuk bobot 1000
terdapat di Kalibawang sampai 128,45 butir terdapat butir berkisar dari 3,80 di Samigaluh hingga 5,88 di
di Wates. Bobot 1000 butir terendah terdapat di Panjatan, KKG nya terendah 13,96 di Samigaluh dan
Kalibawang seberat 24,54 gram dan tertinggi tertinggi 20,45 di Panjatan (Tabel 4).
terdapat di Giripeni seberat 27,54 gram. Indeks KG gabungan untuk karakter hasil gabah,
lingkungan di Wates mempunyai nilai tertinggi jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai
sebesar 0,38 dan yang terendah adalah Kalibawang - dan bobot 1000 butir berturut-turut sebesar 1,29;
0,42 (Tabel 3). 2,74; 89,98 dan 19,00. KKG gabungan dari empat
Hasil gabah memiliki keragaman genetik (KG) karakter tersebut berturut-turut sebesar 20,8; 8,5;
yang berkisar dari 0,25 untuk Kalibawang hingga 18,8; 16,02 (Tabel 4).
1,14 untuk Wates, koefisien keragaman genetik Nilai kisaran heritabilitas : hasil gabah dari
(KKG) nya bervariasi dari 3,98 untuk Samigaluh 0,38 di Kalibawang sampai 0,78 di Wates; jumlah
sampai 12,28 untuk Wates (Tabel 4). KG jumlah malai per rumpun dari 0,32 di Giripeni sampai 0,55
malai per rumpun terendah 0,81 di Giripeni dan di Wates; jumlah gabah isi per malai dari 0,32 di
tertinggi 1,88 di Kalibawang, KG jumlah gabah isi Panjatan hinnga 0,55 di Wates; dan bobot 1000 butir

Tabel 3. Hasil gabah, komponen hasil, dan indeks lingkungan pada setiap lokasi (Yield, yield component, and
index of environment in each location)
Lokasi Hasil Jumlah malai Jumlah gabah Bobot 1000 Indeks lingkungan
(Location) gabah per rumpun isi per malai butir (1000- (Index of environ-
(Yield) (Panicle num- (Filled grain grain weight) ment)
(t/ha) ber per hill) per panicle) (g)
Kalibawang MH2012/2013 4,35 18,82 65,75 24,94 - 0,42
Panjatan MK2012 5,84 17,63 67,02 26,10 0,06
Wates MK2012 7,92 21,15 128,45 25,98 0,38
Giripeni MK2012 5,58 16,90 108,64 27,54 - 0,10
Samigaluh MH2012/2013 5,76 19,34 96,05 26,05 - 0,09
Rata-rata umum 5,89 18,77 93,18 26,12 0,52
(Average)
LSD 0,05 1,74 2,46 15,06 6,35 0,04

Tabel 4. Keragaman genetik dan koefisien keragaman genetik untuk karakter hasil gabah dan komponennya
pada masing-masing lokasi dan gabungan semua lokasi (Genetic variability and coefficient of varia-
tion for yield character and its components in each location and location combination)

Lokasi Hasil Jumlah malai per Jumlah gabah isi Bobot 1000 butir
(Location) gabah rumpun (Panicle per malai (Filled (1000-grain weight)
(Yield) number per hill) grain per panicle)
KG KKG KG KKG KG KKG KG KKG
Kalibawang 0,25 4,96 1,88 9,58 30,00 48,48 4,94 17,80
MH2012/2013
Panjatan MK2012 0,60 7,40 0,86 4,20 98,26 149,54 5,88 20,45
Wates MK2012 1,14 12,28 1,42 6,80 79,76 67,58 4,05 15,35
Giripeni MK2012/2013 0,60 4,32 0,81 4,26 68,97 62,96 4,00 14,60
Samigaluh 0,68 3,98 1,70 7,98 88,70 89,80 3,80 13,96
MH2012/2013
Gabungan (Combination) 1,29 20,80 2,74 8,50 89,98 18,80 19,00 16,02
KG= Keragaman Genotipik (Genotypic Variability); KKG = Koefisien Keragaman Genotipik (Coefficient of Genotypic Variability)

26
Sutaryo – Parameter Genetik Sejumlah Genotip Padi di Lahan Sawah Berpengairan Teknis dan Tadah Hujan

dari 0,75 di Samigaluh sampai 0,99 di Wates. Nilai Nilai kemajuan genetik harapan dengan hasil
gabungan untuk hasil gabah, jumlah malai per sebagai berikut : 1) karakter hasil gabah dengan
rumpun, jumlah gabah isi per rumpun dan bobot kisaran 0,32 sampai 1,59 atau 8,00 sampai19,88 %,
1000 butir : 0,88; 0,62; 0,48 dan 0,97. Nilai kisaran masing-masing untuk Kalibawang dan Wates; 2)
proporsi heritabilitas pada suatu lingkungan terhadap jumlah malai per rumpun terendah 0,53 di Giripeni
heritabilitas gabungan : hasil gabah terendah 0,43 di dan tertinggi 1,23 di Wates atau 3,07 sampai 5,47 %;
Kalibawang dan tertinggi 0,89 di Wates; jumlah ma- 3) jumlah gabah isi per malai bervariasi dari 4,92 di
lai per rumpun dari 0,52 di Giripeni hingga 0,84 di Kalibawang sampai 9,05 di Wates atau 7,65 sampai
Wates; jumlah gabah isi per malai dari 0,67 di Pan- 7,17 %; dan 4) bobot 1000 butir berkisar dari 2,90 di
jatan hinnga 1,15 di Wates; dan bobot 1000 butir dari Samigaluh hingga 4,25 di Kalibawang atau 16,76 %
0,77 di Samigaluh sampai 1,03 di Wates (Tabel 5). (Tabel 6).

Tabel 5. Heritabilitas untuk karakter hasil gabah, dan komponen hasil gabah, masing-masing nilai proporsinya,
dan gabungan semua lokasi (Heritability for yield character and its components, proportional value,
and location combination)
Heritabilitas (Heritability)
Hasil gabah (Yield) Jumlah malai per Jumlah gabah isi Bobot 1000
Lokasi (Location)
rumpun (Panicle per malai (Filled butir (1000-
number per hill) grain per panicle) grain weight)
Kalibawang MH2012/2013 0,38 0,42 0,48 0,92
0,43 0,68 1,00 0,94
Panjatan MK2012 0,75 0,38 0,32 0,77
0,85 0,61 0.67 0,79
Wates MK2012 0,78 0,52 0,55 0,99
0,89 0,84 1,15 1,03
Giripeni MH2012/2013 0,47 0,32 0,52 0,93
0,53 0,52 1,08 0,96
Samigaluh MH2012/2013 0,57 0,42 0,42 0,75
0,65 0,68 0,87 0,77
Gabungan (Combination) 0,88 0,62 0,48 0,97
Angka-angka yang tercetak miring adalah nilai proporsi heritabilitas pada suatu lingkungan terhadap heritabilitas gabungan (Italicized
means are heritability proportional value in an environment to combination heritability)

Tabel 6. Keragaman genetik harapan dan kemajuan genetik untuk karakter hasil gabah dan komponennya pada
masing-masing lokasi dan gabungan semua lokasi (Expected genetic variability and genetic gain for
yield character and its components in each location and location combination)
Lokasi (Location) Hasil gabah Jumlah malai per Jumlah gabah isi Bobot 1000 butir
(Yield) rumpun (Panicle per malai (Filled (1000-grain weight)
number per hill) grain per panicle)
KGH KG (%) KGH KG (%) KGH KG KGH KG (%)
(%)
Kalibawang 0,34 8,00 1,11 5,74 4,92 7,65 4,25 16,76
MH2012/2013
Panjatan MK2012 1,06 16,94 0,65 3,55 6,01 8,96 3,60 13,50
Wates MK2012 1,61 19,88 1,23 5,47 9.05 7,17 4,20 15,26
Giripeni MH2012/2013 0,47 7,97 0,53 3,07 8,35 7,65 3,76 13,55

Samigaluh 0,56 9,18 1,05 5,20 7,62 7,95 2,90 10,70


MH2012/2013
Gabungan 1,98 32,68 1,98 10,40 9,02 9,75 8,28 31,16
(Combination)
KGH= kemajuan genetik harapan (Expected genetic gain); KG = kemajuan genetik dalam persen (Genetic gain in percent)

27
Berita Biologi 13(1) - April 2014

PEMBAHASAN berbeda untuk setiap lingkungan. Hal itu ditunjukkan


Hasil gabah yang tinggi terdapat di Wates oleh tidak adanya perubahan kergaman genetik
didukung oleh tingginya nilai karakter jumlah malai secara proporsional dari sifat tertentu di lingkungan
per rumpun dan jumlah gabah isi per malai. Genotip yang berbeda. Data tersebut juga menunjukkan
padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe adanya interaksi spesifik antara genotip dan
indica. Pada tipe ini, pada umumnya tingginya karak- lingkungan untuk karakter tertentu. Dengan melihat
ter hasil gabah sangat dipengaruhi oleh minimal dua keragaman genetik saja, sangat sulit untuk
karakter komponen dari hasil gabah (Islam et al., mempelajari suatu karakter. Untuk itu, diperlukan
2010). parameter genetik lain, yaitu heritabilitas dan kema-
Sementara itu, bahwa bobot 1000 butir tidak juan genetik. Fehr (1987) menyebutkan bahwa heri-
banyak berubah bila ditanam di lingkungan yang tabilitas adalah salah satu alat ukur dalam sistem
berbeda. Dengan kata lain, pengaruh lingkungan seleksi yang efisien dapat menggambarkan efektivi-
terhadap karakter ini sangat kecil. Selain itu, keadaan tas seleksi genotip berdasarkan penampilan fenotip-
tersebut diduga bahwa karakter bobot 1000 butir nya.
memiliki gen yang homozigot dominan. Hasil, Penentuan lingkungan tumbuh yang cocok
jumlah malai per rumpun dan jumlah gabah isi per untuk seleksi suatu karakter dapat dilakukan dengan
malai yang tinggi tersebut juga disebabkan oleh cara membandingkan nilai-nilai parameter genetik di
kontribusi indeks lingkungan yang tinggi pula. Di setiap lingkungan tumbuh. Beberapa pemulia memi-
Wates, karakter jumlah gabah isi per malai menun- lih lingkungan yang memberikan nilai heritabilitas
jukkan perbedaan yang mencolok yaitu jumlahnya tertinggi sebagai lingkungan yang cocok untuk se-
dua kali lebih banyak dibanding dengan di Kaliba- leksi karakter yang bersangkutan. Penentuan lingku-
wang maupun Panjatan. Hal ini menjelaskan bahwa ngan tumbuh dengan cara tersebut dapat menimbul-
kondisi lingkungan di Wates pada sangat cocok bagi kan bias, karena heritabilitas tidak menggambarkan
pengembangan genotip padi. Sabu et al. (2009) kemajuan genetik yang sebenarnya dari karakter
melaporkan bahwa karakter hasil gabah, jumlah ma- yang bersangkutan. Oleh karena itu perlu dilakukan
lai per rumpun, dan bobot 1000 butir dengan nilai identifikasi di salah satu lingkungan yang mendekati
keragaman genetik yang relatif sempit disebabkan kondisi seleksi di lingkungan gabungan. Bila nilai
oleh dekatnya kekerabatan sebagian besar genotip perbandingan heritabilitas antara satu lingkungan
yang diuji. dengan lingkungan gabungan mendekati satu, maka
Jumlah malai per rumpun dan bobot 1000 butir lingkungan tersebut paling sesuai untuk seleksi ka-
memiliki keragaman genetik yang relatif sempit. rakter yang bersangkutan. Nilai heritabilitas dapat
Keragaman genetik yang cukup besar terdapat pada memberikan petunjuk sederhana tentang besar
karakter jumlah gabah isi per malai tetapi nilai duga kecilnya pengaruh faktor genetik dan lingkungan
koefisiennya juga cukup besar. Hal ini mungkin tid- terhadap suatu populasi. Fehr (1987) melaporkan,
ak hanya dipengaruhi oleh keragaman genetik antar jika nilai heritabilitas dipadukan dengan nilai kema-
genotip tetapi juga dipengaruhi oleh sebab-sebab lain juan genetik dan seleksi akan lebih bermanfaat dalam
yang tidak dapat terdeteksi. Secara umum, ling- meramalkan hasil akhir program seleksi.
kungan di Wates memberikan keragaman yang Nilai kemajuan genetik harapan dan kemajuan
cukup tinggi dibanding dengan lingkungan tumbuh genetik yang diperoleh tersebut relatif kecil (di ba-
lainnya. wah 50%). Salah satu kemungkinan penyebabnya
Keragaman genetik pada setiap lingkungan adalah kurang luasnya keragaman genetik tetua-tetua
memberikan nilai yang berbeda. Artinya, pengaruh yang digunakan dalam persilangan. Sama halnya
lingkungan terhadap keragaan karaktertanaman dengan heritabilitas, dalam menentukan lingkungan

28
Sutaryo – Parameter Genetik Sejumlah Genotip Padi di Lahan Sawah Berpengairan Teknis dan Tadah Hujan

tumbuh yang cocok untuk seleksi suatu karakter ter- luh; dan 5) Supriyanta, Kalibawang atas bantuan
tentu dapat dilihat dari nilai kemajuan genetik yang pelaksanaan di lapangan dan pengamatan data per-
tinggi dan nisbah antara nilai kemajuan genetik di tumbuhan dan perkembangan tanaman.
setiap lingkungan dengan rata-rata di semua
(gabungan) lingkungan. Tocker (2004) melaporkan DAFTAR PUSTAKA
bahwa nilai kemajuan genetik yang tinggi dalam Baihaki A dan N Wicaksana. 2005. Interaksi genotip x ling-
kungan, adaptabilitas dan stabilitas hasil, dalam pengem-
suatu lingkungan mengindikasikan bahwa lingkun- bangan tanaman varietas unggul di Indonesia. Zuriat.
gan tersebut cukup mendukung penampilan faktor Jurnal Pemuliaan Indonesia 16(1) 1-8
Fehr WR. 1987. Principles of cultivar development (1). Theory
genetik, sehingga dapat melengkapi kemajuan se- and Technique, 120-129 Macmillan Publishing Co., New
York.
leksi dan digunakan untuk pengembangannya. Gomez K and A Gomez. 1986. Statistical procedures for agricul-
turural research, 567-620. John Wiley & Sons, New
York .
KESIMPULAN Islam MS, S Peng, RM Visperas, M Sultan, U Bhuiya, SMA
Berdasarkan analisis data dan uraian tersebut Hossain, and AW Yulfiquar. 2010. Comparative study on
yield and yield attributes of hybrids, inbred, and NPT rice
di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua kondisi genotypes in tropical irrigated ecosystem. Bangladesh
lingkungan sesuai untuk seleksi dan pengembangan Journal Agricultural Research 35, 343-353.
Khan AS, M Imran, and M Asffaq. 2009. Estimation of genetic
genotip yang diindikasikan oleh rendahnya nilai her- variability and correlation for grain yield component in
itabilitas dan kemajuan genetik harapan dibanding- Oryza sativa L. American-Euras. Journal Agricultural
Environtment Science 6, 585-590.
kan rata-rata gabungan lingkungan. Wates sesuai Khush GS. 2000. New plant type of rice for increasing the genetic
yield potential. In Rice Breeding and genetics: Research
untuk seleksi hasil gabah dan pengembangan genotip Priorities and Challenges. J.S. Nanda (Ed.), 99-108. Sci-
ditinjau dari nilai heritabilitas paling tinggi untuk ence Publishers, Inc., Enfield USA.
Sabu KK, MZ Abdullah, LS Lin, and R Wickneswari. 2009.
karakter hasil. Kalibawang, Giripeni dan Wates Analysis of heritability and genetic variability of agronomi-
memiliki nilai proporsi heritabilitas yang cukup ting- cally important traits in Oryza sativa L. x O. rufipogon
Cross. Agronomy Research 7, 97-102.
gi untuk karakter bobot 1000 butir, sehingga ling- Saleem MY, JI Mirza, and MA Haq. 2008. Heritability, genetic
kungan tersebut dapat digunakan sebagai tempat advance, and heterosis in line x tester crosses of Basmati
rice. Journal Agricultural Research 46,15-26.
seleksi untuk karakter tersebut. Singh RK and BD Chaudhary. 1979. Biometrical methods in
quantitative genetic analysis. Kalyani, Ludhiana, New
Delhi. Reed. 46. 2, 390-393.
UCAPAN TERIMAKASIH Tocker C. 2004. Estimates of broad-sense heritability for seed
yield and yield criteria in faba bean (Vicia faba L.).
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Hereditas 140, 222-225.
Bapak-bapak: 1) Romsiah, Wates; 2) Mariyat, Pan-
jatan; 3) Untung Suharjo, Giripeni; 4) Peni, Samiga-

29

You might also like