Keragaman Genetik Dan Karakter Agronomi Galur Haploid Ganda Padi Gogo Dengan Sifat-Sifat Tipe Baru Hasil Kultur Antera

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

J. Agron.

Indonesia 37 (2) : 87 – 94 (2009)

Keragaman Genetik dan Karakter Agronomi Galur Haploid Ganda Padi Gogo dengan Sifat-Sifat
Tipe Baru Hasil Kultur Antera

Genetic Variability and Agronomic Characters of Doubled Haploid Derived Anther Culture of Lowland
Rice Lines with New Plant Type Characters

Reny Herawati1, Bambang S. Purwoko2*, dan Iswari S. Dewi3


1
Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, Indonesia
2
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor
(Bogor Agricultural University), Indonesia
3
Balai Besar Bioteknologi dan Genetik, Cimanggu, Bogor, Indonesia

Diterima 16 April 2009/Disetujui 8 Juli 2009

ABSTRACT

The development of new plant type of upland rice in relatively short time can be done by using anther culture
technique. The technique has been recognized as a rapid and efficient technology for plant improvement. Plant
materials used in this research were 320 s doubled haploid lines derived from anther culture and their 4 parents
namely Fatmawati, SGJT-28, SGJT-36 and Way Rarem. Observation was conducted on plant height, number of
productive tillers, days of flowering and maturity, length of panicle, number of grains per panicle, number of filled
grains per panicle, percentage of unfilled grains, weight of 1000 grains and weight of grains per hill. The result showed
that there were broad variations in the agronomic characters of doubled haploid lines. There were 58 upland rice lines
can be obtained with new plant type characters (NPT). Several lines showed superior characters. Line P6-105, P3-
134, P3-135, P3-175 had productive tiller more than that of parental, P3-160, P3-196, P6-274 had long panicle,
number of grain per panicle and low percentage of unfilled grain, P3-135, P6-271, P6-274, and P6-276 had weight of
grains per hill. These lines had potential as new plant type of upland rice. Length of panicle, number of grains per
panicle, number of filled grains per panicle, and weight of grains per hill had high heritability and wide genetic
variability.

Key words: Genetic variability, doubled haploid, anther culture, upland rice

PENDAHULUAN ton/ha) (Departemen Pertanian, 2004). Rendahnya


produktifitas padi gogo disebabkan antara lain oleh
Pengembangan budidaya padi gogo merupakan kondisi iklim dan tanah yang bervariasi, penerapan
alternatif untuk meningkatkan produksi padi nasional, teknologi budidaya yang belum optimal terutama dalam
karena perluasan padi sawah semakin sulit dilakukan. penggunaan varietas unggul, pemupukan dan pengen-
Strategi ini dilakukan di antaranya melalui optimalisasi dalian penyakit blas (Toha, 2005).
pemanfaatan lahan tidur. Diperkirakan hingga tahun Penelitian dan perakitan padi tipe baru di
2002 terdapat sekitar 59.3 juta ha lahan kering Indonesia telah dimulai sejak tahun 1995. Pada tahun
berpotensi di berbagai propinsi, dan sekitar 24.7 juta ha 2001 program penelitian padi tipe baru menjadi
di antaranya telah digunakan sebagai lahan perkebunan program baru Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
dan hutan tanaman industri negara dan swasta Pada tahun 2005 telah dihasilkan lebih dari 4000
(Departemen Pertanian, 2004). Sebagian besar di kombinasi persilangan padi tipe baru, empat varietas
antaranya (sekitar 11 juta ha lebih) berpotensi untuk unggul yaitu Cimelati, Ciapus, Gilirang, dan Fatmawati.
dikembangkan sebagai lahan pertanaman padi gogo Tiga varietas pertama adalah varietas unggul semi tipe
(Puslitbangtan, 2006). Konstribusi padi gogo terhadap baru (VUSTB), sedangkan Fatmawati adalah varietas
produksi padi nasional masih relatif rendah, sehingga unggul tipe baru (VUTB) perdana (Abdullah et al.,
pengembangannya masih terus diupayakan. Produk- 2005). Namun demikian perakitan padi gogo tipe baru
tivitasnya sebesar 2.57 ton/ha, jauh lebih rendah belum banyak dilakukan mengingat berbagai kendala
dibandingkan dengan produktivitas padi sawah (4.75 adaptasi lingkungan dan cekaman biotik.

2
* Penulis untuk korespondensi. E-mail: [email protected], Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680.

Keragaman Genetik dan Karakter Morfologi ..... 87


J. Agron. Indonesia 37 (2) : 87 – 94 (2009)

Perakitan varietas secara konvensional memerlu- persilangan Fatmawati/SGJT-28, 168 galur hasil kultur
kan waktu yang panjang (lebih dari 5 tahun), apalagi antera dari persilangan Fatmawati/SGJT-36, tiga galur
dengan menggunakan berbagai varietas atau tetua yang hasil kultur antera dari persilangan Way Rarem/
mempunyai sifat-sifat yang diinginkan. Kultur antera Fatmawati, lima galur hasil kultur antera dari
yang dapat menghasilkan tanaman haploid ganda atau persilangan SGJT-28/Fatmawati, dan 126 galur hasil
galur murni (Zapata, 1985) akan meningkatkan efisiensi kultur antera dari persilangan SGJT-36/Fatmawati.
pembentukan tanaman ideal dan varietas padi lahan Pada tiap pot ditanam 3 benih, dan setelah tumbuh
kering yang diinginkan. Teknik ini menghasilkan dipilih 1 yang terbaik untuk dibiarkan terus tumbuh.
tanaman haploid melalui induksi embryogenesis dari Sebagai kontrol adalah Fatmawati, SGJT-28, SGJT-36
pembelahan berulang mikrospora/polen tanaman donor dan Way Rarem. Percobaan menggunakan Rancangan
antera yang berasal dari persilangan tetua yang memiliki Acak Kelompok yang diulang 3 kali.
karakter yang diinginkan. Seleksi karakter yang Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman,
diinginkan dapat dilakukan pada generasi awal yaitu anakan produktif, jumlah gabah per malai, jumlah gabah
DH1 atau DH2, sehingga waktu yang digunakan relatif isi per malai, persentase kehampaan, bobot 1000 butir,
lebih singkat dibandingkan metode pemuliaan konven- bobot gabah per rumpun, umur berbunga, dan umur
sional (Dewi et al., 1996). panen.
Metode seleksi merupakan proses yang efektif Analisis ragam dan parameter genetik dihitung
untuk memperoleh sifat-sifat yang dianggap sangat berdasarkan metode yang dipakai Singh and Chaudhary
penting dan tingkat keberhasilannya tinggi. Helyanto et (1979) sebagai berikut :
al. (2000) menyatakan bahwa apabila suatu karakter
memiliki keragaman genetik cukup tinggi, maka Tabel 1. Analisis ragam dan peragam
keragaman karakter tersebut antar individu dalam
populasinya akan tinggi pula, sehingga seleksi akan Sumber Kuadrat
db Nilai Harapan
lebih mudah untuk mendapatkan sifat-sifat yang Keragaman Tengah
diinginkan. Oleh sebab itu, informasi keragaman Kelompok (r-1) M3 σ e2 + 21σ u2
genetik sangat diperlukan untuk memperoleh varietas
baru yang diharapkan. Zen (2002) menyatakan bahwa
Genotipe (g-1) M2 σ e2 + 3 σ g2
untuk mencapai tujuan seleksi, harus diketahui antar
karakter agronomi, komponen hasil dan hasil, sehingga
Galat (r-1)(g-1) M1 σ e2
seleksi terhadap satu karakter atau lebih dapat
dilakukan.
σ e2 =lingkungan; σ g2 = ragam genetik
Seleksi akan lebih efektif jika karakter yang
menjadi target seleksi memiliki nilai heritabilitas yang σ g2 = M2-M1, σ e2 = M1, σ 2p = σ g2 + σ e2
tinggi. Heritabilitas sangat penting dalam menentukan
metode seleksi dan pada generasi mana sebaiknya r
karakter yang diinginkan diseleksi. Kemajuan genetik Koefisien Keragaman Genotipe (KKG) dan Koefisien
menggambarkan sejauh mana keefektifan proses Keragaman Phenotipe (KKP):
seleksi. Seleksi akan efektif bila nilai kemajuan genetik σ g2
tinggi yang ditunjang oleh nilai keragaman genetik KKG = x 100%
dan heritabilitas yang tinggi pula. Penelitian ini X
bertujuan untuk menyeleksi dan mengkarakterisasi
galur-galur haploid ganda padi gogo tipe baru, serta σ 2p
mendapatkan informasi mengenai keragaman genetik KKP = x 100%
karakter agronomi galur-galur hasil kultur antera. X
Kriteria KKG relatif adalah rendah (0 < x < 25%), agak
BAHAN DAN METODE rendah (25% < x < 50%), cukup tinggi (50% < x <
75%), dan tinggi (75% < x <100%) (Moedjiono dan
Percobaan dilakukan di rumah kaca Balai Besar Mejaya, 1994).
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Heritabilitas dalam arti luas (h2bs) dihitung berdasarkan
Daya Genetik Pertanian, Cikeumeuh Bogor. Percobaan rumus:
dilaksanakan pada bulan Desember 2007- Juni 2008. h2bs = σ g2
Bahan yang digunakan adalah benih padi galur-
galur haploid ganda hasil percobaan terdahulu (DH0) σ g2 + σ e2
sebanyak 320 galur haploid ganda yang terdiri dari
enam galur hasil kultur antera dari persilangan
Fatmawati/Way Rarem, 12 galur hasil kultur antera dari

88 Reny Herawati, Bambang S. Purwoko dan Iswari S. Dewi


J. Agron. Indonesia 37 (2) : 87 – 94 (2009)

Nilai heritabilitas (h2bs) dikelompokkan menurut Hasil analisis ragam menunjukkan adanya
Stanfield (1983): 0.50 < h2bs< 1.00 = tinggi; 0.20 < h2bs< perbedaan yang nyata pada semua karakter yang diamati
0.50 = sedang; h2bs< 0.20= rendah. (Tabel 2). Nilai pendugaan parameter genetik tanaman
menunjukkan bahwa nilai koefisien keragaman genotipe
(KKG) dan phenotipe (KKP) tanaman berkisar antara
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.62-55.86% dan 17.57-82.14%. Nilai KKG terendah
(1.62%) ditunjukkan oleh karakter umur panen dan nilai
Keragaman Genetik Galur-galur Haploid Ganda tertinggi (55.86%) dihasilkan oleh jumlah anakan
produktif. Dari nilai KKG absolut 0-55.86% ditetapkan
Berdasarkan karakter yang mendekati tetua
nilai relatifnya. Nilai absolut 55.86% ditetapkan
Fatmawati yaitu postur batang tegak, daun bendera
sebagai nilai relatif 100%. Dengan demikian nilai
tegak (<30°), malai berisi dan merunduk, telah diseleksi
absolut kriteria tersebut adalah rendah (0.0% < x <
58 galur haploid ganda padi gogo, 38 galur tidak tahan
13.97%), agak rendah (13.97% < x < 27.93%), cukup
kering dengan pertumbuhan tertekan. Sebanyak 224
tinggi (27.93% < x < 41.89%) dan tinggi (41.89% < x <
galur adalah galur yang tidak memenuhi kriteria yang
55.86%).
diinginkan antara lain postur batang rebah dan malai
pecah atau tidak merunduk.

Tabel 2. Hasil analisis ragam dan ragam genetik karakter agronomi galur haploid ganda padi gogo hasil kultur antera
Karakter KT F hitung KG KP KKG (%) KKP (%) h2bs
Umur berbunga 556.58 1.22** 32.20 481.74 4.97 19.21 0.07
Umur panen 746.31 0.95** 6.73 793.69 1.62 17.57 0.01
Tinggi tanaman 2461.71 5.04** 675.99 1162.98 20.38 26.74 0.58
Anakan produktif 22.43 3.14** 6.18 13.36 55.86 82.14 0.46
Panjang malai 68.87 3.04** 15.35 37.34 14.62 22.81 0.41
Jmlh gabah/malai 15555.24 5.57** 4004.43 6715.11 33.76 43.72 0.59
Jmlh gabah isi/malai 7410.03 5.17** 1851.34 3257.17 42.46 56.32 0.56
Persentase kehampaan 958.36 6.27** 253.66 402.83 35.79 45.10 0.63
Bobot 100 butir 0.66 3.84** 0.18 0.57 18.29 32.54 0.32
Bobot gabah/rumpun 93.11 6.98** 26.59 39.94 55.63 68.17 0.67
Ket : KT = Kuadrat tengah, KG = Keragaman genotipe, KP = Keragaman phenotipe, KKP = Koefisien keragaman
phenotipe, KKG = Koefisien keragaman genotipe, h2bs= Heritabilitas, * nyata pada 5 %, ** nyata pada taraf 1
%

Karakter dengan KKG relatif rendah dan agak Keragaman genetik luas diartikan bahwa seleksi yang
rendah digolongkan sebagai sifat keragaman genetik tepat terhadap karakter tersebut berlangsung efektif dan
sempit dan karakter dengan kriteria KKG relatif cukup mampu meningkatkan potensi genetik karakter pada
tinggi dan tinggi digolongkan sebagai karakter generasi selanjutnya (Zen dan Bahar, 2001). Seleksi
keragaman genetik luas (Murdaningsih et al., 1990). dapat dilakukan lebih leluasa pada karakter yang
Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat lima karakter mempunyai keragaman genetik luas dan dapat
dengan KKG tergolong rendah, yaitu umur berbunga, digunakan dalam perbaikan genotipe.
umur panen, tinggi tanaman, panjang malai, dan bobot Nilai duga heritabilitas karakter yang diamati
100 butir; dua karakter tergolong cukup tinggi yaitu berkisar 0.009 untuk umur panen, dan 0.67 untuk
jumlah gabah per malai dan persentase kehampaan; persentase kehampaan (Tabel 2). Berdasarkan kriteria
serta tiga karakter tergolong tinggi yaitu anakan Stanfield (1983), nilai heritabilitas tinggi tanaman,
produktif, jumlah gabah isi per malai, dan bobot jumlah gabah per malai, jumlah gabah isi per malai,
gabah/rumpun. persentase kehampaan, dan bobot gabah/rumpun
Karakter dengan KKG rendah termasuk ber- tergolong tinggi; anakan produktif, panjang malai, dan
keragaman genetik sempit, sedangkan karakter dengan bobot 100 butir tergolong sedang, sedangkan umur
kriteria KKG cukup tinggi dan tinggi termasuk berbunga dan umur panen tergolong rendah.
berkeragaman genetik luas. Dengan demikian, terdapat Dikemukakan oleh Rachmadi et al. (1990) dan
lima karakter keragaman genetik rendah dan lima Wicaksana (2001) bahwa karakter yang mempunyai
karakter keragaman genetik luas. Hal ini berarti terdapat nilai heritabilitas tinggi menunjukkan faktor genetik
peluang perbaikan genetik melalui sifat jumlah gabah lebih dominan atau faktor genetik memberi sumbangan
per malai, persentase kehampaan, anakan produktif, yang lebih besar dari pada faktor lingkungan dan seleksi
jumlah gabah isi per malai, dan bobot gabah/rumpun. terhadap karakter ini dapat dimulai pada generasi awal.

Keragaman Genetik dan Karakter Morfologi ..... 89


J. Agron. Indonesia 37 (2) : 87 – 94 (2009)

Tinggi Tanaman dan Anakan Produktif rata hanya 73.83, dengan kisaran antara 70.67-77 (Tabel
4). Standar tinggi tanaman yang ditetapkan IRRI untuk
Fatmawati dijadikan sebagai varietas pembanding untuk
PTB paling rendah adalah 100 cm (Peng et al., 2008),
seleksi sifat-sifat padi tipe baru (PTB). Tinggi tanaman
sedangkan karakteristik tanaman ideal menurut Ma et
dan anakan produktif merupakan karakter agronomi
al. (2006) untuk tinggi tanaman adalah 115-120 cm.
penting dan dapat dijadikan identitas penting suatu
Galur-galur yang mendekati Fatmawati untuk tinggi
genotipe. Hampir semua galur memiliki tinggi tanaman
tanaman adalah P3-120, P3-204, P3-248, P6-257, P6-
yang lebih pendek dari tetua SGJT-36 yaitu kurang dari
273 yaitu mendekati 141. 53 cm. Rata-rata tinggi
187.67 cm, namun demikian ada yang tingginya kurang
tanaman padi Fatmawati adalah 100-110 cm apabila
dari Fatmawati dan ada yang tingginya melebihi
ditanam di lahan terbuka.
Fatmawati (Tabel 3). Galur hasil kultur antera dari
persilangan Fatmawati/SGJT-28 mempunyai tinggi rata-

Tabel 3. Nilai rata-rata karakter agronomi tetua galur-galur haploid ganda

Karakter SGJT-28 SGJT-36 Way Rarem Fatmawati


Umur berbunga (hari) 109.00 127.67 99.67 104.00
Umur panen (hari) 163.67 166.33 124.67 131.00
Tinggi tanaman (cm) 135.00 187.67 145.67 141.53
Anakan produktif 11.00 6.00 10.00 8.33
Panjang malai (cm) 27.15 31.35 19.77 24.72
Jmlh gabah/malai 135.46 185.14 160.03 205.00
Jmlh gabah isi/malai 89.74 120.11 104.51 116.12
Persentase kehampaan 33.56 34.76 36.35 43.58
Bobot 100 butir (g) 1.69 2.91 2.41 2.93
Bobot gabah/rumpun (g) 15.64 16.09 27.10 22.58

Tabel 4. Tinggi tanaman dan anakan produktif galur haploid ganda padi gogo hasil persilangan dengan Fatmawati
Jmlh galur Tinggi tanaman (cm) Anakan produktif
Asal persilangan
Kisaran Rataan Kisaran Rataan
Fatmawati/ Way Rarem 001 101-111 106.33 7-9 8.33
Fatmawati/SGJT-28 002 70.67-77 073.83 3.33-4.33 3.83
Fatmawati/SGJT-36 26 54-172 132.26 1.0-17.0 3.72
Way Rarem/Fatmawati 001 104-126 112.67 1.0-10 5.00.00
SGJT-28/Fatmawati 001 115-123 120.33 3-4 3.33
SGJT-36/Fatmawati 27 83-162.7 125.600 2-9.67 4.47

Jumlah anakan produktif sangat bervariasi pada dan 108-180 hari untuk umur panen. Umur yang cukup
semua persilangan. Kisaran anakan produktif tertinggi panjang ini dikarenakan tetua SGJT-28 dan SGJT-36
adalah pada galur hasil kultur antera dari persilangan memiliki umur yang cukup dalam yaitu rata-rata 109
Fatmawati/Way Rarem, galur hasil kultur antera dari dan 127 hari untuk umur berbunga, 163 dan 166 hari
Fatmawati/SGJT-36, galur hasil kultur antera dari Way untuk umur panen (Tabel 5). Selain itu percobaan di
Rarem/Fatmawati, dan galur hasil kultur antera dari rumah kaca diduga menjadi penyebab perbedaan
SGJT-36/Fatmawati lebih tinggi dari Fatmawati (>8 kondisi lingkungan di lahan terbuka, umumnya tanaman
malai) (Tabel 3 dan 4). Galur-galur tersebut berpotensi akan berumur lebih pendek bila ditanam pada lahan
menghasilkan malai yang banyak sesuai kriteria padi terbuka. Umur berbunga tidak menunjukkan perbedaan
tipe baru (PTB) yaitu 330 malai per m2, 150 gabah per yang nyata dengan Fatmawati, tetapi terdapat beberapa
malai, 80% pengisian biji, 25 mg bobot gabah kering galur yang memiliki umur berbunga lebih pendek yaitu
oven, 22 ton/ha total biomas di atas tanah (kadar air 75 hari. Umur panen terdapat perbedaan yang sangat
14%), dan 50% indeks panen (Peng and Khush, 2003). nyata dengan Fatmawati dengan umur yang jauh lebih
dalam yaitu 180 hari, tetapi terdapat galur-galur yang
Umur Tanaman lebih genjah dari Fatmawati dengan umur panen 108
hari (Table 5).
Umur berbunga maupun umur panen cukup dalam
yaitu berkisar antara 75-138 hari untuk umur berbunga

90 Reny Herawati, Bambang S. Purwoko dan Iswari S. Dewi


J. Agron. Indonesia 37 (2) : 87 – 94 (2009)

Tabel 5. Umur berbunga dan umur panen galur haploid ganda padi gogo hasil persilangan dengan Fatmawati
Asal persilangan Jumlah Umur berbunga (HST) Umur panen (HST)
galur Kisaran Rataan Kisaran Rataan
Fatmawati/ Way Rarem 001 97-97 097.0 165-165 165.0
Fatmawati/SGJT-28 002 125.67-127 126.3 165-168.3 166.6
Fatmawati/SGJT-36 26 75.3-127 110.6 108.3-180.3 156.1
Way Rarem/Fatmawati 001 95-99 096.3 163-163 163.0
SGJT-28/Fatmawati 001 95-97 095.7 163-163 163.0
SGJT-36/Fatmawati 27 80.7-138 119.4 114-173.3 165.7

Komponen Hasil dan Hasil dengan rata-rata tetuanya (Tabel 4). Galur-galur
tersebut banyak memiliki sifat-sifat PTB dan berpotensi
Panjang malai berkisar antara 15.15 - 36.50 cm
sebagai galur PTB. Dilaporkan oleh Peng dan Khush
(Tabel 6). Galur-galur hasil kultur antera dari
(2003) bahwa untuk meningkatkan potensi hasil 10
persilangan Fatmawati/SGJT-36 dan SGJT-36/
persen lebih tinggi dari potensi hasil PTB yang ada,
Fatmawati menghasilkan galur dengan malai terpendek
dibutuhkan karakter-karakter seperti 330 malai per m2,
yaitu 15.15 cm dan 15.25 cm, dan malai terpanjang
150 butir gabah per malai, 22 ton/ha total biomass
yaitu 36.50 dan 31. 6 cm, melebihi tetuanya Fatmawati.
dengan (14% kadar air), dan 50% indeks panen. Virk et
Beberapa galur memiliki panjang malai jauh lebih
al. (2004) mengembangkan strategi padi tipe baru untuk
pendek dari tetuanya. Panjang malai biasanya
sifat-sifat panjang malai dan 150 butir gabah per malai.
berkorelasi dengan jumlah gabah per malai. Hal ini
Lebih lanjut ditegaskan oleh Peng et al. (2008) bahwa
terlihat jelas pada galur hasil kultur antera dari
jumlah malai per m2, persentase pengisian biji, total
persilangan Fatmawati/SGJT-36 dan SGJT-36/
biomass dan indeks panen diperlukan untuk padi tipe
Fatmawati menghasilkan galur dengan malai yang
baru.
panjang, diikuti oleh jumlah gabah yang banyak yaitu
lebih dari 300 butir per malai, lebih tinggi dibandingkan

Tabel 6. Komponen hasil dan hasil galur haploid ganda padi gogo hasil persilangan dengan Fatmawati
Jumlah galur Panjang Malai (cm) Jumlah Gabah/malai
Asal persilangan
Kisaran Rata-rata Kisaran Rataan
Fatmawati/ Way Rarem 01 24.6 - 26.1 25.51 157.5 - 170.8 164.72
Fatmawati/SGJT-28 02 21.1 - 22.7 21.90 120.0 - 131.4 125.72
Fatmawati/SGJT-36 26 15.2 - 36.5 27.82 072.6 - 323.3 202.91
Way Rarem/Fatmawati 01 23.5 - 30.6 27.27 103.3 - 178.0 138.17
SGJT-28/Fatmawati 01 25.5 - 30.2 27.31 148.9 - 194.8 166.61
SGJT-36/Fatmawati 27 15.3 - 31.6 26.15 078.4 - 327.1 185.20
Jumlah galur Jumlah gabah isi/malai Gabah Hampa (%)
Kisaran Rata-rata Kisaran Rataan
Fatmawati/ Way Rarem 01 0.69.3 – 88.0.0 77.44 46.90 - 56.10 53.01
Fatmawati/SGJT-28 02 .045.8 – 62.0.0 54.11 52.81 - 61.96 57.38
Fatmawati/SGJT-36 26 030.1 - 221.7 109.600 09.20 - 81.03 43.79
Way Rarem/Fatmawati 01 33.1 - 77.5 52.83 41.80 - 73.00 60.97
SGJT-28/Fatmawati 01 46.3 - 82.3 58.53 57.70 - 70.06 65.58
SGJT-36/Fatmawati 27 19.6 - 235.5 101.900 10.66 - 77.42 43.20
Jumlah Bobot 1000 butir (g) Bobot gabah/rumpun (g)
galur Kisaran Rataan Kisaran Rataan
Fatmawati/ Way Rarem 01 25.9 - 26.3 26.1 13.24 - 16.13 15.16
Fatmawati/SGJT-28 02 17.3 - 18.4 17.9 02.71 - 06.90 04.40
Fatmawati/SGJT-36 26 14.8 - 34.5 23.7 03.70 - 18.98 07.74
Way Rarem/Fatmawati 01 23.7 - 24.1 24.0 02.64 - 17.67 07.10
SGJT-28/Fatmawati 01 19.1 - 19.6 19.4 02.12 - 06.29 03.51
SGJT-36/Fatmawati 27 14.9 - 33.8 23.5 02.47 - 20.09 09.75

Keragaman Genetik dan Karakter Morfologi ..... 91


J. Agron. Indonesia 37 (2) : 87 – 94 (2009)

Zhengjin et al. (2005) mengembangkan padi ideal 235.5 dengan rata-rata 109.6 dan 101.9 lebih tinggi dari
dengan jumlah gabah isi per malai lebih dari 160 butir, Fatmawati, namun persentase kehampaannya cukup
sedangkan Virk et al. (2004) mengembangkan padi tipe tinggi yaitu rata-rata 43.79 dan 43.2 persen. Dilaporkan
baru dengan karakter jumlah gabah isi 150 butir per oleh Peng et al. (1999) bahwa penyebab rendahnya
malai. Kisaran dan rata-rata jumlah gabah per malai, pengisian biji pada padi tipe baru adalah apikal dominan
jumlah gabah isi per malai, persentase kehampaan, dan yang kecil pada malai, susunan gabah pada malai, dan
bobot 1000 butir ditampilkan pada Tabel 6. Galur hasil terbatasnya seludang pembuluh untuk pengangkutan
hasil kultur antera dari persilangan Fatmawati/SGJT-36 asimilat. Hasil penelitian Kobata dan Iida (2004)
dan SGJT-36/Fatmawati memiliki jumlah gabah per menyatakan bahwa rendahnya pengisian biji pada padi
malai masing-masing pada kisaran tertinggi 323.33 dan tipe baru disebabkan karena rendahnya efisiensi partisi
327.11 dengan rata-rata sebesar 202.91 dan 185.2, asimilat ke biji.
jumlah gabah isi pada kisaran tertinggi 221.72 dan

Tabel 7. Karakter terseleksi untuk galur haploid ganda padi gogo dengan sifat-sifat PTB
Karakter Galur Kisaran Rataan
Anakan produktif P6-105, P3-134, P3-135, P3-175, P6- 6.00 – 17.00 9.38
276, P6-319, P6-320
Panjang malai (cm) P3-27, P3-28, P6-103, P3-120, P3-150, 28.11 – 36.50 31.7
P3-158, P3-159, P3-160, P3-161, P3-196,
P3-204, P3-238, P3-248, P6-264, P6-265,
P6-274, P6-278
Jumlah gabah/malai P3-160, P3-162, P3-196, P6-264, P6- 282.38 - 327.11 312.77
265, P6-266, P6-267, P6-274
Persentase gabah hampa P3-160, P3-191, P3-196, P3-210, P3-238, 9.20 – 39.08 24.61
P3-248, P3-249, P3-250, P3-255, P6-
271, P6-272, P6-273, P6-274, P6-275,
P6-276, P6-278, P6-314, P6-317
Bobot gabah/rumpun (g) P3-135, P6-271, P6-274, P6-276 17.93 – 20.09 19.16

Abdullah et al. (2008) melaporkan bahwa Galur hasil kultur antera dari persilangan
pembentukan PTB di Indonesia diarahkan pada PTB Fatmawati/SGJT-28 memiliki bobot 1000 butir terendah
yang mempunyai jumlah anakan sedang tetapi yaitu rata-rata 17.9 dengan kisaran 17.3 - 18.4 g, namun
produktif semua (12-18 batang), jumlah gabah/malai terdapat galur-galur dengan bobot 1000 butir tertinggi
150-250 butir, persentase gabah bernas 85-95%, bobot yaitu 34.5 dan 33.8 g berasal dari galur hasil kultur
1000 butir 25-26 g, batang kokoh dan pendek (80-90 antera hasil persilangan Fatmawati/SGJT-36 dan Way
cm), umur genjah (110-120 hari). Dengan sifat-sifat Rarem/Fatmawati (Tabel 6). Rata-rata bobot 1000 butir
tersebut potensi hasil PTB dapat mencapai 9-13 ton/ha. semua galur bervariasi, ada yang melebihi tetuanya dan
Galur P3-160, P3-196 dan P6-274 memiliki jumlah ada yang lebih rendah dari tetuanya. Galur-galur yang
gabah cukup tinggi yaitu 316.45, 323.33, dan 282.38 memiliki bobot 1000 butir mendekati Fatmawati adalah
dengan persentase kehampaan yang rendah yaitu 29.67, galur P3-26, P3-27, P3-148, P3-162, P3-204, dan P6-
39.08, dan 20.92 persen, serta gabah isi cukup tinggi 295 yaitu mendekati 29.3 g. Menurut Ma et al. (2006)
yaitu 221.72, 201.17, dan 235.49 butir per malai (Tabel untuk tipe tanaman ideal diperlukan bobot 1000 butir
7). Ketiga galur ini berpotensi hasil tinggi meskipun antara 28-30 g.
memiliki anakan produktif yang kurang dari enam. Galur P3-135, P6-271, dan P6-276 memiliki rata-
Galur P3-160 dan P3-196 menunjukkan hubungan rata bobot gabah/rumpun mendekati Fatmawati yaitu
yang sebanding antara karakter panjang malai dengan masing-masing 17.93, 18.29, 19.65 dan 20.09/g (Tabel
jumlah gabah per malai dan persentase gabah hampa. 7). Galur-galur tersebut berpotensi berdaya hasil tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa kedua galur tersebut lebih Hasil penelitian Peng et al. (1999) dan Yang et al.
banyak menghasilkan gabah isi dari pada gabah hampa. (2007) menunujukkan bahwa untuk meningkatkan hasil
Peng et al. (2008) menyatakan bahwa dalam pemuliaan pada padi tipe baru dibutuhkan tetua dengan karakter
padi tipe baru perlu menghindari sifat-sifat yang ekstrim jumlah gabah per malai dan ukuran malai yang besar.
seperti 200-250 gabah/malai yang dapat menghasilkan Salah satu karakter tanaman ideal menurut Ma et al.
tanaman dengan pengisian biji yang rendah. Oleh (2006) adalah jumlah gabah antara 180-240, dengan
karena itu peningkatan padi tipe baru generasi ke dua gabah isi lebih dari 85 persen.
telah dimodifikasi di IRRI menjadi 150 gabah/malai.

92 Reny Herawati, Bambang S. Purwoko dan Iswari S. Dewi


J. Agron. Indonesia 37 (2) : 87 – 94 (2009)

KESIMPULAN Moedjiono, M. J. Mejaya. 1994. Variabilitas genetik


beberapa karakter plasma nutfah jagung koleksi
1. Terdapat keragaman karakter antar galur hasil Balittas Malang. Zuriat 5(2):27-32.
kultur antera yang diuji.
2. Perbaikan karakter tinggi tanaman, jumlah gabah Murdaningsih, H. K., A. Baihaki, G. Satari, T.
per malai,jumlah gabah isi per malai, persentase Danakusuma, A.H. Permadi. 1990. Variasi genetik
kehampaan, dan bobot gabah/rumpun lebih efektif sifat-sifat tanaman bawang di Indonesia. Zuriat
karena memiliki nilai heritabilitas yang tinggi dan 1(1):32-36.
keragaman genetik yang luas.
3. Galur-galur yang berpotensi sebagai galur padi Peng, S., K. G. Cassman, S. S. Virmani, J. Sheehy, G.
gogo tipe baru yaitu galur P6-105, P3-134, P3-135, S. Khush. 1999. Yield potential trends of tropical
P3-175 pada karakter jumlah anakan produktif dan rice since the release of IR8 and the challenge of
P3-160, P3-196, P6-274 pada karakter panjang increasing rice yield potential. Crop Sci. 39:1552-
malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah 1559.
hampa, dan galur P3-135, P6-271, P6-274, P6-276 Peng, S., G.S. Khush. 2003. Four decades of breeding
pada bobot gabah/rumpun. For varietal improvement of irrigated lowland
Price in the International Rice Research Institute.
Plant Prod. Sci. 6:157-164.
DAFTAR PUSTAKA
Peng, S., G.S. Khush, P. Virk, Q. Tang, Y. Zou. 2008.
Abdullah, B., S. Tjokrowidjojo, B. Kustianto, A.A. Progress in ideotype breeding to increase rice
Daradjat. 2005. Pembentukan padi varietas unggul yield potential. (Review). Field Crops Res.
tipe baru. Penelitian Pertanian 24(1):1-7. 108:32-38.
Abdullah, B., S. Tjokrowidjojo, dan Sularjo. 2008. Puslitbangtan. 2006. Laporan Tahunan 2005.
Perkembangan dan prospek perakitan padi tipe Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
baru di Indonesia. J.Penelitian dan Pengembangan Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 27(1):1-9. Pertanian.
Departemen Pertanian. 2004. Statistik Pertanian. Rachmadi, M., N. Hermiati, A. Baihaki, R.
Departemen Pertanian RI, Jakarta. Setiamihardja. 1990. Variasi genetik dan
heritabilitas komponen hasil dan hasil galur
Dewi, I.S., I. Hanarida, S. Rianawati. 1996. Anther harapan kedelai. Zuriat 1(1):48-51.
culture and its application for rice improvement
program in Indonesia. Indon. Agric. Res. and Dev. Singh, R. K., B. D. Chaudhary. 1979. Biometrical
J. 18:51-56. Methods in Quantitative Genetics Analysis.
Kalyani Publ. New Delhi.
Helyanto, B., U. S. Budi, A. Kartamidjaya, D. Sunardi.
2000. Studi parameter genetik hasil serat dan Stanfield, W. D. 1983. Theory and problems of
komponennya pada plasma nutfah rosela. Jurnal genetics, 2nd edition. Schains Outline
Pertanian Tropika 8(1):82-87. Series. Mc.Graw Hill Book Co. New Delhi.
IRRI. 1990. Program report for 1989. International Toha, H. M., K. Permadi, Prayitno, I. Yuliardi. 2005.
Rice Research Institute, Los Banos, Philippines. Peningkatan produksi padi gogo melalui
PO. Box. 933, Manila. Pendekatan model pengelolaan tanaman dan
sumberdaya terpadu (PTT). Seminar Puslitbang
Kobata, T., K. Iida. 2004. Low grain ripening in the Tanaman Pangan. Bogor, Juli 2005. Badan
New Plant Type rice due to shortage of assimilate Litbang Pertanian.
supply. New directions for a diverse planet:
Proceedings of the 4th International Crop Science Virk, P. S., G. S. Khush, S. Peng. 2004. Breeding to
Congress Brisbane, Australia, 26 Sep – 1 Oct enhance yield potential of rice at IRRI: the
2004. ideotype approach. (Mini Review). International
Rice Research Notes 29(1):5-9.
Ma, J., W. Ma, D. Ming, S. Yang, Q. Zhu. 2006.
Characteristics of rice plant with heavy Wicaksana, N. 2001. Penampilan fenotipik dan
panicle. Agricultural Sciences in China 5(12):101- beberapa parameter genetik 16 genotip kentang
105. pada lahan sawah. Zuriat 12(1):15-20.

Keragaman Genetik dan Karakter Morfologi ..... 93


J. Agron. Indonesia 37 (2) : 87 – 94 (2009)

Yang, W., S. Peng, R.C. Laza, R.M. Visperas, M.L.D. Zen, S. 2002. Parameter genetik karakter agronomi
Sese. 2007. Grain Yield and Yield Attributes of galur harapan padi sawah. Stigma10(4):325-330.
New Plant Type and Hybrid Rice. Crop Sci.
47:1393-1400. Zhengjin, X. U., C. Wenfu, Z. Longbu, Y. Shouren.
2005. Design principles and parameters of rice
Zapata, F.J. 1985. Rice anther culture at IRRI. p. 85-89. ideal panicle type. Chinese Science Bulletin
In Biotechnology in International Agriculture 50(19):2253-2256.
Research IRRI.

Zen, S., H. Bahar. 2001. Variabilitas genetik, karakter


tanaman, dan hasil padi sawah dataran tinggi.
Stigma 9(1):25-28.

94 Reny Herawati, Bambang S. Purwoko dan Iswari S. Dewi

Anda mungkin juga menyukai