Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Dan Pelapor Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang Di Indonesia

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DANPELAPOR

DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

Oleh
Roy Ganda Marbun Banjarnahor
Univeristas Darma Agung, Medan
E-mail :
[email protected]

ABSTRACT
The case of money laundering which is an extraordinary crime, of course the threat that arises
will be even greater and can endanger property and family. The problems in this study are (1)
how to regulate legal protection for witnesses and reporters in Indonesia, (2) how to provide
legal protection to witnesses and reporters after the enactment of Law Number 8 of 2010
concerning the prevention and eradication of money laundering crimes, (3 ) what are the
procedures for implementing legal protection for witnesses and reporters of money laundering
crimes. The type of research used is a normative juridical research method. This research is
based on literature study. The data collection technique was carried out by means of a literature
study. Data analysis is using data processing obtained from library research. The results of the
study show that legal protection arrangements for witnesses and reporters are carried out by law
enforcement officers who are obliged to keep the identities of witnesses and reporters
confidential, provide protection for personal and family security, and provide their statements
without having to be present in court and can provide it through electronic media if the situation
does not allow and give it. protection from the beginning of the investigation to the end of the
case. Legal protection for witnesses and reporters after the enactment of Law No. 8 of 2010 is
required to provide special protection to witnesses and reporters as regulated in Articles 84 to
86.
Keywords: Witness, Whistleblower, Legal Protection, and Money Laundering Crime

ABSTRAK
Kasus tindak pidana pencucian uang yang merupakan kejahatan luar biasa, sudah tentu
ancaman yang muncul akan semakin besar dan dapat membahayakan harta benda serta
keluarganya. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana pengaturan
perlindungan hukum terhadap saksi dan pelapor diindonesia, (2) bagaimana pemberian
perlindungan hukum terhadap saksi dan pelapor setelah berlakunya undang-undang Nomor 8
tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, (3)
bagaimana tata cara pelaksanaan perlindungan hukum terhadap saksi dan pelapor tindak pidana
pencucian uang. Jenis penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian yuridis normatif.
Penelitian ini bersumber pada studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data dilakukan secara
studi pustaka. Analisis data adalah menggunakan pengolahan data yang diperoleh dari
penelitian pustaka. Hasil penelitian, pengaturan perlindungan hukum terhadap saksi dan
pelapor dilaksanakan oleh aparat penegak hukum yang wajib merahasiakan identitas saksi dan
pelapor, memberikan perlindungan atas keamanan pribadi dan keluarga, serta memberikan

JURNAL RECTUM, Volume 3, No. 2, Juli (2021) : 373-384 373


keterangannya tanpa harus hadir dipersidangan dan dapat memberikannya melalui media
elektronik apabila situasi tidak memungkinkan dan diberikannya perlindungan mulai awal
penyelidikan hingga akhir perkara. Perlindungan hukum bagi saksi dan pelapor setelah
berlakunya undang-undang nomor 8 tahun 2010 wajib memberikan perlindungan khusus
kepada saksi dan pelapor yang diatur dalam pasal 84 sampai 86.
Kata Kunci : Saksi, Pelapor, Perlindungan Hukum, dan Tindak pidana pencucian
uang

1. PENDAHULUAN asal (predicate crime).


Perkembangan hukum ditengah Oleh karena itu, Penanganan tindak
masyarakat terus mengalami perubahan pidana pencucian uang melalui pendekatan
seiring dengan aspek-aspek masyarakat follow the suspect dan follow the money,
yang kemudian melahirkan tindakan- keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh
tindakan yang melanggar norma hukum ketaatan pihak pelapor dalam melaksanakan
dalam masyarakat itu sendiri. salah satunya kewajiban pelaporan yang diamanahkan
adalah perkembangan kebutuhan ekonomi Undang-Undang, dengan keberanian pelapor
masyarakat dan kemajuan transaksi untuk melaporkan adanya dugaan tindak
keuangan yang melahirkan tindak pidana pidana pencucian uang serta keberanian
pencucian uang. Tindak pidana ini disebut saksi dalam memberikan kesaksian di
tindak pidana khusus atau tindak pidana pengadilan yang diharapkan dapat
yang diatur diluar KUHP dengan ketentuan memberikan keterangan yang sangat
acara pidana tersendiri. dibutuhkan dalam mengungkap perkara
Di Indonesia tindak pidana pencucian tindak pidana pencucian uang. Atas
uang pertama kali diundangkan pada peranannya tersebut kepada Saksi dan
Undang-undang No. 15 Tahun 2002 tentang pelapor Tindak Pidana Pencucian Uang
tindak pidana pencucian uang. Kemudian perlu diberikan perlindungan sehingga
dilakukan perubahan dan diterbitkan mereka merasa nyaman dan aman dalam
Undang-undang. No. 25 Tahun 2003 tentang memberikan informasi penting yang
Perubahan atas Undang-undang No.15 dibutuhkan oleh penegak hukum dalam
Tahun 2002 tentang Tindak Pidana menangani perkara tindak pencucian uang.
Pencucian Uang. Dalam perkembangan Didalam Undang-Undang
selanjutnya, Undang-undang Nomor 25 Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Tahun 2003 dicabut dan diganti dengan Pidana Pencucian Uang, terdapat ketentuan
Undang-undang No.8 Tahun 2010 tentang mengenai perlindungan terhadap saksi dan
pencegahan dan pemberantasan tindak pelapor. Seperti diketahui bahwa dalam
pidana pencucian uang. Undang-undang ini rangka mencari kebenaran materiil dan
dibentuk dengan tujuan untuk melindungi mendapatkan keadilan, pada peradilan
sistem keuangan negara dan stabilitas pidana akan selalu berkaitan erat dengan alat
perekonomiannya dari tindak pidana bukti dan kekuatan alat bukti. Keterangan
pencucian uang . Tindak pidana pencucian saksi merupakan salah satu alat bukti yang
uang sebagai suatu kejahatan mempunyai sangat penting, oleh karena itu bagi seorang
ciri khas tersendiri dibanding kejahatan lain, saksi, kedudukannya dalam proses yang
yaitu adanya prinsip kejahatan ganda atau dimaksud jelas sangat penting. Keberhasilan
kejahatan lanjutan (follow up crime), artinya suatu proses peradilan pidana sangat
kejahatan yang dimana adanya tindak pidana bergantung pada alat bukti yang berhasil di

374 ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DANPELAPOR DALAM TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA
Roy Ganda Marbun Banjarnahor 1)
ungkap atau ditemukan. Sebagaimana Perlindungan Saksi dan Korban serta
diketahui bahwa, keterangan saksi mendapat pengurangan masa tahanan ketika
merupakan hal yang utama dari kelima alat menjadi tersangka.
bukti yang terdapat dalam Pasal 184 Masalah yang sama juga pernah
KUHAP. Ketentuan KUHAP tersebut dialami badan kepolisian Indonesia.
menempatkan keterangan Saksi di urutan Dilaporkan bahwa D.S selaku Kepala
pertama di atas alat bukti lainnya.Oleh Korps Lalu Lintas Polri dan selaku Kuasa
karena itu, menjadi saksi pada dasarnya Pengguna Anggaran dapat dibuktikan
merupakan kewajiban setiap warga negara, memperkaya diri sendiri sebesar
karena negara dalam hal ini menjamin Rp32.000.000.000,- dan orang lain terkait
perlindungannya sebagaimana diatur dalam dengan kegiatan pengadaan driving
pasal 28 G ayat 1 yang berbunyi sebagai simulator untuk uji klinik pengemudi roda
berikut : dua dan empat tahun Anggaran 2011 di
“Setiap orang berhak atas Korps Lalu Lintas Polri. D.S telah
perlindungan diri pribadi, keluarga, menggunakan uang hasil korupsinya untuk
kehormatan, martabat, dan harta membeli sejumlah tanah dan properti yang
benda yang dibawah kekuasaannya, mengatasnamakan pihak lain. Selain uang
serta berhak atas rasa aman dan tersebut, D.S juga diketahui memiliki harta
perlindungan dari ancaman kekayaan lain senilai Rp54.625.540.129,-
ketakutan untuk berbuat atau tidak dan USD60.000,- yang diperolehnya selama
berbuat sesuatu yang merupakan periode 2003 s.d 2010. Pada persidangan,
hak asasi.” D.S menyampaikan alat bukti dan saksi
Berkaitan mengenai perlindungan tentang asal usul perolehan harta
hukum terhadap saksi, dapat dilihat dari kekayaannya, yang pada intinya menyatakan
salah satu kasus, yakni kasus suap wisma bahwa sumber perolehan hartanya berasal
atlet sea games 2011 yang menjerat M.N. Ia dari bisnisnya yang sudah mapan dan
ditangkap di certa Negara, kolumbia, ahad, dilakukan secara tunai.
pada tanggal 7 agustus 2011 sebagai Lembaga harta kekayaan
tersangka. Akan tetapi, sejumlah pihak penyelenggara negara (LHKPN), D.S tidak
meminta agar Nazaruddin menjadi saksi melaporkan informasi mengenai bisnisnya.
diberikan perlindungan saksi oleh Lembaga Majelis hakim menilai harta kekayaan
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), tersebut tidak sesuai dengan penghasilan
dikarenakan M.N memiliki banyak terdakwa sebagai anggota Polri, sehingga
informasi penting mengenai kasus tersebut harta kekayaan tersebut patut diduga
dan dapat membuka kasus korupsi besar merupakan hasil tindak pidana korupsi.
lainnya dan mengungkap siapa saja yang Majelis hakim berpendapat bahwa dari bukti
terlibat didalamnya. Meskipun undang- tersebut dinilai tidak cukup alasan secara
undang melarang untuk memberi hukum untuk dipertimbangkan. Selain alat
perlindungan kepada M.N karena berbagai bukti dari LHKPN, perbuatan tindak pidana
pertimbangan, tetap ia diminta untuk pencucian uang dalam kasus ini dibuktikan
menjadi saksi dalam kasus tersebut. Dan oleh Jaksa Penuntut Umum dengan alat
apabila M.N dapat bekerja sama dengan bukti berupa dokumen atau surat-surat
penegak hukum untuk membongkar kasus tentang kepemilikan
kejahatan tersebut, maka M.N dapat tanah/properti/kendaraan yang
diberikan perlindungan oleh Lembaga diatasnamakan pihak lain. Selain pidana
penjara, Majelis hakim menghukum perbuatan korupsi D.S untuk membayar

JURNAL RECTUM, Volume 3, No. 2, Juli (2021) : 373-384 375


uang pengganti sebesar Rp32.000.000.000, lainnya, maupun pendapat para pakar
serta mencabut hak politiknya. Sementara hukum. Salah satu para ahlinya yaitu
dalam perkara TPPU, Majelis hakim Waluyadi, yang menyatakan bahwa saksi
memerintahkan mengambil sejumlah tanah adalah orang yang dapat memberikan
dan bangunan serta kendaraannya. keterangan guna kepentingan penyelidikan,
Melihat dari kasus pencucian uang penuntutan, dan peradilan tentang suatu
yang ada, selain diperlukannya peran aparat perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia
penegak hukum, peran masyarakat juga lihat sendiri, dan dialami sendiri. ". Dalam
penting dalam memberantas tindak pidana praktek hukum acara pidana, saksi
pencucian uang. Masyarakat tidak perlu dibedakanmenjadi beberapa kategori, yaitu :
takut untuk melaporkan hal tersebut, karena a) Saksi a de charge (Meringankan)
negara dalam hal ini menjamin b) Saksi a charge (Memberatkan)
perlindungannya sesuai peraturan c) Saksi Mahkota
perundang- undangan. Berdasarkan uraian b. Pengertian Pelapor
diatas, peneliti tertarik untuk membahas Dalam tindak pidana pencucian
serta meneliti lebih lanjut dalam rangka uang, tidak hanya berkaitan dengan saksi,
penulisan skripsi dengan judul “ Analisis tetapi juga berkaitan dengan pelapor.
Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Berdasarkan pasal 1 ayat 11 undang-undang
Saksi Dan Pelapor Dalam Tindak Pidana No. 8 Tahun 2010, Pihak Pelapor adalah
Pencucian Uang Diindonesia. setiap orang yang menurut Undang-undang
ini wajib menyampaikan laporan kepada
2. TINJAUAN PUSTAKA pusat pelaporan dan analisis transaksi
a. Pengertian Saksi keuangan (PPATK). Sedangkan pelapor
Berdasarkan undang-undang No.15 adalah setiap orang yang beritikad baik dan
Tahun 2002 tentang tindak pidana pencucian secara sukarela menyampaikan laporan
uang yang dimana telah diubah dengan terjadinya dugaan tindak pidana pencucian
Undang-undang No. 25 Tahun 2003 pada uang kepada pihak yang berwenang.
pasal 1 ayat 3, bahwa saksi merupakan Menurut Undang-undang No. 57
Orang yang dapat memberikan keterangan Tahun 2003 tentang tata cara perlindungan
guna kepentingan penyidikan, penuntutan, khusus bagi pelapor dan saksi tindak
dan peradilan tentang suatu perkara pidana pidana pencucian uang, pelapor adalah
pencucian uang yang didengar sendiri, setiap orang yang karena kewajibannya
dilihat, dan dialami sendiri.Hal yang serupa berdasarkan peraturan perundang-undangan
juga tercantum dalam pasal 1 butir 26 kitab menyampaikan laporan kepada ppatk,
Undang-undang Hukum acara pidana, tentang transaksi mencurigakan atau
bahwa saksi adalah orang yang dapat transaksi keuangan yang dlakukan secara
memberikan keterangan guna kepentingan tunai sebagaimana dimaksud dalam
penyidikan, penuntutan, dan peradilan undang-undang. Dalam hal ini akan
tentang suatu perkara pidana yang ia dengar mempermudah aparat penegak hukum
sendiri, ia lihat sendiri dan alami sendiri. untuk memberantas tindak pidana
Dalam hukum Indonesia, terdapat berbagai pencucian uang, berdasarkan Undang-
definisi atau pengertian dari saksi yang tidak undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak
berbeda jauh artinya, baik itu dalam pidana pencucian uang , yang mana telah
KUHAP, peraturan perundang- undangan diubah dengan Undang-undang No. 25
Tahun 2003, telah dibentuk Pusat Pelaporan PPATK yang tugas pokoknya adalah
dan Analisis Transaksi Keuangan atau membantu penegak hukum dalam

376 ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DANPELAPOR DALAM TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA
Roy Ganda Marbun Banjarnahor 1)
mencegah dan/atau memberantas tindak Sekunder : buku-buku rujukan yang relevan,
pidana pencucian uang dan tindak pidana hasil karya tullis ilmiah, dan berbagai
berat lainnya dengan cara menyediakan makalah yang berkaitan. Metode Metode
informasi intelijen yang dihasilkan dari Analisis Data diperoleh melalui kegiatan
analisis terhadap laporan-laporan yang penelitian baik primer maupun sekunder
disampaikan kepada PPATK dan termasuk akan dianalisis secara kualitatif kemudian
Laporan Transaksi Keuangan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan
Mencurigakan. menjelaskan, menguraikan, dan
c. Pengertian Pencucian Uang menggambarkan permasalahan beserta
Berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat penyelesaiannya.
1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010,
bahwa yang dimaksud Tindak Pidana 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pencucian Uang adalah segala perbuatan 1. Hak serta kewajiban Saksi dan
yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana Pelapor
sesuai dengan ketentuan dalam undang- Setiap warga negara mempunyai
undang ini. Sedangkan menurut pasal 3, hak-hak dan kewajiban yang tertuang dalam
tindak pidana pencucian uang adalah setiap konstitusi maupun perundang-undangan.
orang yang menempatkan, mentransfer, Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban
mengalihkan, membelanjakan, harus dilakukan dengan seimbang, agar
membayarkan, menghibahkan, menitipkan, tidak terjadi konflik. Sudah seharusnya
membawa keluar negeri, mengubah bentuk, pihak saksi mendapat perlindungan,
menukarkan dengan mata uang atau surat diantaranya dipenuhinya hak-hak saksi
berharga atau perbuatan lain atas harta meskipun harus disertai melaksanakan
kekayaan yang diketahuinya atau patut kewajiban-kewajiban yang ada. Dalam
diduganya merupakan hasil tindak pidana pasal 5 Undang-undang nomor 13 Tahun
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 2006, menyebutkan beberapa hak saksi,
(1) dengan tujuan menyembunyikan atau yaitu sebagai berikut :
mensamarkan asal usul Harta Kekayaan a. Memperoleh perlindungan atas
dipidana karena tindak pidana Pencucian keamanan pribadi, keluarga dan
Uang dengan pidana penjara paling lama 20 harta bendanya, serta bebas dari
tahun dan denda paling banyak ancaman yang berkenaan dengan
Rp.10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar kesaksian yang akan, sedang,
Rupiah). atau telah diberikannya.
b. Ikut serta dalam proses memilih
3. METODE PENELITIAN dan menentukan bentuk
Untuk membahas permasalahan yang perlindungan dan dukungan
telah dirumuskan dan dibatasi sebagaimana keamanan.
yang diatas, maka dalam metode c. Memberikan keterangan tanpa
penyusunan dan penyelesaian peneliti dalam tekanan
penelitian akan dipergunakan metode dan d. Mendapat penerjemah
teknik penelitian sebagaimana dibawah ini . e. Bebas dari pertanyaan menjerat
Jenis penelitan ialah Penelitian yiridis f. Mendapatkan informasi
normatif. Sumber data yang digunakan mengenai perkembangan kasus
dalam peneltian ini adalah bahan Hukum g. Mendapatkan informasi
mengenai putusan pengadilan dibebaskan.
h. Mengetahui dalam hal terpidana i. Mendapat identitas baru.

JURNAL RECTUM, Volume 3, No. 2, Juli (2021) : 373-384 377


j. Mendapatkan tempat kediaman perlindungan, maka yang bersangkutan
baru mengajukan permohonan tertulis kepada
k. Memperoleh penggantian biaya Lembaga perlindungan saksi dan korban.
transportasi sesuai dengan Jika permohonan saksi dan korban diterima,
kebutuhan. diwajibkan untuk mengikuti syarat dan
l. Mendapat nasihat hukum ketentuan perlindungan, yang dimana ini
m. Memperoleh bantuan biaya hidup menjadi kewajiban saksi dan korban, yakni :
sementara sampai batas waktu a) Kesediaan saksi dan/atau korban
perlindungan berakhir. untuk memberikan kesaksian dalam
Hak-hak sebagaimana diatas proses peradilan.
dilakukan diluar pengadilan dan dalam b) Kesediaan saksi dan korban untuk
proses peradilan jika yang bersangkutan menaati aturan yang berkenaan
menjadi saksi. Dari pasal 5 tersebut, dapat dengan keselamatannya.
dicermati bahwa ternyata hak-hak yang c) Kesediaan saksi dankorban untuk
dimaksud, diberikan untuk kasus-kasus tidak berhubungan dengan cara
tertentu sesuai keputusan lembaga apapun dengan orang lain selain atas
perlindungan saksi dan korban. Kasus- persetujuan Lembaga perlindungan
kasus tertentu seperti tindak pidana saksi dan korban., selama ia berada
korupsi, tindak pidana pencucian uang, dalam perlindungan Lembaga
tindak pidana narkotika, tindak pidana perlindungan saksi dan korban.
terorisme, dan tindak pidana lain yang d) Kewajiban saksi dan korban untuk
mengakibatkan posisi saksi dihadapkan pada tidak memberitahukan kepada
situasi yang membahayakan jiwanya. siapapun mengenai keberadaannya
Artinya, pemberian hak tersebut secara dibawah perlindungan Lembaga
selektif dan prosedural melalui lembaga perlindungan saksi dan korban.
perlindungan saksi dan korban . e) Hal-hal lain yang dianggap perlu
Selain itu, saksi juga memiliki kewajiban, oleh Lembaga perlindungan saksi
antara lain : dan korban.
a) Sebelum memberi keterangan, saksi
wajib mengucapkan sumpah atau 2. Pengaturan Perlindungan
janji menurut cara agamanya Hukum Terhadap Saksi dan
masing-masing, bahwa ia akan Pelapor Dalam Hukum
memberikanketerangan yang Indonesia.
sebenarnya dan tidak lain daripada Perlindungan bagi saksi dan
yang sebenarnya (Pasal 160 ayat (3) pelapor, pada prinsipnya merupakan
KUHAP) pemberian seperangkat hak yang dapat
b) Saksi wajib untuk tetap hadir di dimanfaatkan keduanya dalam posisinya
sidang setelah memberikan dan juga merupakan salah satu bentuk
keterangannya (Pasal 167 KUHAP) penghargaan atas kontribusi mereka
c) Para saksi dilarang untuk bercakap- didalam proses peradilan pidana. Dalam
cakap (Pasal 167 ayat 3 KUHAP). rangka perlindungan terhadap saksi dan
pelapor, terdapat standard pengaturan yang
Dalam undang-undang Nomor 13 Tahun sudah diatur dalam perundang-undangan
2006, bila korban menginginkan guna melindungi dari segala bentuk
ancaman. dan korban
1) Undang-Undang Perlindungan saksi 2) Kitab Undang-undang Hukum Acara

378 ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DANPELAPOR DALAM TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA
Roy Ganda Marbun Banjarnahor 1)
Pidana (KUHAP). yang memungkinkan dapat terungkap
3) Undang-undang Pemberantasan identitas saksi maupun pelapor.
Tindak Pidana Korupsi Sebelum sidang dimulai, hakim
4) Undang-undang Pemberantasan wajib mengingatkan mengenai
Tindak Pidana Terorisme. larangan tersebut.
5) Undang-undang Pengadilan Hak 5) Setiap orang yang memberikan
Asasi Manusia (HAM) kesaksian dalam pemeriksaan tindak
3. Perlindungan karena Pelaksanaan pidana pencucian uang wajib diberi
Undang-undang Pencegahan dan perlindungan khusus oleh negara
Pemberantasan tindak pidana dari kemungkinan ancaman yang
pencucian uang membahayakan diri, jiwa, dan/atau
Dalam beberapa Pasal Undang- hartanya termasuk keluarganya.
Undang Pencegahan dan Pemberantasan 6) Saksi dan pelapor tidak dapat dituntut
Tindak Pidana Pencucian Uang, diatur atas laporan dan kesaksian yang
mengenai kewajiban untuk tidak diberikannya.
mengungkap identitas pelapor atau hal-hal 7) Saksi yang memberikan keterangan
lain yang memungkinkan dapat palsu diatas sumpah dipidana sesuai
terungkapnya identitas pelapor dengan dengan ketentuan Kitab Undang-
ancaman pidana bagi yang melanggarnya. undang Hukum Pidana.
Perlindungan yang diberikan karena
pelaksanaan Undang- Undang Pencegahan 4. Tata cara Pelaksanaan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Dalam Perlindungan Hukum
Pencucian Uang adalah sebagai berikut Terhadap Saksi dan Pelapor
sebagai berikut: Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-
1) Pejabat dan pegawai PPATK, undang Nomor 13 Tahun 2006 serta
Penyidik, penuntut umum atau Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun
hakim wajib merahasiakan pihak 2008, dinyatakan LPSK adalah lembaga
saksi dan pelapor yang bertugas dan berwenang untuk
2) Pelapor atau ahli warisnya mempunyai memberikan perlindungan dan hak-hak lain
hak menuntut ganti kerugian melalui kepada saksi dan/atau korban sebagaimana
pengadilan, bila pejabat atau penegak dimaksud dalam Undang-undang Nomor 13
hukum diatas melanggar Tahun 2006 tentang Perlindungan saksi dan
kewajibannya. Korban. Lebih spesifiknya, dinyatakan
3) Setiap orang yang melaporkan bahwa :
terjadinya dugaan tindak pidana a) LPSK merupakan lembaga mandiri,
pencucian uang, wajib mendapat berkedudukan diibu kota negara
perlindungan khusus oleh negara dari indonesia dan mempunyai
segala ancaman. perwakilan-perwakilan didaerah
4) Di sidang pengadilan saksi, penuntut sesuai keperluan
umum, hakim, dan orang lain yang b) LPSK bertanggung jawab
terkait dengan tindak pidana menangani pemberian perlindungan
pencucian uang yang sedang dalam dan bantuan pada saksi dan korban,
pemeriksaan, dilarang menyebutkan LPSK bertanggung jawab kepada
nama atau alamatnya atau hal lain presiden, LPSK membuat laporan
secara berkala tentang pelaksanaan sekali dalam 1 tahun.
tugasnya kepada DPR paling sedikit Syarat pemberian perlindungan dan bantuan

JURNAL RECTUM, Volume 3, No. 2, Juli (2021) : 373-384 379


berdasarkan atas perjanjian perlindungan menimbulkan dampak psikologis,
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban misalnya perasaan trauma dari
(LPSK) terhadap saksi dan korban tindak korban. Oleh sebab itu, diperlukan
pidana sebagaimana diatur dalam pasal 28 rekomendasi medis dan psikologis
Undang-undang Nomor 31 tahun 2014 atas untuk pemenuhan hak perlindungan
perubahan Undang-undang Nomor 13 4) Rekam jejak kejahatan yang penuh
Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan dilakukan oleh saksi dan korban
korban, diberikan dengan Dalam rekam jejak kejahatan ini,
mempertimbangkan : diperlukan pengaturan hukum lebih
1) Sifat Pentingnya Saksi dan Korban adil dengan tidak hanya bertumpu
Kriteria tentang sifat pentingnya pada kepentingan pidana dan
saksi dan korban sebagai standar pemidanaan saja. UU No.13 Tahun
untuk dilakukan perlindungan oleh 2006 tentang Perlindungan saksi
LPSK adalah sangat subjektif, dan korban terhadap perlindungan
apabila diukur dari sisi tindak pidana saksi dan korban terlihat tidak
yang terjadi. Namun berdasarkan menghapuskan tindakan hukum
pandangan masyarakat terhadap isu terhadap kejahatan yang dilakukan.
kejahatan yang saat ini meresahkan Tindak kejahatan ini hanya dijadikan
masyarakat adalah kasus mafia sebagai sarana meringankan
hukum atau kasus-kasus yang hukuman oleh pengadilan atas dasar
berkaitan dengan whistleblower. permintaan Lembaga Perlindungan
2) Tingkat ancaman yang Saksi dan Korban.
membahayakan saksi dan korban dari Tata cara dalam pemberian
sisi tingkat ancaman yang perlindungan saksi dan korban diatur dalam
membahayakan saksi dan korban, pasal 29 UU No.31 Tahun 2014 atas
dapat diukur dari sumber terjadinya perubahan UU No.13 Tahun 2006 tentang
tindak pidana serta akibat yang perlindungan saksi dan korban, dimana
ditimbulkan oleh kejahatan itu dipersyaratkan atas dasar permohonan
sendiri. kualitas kejahatan secara tertulis kepada Lembaga
terorganisir ini, pada umumnya Perlindungan Saksi dan Korban yang
mempunyai jaringan kejahatan yang diajukan sendiri oleh saksi dan atau korban
harus melibatkan orang dalam yang yang bersangkutan, baik inisiatif sendiri
pengungkapan kejahatannya maupun atas permintaan pejabat yang
membutuhkan teknik dan taktik berwenang. Setelah permohonan itu
tersendiri, seperti pada kejahatan diajukan, selanjutnya Lembaga
extra ordinary crimes meliputi Perlindungan Saksi dan Korban segera
pencucian uang (money loundering), melakukan pemeriksaan atas permohonan
kejahatan Narkotika, Korupsi, perlindungan saksi dan korban yang
terorisme, dan sebagainya. dibuktikan dengan keputusan Lembaga
3) Hasil analisis tim medis atau Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)
psikolog terhadap saksi dan korban tentang perlindungan tersebut serta
Ukurannya tidak hanya dilihat dari diberikan secara tertulis paling lambat 7
sisi dampak fisik saja, tetapi juga hari sejak permohonan perlindungan
dampak kejahatan yang diajukan.
Lembaga Perlindungan Saksi dan atau korban, maka saksi dan atau korban
Korban menerima permohonan saksi dan menandatangani pernyataan kesediaan

380 ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DANPELAPOR DALAM TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA
Roy Ganda Marbun Banjarnahor 1)
mengikuti syarat dan ketentuan Hambatan pertama yang akan
perlindungan, yang meliputi kesediaan dihadapi adalah bagaimana peraturan-
memberikan kesaksian dalam proses peraturan terkait perlindungan bagi saksi
peradilan, kesediaan untuk menaati aturan dan pelapor tindak pidana pencucian uang
berkenaan dengan keselamatannya, pada pelaksanaanya dapat diselaraskan
kesediaan untuk tidak berhubungan dengan dengan ketentuan yang ada dalam Undang-
cara apapun, dengan orang lain selain Undang Perlindungan Saksi dan Korban.
atas persetujuan Lembaga Perlindungan Dengan disahkannya Undang-Undang
Saksi dan Korban,kewajiban untuk tidak Perlindungan Saksi dan Korban, meskipun
memberitahukan kepada siapapun tidak secara tegas menyebutkan termasuk
mengenai keberadaannya dibawah Saksi dan pelapor tindak pidana pencucian
perlindungan Lembaga Perlindungan Saksi uang, yang terjadi di lapangan adalah
dan Korban serta hal-hal lain yang dianggap menimbulkan suatu keyakinan bagi aparat
perlu oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan penegak hukum khususnya Kepolisian,
Korban (Pasal 30 ayat 1 dan 2) Undang- bahwa Undang- Undang tersebut berlaku
undang Nomor 31 Tahun 2014 atas sebagai payung hukum atas perlindungan
perubahan Undang-undang Nomor 13 bagi pelapor, saksi dan/atau korban dalam
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan sistem peradilan terpadu di Indonesia
Korban. dimana di dalamnya terdapat amanah untuk
Mengenai tata pemberian bantuan membentuk Lembaga Perlindungan Saksi
oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan dan Korban (LPSK) yang akan
Korban, terdapat dalam pasal 33 Undang- melaksanakan tugas terhadap terpenuhinya
undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang hak-hak asasi dan pemberian perlindungan
Perlindungan Saksi dan Korban, antara lain terhadap saksi. Berdasarkan ketentuan
bantuan diberikan atas permintaan tertulis dalam Undang-Undang Perlindungan Saksi
dari yang bersangkutan ataupun mewakili, dan Korban, peraturan perundang-undangan
lalu Lembaga Perlindungan Saksi dan yang mengatur mengenai perlindungan
Korban (LPSK) menentukan kelayakan terhadap saksi dan/atau korban dinyatakan
diberikannya bantuan kepada saksi dan/atau tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
korban serta jangka waktu dan besaran dengan undang-undang ini, termasuk tidak
biaya yang diperlukan, serta keputusan mengenyampingkan berlakunya PP Nomor
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban 57 Tahun 2003 dan Peraturan Kapolri
mengenai pemberian bantuan harus Nomor 17 tahun 2003 yang merupakan
diberitahukan secara tertulis kepada yang peraturan pelaksana dari UU Tindak Pidana
bersangkutan paling lama 7 hari kerja sejak Pencucian Uang.
diterimanya permintaan. Bantuan yang Saat ini meskipun Lembaga
dimaksud adalah layanan yang diberikan Perlindungan Saksi dan Korban telah ada,
kepada saksi dan korban dalam bentuk namun dalam praktiknya tidak mudah
bantuan medis dan bantuan rehabilitasi menjalankan tugas dan wewenangnya
psikososial. dalam memberikan perlindungan.
Memasukkan saksi dan korban ke dalam
1. Hambatan Dalam Pelaksanaan program perlindungan saksi menjadi suatu
Perlindungan Hukum terhadap kendala juga, hal ini dikarenakan masalah
Saksi dan Pelapor
kesulitan kesediaan dari saksi untuk masuk Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.
ikut program perlindungan saksi dari Ketika seorang saksi dan korban

JURNAL RECTUM, Volume 3, No. 2, Juli (2021) : 373-384 381


menyatakan diri ikut masuk program korban didalam pasal 5 sampai 10,
perlindungan, maka ia harus sepakat yakni memberikan perlindungan
tentang persyaratan standard yang telah berupa saksi tidak harus hadir secara
ditetapkan oleh Undang-undang langsung dalam persidangan, dan
Perlindungan Saksi dan Korban. Dalam memberikan kesaksiannya melalui
upaya perlindungan saksi tersebut, sarana elektronik ataupun secara
saksi/korban harus bersedia memutuskan tertulis, tidak dapat dituntut atas
hubungan dengan setiap orang yang keterangan yang diberikan kecuali
dikenalnya jika keadaan menghendaki. keterangan dengan tidak itikad baik.
Hambatan berikutnya adalah Saksi juga mendapatkan identitas
kurangnya kerjasama antar lembaga terkait baru, serta rumah yang aman serta
dalam melaksanakan perlindungan. melindungi hak-hak saksi
Menurut Undang-undang Nomor 31 tahun sebagaimana diatur dalam undang-
2014 tentang perlindungan saksi dan undang ini. Berdasarkan Undang-
korban, pasal 36 ayat 1 menyatakan : Undang Tindak pidana korupsi
“Dalam melaksanakan pemberian No.20 Tahun 2001 pasal 41 & 42,
perlindungan dan bantuan, Lembaga memberikan perlindungan bila
Perlindungan Saksi dan Korban dapat melaksanakan hak-hak nya sebagai
bekerjasama dengan instansi terkait yang saksi dan pelapor, serta memberikan
berwenang”. penghargaan. Sedangkan
Namun dalam pelaksanaannya, berdasarkan UU Tindak pidana
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban terorisme No.15 Tahun 2003 pasal
belum melakukan kerjasama dengan 34 dan Undang-Undang Pengadilan
lembaga kepolisian, kejaksaan, KPK, dan Hak Asasi Manusia pasal 34, bahwa
pengadilan. Lembaga Perlindungan Saksi perlindungan terhadap saksi dan
dan Korban sesungguhnya tidak dapat pelapor berupa perlindungan atas
bekerja sendirian, artinya bahwa tangan keamanan pribadi, merahasiakan
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban identitasnya, serta memberikan
tidak begitu panjang menjangkau kedaerah keterangannya tanpa harus bertemu
provinsi, kabupaten/kota serta kurangnya dengan tersangka.
sosialisasi kemasyarakat. Lembaga 2) Pemberian Perlindungan hukum
Perlindungan Saksi dan Korban terkadang terhadap saksi dan pelapor setelah
juga memiliki pandangan yang berbeda berlakunya Undang-undang nomor
dengan pihak pengacara dari saksi itu 8 tahun 2010 tentang pencegahan
sendiri. dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang diatur dalam pasal
5. SIMPULAN 84 sampai pasal 87, yang
Simpulan menyatakan bahwa setiap orang
1) Pengaturan Perlindungan hukum yang memberikan kesaksian
terhadap Saksi dan Pelapor maupun melaporkan terjadinya
diindonesia diatur dalam beberapa dugaan tindak pidana pencucian
undang-undang yakni, berdasarkan uang, wajib diberikan perlindungan
Undang-Undang No.13 Tahun 2006 khusus oleh negara berupa
tentang perlindungan saksi dan merahasiakan identitas saksi dan
pelapor, perlindungan atas pemberian keterangan tanpa harus
keamanan pribadi dan juga harta, bertatap muka, serta tidak dapat

382 ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DANPELAPOR DALAM TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA
Roy Ganda Marbun Banjarnahor 1)
dituntut atas laporan dan kesaksian terhadap perlindungan saksi dan
yang diberikannya. Yang dimana pelapor mengingat seiring
dalam pelaksanaannya bahwa perkembangan zaman semakin
kepolisian berwenang memberikan banyaknya kejahatan terorganisir
perlindungan melalui Peraturan seperti tindak pidana pencucian
Kepala Kepolisian Republik uang, yang memerlukan peran saksi
Indonesia Nomor 17 Tahun 2005 dan pelapor dalam mengungkapnya.
tentang Tata Cara Perlindungan Pengkajiannya berupa membuat
Khusus Terhadap Pelapor dan Saksi hukum acara tersendiri dalam
Dalam Tindak Pidana Pencucian undang-undang perlindungan saksi
Uang. Pada pasal 3 disebutkan dan pelapor atau merevisi KUHAP,
bahwa perlindungan terhadap saksi yang dimana KUHAP secara
dan pelapor diberikan apabila terbatas mengatur perlindungan
adanya laporan dari PPATK serta saksi dan pelapor serta korban.
adanya permohonan dari saksi, Dikatakan terbatas karena memang
pelapor, PPATK, penyidik, penuntut sedikit pengaturannya serta kurang
umum atau hakim. tegas menyebut saksi, pelapor dan
3) Tata cara Pelaksanaan perlindungan korban. Tujuan pengkajian ini agar
hukum terhadap saksi dan pelapor, saksi dan pelapor benar-benar
pertama diatur berdasarkan UU mempunyai kepastian hukum dalam
Perlindungan saksi dan korban perlindungannya.
No.13 Tahun 2006 pasal 29, yang 2) Agar PPATK berkoordinasi dengan
dimana saksi dan/atau korban Instansi Kepolisian RI untuk segera
mengajukan permohonan menyusun peraturan pelaksana yang
perlindungan secara tertulis kepada diamanahkan oleh Undang-Undang
Lembaga Perlindungan Saksi dan Pencegahan dan Pemberantasan
Korban (LPSK) melalui pejabat Tindak Pidana Pencucian Uang
yang berwenang seperti, penyidik, untuk merevisi PP Nomor 57 tahun
penuntut umum, dan hakim. Setelah 2003 dan Peraturan Kapolri Nomor
permohonan diterima, maka 17 Tahun 2005 tentang Tata Cara
selanjutnya LPSK akan memberikan Pemberian Perlindungan Khusus
perlindungan, dengan ketentuan Bagi Saksi dan Pelapor diselaraskan
berupa kesediaan memberikan dengan ketentuan umum.
kesaksian yang sebenarnya,
mentaati aturan yang berkaitan 6. DAFTAR PUSTAKA
dengan keselamatannya, serta Buku-buku
menandatangani pernyataan Arief, Barda Nawawi., “Masalah
mengikuti segala bentuk aturan Penegakan Hukum dan
perlindungan. Dan nantinya Kebijakan Hukum Pidana
perlindungan ini diberikan mulai Dalam Penanggulangan
dari tahap awal penyelidikan hingga Kejahatan”, Jakarta, Prenada
tahap akhir perkara. Media Group, hal. 113.
Saran Hamzah, Andi., Perundang-undangan
1) Perlu dilakukan pengkajian ulang Pidana Tersendiri
(Nonkodifikasi) Gramedia Irman,Tubagus, Hukum Pembuktian
Pustaka Utama, 2017 Tindak Pidana Pencucian

JURNAL RECTUM, Volume 3, No. 2, Juli (2021) : 373-384 383


Uang dalam penetapan
tersangka, Jakarta,
PT.Gramedia Pustaka
Utama,2017
Lembaga Perlindungan Saksi dan
Korban, Naskah Akademis
Rancangan Undang- Undang
Revisi Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2006 Tentang
Perlindungan Saksi dan
Korban, hal.64.
Meliala, Adrisnus., “Menyingkap
Kejahatan Kerah Putih”,
Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan, 2009, Hal. 65.
Mulyadi, Lilik, “Perlindungan Hukum
Whistleblower & Justice
collaborator Dalam Upaya
Penanggulangan Organized
Crime”, Jakarta, Sinar Grafika
Utama,2015, hal.79.

Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana dan Kitab Undang-
undang Hukum Pidana,
Pustaka Mahardika.
Undang-undang Nomor.8 Tahun 2010
pencegahan dan
pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian uang.

384 ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DANPELAPOR DALAM TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA
Roy Ganda Marbun Banjarnahor 1)

You might also like