7713-Article Text-36533-1-10-20221129 PDF
7713-Article Text-36533-1-10-20221129 PDF
7713-Article Text-36533-1-10-20221129 PDF
*Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Oatmeal cookies merupakan kue kering berbahan dasar oat dan tepung terigu, sehinggah dengan
perkembangan teknologi saat ini menimbulkan banyaknya inovasi produk pangan salah satunya adalah
oatmeal cookies dengan penambahan kolagen tulang ikan tuna (Thunnus sp). Metode yang digunakan
adalah metode eksperimen, Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik fisik dan kimia
oatmeal cookies dengan penambahan kolagen tulang ikan tuna (Thunnus sp), dengan perlakuan kolagen
tulang ikan tuna A1 15 gram, A2 25 gram dan A3 35 gram. Hasil penlitian menunjuhkan bahwa adanya
perbedaan dari ketiga perlakuan tersebut dimana karakteristik kimia dengan nilai tertinggi untuk kadar
air adalah A2 dengan nilai berkisar 5,15% kadar abu A3 4,02%, kadar lemak A3 15,89% kadar protein
A1 11,33% kadar serat kasar A1 3,45% dan kadar gula A3 19,36%. Serta karakteristik fisik daya
kembanng oatmeal cookies yang dihasilkan dengan nilai tertinggih A3 dengan nilai berkisar 67,77%.
ABSTRACT
Oatmeal cookies are pastries made from oats and wheat flour, so with current technological developments,
there are many food product innovations, one of which is oatmeal cookies with the addition of tuna bone
collagen (Thunnus sp). The method used is experimental. The purpose of this study was to determine the
physical and chemical characteristics of oatmeal cookies with the addition of tuna bone collagen
(Thunnus sp), with tuna bone collagen treatment of A1 15 grams, A2 25 grams, and A3 35 grams. The
results of the study show that there are differences between the three treatments where the chemical
characteristics with the highest value for water content are A2 with values ranging from 5.15%, A3 ash
content is 4.02%, A3 fat content is 15.89%, A1 protein content is 11.33%. crude fiber content of A1 3.45%
and sugar content of A3 19.36%. As well as the physical characteristics of the resulting oatmeal cookies
with the highest value A3 with a value ranging from 67.77%.
[142]
[Kaya et al., JTHP 02 (02): 142-152,] 2022
[143]
[Kaya et al., JTHP 02 (02): 142-152,] 2022
kering. Selanjutnya tulang kering dikecilkan mat kemudian adonan digiling menggunakan
ukurannya dengan mortal. rolling pin dan dibentuk menggunakan
cetakan kue selanjutnya letakan masing-
Praperlakuan masing choco cips di atas adonan yang telah di
cetak, dan letakkan didalam loyang yang
a. Demeneralisasi [6]
sudah dilapisi dengan kertas minyak,
Proses demeneralisasi menggunakan
dimasukan kedalam oven dan dipanggang
larutan HCL 20% pada suhu ruang selama 96
dengan suhu 125 ºC selama 25 menit. Setelah
jam. Perbandingan antara tulang dan larutan
diangkat dari oven, oatmeal cookies
HCL sebanyak 1:10 (w/v)
didiamkan terlebih dahulu dalam suhu ruang
b. Defatting [7]
selama 10 – 15 menit sampai dingin
Tulang ikan sebanyak 1000 gram
selanjutnya oatmeal cookies siap untuk uji
diekstrak dengan 4000 ml air destilasi yang
kimia dan uji fisik.
mengandung 50 g sodium hidrogen carbonat
(NaHCO3) dan 2000 gram es. kemudian
2.5. Uji Kimia
diaduk dengan suhu 4˚C selama 30 menit.
2.6. Prosedur Analisa
c. Deproteinisasi [8]
Kadar Protein
Sampel direndam dalam larutan alkali
Prinsip dari analisis protein, yaitu
2 M NaOH sebanyak 1:4 (w/v) pada suhu
untuk mengetahui kandungan protein kasar
ruang selama 2 jam dengan pengadukan
(crude protein) pada suatu bahan. Tahap-
menggunakan stirer. Larutan NaOH diganti
tahap yang dilakukan dalam analisis protein
setiap 1 jam
terdiri atas tiga tahap, yaitu destruksi,
d. Ekstraksi kolagen (modifikasi dari [9])
destilasi, dan titrasi.
1. Sampel diekstraksi dengan akuades adalah
pada suhu 45˚C selama 2 jam dengan rasio
1) Tahap Destruksi
antara sampel dan akuades adalag 1:2
Sampel ditimbang seberat 0,5 gram,
(b/v).
kemudian sampel dimasukkan ke dalam labu
2. Kemudian dilakukan penyaringan dengan
kjeldahl. Satu butir selenium dimasukkan ke
kain kasa, hasil ekstrak berupa kolagen
dalam tabung tersebut dan ditambahkan 3 ml
larut air selanjutnya dikeringkan dengan
H₂SO₄. Tabung yang berisi larutan tersebut
oven dengan suhu 45˚C selama 24 jam
dimasukkan ke dalam alat pemanas dengan
untuk memperoleh kolagen kering
suhu 410°C, ditambahkan 10 ml air. Proses
selanjutnya di blender sampai halus
destruksi dilakukan sampai larutan menjadi
jernih.
2.4. Prosedur Pembuatan Oatmeal
Cookies
2) Tahap Destilasi
Siapkan baskom masukan 15 gram
Larutan yang telah jernih didinginkan
kuning telur, 60 gram gula halus, 30 gram
dan kemudian ditambahkan 50 ml akuades
margarin, dan 15 gram butter diaduk
dan 20 ml NaOH 40%, lalu didestilasi. Hasil
menggunakan ballon whiks sampai homogen,
destilasi ditampung dalam erlenmeyer 125 ml
kemudian tambahkan 10 gram susu, 0,25
yang berisi 25 ml asam borat (H3BO3) 2%
gram baking powder, 0,30 gram garam, 0,30
yang mengandung indikator bromcherosol
gram vanili bubuk, 50 gram tepung terigu
green 0,1% dan methyl red 0,1% dengan
dengan penambahan 50 gram oatmeal,
perbandingan 2:1. Proses destilasi dilakukan
selanjutnya dimasukan 15 gram kolagen
dengan menambahkan 50 ml larutan NaOH-
untuk sampel adonan A1, 25 gram kolagen
Na2S2O3 ke dalam alat destilasi hingga
untuk sampel adonan A2, dan 35 gram
tertampung 40 ml destilat didalam
kolagen untuk sampel adonan A3 masing-
erlenmeyer dengan hasil destilat berwarna
masing bahan ditimbang menggunakan
hijau kebiruan.
timbangan analitik, dilakukan mengadukan
sampai tercampur merata menggunakan
3) Tahap Titrasi
tangan yang sudah dilapisi sarung tangan
Titrasi dilakukan dengan
plastik sampai adonan kalis, setelah adonan
menggunakan HCl 0,09 N sampai warna
sudah tercampur rata, letakan diatas silikon
larutan pada erlenmeyer berubah warna
[144]
[Kaya et al., JTHP 02 (02): 142-152,] 2022
[145]
[Kaya et al., JTHP 02 (02): 142-152,] 2022
8,0
dan direfluks lagi 30 menit. Setelah 30 menit, 6,0 4,71 5,15
sampel diangkat dan didinginkan. Sampel 4,0
3,60
kemudian disaring menggunakan kertas
2,0
saring Whatman. Residu yang tertinggal
dikertas whatman dicuci dengan 25 ml 0,0
aquades, dicuci kembali menggunakan ethanol A1 A2 A3
95% sebanyak 20 ml. Pencucian terakhir Perlakuan
menggunakan K2SO4 10% sebanyak 25 ml.
residu dalam kertas saring kemudian Gambar 1. Nilai Kadar Air
dikeringkan dalam oven suhu 105°C selama 2 Figure 1. Moisture Content Value
jam. Sampel selanjutnya dimasukkan dalam
desikator 15 menit dan ditimbang. Berdasarkan hasil analisis kadar air,
Pengeringan dan penimbangan dilakukan oatmeal cookies dengan penambahan kolagen
hingga mencapai bobot konstan. dari tulang ikan tuna (Thunnus sp) yang
dilihat pada (Gambar,1) terlihat hasil analisis
Kadar serat
diperoleh kadar air rata-rata pada oatmeal
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (𝑔) cookies dengan penambahan kolagen dari
(%) = 𝑋 100 %
bobot sampel gram (g) tulang ikan tuna (Thunnus sp) menunjukkan
nilai yang relatif rendah yaitu berkisar 4.71%
2.7. Uji Fisik dan 3.60%. jika dibandingkan Kadar air untuk
Uji Daya Kembang [12] cookies menurut karakteristik atau syarat
Siapkan bahan dan alat seperti mutu cookies berdasarkan [14], maksimal
pengujian densitas kamba. Mengukur volume adalah 5% (wb). maka kadar air oatmeal
bahan sebelum dan sesudah di oven cookies dengan penambahan kolagen tulang
ikan tuna (Thunnus sp). ). Untuk perlakuan A1
𝑏− a
Perhitungan: Daya kembang = 𝑥 100 % A3 masih berada pada kisaran mutu
𝑎
sedangkan A2 sudah melebihi kisaran mutu.
a. Volume cookies sebelum dioven (cm³) Terjadinya perbedaan kadar air dipengaruhi
b. Volume cookies setelah dioven (cm³)
[146]
[Kaya et al., JTHP 02 (02): 142-152,] 2022
oleh proses pengolahan dan kondisi bahan sedikit dari perlakuan A1 dan A2. Jika
baku sebelum proses pemanggangan. dibandingkan dengan Kadar abu untuk cookies
Tingginya kadar air pada perlakuan A2 menurut karakteristik atau syarat mutu
disebabkan karena penambahan kolegan 25 cookies berdasarkan [14], maksimal adalah
gram yang mampu meningkatkan kadar air 1,5% (db). maka kadar abu oatmeal cookies
lebih tinggih serta dalam proses dengan penambahan kolagen tulang ikan
pemanggangan mampu mengikat air dalam tuna untuk ketiga perlakuan ini lebih tinggi
proses pengovenan. Rendahnya kadar air dari standar yang ditetapkan.
disebabkan pemanggangan terjadi kehilangan Kadar abu suatu bahan
kadar air dari permukaan produk oleh menggambarkan banyaknya mineral yang
evaporasi yang diikuti perpindahan tidak terbakar menjadi zat yang dapat
kelembaban ke permukaan yang terus- menguap. Semakin besar kadar abu suatu
menerus hilang ke lingkungan oven [15], bahan makanan, menunjukkan semakin tinggi
Menurut [16] salah satu proses pembuatan mineral yang dikandung oleh makanan
cookies adalah pemanggangan. Pemanasan tersebut [15]. Mineral yang terdapat dala m
akan menyebabkan terjadinya gelatinisasi pati suatu bahan dapat merupakan dua macam
dimana granula pati akan membengkak akibat garam yaitu garam organik (asam mallat,
adanya penyerapan air. Pembengkakan granul oksalat, asetat, pektat) dan garam anorganik
pati terbatas hingga 30% dari berat tepung. (fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat) [18].
Apabila pembengkakan granula pati telah Dalam penelitian dilakukan kadar abu yang
mencapai batas, granula pati tersebut akan terdapat pada kolagen tulang ikan tuna yaitu
pecah sehingga terjadi proses penguapan air kadar abu yang memiliki nilai 5,59 %.
[17].
3.1.3. Kadar Lemak
Lemak merupakan salah satu
3.1.2. Kadar Abu
makronutrien yang memiliki fungsi sangat
Abu merupakan salah satu komponen
penting yaitu menyediakan energi untuk
dalam bahan makanan. Komponen ini terdiri
membantu kebutuhan tubuh. Lemak
dari mineral mineral seperti kalium, fosfor,
menyediakan energi dua kali lipat lebih
natrium, magnesium, kalsium, besi, mangan,
banyak dari karbohidrat dan protein [19].
dan tembaga [16]. Nilai Kadar abu dari
Nilai Kadar lemak dari oatmeal cookies dengan
oatmeal cookies dengan penambahan kolagen
penambahan kolagen dari tulang ikan tuna
dari tulang ikan tuna (thuunus sp) dapat
(thuunus sp) dapat dilihat pada gambar 3
dilihat pada gambar 2 dibawah ini:
dibawah ini:
10,0
Kadar Abu (%)
20,0
Kadar Lemak (%)
[147]
[Kaya et al., JTHP 02 (02): 142-152,] 2022
banyak yaitu 35 gram dan juga dipengaruhi kadar protein memiliki nilai sebanyak
bahan-bahan yang digunakan seperti butter, 74,28%. Maka dengan penambahan kolagen
mentega, kuning telur yang digunakan. tulang ikan tuna kadar protein semakin
Penelitian yang dilakukan [20] dalam [21], meningkat pada oatmeal cookies. Jika
juga menyatakan bahwa kadar lemak pada dibandingkan dengan [14] tentang syarat
cookies ubi jalar ungu dipengaruhi oleh mutu cookies menyatakan bahwa kadar
komposisi bahan lain diluar bahan baku, yaitu protein cookies minimal adalah 9 % (db).
margarin dan kuning telur dalam 100 gram, maka kadar lemak pada oatmeal cookies
margarin mengandung lemak seanyak 81 dengan penambahan kolagen tulang ikan tuna
gram dan pada telur memiliki kadar lemak untuk ketiga perlakuan ini masi berada pada
sebanyak 27 gram. Rendahnya kadar lemak standar yang ditetapkan.
pada perlakuan A1 akibat penambahan Tinggihnya kadar protein pada
kolagen lebih sedikit dari pada perlakuan A2 perlakuan A1 dengan penambahan kolagen
dan A3. Jika dibandingkan dengan kadar lemak sebanyak 15 gram dan oatmeal dalam
cookies menurut [14] yaitu minimal 9,5%. penelitian [22] oatmeal memiliki kandungan
maka kadar lemak pada oatmeal cookies protein utama yaitu globolin dimana memiliki
dengan penambahan kolagen tulang ikan tuna kosentrasi lisin dan asam amino esensial
untuk ketiga perlakuan ini masi berada pada lainnya yang tinggih dari pada yang
standar yang ditetapkan. terkandung dari pada komoditas seriela
lainnya yaitu frolamin. Rendahnya kadar
3.1.4. Kadar Protein protein perlaukan A2 dan A3 disebabkan
Protein adalah salah satu adanya proses hidrolisis protein yang
makronutrien yang amat penting bagi tubuh, dilakukan secara berulang selama proses
sumber asam-asam amino yang mengandung pembuatan tepung tulang ikan tuna dan
unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki tehnik pengolahan cookies. Proses hidrolisis
oleh lemak atau karbohidrat [16]. Nilai kadar protein terjadi pada tahap perebusan,
protein dari oatmeal cookies dengan autoklafing,ekstraksi dengan NaOH dan
penambahan kolagen dari tulang ikan tuna pengovenan [23]. [24] dalam [23] menyatakan
(Thuunus sp) dapat dilihat pada gambar 4 bahwa protein sangat peka terhadap panas
dibawah ini. dan akan mengalami perubahan struktur
kimia (denaturasi) akibat adanya pemanasan.
15,0 Jumlah kandungan protein total
Kadar protein (%)
11,33
10,02 10,11 tepung tulang ikan yang cukup tinggi ternyata
10,0
tidak mencerminkan kualitas proteinnya
5,0 sebagai nutrisi Penelitian [25] menunjukkan
bahwa protein dalam limbah tulang ikan
0,0 sebagian besar ialah kolagen. Kolagen ialah
A1 A2 A3 protein fibrous yang ketecernaannya rendah
Perlakuan dan asam-asam aminonya minimal sehingga
tidak digunakan untuk sumber protein bagi
Gambar 4. Nilai Kadar Protein pakan.
Figure 4. Value of Protein Content
3.1.5. Kadar Serat Kasar
Berdasarkan hasil analisis kadar Serat Kasar merupakan senyawa yang
protein, oatmeal cookies dengan penambahan tidak dapat dicerna oleh organ pencernaan
kolagen dari tulang ikan tuna (Thunnus sp) manusia, maupun hewan serta tidak larut
yang dilihat pada (Gambar, 4) telah dijelaskan dalam asam (H2SO4) dan basa (NaOH) [26].
kadar protein oatmeal cookies cenderung Nilai Kadar serat kasar dari oatmeal cookies
meningkat bersamaan dengan adanya dengan penambahan kolagen dari tulang ikan
penambahan kolagen tulang ikan tuna yang tuna (Thuunus sp) dapat dilihat pada gambar
memeiliki nilai berkisar 11,33-10,11% yang 5 dibawah ini:
relatif tinggi pada ketiga perlakuan A1 A2 dan
A3 digambar diatas. Telah dilakukan
penelitian kolagen tulang ikan tuna yaitu
[148]
[Kaya et al., JTHP 02 (02): 142-152,] 2022
[149]
[Kaya et al., JTHP 02 (02): 142-152,] 2022
[150]
[Kaya et al., JTHP 02 (02): 142-152,] 2022
[4] Fajar M Fahmi, R. T. . A., dan W., S. H. [12] Ratna Yashinta, M., Budi Handayani, C.,
2015. Pengaruh Penambahan Oat (avena Hasil Pertanian, T., Pertanian, F., Veteran
sativa) Pada Pakan Finisher Terhadap Bangun Nusantara Sukoharjo, U., dan
Kandungan Kolesterol Darah Pada Ayam Tengah, J. 2021. Karakteristik Kimia,
Pedaging jantan. Journal of Chemical Fisik dan Organoleptik Cookies Tepung
Information and Modeling, 3(2): 1–7. Mocaf Dengan Variasi Jenis dan
Universitas Airlangga. Konsentrasi Lemak [Jurnal Pangan dan
Produk Pertania] 1(1).
[5] Failah, nur ayu. 2019. Komparasi
Kualitas Cookies Tepung Terigu Komposit [13] Winarno, F.G. 1993.
Tepung Tempe Kedelai (Glycine max L Pangan Gizi,Teknologi dan Konsumen.
Merr ) Dan Tepung Tempe Koro Benguk Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
(Mucuna pruriens)[ skripsi]. 17–18.
Universitas Negeri Semarang. [14] Standar Nasional Indonesia 8076:2014.
2014. Kolagen Kasar dari Sisik Ikan
[6] Muyonga, J.H., C.G.B. Cole dan K.G. Syarat Mutu dan Pengolahan. Jakarta:
Duodu. 2004. Extraction and Badan Standarisasi Nasional.
physicochemical characterisation of nile
perch (Lates niloticus) skin and bone [15] Rusky Intan Pratama, Iis Rostini, dan Evi
gelatin. J. Food Hydrocolloids. 18(5): 81- Liviawaty 1992, Karakteristik
592. Biskuitdengan Penambahan Tepung
Tulang Ikan Jangilus (Istiophorus Sp)
[7] Badii, F. dan N.K. Howell. 2006. Fish jurnal 5(1), 30–39.Fakultas Perikanan
Gelatin: Structure, Gelling Properties dan Ilmu Kelautan Universitas
and Interaction with Egg Albumen Padjadjaran.
protein. J. Food Hydrocolloids,
20(5):630-640 [16] Widjanarko, 2008. Proses Pembuatan
Kue Kering. Prosiding Seminar
[8] Ahmad, M., Benjakul, S., Prodpran, T., dan Nasional. Bali.
Agustini, T. W. 2012. Physicomechanical
and antimicrobial properties of gelatin [17] Susanti, M.R. 2007. Difersifikasi Produk
film from the skin of unicorn Opak dengan Penambahan Daging Ikan
leatherjacket incorporated with Layur (Trichiurua sp). Skripsi Program
essential oils. Food Hydrocolloids, Studi Hasil Perikanan, Fakultas
28(1):189–199. Teknologi Industri, Institut Sains dan
Teknologi AKPRIND. Yogyakarta.
[9] Cui F.X., H.X., Chang, J.L., Zhao, Q.Z., Yong,
Ping, D., Xue, Y.F., Xin, G, 2007. [18] Rifa fatkurahman, windi atmaka, 2012.
Characterization and Subunit Karakteristik Sensoris dan Sifat
Composition of Collagen from The Body fisikokimia Cookies Dengan Subtitusi
Wall of Sea Cucumber (Stichopus Bekatul Beras Hitam (oryza sativa.) dan
japonicus). Food Chemistry, 100 : 1120- Tepung Jagung (zea mays) jurnal, 1(1)
1125. 10 Ilmu dan Teknologi Pangan
Universitas Sebelas Maret.
[10] [AOAC], 2005 Official Method of Analysis
of The Association at Official Analytical [19] Soekarto, ST. 1990. Dasar Pengawasan
Chemist. Benyamin Franklin Station, Dan Standarisasi Mutu Pangan. Bogor :
Washington D.C IPB Press.
[11] Badan Standar Nasional. [20] Syarfaini, Satrianegara, M.F., Alam, S.,
Standar Nasional Indonesia (SNI), 1992. Amriani. 2017.Analisis Kandungan Zat
Syarat Mutu Kue Kering (cookies). SNI Gizi Biskuit Ubi Jalar Ungu (Ipomea
01-2973-1992 batatas L. Poiret) Sebagai Alternatif
[151]
[Kaya et al., JTHP 02 (02): 142-152,] 2022
[152]