Umur Dan Bobot Telur Terhadap Persentase

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

UMUR DAN BOBOT TELUR TERHADAP PERSENTASE

DAYA TETAS TELUR AYAM ARAB


Roni Pinau
SMK TAPA Bone Bolango
ABSTRACT: The research with the tittle “Of the eggs age and weight toward the crack capacity
percentage of Arab chiken, have a purpase to know about how the egg age and weight influence the
crack capacity percentage og Arab chiken. The research have dove by using RAL = Rancangan Acak
Lengkap or Randoom Complete Program, witch is part of two factors. Teh first is the eggs age tghat
divide in 4 groups Such as: U1 (the age 1 – 2 days), U2 (age 3 – 4 days), U3 (the eggs age 5 – 6 days),
U4 (age 7 – 8 days). The second factor is the eggs weight with 4 groups, such as; B1(weight 30 – 35
gr/egg), B2 (weight 36 – 41 gr/egg), B3 (weight 42 – 47 gr/egg) and group B4 (weight of egg up to 48
gr/egg). For earc research group have done repeatedly four times and each research use 4 eggs, so the
amount og eggs aree 4 x 4 x 4 x 4 are 256 eggs. The results of research show that the highest crack
capacity was 85,94% and the lowest was in the treatment U4 (54,69%). In the weight egg factor, the
highest crack capacity was in the treatment B3 with capacity 87,50% and the lowest was in treatment
B1 (54,69%). The interaction betwen egg and weight og egg show that the highest crack capacity was
in U1B3 (100%); the lowest was U3B1 and U4B1 (37,5%). The result of this research show thet the
rate of crack capacity was influenced by the both of factors (egg dan weight), through analysis of
gence investiagtion (P<1%). While the interaction betwween the tratment of egg and weight was not
influeced the crack capacity of Arab chiken. The conclussion of this research is, the best age of eggs
to crack is 1 – 2 days (U1) with capacity 85,94%. The treatment rersearch of egg weight show that the
highest rate was 42 – 47 gr/egg that is 87,5%. Interaction between the treatment of age and weight of
egg was not influenced the crack capacity of Arab chiken

Keywords : The Ege of Egg, Weight of Egg, Crack Capacity, Arab Chiken

ABSTRAK:: Penelitian dengan mengambil judul Umur dan Bobot Telur Terhadap Persentase Daya
Tetas Telur Ayam Arab bertujuan untuk mengetahui sejauh mana umur dan bobot telur tetas
mempengaruhi persentase daya tetas telur ayam arab. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah umur telur
dengan empat kelompok yaitu : : U1 (umur telur 1 – 2 hari), U2 (umur telur 3 – 4 hari), U3 (umur
telur 5 – 6 hari), dan kelompok U4 (umur telur 7 – 8 harir. Faktor kedua adalah bobot telur dengan 4
kelompok juga yaitu: B1 (dengan bobot 30 – 35 gram/butir), B2 (dengan bobot 36 – 41 gram/butir),
B3 (dengan bobot 42– 47 gram perbutir) dan kelompok perlakuan B4 (dengan bobot diatas 48
gram/butir). . Setiap kelompok penelitian diulang sebanyak 4 x, dan masing-masing ulangan sebanyak
4 butir telur tetas, sehingga telur tetas yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 4 x 4 x 4 x 4 =
256 butir. Hasil penelitian menunjukkan daya tetas tertinggi terdapat pada perlakuan U1 (umur telur 1
– 2 hari) yaitu dengan persentase daya tetas 85,94% dan terendah pada perlakuan U4 (54,69%). Pada
faktor bobot telur, daya tetas tertinggi terdapat pada perlakuan ke 3 / B3 dengan daya tetas 87,5% dan
terendah adalah B1 (54,69%). Interaksi antar perlakuan umur telur dan bobot telur menunjukkan daya
tetas tertinggi pada U1B3 (100%), terendah pada interaksi perlakuan U3B1 dan U4B1 sebesar 37,5%.
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa tingkat daya tetas dipengaruhi oleh kedua faktor (umur dan
telur) melalui analisis sidik ragam (P<1%). Sementara interaksi antar perlakuan umur dan bobot telur
tidak mempengaruhi daya tetas telur ayam Arab. Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa umur telur
yang baik untuk ditetaskan adalah 1 – 2 hari (U1) dengan daya tetas 85,94%. Perlakuan penelitian
bobot telur tetas memperlihatkan tingkat daya tetas tertinggi pada berat telur antara 42 – 47 gram/butir
yakni 87,5%. Interaksi antar perlakuan umur dan bobot telur tidak mempengaruhi daya tetas telur tetas
ayam Arab.

Kata Kunci : Umur telur, Bobot telur, daya tetas. ayam Arab

PENDAHULUAN
Ayam Arab dilihat dari asal bahasanya cenderung berasal dari daerah semenanjung arab.
Akan tetapi kebenaran yang memastikan asal ayam arab yang sesuai dengan literatur yang bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah belum didapat. Tetapi berdasarkan fakta dilapangan
ternyata bahwa ayam arab dipercaya mampu bertelur banyak, jika dibandingkan dengan ayam
1
kampung biasa. Menurut Sarwono B, (2004) bahwa kemampuan bertelur ayam arab umur 7
bulan sebanyak 200 – 250 butir pertahun, sedangkan buras biasa (ayam kampung) hanya mampu
bertelur 100 – 150 butir dengan pemeliharaan insentif.. Warna kerabang dan ukuran telur mirip
dengan ayam kampung kebanyakan. Secara genetis ayam arab dan silangannya tergolong petelur
produkstif. Namun keunggulan ini harus diimbangi dengan pemeliharaan secara intensif
termasuk penyediaan DOC yang unggul dalam jumlah dan kualitas. Penyediaan bibit ayam arab
(DOC) seperti yang dilaksanakan oleh peternak skala kecil, perlu ditingkatkan cara dan teknik
dengan mencari terobosan-terobasan baru dalam rangka memeperoleh DOC dalam jumlah yang
cukup dan kontinyu, yang tidak kalah dengan perusahaan penetasan skala besar.
Memperoleh DOC ayam arab yang unggul dalam jumlah dan kualiatas yang diinginkan
konsumen, banyak faktor yang menunjang. Jika memperoleh DOC dalam jumlah yang cukup,
hal yang paling umum dilakukan adalah menetaskan telur dengan menggunakan mesin tetas,
disamping ada juga peternak yang hobi menetaskan telur dengan cara alami yang menggunakan
induk sedang mengeram. Penetasan dengan menggunakan mesin tetas lebih menguntungkan
dibandingkan penetasan alami, karena DOC yang dihasilkan dapat diperoleh secara massal pada
saat yang bersamaan. Meskipun demikian, penggunaan mesin tetas perlu mempertimbangkan
hal-hal vital agar tidak sampai gagal. Pertimbangan tersebut didasarkan seleksi mutu telur tetas
(umur telur, berat telur, dan indeks bentuk telur), stabilitas suhu dan kelembaban, sirkulasi udara
dan ventilasi, perlakuan pemutaran dan pendinginan telur dsb.
Penetasan telur ayam arab secara buatan dengan menggunakan mesin tetas, telah banyak
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh DOC dalam jumlah yang banyak dan massal.
Penggunaan mesin tetas dianjurkan jika telur yang akan ditetaskan berjumlah banyak. Hal ini
dimaksudkan agar lebih murah dan efisien. Untuk itu menetaskan telur tetas harus terlebih
dahulu menguasai pengoperasian mesin tetas dan menguasai teknik menetas yang baik dan
benar. Pengetahuan menetaskan telur tetas ayam arab antara laian adalah persiapan penetasan,
pemeriksaan telur, dan pemutaran telur (Pambudhi, W. 2003)
Pemeriksaan telur tetas yang terpenting adalah memilih telur terutama adalah berat telur,
bentuknya (indeks bentuk telur), keadaan kulit telur, kebersihan telur, dan umur telur. Menurut
S. Kelly (2006) bahwa bentuk telur yang baik untuk ditetaskan adalah tidak terlalu bulat juga
tidak terlalu lonjong dengan lama penyimpanan atau umur telur yang baik berkisar antara 7 – 10
hari. Sementara itu Anonim (2009) menyatakan alangkah baiknya telur tetas tidak disimpan
dalam waktu yang lama. Lama penyimpanan telur tetas sebaiknya tidak lebih dari satu minggu.
(Asep, 2000)
Bobot telur yang baik untuk ditetaskan pada ayam arab adalah berkisar antara 42 – 45
gram perbutirnya. Sedangkan Anonim (2006) menyatakan bahwa bobot telur yang ideal untuk
ayam arab adalah berkisar antara 39 – 43 gram perbutirnya. Pambudhi, W (2003) bahwa untuk
menetaskan telur ayam arab, pililhlah telur yang tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan.
ukuran dan bobot telur harus ideal, yakni bentuknya memiliki perbandingan lebar 3 cm dan
panjang 4 cm dengan berat antara 35 – 40 gram. Selanjutnya dikatakan bahwa telur yang dipilih
sebaiknya bersih, mengkilat dan memiliki kerabang yang tidak tebal. Kerabang yang tebal akan
membuat daya tetasnya rendah. Umur telur yang baik adalah paling lama 7 hari dan idealnya 4
hari. Umur telur tetas yang terlalu lama (lebih dari 1 minggu) tingkat kegagalannya sangat tinggi.
Informasi penelitian mengenai produktivitas dan patokan/standar telur tetas yang baik
untuk ditetaskan pada ayam arab, sampai sejauh ini belum banyak dilakukan. Jika diperhatikan
bahwa usaha penyediaan bibit dari telur yang ditetaskan ini, secara umum hanya didasarkan pada

2
keadaan telur yang telah ada, bahkan secara umum banyak peternak ayam arab yang akan
menetaskan telur tetas, jarang melakukan seleksi berdasarkan bobot telur atau indeks bentuk
telur dan umur telur. Padahal apabila diharapkan bahwa telur-telur yang menetas mempunyai
kualitas dan jumlah yang tinggi, maka seharusnya dapat dipertimbangkan kisaran bobot telur dan
umur telur yang baik untuk ditetaskan.
Sebagian hasil penelitian dan sumber bacaan yang ada, harus banyak dikaji dan
dievaluasi lagi hubungannya dengan daya tetas dan mortalitas sebagaimana yang dilakukan pada
penelitian terhadap ayam arab saat ini. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi umur dan
bobot telur ayam arab yang baik untuk ditetaskan dan memberikan informasi dan rekomendasi
kepada peternak dalam usaha mennyeleksi telur tetas.

BAHAN DAN METODE


Penelitian dengan mengangkat judul “Pengaruh Umur dan Bobot Telur Terhadap
Persentase Daya Tetas Telur Ayam Arab dilakukan di Kelom;pok Ternak Sinar Harapan,
Kelurahan Dulomo, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Penelitian berlangsung selama 3
minggu pada bulan April 2012, diluar persiapan mesin tetas, persiapan penyediaan telur tetas,
dan pembuatan laporan hasil penelitian.
Bahan penelitian yang terutama adalah sejumlah telur tetas yang dihasilkan dari
pemeliharaan induk ayam arab penghasil telur tetas di kandang Jurusan program keahlian
Agribisnis Ternak Unggas pada SMK Negeri 1 Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango.
Pemeliharaan induk ayam arab penghasil telur tetas adalah secara kelompok dengan
perbandingan setiap kotak kandang jantan dan betina adalah 1 : 4. Bahan tambahan selain telur
tetas adalah larutan formalin 40 %, KMNO4, dan rodalon sebagai antiseptik. Bahan-bahan
tersebut diperoleh dari poultri soap di Gorontalo dan telah digunakan sebagai bahan desinfektan
mesin tetas, telur tetas dari bakteri atau virus.
Alat utama dalam penelitian ini adalah mesin tetas semi otomatis milik Kelompok Ternak
Sinar Harapan Di Kelurahan Dulomo dengan kapasitas telur tetas sebanyak 300 butir, dilengkapi
dengan termostat, selain komponen-komponen yang memang harus ada dalam mesin tetas.
Selanjutnya timbangan elktrik 2 buah. Satu buah dengan ketelitian 0,1 0,1 gram – 2000 kg) tanpa
merek tetapi berkode produdksi SF-820, yang satunya lagi dengan ketelitian 1 gram (1 gram –
2000 gram) dengan merek Tanita (kode produksi KD-160), digunakan untuk menimbang telur
secara individual. Jangka sorong dengan ketelitian 0,02 mm, dipergunakan mengukur lebar dan
panjang telur (menghasilkan indeks bentuk telur), Candling telur (produksi lokal) dipergunakan
untuk menoropong telur. Egg telur untuk meletakkan telur yang telah diseleksi, dan peralatan
pendukung lainnya seperti gunting, spidol dan penyekat telur di dalam mesin tetas
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Pengujian statistik dilakukan melalui analisis sidik ragam dilanjutkan dengan ujji perbandingan
Duncen. Model percobaan ini adalah model tetap dengan kata lain bahwa penelitian ini hanya
ingin mengetahui pengaruh umur dan bobot telur yang berbeda terhadap daya tetas telur tetas
ayam Arab, bukan suatu model percobaan dengan model acak atau model campuran. Jika hasil
analisis ragam pengaruh interaksi tidak nyata, maka akan dilakukan pengujian besarnya
pengaruh utama (antara pengaruh Umur telur dan pengaruh bobot terhadap daya tetas telur ayam
Arab). Analisis data pengaruh interaksi yang kecil (tidak nyata), akan dianalisis ragam tanpa
interaksi (Gaspersz, 1994)

3
Prosedur penelitian meliputi memilih telur tetas sesuai rancangan yaitu mengolompokkan
telur berdasarkan umur dan bobot yang menggunakan timbangan elektrik, melihat keadaan fisik
telur, dan kebersihan telur. Untuk memastikan telur dalam keadaan steril, dilakukan desinfektan
menggunakan rodalon yang sebelumnya dibersihkan. Telur yang kotor bisa dibersihkan dengan
menggunakan kertas semen (bila kotorannya ringan) atau dibersihkan dengan air hangat
(temperatur 550C) kemudian dikeringkan (Kartasudjana, R (2001). Telur tetas yang telah dipilih
berdasarkan umur (lama penyimpanan) sebagai faktor pertama dikelompokkan kedalam 4
tingkatan yaitu : U1 (umur telur 1 – 2 hari), U2 (umur telur 3 – 4 hari), U3 (umur telur 5 – 6
hari), dan kelompok U4 (umur telur 7 – 8 hari). Selanjutnya dari kelompok umur tetur tersebut,
telur tetas ditimbang untuk pengelompokkan menurut bobot telur. . Berdasarkan bobot hasil
penimbangan telur, data dirangking mulai dari bobot terkecil (ringan) sampai bobot terbesar
(berat). Dari hasil rangking tersebut dilakukan pengolompokkan bobot telur menjadi 4 kelompok
yaitu : B1 (dengan bobot 30 – 35 gram/butir), B2 (dengan bobot 36 – 41 gram/butir), B3 (dengan
bobot 42 – 47 gram perbutir) dan kelompok perlakuan B4 (dengan bobot diatas 48 gram/butir).
Setiap kelompok penelitian diulang sebanyak 4 x, dan masing-masing ulangan sebanyak 4 butir
telur tetas, sehingga telur tetas yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 x 4 x 4 x 4 = 256
butir. Telur yang telah dikelompokkan kemudian disusun didalam rak mesin tetas (setter) dengan
pengacakan (lampiran 1). Rak mesin tetas ini disekat sesuai jumlah perlakuan dan ulangan.
Tabel 1. Jadwal dan Kegiatan Selama Penetasan Telur Ayam Arab.

Hari
Suhu (0C) Peneropongan Pemdinginan Pemutaran Ventilasi
ke
1 38 belum belum belum tertutup
2 38 belum belum belum tertutup
3 38 belum belum belum tertutup
4 38 belum Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka 1/2
5 38 belum Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka 1/2
6 38 belum Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka 1/2
7 38 Ke 1 Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka penuh
8 38 belum Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka penuh
9 38 belum Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka penuh
10 38 belum Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka penuh
11 38 belum Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka penuh
12 38 belum Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka penuh
13 38 belum Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka penuh
14 38 Ke 2 Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka penuh
15 39 tidak Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka penuh
16 39 tidak Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka penuh
17 39 tidak Pukul 7 pagi Pagi, siang, sore Buka penuh
18 40 tidak tidak tidak Buka penuh
19 40 Telur menetas sebagian kecil
20 40 Telur menetas sebagian besar
21 40 Telur menetas terakhir
22 40 Mesin tetas kosong (DOC sudah dipindah ke box pemeliharaan)

4
Pengamatan selama penelitian meliputi penoropongan menggunakan alat cadling telur,
dilakukan pada hari ke 7 dan hari ke 14, dan penghitungan jumlah telur yang menetas dalam
mesin tetas. Hal-hal yang dikerjakan selama penelitian adalah : pemutaran telur sebanyak 3 X
dalam sehari, pengontrolan suhu hari ke 1 sampai hari ke 22 dengan menyetel thermostat,
mengatur kelembaban udara dalam mesin melalui penambahan air dalam baki secara teratur,
pendinginan telur, dan membuang telur yang tidak fertil saat penoropongan (tabel 1).

Parameter Penelitian
Penelitian ini akan melihat hanya 1 parameter yang sangat menonjol yaitu :
Daya tetas atau hatchability adalah persentase DOC yang menetas dari sekolompok telur
fertil yang ditetaskan, dengan rumus daya tetas adalah : (Susila, 1997)

Daya Tetas : Jumlah telur yang menetas x 100%


Jumlah telur yang fertil

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengamatan selama penetasan sesuai tabel 1, menghasilkan hal-hal sebagai berikut :

Tabel 2. Jumlah DOC yang Menatas pada Perlakuan Umur Telur.

Perlakuan Jumlah Telur Tetas Jumlah DOC Daya Tetas (%)


U1 64 54 84,38
U2 64 50 78,13
U3 64 40 62,5
U4 64 35 54,69
Jumlah 256 181 70,70

Tabel 3. Jumlah DOC yang Menatas pada Perlakuan Bobot Telur.

Perlakuan Jumlah Telur Tetas Jumlah DOC Daya Tetas (%)


B1 64 35 54,69
B2 64 49 76,56
B3 64 56 87,5
B4 64 41 62,5
Jumlah 256 181 70,70

5
Tabel 4. Rekapitasi Hasil Penelitian (dalam %)

ULAN U1B U1B U1B U1B U2B U2B U2B U2B U3B U3B U3B U3B U4B U4B U4B U4B JUM RER
GAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 LAH ATA
1 75 100 100 75 75 100 100 50 25 75 75 50 25 50 75 50 1100 68,75
2 50 75 100 75 75 100 100 75 50 100 100 100 50 50 50 25 1175 73,44
3 100 100 100 75 50 75 100 50 25 75 75 50 50 50 75 75 1125 70,31
4 75 75 100 75 75 75 75 75 50 25 75 50 25 100 100 25 1100 68,75
JUML 300 350 400 300 275 350 375 250 150 275 325 250 150 250 300 175
AH
4500 70,32
RERA 75 87,5 100 75 68,7 87,5 93,7 62,5 37,5 68,7 81,2 62,5 37,5 62,5 75 43,7
TA 5 5 0 0 5 5 0 0 0 5

Keterangan : U1 = Umur telur 1 – 2 hari Rerata U1 = 85,94


U2 = Umur telur 3 – 4 hari Rerata U2 = 78,13
U3 = Umur telur 5 – 6 hari Rerata U3 = 62,50
U4 = Umur telur 7 – 8 hari Rerata U4 = 54,69

B1 = Bobot telur 30 – 35 gram/butir Rerata B1 = 54,69


B2 = Bobot telur 36 – 41 gram/butir Rerata B2 = 76,56
B3 = Bobot telur 42 – 47 gram/butir Rerata B3 = 87,50
B4 = Bobot telur diatas 48 gram/butri Rerata B4 = 62,50

6
Tabel 5. Rekapitulasi Data Setelah Analisis Sidik Ragam

PERLAKUAN DAYA TETAS (%)


U1 85,94**
U2 78,13**
U3 62,50**
U4 54,69**
B1 54,68**
B2 76,56**
B3 87,50**
B4 64,06**
U1B1 75,00tn
U1B2 87,50 tn
U1B3 100,00 tn
U1B4 81,25 tn
U2B1 68,75 tn
U2B2 87,50 tn
U2B3 93,75 tn
U2B4 62,50 tn
U3B1 37,50 tn
U3B2 68,75 tn
U3B3 81,25 tn
U3B4 62,50 tn
U4B1 37,50 tn
U4B2 62,50 tn
U4B3 75,00 tn
U4B4 43,75 tn
Keterangan : ** = sangat nyata pada taraf 5%
tn = tidak nyata

1. Analisis Sidik Ragam, Uji Wilayah Berganda Duncan, dan Tingkat Keandalan
Percobaan
Sesuai perhitungan analisis sidik ragam yang diuraikan dalam lampiran menunjukkan
pengaruh yang sangat nyata pada perlakuan baik umur dan bobot telur terhadap daya tetas telur
ayam Arab. Tetapi tidak nyata pada interaksi umur dan bobot telur tetas terhadap daya
tetas.Pengaruh yang tidak nyata pada komponen (keragaman) interaksi antara umur telur dan
bobot telur tetas menunjukkan bahwa sebenarnya pengaruh utama dari faktor umur dan bobot
telur adalah sangat penting untuk digeneralisasi atau pengaruh sederhana dari kedua faktor yang
diteliti adalah sama besar. Dengan pengertian lain bahwa pengaruh utama dari faktor umur telur
mampu mencerminkan pengaruh bobot telur tetas terhadap daya tetas telur ayam Arab.
Hasil analisa sidik ragam tersebut dimana pengaruh interaksi tidak nyata
mengindikasikan bahwa pengaruh faktor masing-masing perlakuan sangat berbeda. Dengan
indikasi tersebut tidak diperlukan menguji pengaruh-pengaruh sederhana seperti dalam pengujian
perbandingan nilai tengah perlakuan. Namun peneliti dalam hal ini lebih mengetahui pengaruh
antara umur-umur telur yang satu dengan umur telur yang lainnya termasuk bobot-bobot tertentu.

7
Dalam perhitungan uji perbandingan nilai tengah perlakuan, terlihat bahwa umur telur 1
sampai 2 hari tidak berbeda dengan umur telur tetas 3 sampai 4 hari apabila menggunakan berat
telur 30 – 35 gram/butir, 36 -41 gram/butir, 42 – 47 gram/butir. Demikian pula dengan umur
telur 5 – 6 hari tidak berbeda dengan umur telur 6 -7 hari dengan bobot telur yang sama. Namun
pada umur telur 3 – 4 hari tidak berbeda dengan umur telur 5 – 6 hari pada bobot telur diatas 48
gram/butir. Selanjutnya semua bobot telur yang dipergunakan dalam penelitian ini tidak berbeda
daya tetasnya apabila umur telur tersebut 1 – 4 hari (1 – 2 hari dan 3 – 4 hari).
Selanjutnya pada perhitungan pengaruh sederhana, pengaruh utama, dan pengaruh interaksi dari
kedua faktor yang diteliti menunjukkan hasil sebagai berikut :
1. Pengaruh utama faktor umur telur terhadap bobot telur tetas (yang merupakan rata-rata
pengaruh sederhana faktor umur telur) adalah sebesar 62,50 % terhadap daya tetas telur
ayam Arab
2. Pengaruh utama faktor bobot telur terhadap umur telur tetas (yang merupakan rata-rata
pengaruh sederhana faktor bobot telur) adalah sebesar 76,25 % terhadap daya tetas telur
tetas ayam Arab.
3. Pengaruh interaksi antara kedua faktor dalam percobaan ini (yang merupakan rata-rata
selisih daya tetas dari kedua faktor (umur dan bobot telur) adalah sebesar 7 %
Dalam hal pengaruh utama dalam penelitian ini ternyata pengaruh bobot telur tetas adalah
lebih besar (76,25 %) dari pada pengaruh utama umur telur sebesar 62,50 %. Sementara itu
pengaruh interaksi dianggap tidak nyata (sesuai analisis sidik ragam) hanya sebesar 7% terhadap
daya tetas telur ayam Arab. Pengaruh interaksi yang tidak nyata tersebut dapat diputuskan boleh
untuk tidak menggunakan komponen interaksi dalam analisa sidik ragam. Sehingga dalam
analisa sidik ragam tanpa interaksi menghasilkan nilai yang tidak nyata terhadap daya tetas telur
ayam Arab. Hal ini sesuai pendapat Gaspersz (1994) dapat dipergunakan model sidik ragam
tanpa interaksi. Hasil analisis sidik ragam tanpa interaksi menunjukkan hasil antara kedua
perlakuan umur telur dan bobot telur sangat berbeda nyata pada taraf 5 %. dengan nilai
keterandalan model percobaan sebesar 0,54%. Penghilangan komponen interaksi hanya
mengurangi informasi tentang keragaman total yang mampu diterangkan sekitar 0,04 (0,58 -
0,54) atau hanya 4 %
Tingkat keterandalan model percobaan yang digunakan sesuai formula R2 adalah sebesar
0,58. Dengan demikian hanya sekitar 58 % dari keragaman daya tetas disebabkan oleh faktor
umur telur, bobot telur, dan interaksi antara kedua perlakuan. Sedangkan sisanya sebesar (1 – R2)
= 0,42 atau 42 % daya tetas telur ayam Arab disebabkan oleh faktor lain yang tidak sempat
diperhatikan dalam penelitian ini.

2. Daya Tetas
Menurut Permana (2007) perhitungan daya tetas dapat dilakukan melalui dua cara yaitu
daya tetas I dan daya tetas II. Perhitungan daya tetas I dapat dilakukan dengan cara
membandingkan antara jumlah telur yang menetas dari sejumlah telur yang diletakkan dalam
mesin tetas, Selain itu perhitungan daya tetas dapat dilakukan dengan cara membandingkan
antara jumlah telur yang menetas dari sejumlah telur yang fertil.
Hubungan antara perlakuan dengan daya tetas dijelaskan dalam gambar .

100 - 85,94% 87,5%

8
Daya tetas 80 -

(%) 60 - 62,5 %

40 - 54,69% 54,69%

20 -

1 1 1 1 Umur telur (hari)

1–2 3–4 5–6 7-8

1 1 1 Bobot telur (grm)

30 – 35 36 – 41 42 – 47 ≥ 48

Gambar 1. Grafik hubungan perlakuan terhadap daya tetas

Hasil penelitian yang telah dilakukan ditunjukkan dalam tabel 2 menggambarkan bahwa
setiap ulangan dalam setiap perlakuan daya tetasnya tidak sama. Pada faktor umur telur, jumlah
telur yang menetas terbanyak pada umur telur pendek yaitu 55 butir dari jumlah 64 butir atau
85,94%, yang sedikit menetas terdapat pada umur telur lebih dari 1 minggu (perlakuan U4) yaitu
35 butir dari jumlah 64 butir yang ditetaskan atau hanya 54,69% (gambar 1). Pengaruh tinggi
rendahnya daya tetas terhadap umur telur disebabkan banyak faktor. Menurut Sarwono, B (2007)
bahwa umur telur yang layak ditetaskan adalah 1 – 3 hari terhitung sejak keluar dari tubuh
induknya. Hal ini juga diperkuat beberapa penulis buku dan hasil-hasil penelitian. Pambudhi, W
(2003) menyatakan bahwa telur tetas yang baik untuk ditetaskan adalah telur tetas yang berumur
kurang dari 1 minggu dan ideal adalah 4 hari. Hasil penelitian Daulay, A.M dkk (2008)
menunjukkan bahwa umur telur tetas yang baik sesuai hasil penelitian tersebut adalah umur 1
hari dengan daya tetas 83,33%. Umur telur tetas yang melebihi penyimpanan 1 minggu menurut
hasil penelitian tersebut sangat rendah dengan daya tetas sebesar 27,08%. Umur telur yang telah
lama disimpan (lebih dari 1 minggu) mempunyai peluang tinggi terhadap kegagalan penetasan,
(Pambudhi, 2003). Penyimpanan telur yang terlalu lama menurunkan kualitas telur yang secara
garis besar mempunyai ciri-ciri : berat berkurang, spesific gravity berkurang, dan timbulnya bau
busuk terutama jika telur telah rusak (Sudaryani, T (2006). Hal demikian menurunkan persentase
daya tetas dalam mesin tetas.
Pengaruh bobot telur dalam penelitian ini (tabel 3), menunjukkan bahwa daya tetas
tertinggi terdapat pada bobot 42 – 47 gram/butir (B3) yaitu sebanyak 56 butir dari 64 butir yang
ditetaskan, atau setara dengan 87,50% (gambar 1). Daya tetas terendah pada bobot telur antara
30 – 35 gram/butir (B1) yaitu hanya mencapai 35 butir dari 64 butir yang ditetaskan atau
54,68% saja. Bobot telur tetas yang baik menurut hasil penelitian Wardiny, T.M (2002)
rataannya adalah 43,27 gram/butir walaupun dengan perlakuan lain dalam penelitiannya tidak
berbeda nyata. Murtidjo (1992) menyatakan bahwa bobot telur tetas ayam kampung ideal yang
akan ditetaskan berkisar antara 42 – 45 gram/butir. Sedangkan Bobot telur tetas yang baik
untuk ayam kampung menurut Admin (2009) adalah 45-50 gram/butir dan untuk ayam ras
adalah 55-60 gram/butir. Bobot berpengaruh terhadap anak ayam yang dihasilkan. Telur yang
terlalu ringan tidak bagus ditetaskan karena akan menghasilkan DOC yang kecil-kecil sehingga
mempengaruhi berat panen daging atau berat ayam dewasa (Anonim, 2009).

9
Angka daya tetas semakin menurun seiring lama penyimpanan. Semakin pendek umur
telur, semakin besar daya tetas. Rata-rata daya tetas pada faktor umur dan bobot telur dalam
penelitian ini sebesar 70,70%,. Tetapi jika dibanding diantara kedua faktor dalam penelitian ini,
ternyata bahwa faktor bobot telur tertinggi (B3) lebih besar daya tetasnya (87,5) jika dibanding
dengan faktor umur tertinggi yaitu 84,38%. Artinya untuk membandingkan antara kedua
perlakuan dalam penelitian ini, faktor bobot telur adalah yang memegang peranan penting dalam
keberhasilan penetasan.
3. Interaksi 2 Faktor
Daya tetas hasil peneltian menunjukkan bahwa rataan tertinggi pada kedua faktor
(interaksi antara umur telur dan bobot telur tetas) terdapat pada umur telur 1 – 2 hari dengan
bobot telur antara 42 – 47 gram/butir (U1B3) dengan rataan sebesar 100%. Sementara rataan
terendah terdapat pada umur telur 7 – 8 hari dengan bobot telur yang ringan (30 – 35 gram/butir)
yaitu hanya 37,50%. Rataan terendah pada interaksi antara kedua faktor yang diteliti mempunyai
kesamaan dengan umur telur 7 – 8 hari dengan bobot telur paling berat (diatas 48 gram).
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan interaksi antara umur telur dan bobot telur
tetas adalah tidak nyata dengan pengertian lain bahwa pengaruh interaksi antara kedua faktor
yang diteliti sangat kecil

SIMPULAN
1. Dalam penelitian ini menghasilkan rata-rata daya tetas dari faktor umur telur dan bobot telur
sebesar 70,32 %.
2. Dari faktor umur telur yang baik untuk ditetaskan adalah perlakuan U1 (umur telur 1 – 2
hari) karena menghasilkan daya tetas tertinggi (85,94%) dan dari faktor bobot telur yang
terbaik daya tetasnya adalah pada perlakuan B3 (bobot 42 – 47 gram/butir)
3. Terdapat perbedaan daya tetas diantara 2 faktor yang dicobakan atau dengan kata lain faktor
umur dan bobot telur tetas sangat nyata pengaruhnya terhadap daya tetas.
4. Pengaruh interaksi baik dengan interaksi maupun tanpa interaksi dalam analisis sidik ragam
menunjukkan perbedaan tidak nyata terhadap daya tetas telur ayam Arab.
5. Terdapat perbedaan daya tetas telur untuk masin-masing umur dan masing-masing bobot
telur tetas yang dicobakan
6. Sesuai uji perbandingan nilai tengah, dalam hal ini menggunakan uji wilayah berganda
Duncan (Duncan’s multiple range test) pengaruh utama daya tetas yang terbesar terdapat
pada faktor bobot telur dengan nilai 76,25%, sementara interaksi antara keduanya hanya
sebesar 7%,

DAFTAR PUSTAKA
Admin, 2009. Seleksi Telur Tetas. (http://belajarsemua.blogspot.com/2009/04/ menetaskan telur
ayam.html. Diakses 10 April 2012
Anonim, 2006. Sukses Menetaskan Telur Ayam. Tim Redaksi AgroMedia Pustaka. AgroMedia
Pustaka. Depok.
Anonim. 2009. Menetaskan Telur. Modul 15 pada semester ganjil. VEDCA Cianjur Jawa Barat
Anonim.2011.Penetasan Telur Itik dan Ayam. http://far71.wordpress.com/2011/
05/13/penetasan-telur-itik-ayam/ 10 april 2012)
Asep. 2000. Pengaruh Bobot dan Indeks Telur Terhadap Jenis Kelamin Anak Ayam Kampung.
IPB Bogor
10
Daulay, A.H, dkk, 2008. Pengaruh Umur dan Frekwensi Pemutaran Terhadap Daya Tetas dan
Mortalitas Telur Ayam Arab (Gallus turcicus). Jurnal Agribisnis Peternakan Vol. 1 No. 4,
April 2008.
Iskandar. 2003. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur dan Frekwensi Pemutaran Telur Terhadap
Daya Tetas dan Mortalitas Burung puyuh. Fakultas Peternakan. USU. Medan.
Kartasudjana, R. 2001. Penetasan Telur. Modul Program Keahlian budidaya Ternak. Depdiknas.
Proyek Pengembangan Sistim dan Standar Pengelolaan SMK. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan Jakarta.
Kelly, S. .2006. Membuat Mesin Tetas Elektronik. Kanisius. Yogyakarta.
Murtidjo.B.A. 1992. Mengelola ayam Buras. Kanisius. Yogyakarta
Pambudhi, W. 2003. Beternak Ayam Arab Merah Si Tukang Bertelur. Agromedia Pustaka.
Depok
Sarwono, B. 2004. Ayam Arab Petelur Unggul. Penebar Swadaya. Depok.
Sarwono, 2007. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya. Depok
Sudaryani, T 2006. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Depok
Susila, A.B.. 1997. Pengaruh Frekwensi Pemutaran Telur dan Berat Telur Terhadap Fertilitas,
Daya Tetas, Mortalitas, dan Berat DOD itik Tegal. FP-USU. Medan.
Wardiny, T.M. 2002. Evaluasi Hubungan antara Indeks Bentuk Telur dengan Persentase Telur yang
Menetas pada Ayam Kampung Galur Arab. Jurnal Matematika, Sains dan Teknologi, Vol. 3 Nomor 2,
September 2002.

11

You might also like