20018-Article Text-54727-1-10-20210227
20018-Article Text-54727-1-10-20210227
20018-Article Text-54727-1-10-20210227
Azizul Hakim
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
The conclusion of this paper is that life-long education formulates a principle that
the educational process is a process that must be carried out continuously, starting
from birth to death and includes informal, non-formal and formal forms of learning.
The rationale for the importance of lifelong education can be viewed from various
aspects, including ideological, economic, sociological, technological,
psychological, pedagogical, and philosophical aspects. The implications of the
concept of lifelong education can be seen from several aspects related to "learning
methods" and "educational models".
I. PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Sejak manusia
menghendaki kemajuan dalam kehidupan, sejak itulah timbul gagasan untuk mengadakan
pengalihan, pelestarian, dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan.1 Selama
manusia berusaha meningkatkan kehidupannya, maka selama itu pula pendidikan akan
terus berjalan.
Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia yang harus
dipenuhi seumur hidup. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup
berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep
hidup mereka.2 Oleh karena itu, tidak boleh tidak pendidikan harus selalu digagas dan
1
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 1.
2
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 2.
62 Teori Pendidikan …
II. PEMBAHASAN
Pendidikan seumur hidup adalah suatu sistem konsep-konsep pendidikan yang
menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar yang berlangsung dalam
keseluruhan kehidupan manusia.7
3
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan (Cet. III; Malang: Usaha
Offset Printing, 1988), h. 125.
4
Sudarwan Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), h. 137.
5
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, h. 78.
6
Uyoh Sadulloh, Pedagogik: Ilmu Mendidik (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 37.
7
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia (Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h.
169.
Volume I, Nomor 2, Juli - Desember 2020 63
Konsep pendidikan seumur hidup sesungguhnya sudah sejak lama difikirkan oleh
para pakar pendidikan dari zaman ke zaman.8 Umat Islam sendiri, jauh sebelum orang-
orang Barat mengungkapkannya, telah mengenal pendidikan seumur hidup. Di kalangan
santri pesantren, populer kata hikmah sebagai hafalan wajib, dan oleh Azhar Arsyad telah
diterjemahkan dalam bukunya Retorika Kaum Bijak, yang berbunyi:
اطلبوا العلم من المهد إلى اللحد
Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang kubur.9
Ungkapan di atas oleh beberapa kalangan dianggap sebagai hadis.
Terlepas benar tidaknya penisbahan ungkapan tersebut kepada Nabi, tetapi menurut
Quraish Shihab ungkapan tersebut sejalan dengan konsepsi al-Qur’an tentang keharusan
menuntut ilmu dan memperolah pendidikan seumur hidup.10
Zakiah Daradjat dalam bukunya, Ilmu Pendidikan Islam, mengutip hadis nabi
sebagai dalil yang menegaskan tentang kewajiban menuntut ilmu, yang berbunyi:
)طلب العلم فريضة على كل مسلم (رواه الطبراني عن ابن مسعود
11
8
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan (Cet. I; Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h. 13.
Lihat juga Ramayulius, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Cet. IV; Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h.
101.
9
Azhar Arsyad, Retorika Kaum Bijak: Media Pembangkit Motivasi dan Daya Hidup serta
Penanaman Nilai-nilai dan Budi Luhur (Cet. II; Makassar: Yayasan Fatiya Makassar, 2005), h. 15.
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
10
“al-Fath} al-Kabi>r), Jilid 2 (Cet. III; Beirut: al-Maktab al-Isla>mi>, 1988), h. 727.
12
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 6.
64 Teori Pendidikan …
13
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’a>n, Al-Qur’a>n dan Terjemahnya
(Medinah: Mujamma’ al-Malik Fahd, 1971), h. 489.
14
UNESCO adalah singkatan dari United Nation Educational Scientific and Cultural
Organization, suatu badan dunia dari PBB yang bergerak dalam dunia pendidikan. Lihat Hasbullah, Dasar-
dasar Ilmu Pendidikan (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 64. Lihat juga Fuad Ihsan, op.
cit., h. 41.
15
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik (Cet. I; Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), h. 219.
16
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.
17
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik, h. 217.
18
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan (Cet. IV; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 62. Lihat
juga Burhanuddin Salam, op. cit., h. 220.
Volume I, Nomor 2, Juli - Desember 2020 65
ini, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan manusia yang
makin meningkat. Kebutuhan manusia yang makin meningkat, aneka macam pekerjaan
serta pasang surutnya kesempatan kerja yang sangat cepat, memberikan pengaruh besar
terhadap masalah-masalah pendidikan.19
Pendidikan sekolah yang terbatas pada tingkat pendidikan dari kanak-kanak sampai
dewasa tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia
berkembang. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan sistem pendidikan yang
fleksibel.20 Pendidikan harus tetap bergerak dan berinovasi secara terus menerus.
Menurut konsep pendidikan seumur hidup, kegiatan-kegiatan pendidikan dianggap
sebagai suatu keseluruhan, seluruh sektor pendidikan merupakan suatu sistem yang
terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan serta kebutuhan masyarakat
yang bersangkutan. Dalam hal ini suatu bangsa yang telah maju (industri) akan memiliki
kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat di negara berkembang. Apabila sebahagian
besar masyarakat suatu bangsa masih banyak buta huruf, maka pemberantasan buta huruf
di kalangan orang dewasa memegang peranan penting dalam sistem pendidikan seumur
hidup, namun di negara industri yang telah maju pesat, masalah bagaimana cara mengisi
waktu senggang memegang peranan penting dalam sistem ini.21 Dari hal tersebut kita
dapat gambaran bahwa kebutuhan dapat menentukan arah kegiatan pendidikan.
Dasar Hukum
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah. Pernyataan tersebut disimpulkan dari isi GBHN 1978 sebagaimana dikutip
Hasbullah bahwa: “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam
lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.”22
Hal ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia diharapkan supaya selalu
berkembang seumur hidup, dan di lain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar
dapat menciptakan situasi yang menantang untuk belajar. Prinsip ini berarti masa sekolah
bukan satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar, melainkan hanya sebagian dari
waktu belajar yang akan berlangsung seumur hidup.23
Sementara itu, di dalam GBHN 1993 dinyatakan pula, bahwa Pendidikan Nasional
dikembangkan secara terpadu dan serasi, baik antara berbagai jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan maupun antara sektor pendidikan dengan sektor pembangunan lainnya serta
19
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan.
20
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik, h. 217.
21
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik, h. 220-221.
22
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, h. 63.
23
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, h. 40.
66 Teori Pendidikan …
24
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.
25
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, h. 66.
26
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, h. 66-67.
Volume I, Nomor 2, Juli - Desember 2020 67
a. Tinjauan Ideologis
Pendidikan seumur hidup atau “Lifelong Education” akan memungkinkan
seseorang mengembangkan potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya, sebab
pada dasarnya semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya
hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
(skill).27
Tuntunan akan adanya persamaan serta kesempatan yang sama dalam memperoleh
pendidikan terus digaungkan, bahkan untuk Indonesia diatur sedemikian rupa di dalam
UUD 1945, seperti tertuang dalam pasal 31 ayat (1): “Tiap-Tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran”.
b. Tinjauan Ekonomis
Pendidikan merupakan cara paling efektif untuk keluar dari suatu lingkungan yang
menyeret pada kebohongan dan kemelaratan. Pendidikan seumur hidup dalam konteks
ini memungkinkan seseorang untuk:
1. Meningkatkan produktifitasnya.
2. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya.
3. Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan.
4. Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat,
sehingga peranan pendidikan keluarga sangat penting dan besar artinya.28
Para tokoh pendidikan seumur hidup melihat bahwa pembentukan sistem
pendidikan berfungsi sebagai basis untuk memperoleh keterampialn tipe baru yang secara
ekonomis berharga dan menguntungkan masyarakat.
c. Tinjauan Sosiologis
Pada umumnya di negara-negara yang sedang berkembang ditemukan masih
banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-
anaknya. Oleh karena itu, anak-anak mereka kurang mendapat pendidikan formal, putus
sekolah, dan atau tidak bersekolah sama sekali.29 Dengan demikian, pendidikan seumur
hidup bagi orang tua merupakan solusi dari masalah tersebut.
d. Tinjauan Filosofis
Negara-negara demokrasi menginginkan seluruh rakyatnya menyadari pentingnya
hak memilih dan memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan sebagainya. Oleh karena
itu, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada setiap orang.30 Hal ini menjadi
tugas pendidikan seumur hidup.
e. Tinjauan Teknologis
Di era globalisasi seperti sekarang ini, tampaknya dunia dilanda oleh eksplosi ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Semua orang,
27
Hasbullah, Dasar-Dasar Kependidikan, h. 67-68. Lihat juga Fuad Ihsan, Dasar-Dasar
Kependidikan, h. 44.
28
Hasbullah, Dasar-Dasar Kependidikan, h. 68.
29
Hasbullah, Dasar-Dasar Kependidikan.
30
Hasbullah, Dasar-Dasar Kependidikan, h. 68-69.
68 Teori Pendidikan …
tidak terkecuali para pendidik, sarjana, pemimpin, dan lainnya dituntut selalu
memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya, seperti apa yang terjadi di negara-
negara maju.31 Bila hal ini tidak dilakukan oleh manusia maka ia akan tertinggal, sebab
bagaimanapun orang tidak bisa menutup diri terhadap segala kemajuan yang melandanya.
f. Tinjauan Psikologis dan Pedagogis
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat mempunyai pengaruh
besar terhadap konsep, teknik, dan metode pendidikan. Selain itu, perkembangan tersebut
menyebabkan makin luas, dalam, dan kompleksnya ilmu pengetahuan. Akibatnya, tidak
mungkin lagi diajarkan seluruhnya kepada peserta didik di sekolah. Oleh sebab itu, tugas
pendidikan jalur sekolah yang utama sekarang adalah mengajarkan bagaimana cara
belajar, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus-menerus
seumur hidupnya, memberikan keterampilan kepada peserta didik secara efektif, agar dia
mampu beradaptasi dalam masyarakat yang cenderung berubah secara cepat.32 Untuk itu
semua, perlu diciptakan kondisi yang merupakan penerapan asas pendidikan seumur
hidup (lifelong education).
31
Hasbullah, Dasar-Dasar Kependidikan, h. 69.
32
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, h. 45.
33
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik, h. 221.
Volume I, Nomor 2, Juli - Desember 2020 69
34
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik, h. 221-222.
35
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik, h.222.
70 Teori Pendidikan …
2) Menguasai huruf dan angka secara fungsional, yang dapat dipergunakan untuk:
(a) Membaca dan mengerti surat kabar dan siaran-siaran.
(b) Menulis surat yang dapat dibaca oleh pembacanya.
(c) Menghitung, mengukur tanah, gedung, menghitung ongkos dan laba pertanian
misalnya, dan sebagainya.
3) Memiliki pandangan yang ilmiah serta mengerti proses alam sekelilingnya.
4) Pengetahuan fungsional dan keterampilan berkeluarga, termasuk di dalamnya:
melindungi kesehatan keluarga, keluarga berencana, memelihara bayi dan anak, dan
sebagainya.
5) Pengetahuan fungsional serta keterampilan untuk mencari nafkah.
6) Pengetahuan fungsional serta keterampilan agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat,
termasuk pengetahuan tentang sejarah nasional, ideologi, struktur pemerintahan serta
fungsinya, pajak, hak-hak, dan kewajiban sebagai warga negara, dan sebagainya.
Coombs sebagaimana dikutip Burhanuddin mengakui bahwa kebutuhan belajar
yang minimum dan esensial tersebut tidak sama untuk setiap tempat. Hal ini karena
adanya perbedaan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial,
ekonomi, dan politik, serta perbedaan tujuan akhir dari masyarakat yang bersangkutan.
c) Vocational Education (Pendidikan Jurusan)
Pendidikan Jurusan diselenggarakan pada tingkat akhir pendidikan dasar. Pada
tingkat tersebut disediakan dua pilihan, dimana individu dapat memilih pelajaran yang
akan membawanya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, atau ke arah latihan jurusan
(vocational training).
Pada pendidikan jurusan ini, harus dihindarkan suatu kekhususan yang mendetail,
karena tidak mungkin sekolah mampu meramalkan kebutuhan individu di masa yang
akan datang dalam hubungannya dengan pekerjaan. Program pendidikan harus
memberikan pengetahuan kecerdasan praktis dan mengembangkan sikap serta
pengetahuan yang akan menolong individu mengingatkan kembali pelajaran yang telah
dipelajarinya.36
Bagi negara berkembang, adanya pendidikan vocational, tidak hanya menjadi
wahana kesempatan belajar, melainkan juga sebagai pencepatan pertumbuhan ekonomi
dan memacu masuknya negara itu ke dalam era industrialisasi.
d) Adult Education (Pendidikan Orang Dewasa)
Pendidikan orang dewasa merupakan kunci dari sitem pendidikan seumur hidup.
Pendidikan orang dewasa harus dikembangkan secara maksimal, dan berisikan program
“penyegaran kembali” (refreshing) dan “latihan pengulangan” (remedial training),
sehingga dapat menolong mereka dalam menyesuaikan diri dengan situasi-situasi
pekerjaan yang baru, melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan kultural, dan
memanfaatkan waktu senggang seefisien mungkin.37
Sebagai generasi penerus, para pemuda ataupun dewasa membutuhkan pendidikan
seumur hidup dalam rangka pemenuhan “self interest” yang merupakan tuntutan hidup
mereka sepanjang masa. Di antara self interest tersebut, kebutuhan akan baca tulis bagi
36
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik, h. 224-225.
37
Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik, h. 225-226.
Volume I, Nomor 2, Juli - Desember 2020 71
mereka umumnya dan latihan keterampilan bagi pekerja, sangat membantu mereka untuk
menghadapi situasi dan persoalan-persoalan penting yang merupakan kunci
keberhasilan.38
Selanjutnya yang perlu diketahui, adalah bahwa pendidikan seumur hidup tidak
berhenti setelah selesai sektor sekolah (formal), karena kalau demikian arti sesungguhnya
dari pendidikan seumur hidup akan hilang.
Pendidikan sekolah harus membuka jalan ke arah dunia dewasa dan
mempersiapkan anak-anak muda ke kehidupan masa dewasanya.
Selain konsepsi di atas, Ananda W.P. Guruge dalam Fuad Ihsan mengemukakan
bahwa implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan, dalam garis
besarnya dapat dikelompokkan dalam enam kategori, yaitu: (a) Pendidikan baca tulis
fungsional, (b) Pendidikan vocational, (c) Pendidikan profesional, (d) Pendidikan ke arah
perubahan dan pembangunan, (e) Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik,
serta (f) Pendidikan kultural dan pengisian waktu luang.39
Dari kesemua konsepsi di atas dapat disimpukan bahwa ciri khas pendidikan
seumur hidup adalah tidak mengenal putus dan istirahat, tetapi harus terus menerus dan
terpadu, terutama antara pendidikan sebelum sekolah, dengan pendidikan sekolah, dan
pendidikan setelah sekolah.
III. KESIMPULAN
Asas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu asas bahwa proses
pendidikan merupakan suatu proses yang harus dilakukan terus-menerus, yang bermula
sejak seorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup
bentuk-bentuk belajar secara informal, non formal maupun formal.
Dasar pemikiran pentingnya pendidikan seumur hidup dapat ditinjau dari berbagai
aspek, di antaranya adalah aspek ideologis, ekonomis, sosiologis, teknologis, psikologis,
pedagogis, dan filosofis.
Implikasi konsep pendidikan seumur hidup dapat dilihat dari beberapa aspek yang
berkaitan dengan “cara belajar” dan “model pendidikan”.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. (2008). Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner. Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara.
38
Hasbullah, Dasar-Dasar Kependidikan, h. 85.
39
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, h. 48-51.
72 Teori Pendidikan …
Arsyad, Azhar. (2005). Retorika Kaum Bijak: Media Pembangkit Motivasi dan Daya
Hidup serta Penanaman Nilai-nilai dan Budi Luhur. Cet. II; Makassar: Yayasan
Fatiya Makassar.
Danim, Sudarwan. (2006). Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan. Cet. II; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Daradjat, Zakiyah. (2009). Ilmu Pendidikan Islam. Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara.
Hasbullah. (2001). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ihsan, Fuad. (1997). Dasar-Dasar Kependidikan. Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta.
Muchtar, Heri Jauhari. (2005). Fikih Pendidikan. Cet. I; Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mudyahardjo, Redja. (2001). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-
dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Cet. I; Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Ramayulius. (2005). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Cet. IV; Jakarta: Kalam
Mulia.
Sadulloh, Uyoh. (2010). Pedagogik: Ilmu Mendidik. Cet. I; Bandung: Alfabeta.
________. (2009). Pengantar Filsafat Pendidikan. Cet. IV; Bandung: Alfabeta.
Salam, Burhanuddin. (1997). Pengantar Pedagogik: Dasar-dasar Ilmu Mendidik. Cet. I;
Jakarta: Rineka Cipta.
Shihab, M. Quraish. (1994). Membumikan al-Qur’an: Fungsi Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Mizan.
Tim Dosen FIP-IKIP Malang. (1988). Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Cet. III;
Malang: Usaha Offset Printing.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’a>n. (1971). Al-Qur’a>n dan
Terjemahnya. Medinah: Mujamma’ al-Malik Fahd.