Anggraini
Anggraini
Anggraini
Corresponding Author:
Sopyah Anggraini,
Program Studi D-III Keperawatan,
Universitas Imelda Medan,
Jl. Bilal No. 52 Kelurahan Pulo Brayan Darat I Kecamatan Medan Timur, Medan - Sumatera Utara.
Email: [email protected]
1. INTRODUCTION
Stunting atau kurang gizi kronik adalah suatu bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan, dan kurang
gizi kronik. Keadaan yang sudah terjadi sejak lama, bukan seperti kurang gizi akut. Stunting dapat juga
terjadi sebelum kelahiran dan disebabkan oleh asupan gizi yang sangat kurang saat masa kehamilan, pola
asuh makan yang sangat kurang, rendahnya kualitas makanan sejalan dengan frekuensi infeksi sehingga
dapat menghambat pertumbuhan (Unicef Indonesia, 2012).
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam
waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak
lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya (Kemenkes, 2018).
Data WHO (2014) mencatat sekitar seperempat atau 24,5% anak balita di dunia mengalami stunting.
Sekitar 80% anak stunting di dunia tinggal di 14 negara. 183 Prevalensi stunting terbesar di dunia yaitu di
India dengan prevalensi stunting 48% (61.723 jumlah anak stunting), prevalensi terbesar kedua yaitu Nigeria,
Pakistan, China dan Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar dengan prevalensi
36% (7.547 jumlah anak stunting) (Unicef, 2013).
Berdasarkan data Riskesdas (2013) prevalensi anak balita stunting di Indonesia pada tahun 2007
sebesar 36,8%, pada tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 35,5% dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan
menjadi 37,2%. Berdasarkan hasil PSG Kemenkes (2015) provinsi Nusa Tenggara Timur adalah prevalensi
stunting tertinggi di Indonesia sebesar 41,2%, sedangkan prevalensi stunting di Jawa Barat sebesar 25,6%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stunting dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga,
pengetahuan gizi ibu, pola asuh ibu, riwayat infeksi penyakit, riwayat imunisasi, asupan protein, dan asupan
ibu. Asupan ibu terutama saat hamil merupakan salah satu faktor yang berperan penting. Gizi janin
bergantung sepenuhnya pada ibu, sehingga kecukupan gizi ibu sangat memengaruhi kondisi janin yang
dikandungnya. Ibu hamil yang kurang gizi atau asupan makanan kurang akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin dalam kandungan (Picauly, 2013).
Kurangnya kesadaran tentang pentingnya gizi ibu akan berdampak pada kurangnya upaya yang
dilakukan untuk pencegahan stunting. Kondisi ini tentunya akan berlanjut sampai dengan anak lahir dan
tumbuh. Dalam perkembangannya, anak yang bertubuh pendek dianggap wajar dan tidak berdampak untuk
perkembangan anak selanjutnya sehingga tidak memerlukan penanganan khusus.
Seiring dengan perkembangan zaman, media audio visual sangat memungkinkan sebagai media
dalam meningkatkan pengetahuan, yaitu dengan menggunakan video. Video merupakan media audio-visual
yang dapat mengungkapkan objek dan peristiwa seperti keadaan sesungguhnya, dengan menggunakan video
seseorang mampu memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna sehingga informasi yang
disampaikan melalui video tersebut dapat dipahami secara utuh (Setiawati, 2008).
Penggunaan media cetak/ visual yang dihasilkan melalui proses mekanik dan fotografis hanya
menstimulasi indra mata (penglihatan), sedangkan media audio visual dihasilkan melalui proses mekanik dan
elektronik dengan menyampaikan pesan atau informasi secara audio dan visual memberikan stimulus
terhadap mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran) (Setiawati, 2008).
Penelitian Nurhayati et al (2016), Perbedaan promosi kesehatan dengan leaflet dan audio visual
terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang pencegahan stunting pada Ibu hamil menujukkan bahwa media
audio visual lebih meningkatkan pengetahuan Ibu dibanding leaflet. Ibu hamil sebagai target sasaran
penyuluhan pendidikan kesehatan tentang Pencegahan stunting, didasari pada asumsi bahwa secara
psikologis karakteristik kepribadian Ibu hamil bersifat labil.
Berdasarkan survey awal yang penulis lakukan dengan mengadakan wawancara langsung kepada 15
Ibu hamil di Desa Cinta Rakyat, penulis mendapatkan informasi bahwa Ibu hamil tersebut mengetahui
tentang pencegahan terjadinya stunting dan diantara mereka mempunyai Pengetahuan stunting sangat
terbatas, hanya sekedar tahu bahwa stunting berbahaya, tidak memiliki pengetahuan yang luas tentang
pencegahan stunting, berdasarkan pernyataan dari pihak desa selama lima tahun terakhir ini belum ada
penyuluhan tentang pencegahan stunting di desa tersebut, sejalan dengan pendapat pihak desa beberapa Ibu
juga mengatakan belum pernah mendapat pendidikan kesehatan dengan media audiovisual, menurut pendapat
mereka pendidikan kesehatan dengan media audio visual sangat menarik karena umumnya pendidikan
kesehatan dengan metode ceramah yang mengakibatkan cepat bosan dan monoton.
Penelitian lain yang berjudul Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pentingnya Gizi Untuk Tumbuh
Kembang Bayi Di Klinik Aditya Helvetia Medan Tahun 2016 menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu
tentang pentingnya gizi untuk tumbuh kembang bayi masih kurang (Sinaga, 2017). Melihat fenomena
diatas, maka perlu diberikan tambahan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap Ibu hamil
tentang pencegahan stunting. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh media audiovisual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap Ibu hamil tentang
pencegahan stunting di Desa Cinta Rakyat”.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh media audio visual terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil
tentang pencegahan stunting di Desa Cinta Rakyat.
2. RESEARCH METHOD
Metode kuantitatif, dengan desain penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen (Quasi
Experiment), dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan pre-test and post-test group
design. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2020. Penelitan dilakukan di Desa Cinta
Rakyat. Populasi pada penelitian ini adalah semua Ibu hamil yang ada di Desa Cinta Rakyat. Tekhnik
pengambilan Sampel: Probability Sampling dengan metode Purposive Sampling. Besar Sampel 42 orang.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Ibu Hamil di Desa Cinta Rakyat 2020 (n= 42)
No Karakteristik Kelompok Intervensi
(Media Audiovisual)
F %
1 Umur (Tahun)
<20 Tahun 19 45,2
20 – 35 tahun 21 50,0
>35 Tahun 2 4,8
2 Suku
Batak 10 24,0
Melayu 3 7,0
Aceh 0 0
Minang 2 4,8
Jawa 26 62,4
3 Pendidikan Ibu
SMP 9 21,4
SMA 31 73,8
Perguruan Tinggi 2 4,8
4 Gravida
Multi Gravida 30 72,0
Primigravida 12 28,0
Berdasarkan tabel diketahui bahwa subjek penelitian paling banyak berumur 20-35 tahun, yaitu
50,0%, suku paling banyak suku jawa, yaitu 62,4%, tingkat pendidikan ibu paling banyak pendidikan SMA
sebesar 73,8%, sebagian besar pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga 94,2% dan ibu yang memiliki anak
lebih dari 1 orang (multigravida) sebanyak 72,0%.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Skor Pengetahuan Sebelum Intervensi Dengan Media
Audio Visual
Kategori Intervensi (Media Audio Visual)
Pengetahuan F %
Baik 13 31,0
Cukup 20 47,6
Kurang 9 21,4
Total 42 100
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dari 42 Ibu hamil berdasarkan kategori pengetahuan
sebelum dengan intervensi media audio visual mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 20 orang (47,6%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Skor Sikap Sebelum Intervensi Dengan Media Audio
Visual
Intervensi (Media Audio Visual)
Kategori Sikap
F %
Baik 7 16,7
Cukup 25 59,9
Kurang 10 23,8
Total 42 100
Berdasarkan tebel menunjukkan bahwa dari 42 Ibu hamil berdasarkan kategori sikap sebelum
intervensi dengan media audio visual mayoritas bersikap cukup sebanyak 25 orang (59,9%).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Skor Pengetahuan Setelah Intervensi Dengan Media
Audio Visual
Intervensi (Media Audio Visual)
Kategori Pengetahuan
F %
Baik 40 95,20
Cukup 2 4,80
Kurang 0 0
Total 42 100
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dari 42 Ibu hamil berdasarkan kategori pengetahuan setelah
dengan intervensi media audio visual mayoritas berpengatahuan baik sebanyak 40 orang (95,20%).
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Skor Sikap Setelah Intervensi Dengan Media Audio
Visual
Kategori Intervensi (Media Audio Visual)
Sikap F %
Baik 40 95,20
Cukup 2 4,80
Kurang 0 0
Total 42 100
Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dari 42 Ibu hamil berdasarkan kategori sikap setelah dengan
intervensi media audio visual mayoritas bersikap baik sebanyak 40 orang (95,20%).
Tabel 6. Distribusi Beda Rerata Selisih Skor Pengetahuan dan Sikap Ibu hamil tentang Pencegahan
Stunting Sebelum dan Setelah Intervensi Dengan Media Audio Visual
Variabel Sebelum Setelah Mean P Value
Mean SD Mean SD Difference
Pengetahuan 33,83 8,151 37,64 6,488 3,810 0,001
Sikap 43,52 7,306 47,45 8,937 3,930 0,004
Berdasarkan tabel ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan Ibu hamil sebelum dan
sesudah intervensi menggunakan media audio visual dengan p value 0,001 (p < 0,05) dan ada perbedaan yang
signifikan antara sikap Ibu hamil sebelum dan sesudah intervensi menggunakan media audio visual dengan p
value 0,004 (p < 0,05).
Sesuai dengan hasil penelitian Nurhayati, Vivin, dan Kurnia (2013), menunjukkan adanya
peningkatan pengetahuan Ibu. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat) yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan
dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan,
sikap, dan ide.
Penelitian ini didukung oleh Sarmaida (2018) dimana penggunaan media audio visual dapat
meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya merokok. Penelitian Ode (2014), dimana
penggunaan media audio visual berpengaruh terhadap pengetahuan siswa SMP di Makurdi mengalami
peningkatan atas apa yang telah diketahui dari pesan kesehatan
4. CONCLUSION
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang disertai dengan teori dan hasil penelitian lain
yang mendukung mengenai Variasi Perubahan Berat Badan Akseptor KB Implan, Suntik dan pil diwilayah
Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Tembung, maka diperoleh kesimpulan adanya peningkatan berat
badan pada akseptor KB impaln, suntik dan pil.
REFERENCES
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arum, D. N. S., & Sujiyatini (2014). Panduan lengkap pelayanan KB terkini. Yogyakarta: Nuha Medika.
BKKBN, (2013). Laporan umpan balik pelayanan kontrasepsi. http://aplikasi.bkkbn.go.id/sr, diperoleh
tanggal 22 Oktober 2016.
Budiyanto, (2012). Mencegah kekanaikan berat badan akibat KB hormnal.
http://blogspot.co.id/2014/11/mencegah-kegemukan-yang-disebabkan-oleh-hormon.html, diperoleh
tanggal 03 Juni 2017.
Cipto Surono, (2000). Pengertian Berat Badan. https://pengertianberatbadan.wordpress.com/ diperoleh
tanggal 19 oktober 2016.
Ganong, (2003). Hubungan antara hormon dan berat badan
http://ehormon.blogspot.co.id/2014/11/hubungan-antara-hormon-dan-berat-badan.html, diperoleh
tanggal 03 Juni 2017.
Hartanto, (2003), pengertian Akseptor KB. http://wawanjokamblog.blogspot.co.id/2009/07/akseptor-kb.html,
diperoleh tanggal 22 Oktober 2016.
Hastono. P. S. , Sabri. L., (2010) Statistik Kesehatan Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Hutauruk, P. M. (2019). FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA
PENGETAHUAN IBU UNTUK MEMILIH IMPLANT SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI DI
KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2018. Jurnal Ilmiah
Kebidanan Imelda, 5(1), 606–611.
Manuaba. I. A. C. , ((2009). Memahami kesehatan reproduksi wanita.Edis 2 : Jakarta : ECG.
Notoatmodjo.S., (2010). Metodologi penelitian kesehatan Jakarta : Rineka Cipta
Nugroho.T. & Utama. I. B. Dr., (2014). Masalah kesehatan reproduksi wanita.Yogyakarta : Nuha Medika.
Kepmenkes RI, (2013), Situasi keluarga berencana di Indonesia. http//buletin-kespro.pdf. diperoleh tanggal
23 Oktober 2013.
Sibagariang, E., Pusmaika R., & Rismalinda, (2010). Kesehatan Reproduksi wanita. Jakarta Timur : CV.
Trans Info Media.
Siregar, E. (2009) Hubungan Antara penggunaan alat kotrasepsi suntik 3 bulan dengan Pertambhan berat
badan akseptor KB. Jurnal kebidanan haga, 2(4) Juni, 4-5.
Soetjiningsih, (1995), Pengertian Berat Badan.https://pengertianberatbadan.wordpress.com/di diperoleh 19
Oktober 2016.
Suparyanto, dr. (2010), Pengertian berat badan http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2010/12/pengaruh-kb-
suntik-terhadap-perubahan.html, diproleh tanggal 22 Oktober 2016.
Surono C., 2009, pengertian berat badan. https://pengertianberatbadan.wordpress.com/diakses tanggal 19
oktober 2016.
Udin S. Winataputra, (2004), Pengertian Variasi. http://ghufron-dimyati.blogspot.co.id, diperoleh tanggal 05
November 2016.
Yanti, (2014) Buku ajar kesehatan reproduksi untuk mahasiswi kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
BIOGRAPHIES OF AUTHORS
Sarmaida Siregar, Gelar D-III diperoleh dari Universitas Sumatera Utara, Jurusan
Keperawatan pada tahun 1997. Gelar S-1 diperoleh dari STIKes SU, Jurusan
Keperawatan Tahun 2014. Magister Kesehatan Masyarakat diperoleh dari Universitas
Sumatera Utara, Jurusan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada tahun 2018. Saat
ini aktif sebagai dosen tetap di Prodi D-III Keperawatan Universitas Imelda Medan dan
menjabat sebagai Sekretaris Program Studi.
Ratna Dewi, Gelar D-III diperoleh dari Universitas Sumatera Utara, Jurusan
Keperawatan pada tahun 2004. Gelar S-1 diperoleh dari STIKes Mutiara Indonesia,
Jurusan Keperawatan Tahun 2009. Profesi Ners Diperoleh Dari STIKes Mutiara
Indonesia pada tahun 2010. Magister Keperawatan diperoleh dari Universitas Sumatera
Utara, Jurusan Keperawatan pada tahun 2017. Saat ini aktif sebagai dosen tetap di
Prodi D-III Keperawatan Universitas Imelda Medan.