Uji Marshall

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Teknik Sipil ISSN 2088-9321

Universitas Syiah Kuala ISSN e-2502-5295


pp. 627 - 636

UJI MARSHALL TERHADAP CAMPURAN AC-WC


DENGAN SUBSTITUSI KOLABORASI LIMBAH PET DAN
SBB KE DALAM ASPAL PENETRASI 60/70

Iqbal1, Sofyan M. saleh2, Muhammad Isya3


1)
Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
email: [email protected]
2,3)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
email: [email protected], [email protected]

Abstract: Many materials for asphalt mixture are from waste that believed can be improved
the pavement performance, such as stability and durability. The remaining polyethylene
terepthalate type (PET) plastic waste which is used for plastic bottles of mineral water and
second tires dust (STD) was the result of grated outer tires of the four wheels vehicle. The aims
of this research is to determine influence of collaboration PET waste and STD into asphalt pen.
60/70 against Marshall test on AC-WC mixture. The first stages of this research is to
determine the optimum asphalt content, then create the specimens without substitution waste
and with collaboration substitution both of waste additive on collaboration percentage varia-
tions of PET 25% + STD 75%, PET 50% + STD 50%, PET 75% + STD 25% with Marshall
test. From the research results obtained the value of stability without substitution those were
1602,84 kg and the greater results of stability value with collaboration variations obtained on
percentage of PET 75% + STD 25% those were 1942,44 kg. The result of Marshall parameters
value without and with collaboration both of waste such as stability, flow, Marshall Quantient,
density, VIM, VMA, and VFB, still meet the requirements of Bina Marga specification (2014).
The durability value without and with collaboration substitution were 93,82 %, and 97,13%.
All of the durability value with substitution on waste percentage variation into asphalt had met
the requirement of Bina Marga (2014), those were > 90%.
Keywords : Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC), Modified Asphalt, Collaboration

Abstrak: Banyak bahan material untuk campuran ke dalam aspal merupakan dari limbah yang
diyakini dapat meningkatkan kinerja seperti stabilitas dan durabilitas. Sisa limbah plastik jenis
polyethylene terepthalate (PET) yang merupakan bahan digunakan untuk botol plastik air
mineral dan serbuk ban bekas (SBB) merupakan hasil dari parutan ban luar kendaraan roda
empat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kolaborasi limbah PET dan serbuk
ban bekas ke dalam aspal Pen. 60/70 terhadap uji Marshall pada campuran AC-WC. Tahapan
pertama dari penelitian ini adalah menentukan kadar aspal optimum, selanjutnya dilakukan
pencampuran tanpa substitusi limbah dan dengan campuran substitusi kolaborasi kedua bahan
aditif limbah dengan variasi persentase kolaborasi PET 25% + SBB 75%, PET 50% + SBB
50%, PET 75% + SBB 25% dengan pengujian parameter Marshall. Dari hasil penelitian
didapatkan nilai stabilitas tanpa substitusi yaitu 1602,84 kg dan hasil nilai stabilitas variasi
kolaborasi tertingi di dapat pada persentase PET 75% + SBB 25% yaitu 1942,44 kg. Nilai
parameter untuk tanpa dan kolaborasi yang dihasilkan berupa stabilitas, flow, Marshall
Quantient, density, VIM, VMA, dan VFB masih memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga
tahun 2014. Nilai durabilitas tanpa substitusi yaitu sebesar 93,82% dan nilai durabilitas untuk
substitusi kolaborasi yaitu 97,13%. Semua nilai durabilitas substitusi pada variasi persentase
limbah ke dalam aspal telah memenuhi syarat yang ditentukan Bina Marga tahun 2014 yaitu ≥
90%.

Kata kunci : Campuran AC-WC, Aspal Modifikasi, Kolaborasi limbah

Volume 1 Special Issue, Nomor 3, Januari, 2018


- 627
Perkerasan Jalan Dan Geoteknik
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Konstruksi jalan di Indonesia umumnya tidak elastis dan juga mempunyai sifat
mengunakan campuran aspal beton karena dalam thermoplastic yaitu pada suhu tinggi yang akan
campuran ini menghasilkan lapisan perkerasan mencair tetapi pada suhu lingkungan akan menjadi
yang kedap air dan tahan lama. Selain itu juga keras.
mempunyai kelemahan seiring bertambahnya Serbuk ban bekas merupakan hasil dari
volume lalu lintas dan beban muatan kendaraan parutan ban luar kendaraan roda empat yang
yang berlebih sehingga jalan mudah cepat terjadi merupakan bahan padat dengan kekentalan dan
kerusakan. Usaha untuk meningkatkan perkerasan bersifat lentur yang merupakan bahan tidak
jalan yang berkualitas sangat diperlukan sebagai digunakan lagi yang berasal dari parutan ban bekas.
penunjang sarana dan prasarana transportasi. Pengunaan parutan ban bekas sangat cocok
Campuran pada aspal dapat dimodifikasi digunakan pada daerah beriklim panas (Kennedy,
dengan menambahkan beberapa zat substitusi, 2000). Berdasarkan penelitian US Department OF
mulai dari aditif bahan kimia, bahan alam dan sisa Transportation Federal Hinghway Administration
limbah. Banyak material-material limbah yang ada di Amerika sejak tahun 1986 menyatakan bahwa
di alam yang merupakan hasil produk lokal dan penggunaan serbuk ban bekas sebagai bahan
juga mudah diperoleh serta lebih ekonomis yang tambah additif mampu mereduksi kerusakan pada
dapat di gunakan sebagai bahan substitusi untuk perkerasan lentur yang di akibatkan oleh faktor
campuran aspal beton yang diyakinin dapat cuaca dan lalu lintas (Sugiyanto, 2008 dikutip
meningkatkan kinerja seperti stabilitas dan AASHTO, 1982). Road Research Centre, Ministry
durabilitas. Pemamfaatan barang-barang bekas di of Public Work di Kuwait menyatakan penambahan
samping mengatasi masalah pencemaran lateks dan parutan ban bekas terhadap aspal dapat
lingkungan juga diharapkan dapat menjadi bahan mencegah terjadinya kerusakan jalan dan
tambah untuk peningkatan kinerja aspal (Zulfiani, memperkecil terjadinya pelepasan butir pada
2012). permukaan perkerasan lentur.
Bahan limbah Polyethylene Terepthalate
KAJIAN KEPUSTAKAAN
(PET) jenis plastik yang merupakan bahan yang
Bahan Additif
sering digunakan untuk botol air mineral dan dapat
Bahan Tambah additif adalah bahan yang
digunakan menjadi bahan substitusi dalam
ditambahkan ke dalam campuran dengan tujuan
campuran aspal yang mampu menaikan kualitas
untuk memperbaiki kualitas campuran aspal, untuk
campuran, seperti titik leleh, dan meningkatkan
meningkatkan kekerasan dan kekuatan untuk jalan
ketahanan terhadap terjadinya alur akibat stabilitas
yang sering dilalui kendaraan berat dan
yang meningkat dalam artian kemampuan lapisan
meningkatkan viskositas saat pengolahanya
perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi
(Sukirman, 2003).
perubahan bentuk seperti gelombang, alur maupun
bleeding yang diakibatkan oleh pembebanan Aspal Modifikasi
(Soandrijani, 2013). Limbah PET mempunyai sifat Aspal modifikasi adalah aspal yang dibuat
Volume 1 Special Issue, Nomor 3, Januari, 2018
628 -
Perkerasan Jalan Dan Geoteknik
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan atas dari struktur perkerasan yang berhubungan
tambah.Salah satu bahan yang dapat digunakan langsung dengan roda kendaraan.
sebagai modifikasi aspal yaitu polimer (plastomer Ketentuan mengenai sifat-sifat dari campuran
dan elastomer). Laston AC-Mod dapat dilihat pada Tabel 1 di
bawah ini:
Polyethylene Terepthalate (PET)
Tabel 1. Ketentuan Sifat-sifat Laston (AC-Mod)
Polyethylene Terepthalate (PET) adalah
Sifat-sifat Campuran (AC-Mod) Min. Maks.
polimer jernih yang memiliki kekuatan (strength)
Stabilitas Marshall (kg) 1000 -
yang tinggi, kaku (stiffness) dan juga memiliki
Flow (mm) 2 4
daya serap uap air yang rendah, demikian juga
Marshall Quotient (kg/mm) 250 -
daya serap terhadap air. Bahan plastik jenis 3
Density (gr/cm ) 2 -
PET digunakan untuk botol plastik yang berwarna VIM (%) 3,0 5,0
jernih/ transparan/ tembus pandang biasanya VMA (%) 15 -

digunakan pada botol air mineral, botol jus dan VFA (%) 65 -
Stabilitas Marshall sisa(%) 90 -
hampir semua botol minuman lainnya. Menurut
Sumber: Bina Marga(2014)
Nugrohojati (2002).

Bahan Campuran Beraspal Panas


Serbuk Ban Bekas (SBB)
Agregat
Penambahan bahan tambahan seperti serbuk
Agragat merupakan komponen utama dari
ban bekas ke dalam campuran aspal dapat
struktur perkerasan jalan, yaitu mengandung 90%-
memberikan daya tahan yang lebih baik terhadap
95% agragat berdasarkan persentase berat, atau
suhu tinggi maupun beban, dibandingkan dengan
75%-85% agregat berdasarkan persentase volume.
aspal tanpa penambahan bahan tambah.
Dengan demikian kualitas perkerasan jalan
Penambahan bahan tambah pada aspal dapat
ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil
memberikan indikasi untuk memperbaiki ketahanan
campuran agregat dengan material lain (Sukirman,
geser pada suhu tinggi sehingga mencegah
2003).
terjadinya kerusakan (Aprina, 2005).

Aspal
Lapisan Aspal Beton
Menurut Sukirman (2003), aspal adalah
Laston (Lapisan aspal beton) adalah beton
material yang pada temperatur ruang berbentuk
aspal bergradasi menerus yang umum digunakan
padat sampai agak padat dan bersifat termoplastis.
untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas yang
Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan
berat (Sukirman, 2003). Berdasarkan fungsinya,
berkisar antara 4-10% dari berat campuran atau 10-
Laston terdiri dari tiga macam campuran, yaitu
15% berdasarkan volume.
Laston lapis aus (AC-WC), Laston lapis pengikat
Fungsi aspal adalah sebagai bahan pengikat
(AC-BC) dan Laston lapis pondasi (AC-Base).
dengan butiran agregat dan sebagai bahan pengisi,
Campuran AC-WC merupakan lapisan paling
Volume 1 Special Issue, Nomor 3, Januari, 2018
- 629
Perkerasan Jalan Dan Geoteknik
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

mengisi rongga antar butir dan pori-pori agregat itu Pengujian material agregat
sendiri (Saodang, 2005). Agregat kasar dan agregat halus yang
digunakan adalah batu kali yang dipecah dengan
Gradasi agregat
mesin pemecah batu (Stone Crusher) yang berasal
Gradasi agregat merupakan distribusi partikel-
dari Seulimum Kabupaten Aceh Besar.
partikel agregat berdasarkan ukurannya yang saling
Pemeriksaan sifat fisis agregat yang
mengisi dan membentuk suatu ikatan saling
dilakukan meliputi: berat jenis dan penyerapan,
mengunci (interlocking) sehingga dapat
beratisi, kepipihan dan kelonjongan, kekerasan,
mempengaruhi stabilitas perkerasan (Bukhari,
keausan dan kelekatan terhadap aspal.
2007).
Rincian gradasi agregat untuk campuran AC- Pengujian material aspal
WC, spesifikasi teknis Bina Marga (2014) adalah Aspal terlebih dahulu diperiksa sifat-sifat
seperti pada Tabel 2 di bawah ini: fisisnya baik dengan maupun tanpa substitusi
Tabel 2. Spesifikasi Gradasi Agregat Laston La- limbah plastik dan serbuk ban bekas sebelum
pis Aus (AC-WC)
digunakan. Aspal yang dipakai dalam penelitian ini
Ukuran Ayakan % Berat yang Lolos
yaitu aspal keras penetrasi 60/70. Untuk bahan
ASTM (mm) AC-WC
substitusi yang digunakan adalah limbah plastik
3/4” 19 100
1/2" 12,5 90 – 100 Polyethylene Terepthalate (PET) merupakan bahan
3/8” 9,5 77 – 90 digunakan untuk botol plastik air mineral dan
No. 4 4,75 53 – 69 serbuk ban bekas merupakan hasil dari parutan ban
No.8 2,36 33 – 53
luar kendaraan roda empat. Metode pencampuran
No. 16 1,18 21 – 40
dilakukan dengan terlebih dahulu memanaskan
No. 30 0,6 14 – 30
No. 50 0,3 9 – 22 aspal murni, setelah aspal mencair, selanjutnya
No. 100 0,15 6 - 15 dicampur dengan limbah plastik PET yang telah
No. 200 0,075 4–9
dihancurkan sampai ukuran ± 2 mm dan serbuk ban
Sumber: Bina Marga (2014)
bekas lolos #50 hasil dari parutan dengan mesin,
dengan kadar substitusi masing-masing yang
METODE PENELITIAN direncanakan. Hal ini dilakukan untuk
Langkah pertama dalam penelitian ini adalah memudahkan proses pelarutan ke dalam aspal.
pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat dan aspal. Suhu pencampuran tidak boleh melebihi 180 ºC
Setelah semua hasil dari pemeriksaan sifat-sifat agar sifat kohesi aspal tetap terjaga. Setelah aspal
fisis material dan sesuai dengan spesifikasi, maka dan limbah menjadi homogen, selanjutnya
dilakukan perencanaan pembuatan benda uji dan dilakukan pemeriksaan sifat-sifat fisisnya yang
pengujian Marshall. meliputi berat jenis, penetrasi, daktilitas dan titik
lembek.

Volume 1 Special Issue, Nomor 3, Januari, 2018


630 -
Perkerasan Jalan Dan Geoteknik
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Perencanaan Campuran Aspal Beton WC pada kadar aspal optimum (KAO).

Pemilihan gradasi agregat Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat


Gradasi yang digunakan dalam penelitian ini Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat
adalah gradasi menerus berdasarkan nilai tengah disajikan pada Tabel 3 di bawah ini:
dari spesifikasi teknis Bina Marga (2014) seperti Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis Agregat
yang diperlihatkan pada Tabel 2. Sifat-sifat Fisis
Satuan Hasil Syarat
yang diperiksa
Berat Jenis gr/cm3 2,775 Min. 2,5
Pembuatan dan Pengujian Benda Uji
Penyerapan % 1,119 Maks. 3
Benda uji campuran AC-WC yang dibuat pada Berat Isi % 1,656 Min. 1
penelitian ini, yaitu: Indeks Kepipihan % 17,18 Maks. 10
Indeks Kelonjongan % 15,80 Maks.10
1. Benda uji dengan variasi kadar aspal untuk
Impact % 8,94 Maks. 30
penentuan kadar aspal optimum (KAO) Keausan % 15,00 Maks. 40
dengan jumlah 15 benda uji. Kelekatan Agregat
% 98 Min. 95
Terhadap Aspal
2. Benda uji tanpa substitusi dan benda uji
dengan substitusi kolaborasi sebesar (25% Dari hasil penelitian, sifat-sifat fisis agregat
PET + 75% SBB), (50% PET + 50% SBB), yang digunakan telah memenuhi syarat, kecuali
(75% PET + 25% SBB) pada KAO dengan nilai indeks kepipihan dan kelonjongan yang berada
o
pengujian rendaman 30 menit pada suhu 60 C diatas 10% yaitu sebesar 17,18% dan 15,80%, akan
dengan jumlah benda uji 12 buah dari tetapi di dalam spesifikasi pada uraian tentang
pengujian parameter Marshall. agregat kasar terdapat ketentuan yang menyatakan
3. Benda uji dengan dan tanpa substitusi ko- apabila terdapat ketidak sesuaian, nilai tersebut
laborasi rendaman 30 menit dan rendaman dapat ditolerir, apabila agregat memenuhi semua
24 jam pada suhu 60o.C, untuk mengetahui ketentuan lainnya, terutama hasil dari pengujian
nilai stabilitas sisa (durabilitas) dengan abrasi dengan mesin Los Angeles memenuhi syarat.
jumlah benda uji 12 buah.
Hasil pemeriksaan aspal penetrasi 60/70
HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal
Hasil penelitian yang disajikan meliputi hasil Pen. 60/70 murni maupun dengan subsitusi Poly-
pengujian sifat-sifat fisis agregat, sifat-sifat fisis ethylene Terepthalate (PET) dan substitusi serbuk
aspal dan evaluasi penggunaan dengan tanpa ban bekas memperlihatkan bahwa aspal tersebut
substitusi dan dengan substitusi sebesar (25% PET dapat digunakan karena memenuhi persyaratan.
+ 75% SBB), (50% PET + 50% SBB), (75% PET + Hasil pemeriksaan sifat fisis aspal tersebut disajikan
25% SBB) terhadap karakteristik campuran AC- pada Tabel 4 di bawah ini:

Volume 1 Special Issue, Nomor 3, Januari, 2018


- 631
Perkerasan Jalan Dan Geoteknik
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis Aspal Pen. 60/70 dengan Subtitusi PET

Sifat-sifat Fisis Kadar PET Kadar SBB


Satuan Syarat
Aspal 1% 2% 3% 1% 2% 3%
Berat jenis 1.023 1.027 1.032 1.030 1.034 1.037 Min. 1

Penetrasi 0,1 mm 59 57 55 65 62 60 50-70


o
Titik lembek C 48 48.20 48.25 54.05 54.70 55.20 Min.48
Daktilitas Cm 129 126 123 122 121 115 Min.50

memenuhi semua persyaratan parameter Marshall.


Hasil Pengujian Marshall untuk Penentuan
Berdasarkan nilai KAO tersebut selanjutnya
Kadar Aspal Optimum (KAO)
dilakukan pembuatan benda uji tanpa dan dengan
Berdasarkan hasil pengujian, nilai parameter
substitusi variasi kolaborasi persentase limbah.
Marshall dari variasi kadar aspal Pen. 60/70,
Rekapitulasi hasil pengujian Marshall untuk
selanjutnya dianalisa untuk memperoleh nilai KAO.
penentuan kadar aspal optimum (KAO) campuran
KAO yang diperoleh adalah sebesar 5,31% yang
AC-WC disajikan pada Tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall dengan Variasi Kadar Aspal Pen. 60/70

Karakteristik Cam- Kadar Aspal ( % ) Spesifikasi Dept.


puran 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 PU (2014)
Stabilitas (kg) 1479,70 1276,61 1451,07 1427,89 1485,33 Min. 800
Flow (mm) 2,85 3,40 2,35 2,78 3,16 2-4
MQ (kg/mm) 552,64 375,26 622,09 565,65 470,53 Min. 250
Density (gr/cm3) 2,42 2,45 2,47 2,49 2,48 -
VIM (%) 7,07 5,05 3,52 1,89 1,67 3-5
VMA (%) 22,49 21,88 21,70 21,45 22,34 Min. 15
VFA (%) 68,60 76,91 83,79 91,23 92,54 Min. 65
Campuran substitusi kolaborasi di peroleh dari kolaborasi kedua bahan aditif limbah dari substitusi
substitusi limbah PET dan SBB ke dalam aspal variasi persentase terbaik dengan variasi persentase
dengan persentase masing-masing yaitu 1%, 2% kolaborasi pada kadar aspal optimum.
dan 3%. Berdasarkan hasil uji parameter Marshall Rekapitulasi hasil pengujian Marshall untuk
variasi persentase terbaik di peroleh pada substitusi variasi substitusi kolaborasi pada campuran AC-
PET yaitu pada variasi 3% sedangkan substitusi WC disajikan pada Tabel 6 di bawah ini:
SBB yaitu pada variasi 1%, selanjutnya dilakukan
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Pengujian Marshall dengan Variasi Substitusi Kolaborasi
Kadar Kolaborasi (%)
Karakteristik Spesifikasi
Campuran Tanpa sub- PET 25% + PET 50% + PET 75% + Dept. PU (2014)
stitusi SBB75% SBB 50% SBB 25%
Stabilitas (kg) 1602,84 1905,40 1891,49 1942,44 Min. 1000
Flow (mm) 3,13 3,57 3,67 3,40 2-4
MQ (kg/mm) 512,29 538,94 518,67 571,03 Min. 250
Density (gr/cm3) 2,460 2,481 2,462 2,473 -
VIM (%) 4,18 3,49 4,18 3,87 3-5
VMA (%) 21,83 21,15 21,75 21,42 Min. 15
VFA (%) 80,85 83,52 80,81 81,99 Min. 65

Volume 1 Special Issue, Nomor 3, Januari, 2018


632 -
Perkerasan Jalan Dan Geoteknik
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Tabel 7. Rekapitulasi Nilai Durabilitas tanpa dan dengan Substitusi Kolaborasi Efektif
Stabilitas Ren- Stabilitas Ren-
Nilai
Jenis Campuran Aspal daman daman
Durabilitas (%)
30 Menit 24 Jam

a b c d = c/b x 100
Tanpa Substitusi 1606,46 1507,11 93,82

Kolaborasi PET 75% + SBB 25% 1922,27 1867,09 97,13

Pembahasan Hasil Pengujian Marshall memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh


Berdasarkan hasil penelitian, Nilai Bina Marga (2014).
stabilitas tertinggi didapat pada kadar aspal Nilai density tertinggi didapat pada kadar
dengan substitusi kolaborasi PET 75% + SBB aspal dengan substitusi kolaborasi PET 25%
25% yaitu sebesar 1942,44 kg. Peningkatan + SBB 75% yaitu sebesar 2,481 t/m3. Pe-
nilai stabilitas pada kolaborasi disebabkan ningkatan nilai density disebabkan karena
karena semakin bertambahnya kadar substitusi semakin bertambahnya kadar substitusi
persentase PET dari pada persentase serbuk persentase serbuk ban bekas dari pada
ban bekas dan juga karena daya lekat aspal persentase PET, dan juga dari semua substitusi
baik terhadap agregat maupun aspal itu sendiri variasi persentase limbah kolaborasi pada va-
semakin baik sehingga semakin kuat riasi kadar aspal tidak jauh berbeda pada cam-
interlocking yang terjadi antar butiran. puran AC-WC ini. Nilai density pada semua
Nilai flow tertinggi didapat pada kadar substitusi kolaborasi telah memenuhi per-
aspal dengan substitusi kolaborasi PET 50% + syaratan yaitu ≥ 2 gr/cm3.
SBB 50% yaitu sebesar 3,67 mm. Peningkatan Nilai VIM tertinggi didapat pada kadar
nilai flow disebabkan kadar substitusi PET dan aspal dengan substitusi kolaborasi PET 50% +
serbuk ban bekas sama dan juga SBB 50% yaitu sebesar 3,490%. Peningkatan
mengakibatkan aspal dalam campuran nilai VIM disebabkan kadar substitusi PET
menjadi lebih keras dengan nilai penetrasi dan serbuk ban bekas sama. Hal ini
menjadi lebih kecil dan titik lembek disebabkan karena aspal semakin kental dan
meningkat. keras.
Nilai MQ tertinggi didapat pada kadar Nilai VMA tertinggi didapat pada kadar
aspal dengan substitusi kolaborasi PET 75% + aspal dengan substitusi kolaborasi PET 50% +
SBB 25% yaitu sebesar 571,03 kg/mm. Pe- SBB 50% yaitu sebesar 21,747%. Peningkatan
ningkatan nilai MQ disebabkan karena nilai VMA disebabkan kadar substitusi PET
semakin bertambahnya kadar substitusi dan serbuk ban bekas sama, besar kecilnya
persentase PET dari pada persentase serbuk nilai VMA dipengaruhi oleh kadar aspal yang
ban bekas. Besarnya nilai MQ memberikan menyelimuti butir agregat, kadar aspal yang
indikasi bahwa campuran aspal semakin kaku besar akan membentuk selimut butir agregat
dan kurang lentur, meskipun nilai MQ tersebut yang tebal, akibatnya rongga antar agregat
Volume 1 Special Issue, Nomor 3, Januari, 2018
- 633
Perkerasan Jalan Dan Geoteknik
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

semakin besar. KESIMPULAN DAN SARAN

Nilai VFA tertinggi didapat pada kadar Kesimpulan


aspal dengan substitusi kolaborasi PET 25% 1. Hasil pemeriksaan sifat-sifat agregat,
+ SBB 75% yaitu sebesar 83,52%. Pe- aspal Pen. 60/70 dan aspal Pen. 60/70
ningkatan nilai VFA disebabkan karena setelah disubstitusi variasi persentase
semakin bertambahnya kadar substitusi PET dan serbuk ban bekas telah
persentase serbuk ban bekas dari pada memenuhi spesifikasi yang disyaratkan.
persentase PET. Meningkatnya nilai VFA 2. Berdasarkan evaluasi parameter Marshall
disebabkan karena semakin banyak aspal yang diperoleh kadar aspal optimum (KAO)
digunakan, sehingga mengurangi komposisi sebesar 5,31%, selanjutnya disubstitusi
agregat yang terdapat di dalam campuran. dengan tanpa substitusi dan substitusi ko-
Nilai durabilitas yang didapat dari hasil laborasi terhadap berat aspal.
perbandingan stabilitas dari rendaman 24 jam 3. Nilai stabilitas tanpa menggunakan
dibandingkan stabilitas dari rendaman 30 substitusi yaitu sebesar 1602,84 kg,
menit nilai durabilitas campuran laston lapis sedangkan nilai stabilitas kolaborasi
aus AC-WC tanpa substitusi yaitu 93,82% substitusi cenderung meningkat dengan
sedangkan nilai durabilitas kolaborasi bertambahnya PET dari pada serbuk ban
pada campuran variasi substitusi PET 75% bekas, variasi kolaborasi tertinggi di
+ SBB 25% yaitu sebesar 97,13%. Nilai dapat pada variasi PET 75% + SBB 25%
durabilitas untuk semua variasi substitusi yaitu sebesar 1942,44 kg.
kolaborasi pada aspal memenuhi persyaratan ≥ 4. Hasil penelitian bahwa nilai stabilitas,
90%. Nilai durabilitas menunjukkan tingkat nilai flow, nilai Marshall Quantient, nilai
keawetan campuran beton aspal dan dalam density, nilai VIM, nilai VMA dan nilai
campuran menunjukkan bahwa campuran VFB menunjukan Semua variasi
aspal beton tahan terhadap pengaruh air, persentase variasi kolaborasi memenuhi
pengaruh suhu dan cuaca. nilai spesifikasi yang ditentukan oleh
Dinas Bina Marga 2014.
5. Nilai durabilitas yang diperoleh pada
campuran tanpa substitusi kolaborasi
yaitu sebesar 93,82%, sedangkan pada
kadar aspal dengan substitusi kolaborasi
PET 75% + SBB 25% sebesar 97,13%.

Volume 1 Special Issue, Nomor 3, Januari, 2018


634 -
Perkerasan Jalan Dan Geoteknik
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Saran DAFTAR KEPUSTAKAAN


1. Penelitian selanjutnya di sarankan untuk AASTHO, 1990, Standard Specification
mengganti jenis plastik yang lain untuk di for Transportation Materials and
kolaborasi dengan serbuk ban bekas yang Methods of Sampling and Testing,
lebih bervariasi, agar dapat diketahui 15thed, AASHTO, Washington, DC.
lebih banyak variasi nilai-nilai Stabilitas Bukhari, dkk, 2007, Rekayasa Bahan dan
Marshal dan Durabilitas sehingga dapat Tebal Perkerasan, Fakultas Teknik,
dipilih nilai yang mana yang terbaik Universitas Syia Kuala.
untuk campuran kolaborasi. Direktorat Jendral Bina Marga, 2014,
2. Metode pencampuran limbah pada Spesifikasi Umum Direktorat
campuran aspal ini merupakan cara basah Jenderal Bina Marga Edisi 2010
serta menggunakan gradasi menerus, Revisi 3 Divisi 6. Kementerian
disarankan untuk penelitian selanjutnya Pekerjaan Umum, Jakarta.
menggunakan gradasi yang berbeda Sugiyanto, Gito., 2008, Kajian
dengan pencampuran menggunakan cara Pemamfaattan Limbah Serbuk Ban
kering. Bekas Sebagai Material Agregat
Halus Pada Campuran Hot Rolled
Asphalt Untuk Menguragi
Kerusakan Jalan, Fakultas Sains dan
Teknik Universitas Jenderal
Soeirman, Purwokerto.
Zulfiani, 2012, Studi Karakteristik
Campuran Aspal Beton (AC-WC)
Terhadap Pengaruh Plastik Sebagai
Bahan Substitusi Aspal, Fakultas
Teknik, Universitas Hasanuddin,
Makasar.
Nugrohojati, E.S., 2002, Pengaruh
Penggunaan Serat Limbah Botol
Minuman Sebagai Additive Pada
Campuran HRA Ditinjau Dari
Ketahanan Terhadap Air, Tugas
Akhir Sarjana Strata Satu
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Aprina, Wiwi dan Silfiani., 2005,
Volume 1 Special Issue, Nomor 3, Januari, 2018
- 635
Perkerasan Jalan Dan Geoteknik
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Karekteristik Marshall dan Evaluasi


Kadar Aspal Optimum Campuran
Hot Rolled Sheet Dengan Serbuk
Ban Bekas Sebagai Bahan Substitusi,
Skripsi. Program Strata 1, Program
Studi Teknik Sipil ITB.
Kennedy. T. W., 2000, Characterization of
Asphalt Paving Technology, Volume
46, Page 132-150, San Antonio,
Texas, USA.
Soandrijani, Lingo,. 2013. Pengunaan
Plastik Polyethylene Perephtalate
Sebagai Bahan Substitusi Pada
HRS-WC. Program Studi Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.
Saodang, H, 2005, Konstruksi Jalan Raya,
Penerbit Nova, Bandung.
Sukirman, S, 2003, Beton Aspal Campuran
Panas, Penerbit Granit, Bandung.

Volume 1 Special Issue, Nomor 3, Januari, 2018


636 -
Perkerasan Jalan Dan Geoteknik

You might also like