Contoh Proposal - Data Primer
Contoh Proposal - Data Primer
Contoh Proposal - Data Primer
SEBAGAI MODERASI
PROPOSAL TESIS
Beti
12030120410020
1
ABSTRACT
This study aims to obtain empirical evidence of the factors that encourage the
occurrence of employee fraud at BPS in Riau Islands Province. Fraud diamond theory
is used as a theoretical basis where this study examines the effect of financial pressure,
weak internal control, unethical behavior and position of office on fraud committed by
employees. In addition, this study also uses transformational leadership style as
moderation. Transformational leadership style is expected to weaken the relationship
between the factors driving the occurrence of fraud and employee fraud.
This quantitative study uses the method of Structural Equation Modeling Partial
Least Square analysis. The independent variables of this study consisted of financial
pressure, weak internal control, unethical behavior and position of office. The
dependent variable in this study is employee fraud and the moderating variable in this
study is transformational leadership style. The Mailed Survey was conducted using a
google form and obtained 148 responses. Data processing using SmartPLS 3.2.9
program
The results of the analysis show that financial pressure, unethical behavior and
position have a positive and significant influence on employee fraud. Leadership style
significantly weakens the relationship between position and employee fraud
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga saya
dapat menyusun dan menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, panutan dan suri
tauladan kita. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
menyadari bahwa Tesis ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya, kepada:
1) Prof. Dr. H. Yos Johan Utama, SH, M. Hum selaku Rektor Universitas
Diponegoro.
2) Prof. Dr. Suharnomo, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro.
3) Surya Raharja, M.Si. PhD, Ak, CA selaku Ketua Program Studi Magister
4) Puji Harto, M.Si. PhD, Ak, CA selaku Sekretaris Program Studi Magister
iv
5) Prof. Anis Chariri, SE, M.Com.,Ph.D.,Ak.,CA.,CFrA. selaku Pembimbing
yang sangat sabar dalam memberikan petunjuk, motivasi, saran, dan ilmu
6) Ibu dan Bapak Dosen yang telah banyak memberikan ilmu dan nasihat selama
Diponegoro.
Ramadhani Dayti dan Ananda Kamil Rasyid Dayti, Ibu Elmi dan Bapak
Zulkifli terkasih, Mama Mertua Hasnah Yulita serta Kakak dan Adik yang saya
cintai, atas dukungan dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.
8) Kepala Badan Pusat Statistik dan seluruh pengelola Beasiswa APBN BPS yang
9) Seluruh jajaran pimpinan di BPS Provinsi Kepulauan Riau serta pimpinan dan
rekan kerja di BPS Kota Tanjungpinang atas nasehat, semangat, dan dukungan
10) Teman-teman Tugas Belajar Undip BPS Batch 2: Citra, Yoga, Kak Ena, Mas
Pri, Suci, Andy, Helda dan Yulia atas kebersamaan dan semangat yang
11) Pengelola akademik Mas Hisyam ,Mas Shofa dan Mbak Susi yang selalu
v
12) Semua pihak yang telah membantu tetapi tidak dapat disebutkan satu persatu
penulis.
Sebait doa yang hanya penulis dapat panjatkan, semoga senantiasa dalam
lindungan dan rahmat Allah Azza Wa Jalla. Akhir kata, teriring harapan semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat meski masih jauh dari sempurna.
Beti
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………….…….i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………….ii
ABSTRACT…………………………………………………………………………iii
ABSTRAK…………………………………………………………………………..iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………….…………v
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..vii
DAFTAR TABEL…………………….…………………………………………….xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………….xiv
vii
2.3. Tekanan Finansial ............................................................................................. 20
viii
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 53
defined.
ix
4.2.1 Uji Model Pengukuran ( Outer Model ) .... Error! Bookmark not defined.
4.2.2 Uji Model Struktural ( Inner Model ) ........ Error! Bookmark not defined.
not defined.
4.3.3 Pengaruh Perilaku Tidak Etis Terhadap Employee Fraud ................. Error!
4.3.4 Pengaruh Posisi Jabatan Terhadap Employee Fraud Error! Bookmark not
defined.
Tidak Etis Terhadap Employee Fraud ....... Error! Bookmark not defined.
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
xv
BAB I
PENDAHULUAN
tahunnya dan mengancam berbagai sektor seperti sektor privat dan publik. ACFE,
(2020) menyatakan bahwa jumlah kasus fraud yang terjadi sepanjang tahun 2019
sebanyak 2.504 kasus dan terjadi di 125 negara di dunia. Fraud tentunya menimbulkan
kerugian dimana kerugian tersebut mencapai $ 3,6 juta atau 5% dari total pendapatan
Di Indonesia, terdapat 239 kasus fraud yang terjadi sepanjang tahun 2019
(ACFE, 2020b). Adapun kerugian yang ditimbulkan hingga Rp. 873,34 miliar dimana
nilai kerugian sebesar Rp. 7,25M / kasus (ACFE, 2020b). Indonesia Corruption Watch
juga merilis jumlah korupsi semester 1 tahun 2020 dimana terdapat 169 kasus korupsi
dan terus meningkat menjadi 209 kasus korupsi pada semester 1 tahun 2021 (Anandya
et al., 2021). Selanjutnya Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) juga merilis jumlah
kasus korupsi yang terjadi sepanjang tahun 2020 sebanyak 91 kasus. Hasil rilis kasus
fraud dari berbagai lembaga ini didominasi oleh kasus korupsi sebesar 64,4% dan
penyalahgunaan asset sebesar 28,9%, tetapi fraud laporan keuangan hanya sekitar
6,4% . Oleh karna ini penelitian ini fokus pada pembahasan tentang skema fraud
Kedua jenis fraud ini biasanya dilakukan oleh individu di internal organisasi
dan biasa disebut dengan fraud karyawan atau employee fraud. Penjelasan ini
diperkuat dengan data hasil (ACFE, 2020b), dimana korupsi menjadi kasus fraud
terbanyak yang mencapai 167 kasus ( 69,9%) dengan kerugian mencapai Rp. 373,65
1
2
miliar. Selain itu, fraud penyalahgunaan aset juga menyumbang jumlah kasus yang
tinggi, dimana terdapat 50 kasus (20,9%) dengan kerugian yang ditimbulkan mencapai
kerugian negara yang diakibat oleh korupsi sebesar Rp 18,2 triliun semester 1 tahun
2020 meningkat 48,63 % pada semester 1 tahun 2021 dengan jumlah kerugian sebesar
Report to the Nation 2020 yang dikeluarkan oleh ACFE mengatakan 41%
pelaku fraud terbesar adalah karyawan. Tingginya persentase employee fraud ini
tentunya memberikan efek negatif pada organisasi swasta maupun pemerintah. Badan
Pusat Statistik ( BPS ) sebagai instansi pemerintah non-lembaga juga tidak dapat
menghindari terjadinya tindakan fraud yang dilakukan oleh pegawainya. Salah satu
contoh kasus fraud yang pernah terjadi diantaranya kasus korupsi pengadaan
perlengkap sensus ekonomi tahun 2016. Korupsi pengadaan Negara ini menimbulkan
kerugian Negara sebesar 6,7 miliar. Kasus fraud tersebut tidak hanya terjadi di level
BPS Pusat namun juga terjadi di level BPS Provinsi maupun BPS Kabupaten/ Kota.
Kasus fraud yang terjadi di level Provinsi juga banyak dilakukan oleh
karyawan termasuk di BPS Se-Provinsi Kepulauan Riau. Adapun bentuk fraud yang
dilakukan oleh pegawai BPS Se Provinsi Kepulauan Riau seperti adanya perilaku tidak
etis seperti menggunakan aset kantor untuk urusan pribadi dan mengunakan jam kerja
untuk urusan pribadi. Selain dalam bentuk perilaku tidak etis, posisi jabatan yang
diamanatkan kepada pegawai dapat menjadi jalan pegawai tersebut melakukan fraud.
Pemimpinan yang tidak menjalankan kepemimpinan yang baik dapat menjadi peluang
melakukan fraud bagi karyawannya. Contoh lain employee fraud yang biasa terjadi
pemisahan tugas dan tanggung jawab yang tidak jelas. Hal ini tentu memicu employee
Kasus fraud yang dilakukan oleh karyawan tersebut tidak terpublikasi dan
tetap merugikan organisasi dan harus menjadi perhatian agar tindakan fraud tersebut
dapat dikurangi. Tindakan fraud di level provinsi dan kab/kota ini belum pernah diteliti
penyebab dari employee fraud yang dilakukan pegawai khususnya oleh pegawai di
BPS Se Provinsi Kepulauan Riau. Hasil penelitian dapat menjadi solusi pencegahan
dilakukan oleh individu atau kelompok karyawan yang melakukan fraud dengan
control. Kerugian yang ditimbulkan dari employee fraud ini dapat berupa kerugian
finansial dan non-finansial. Jenis employee fraud yang biasanya terjadi adalah berupa
kebijakan organisasi sesuka hati dan menggunakan jam istirahat siang yang berlebihi
batas waktu yang ditentukan. Perbuatan karyawan yang seperti ini tentunya
memberikan efek buruk pada organisasi, baik pada sektor swasta maupun
pemerintahan.
pendorong sehingga tindakan fraud tersebut dapat terealisasi. Salah satu faktor
pendorong terjadinya tindakan fraud tersebut yaitu adanya tekanan. Tekanan yang
dilakukan oleh pelaku fraud berkaitan dengan tekanan pribadi ataupun tekanan
organisasi. Tekanan pribadi dapat berupa tekanan finansial yang mendorong karyawan
4
untuk melakukan tindakan fraud. Yusrianti et al., (2020) mengatakan bahwa masalah
tinggi tekanan finansial, semakin tinggi fraud yang dilakukan. Penelitian Kankpang et
al., (2020) juga mengatakan tekanan finansial adalah penyebab utama seorang
internal yang lemah dapat menjadi peluang bagi karyawan untuk melakukan fraud
yang buruk (Mohamed et al., 2021). Selain itu, pengendalian internal yang tidak
efektif, penegakan kedisiplinan pegawai yang rendah dan regulasi pengawasan yang
buruk juga akan meningkatkan peluang terjadinya employee fraud (Aghghaleh et al.,
2014).
yaitu perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis merupakan wujud dari rasionalisasi pada
fraud diamond theory. Adapun bentuk prilaku tidak etis tersebut meliputi
sumberdaya organisasi dan tidak melakukan apapun. Semua bentuk perilaku tidak etis
oleh karyawan ini biasanya dilegatimasi oleh pelaku sebagai tindakan yang benar.
2016). Owusu et al.,( 2021) juga mengatakan bahwa rasionalisasi merupakan faktor
ini, maka kecenderungan karyawan untuk melakukan fraud dalam organisasi akan
mengalami peningkatan (Said et al., 2017). Sebagai contoh bentuk dari perilaku tidak
etis yang dilakukan oleh karyawan adalah ketika seorang karyawan merasionalisasi
pendorong employee fraud. Posisi jabatan merupakan bentuk kapabilitas yang tidak
perilaku yang salah dan terlibat dalam tindakan fraud. Selanjutnya, kapabilitas juga
keuntungan dari kesempatan yang telah terbuka didepan mata (Abdullahi et al., 2015).
faktor dominan yang menjadi penyebab karyawan melakukan tindakan fraud. Menurut
Wolfe & Hermanson ( 2004 ) , banyak penipuan skala besar terjadi karna orang
posisi jabatan karyawan dalam organisasi menjadi faktor utama seorang karyawan
melakukan fraud.
employee fraud yang telah dijabarkan di atas adalah gaya kepemimpinan. Salah satu
bawahannya dalam bekerja dan membantu mendorong mereka untuk mencapai tujuan
hasil dari gaya kepemimpinan transformasional yang digunakan oleh pemimpin akan
menjadi pemimpin dan pemimpin menjadi agen moral ( Reid & Dold, 2018 ). Gaya
kepemimpinan yang menjadi agen moral seperti ini diharapkan mampu mengurangi
perilaku menyimpang karyawan seperti perilaku fraud. Hal ini sependapat dengan Aji,
(2018) yang mengatakan bahwa kepemimpian yang baik mampu menekan tindakan
fraud yang dilakukan oleh karyawan. Jadi karyawan yang mendapat kurang perhatian
sebelumnya. Penelitian oleh Avortri & Agbanyo, (2021) menguji efek dari fraud
diamond theory terhadap employee fraud pada manajement perbankan di Ghana. Hasil
penelitian bahwa employee fraud terjadi disebabkan oleh adanya tekanan, peluang,
faktor tekanan, peluang, rasionalisasi dan ethical value terhadap employee fraud. Hasil
7
penelitiannya dimana tekanan dan ethical value signifikan negatif terhadap employee
fraud. Namun, faktor penguji dari fraud triangle lainnya yaitu peluang dan
Penelitian terdahulu dari Yusrianti et al., (2020) dan Said et al., (2017)
menggunakan elemen fraud diamond theory sebagai faktor pendorongnya dan gaya
fraud diamond theory dengan employee fraud. Hal ini karena gaya kepemimpinan
Selain itu Gaya kepemimpinan transformasional merupakan faktor penentu baik atau
buruknya budaya kantor. Jika pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang cocok
dengan keadaan kantor, itu akan meningkatkan moral karyawan, yang mengarah ke
produktivitas dan keuntungan yang lebih tinggi untuk organisasi (Le et al., 2021).
BPS Se-Provinsi Kepulauan Riau mengingat employee fraud dapat terjadi dimana saja
dan didukung oleh data ACFE yang menyatakan pelaku fraud tertinggi adalah
moderasi ini digunakan karena hasil penelitian terdahulu yang inkonsisten atau
moderasi dapat digunakan jika terjadi perubahan arah korelasi antara penelitian satu
8
dengan penelitian lainnya. Hasil penelitian yang tidak konsisten dengan penelitian lain
seperti penelitian Owusu et al., (2021), Mohamed et al., (2021) yang mengatakan
bahwa tekanan berpengaruh signifikan positif terhadap employee fraud, tetapi pada
penelitian Said et al., (2017) mengatakan tekanan memiliki pengaruh negatif terhadap
employee fraud. Penelitian Hadiprajitno & Zulaikha, (2016) juga mengatakan bahwa
yang kondusif untuk bekerja dan mengurangi tekanan terhadap karyawan serta dapat
sektor pemerintahan. Berdasarkan hasil survei ACFE yang mengatakan bahwa pelaku
fraud tertinggi adalah karyawan. Employee fraud yang diteliti adalah korupsi dan
dengan menggunakan berbagai faktor pendorong namun hasil yang diperoleh tidak
konsisten. Maka penelitian ini mencoba memasukkan faktor luar seperti gaya
solusi untuk mengurangi employee fraud khususnya di pemerintahan. Maka dari itu
fraud
dipaparkan sebelumnya maka ada beberapa tujuan dari penelitian ini. Adapun tujuan
1. Pengetahuan Akuntansi
2. Praktik Akuntansi
Penulisan tesis ini memiliki sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa
BAB yaitu :
BAB I PENDHULUAN
digunakan dalam”penelitian
Bab ini memuat pembahasan hasil penelitian dan analisis variabel penelitian.
BAB V KESIMPULAN
TINJAUAN PUSTAKA
Fraud diamond theory. adalah perluasan dari fraud triangle theory. Wolfe &
Hermanson., (2004) menambah faktor-faktor pada fraud triangle yang awalnya hanya
terdiri dari tekanan, peluang dan kesempatan ditambah dengan faktor kapabilitas.
Menurut Wolfe & Hermanson, (2004) kapabilitas tidak dimiliki oleh semua orang
dalam organisasi, hanya orang-orang tertentu yang memiliki kapabilitas khusus yang
GAMBAR 2.1
Opportunity
Pressure Rationalization
Capability
Wolfe dan Hermanson., (2004) menerangkan sifat-sifat. terkait capability
yang dimiliki individu dlam melakukan tindakan fraud : (1) Positioning. Karyawan
memanfaatkan posisinya untuk melakukan fraud. (3) Convidence dan Ego. Memiliki
rasa percaya diri tinggi dan ego yang membuat pelaku sulit untuk terdeteksi sebagai
mampu mempengaruhi orang untuk melakukan fraud. (5) Deceit. Pelaku fraud
terdeteksi. (6) Stress. Pelaku bisa mengendalikan diri dan stress setelah pelaku
melakukan fraud.
1. Tekanan
juga didefenisikan sebagai kondisi memaksa yang mencakup target yang ingin
dicapai, atau kondisi keuangan yang sulit, atau individu yang memiliki motivasi
egosentris (Yuniarwati et al., 2021). Faktor tekanan dapat secara direct dan dapat
juga dalam bentuk indirect. Kondisi kehidupan pelaku merupakan bentuk nyata
dari tekanan yang dihadapi oleh pelaku yang dapat mengarahkan pelaku kepada
tindakan fraud. Keadaan tersebut seperti gaya hidup, kebiasaan sering berjudi,
bentuk persepsi adalah pendapat yng dilahirkan oleh pelaku untuk dapat
melakukan fraud seperti misalnya executive need. Ada empat macam keadaan
yang lumrah terjadi pada tekanan yang bisa memicu terjadinya fraud. Keadaan
itu antara lain kestabilan keuangan, tekanan dari luar, kebutuhan individu, dan
bertindak tidak etis seperti fraud. Jadi, kelemahan- kelemahan seperti ini lah
3. Rasionalisasi
telah dilakukan. Nawawi & Salin, (2018) juga mengatakan bahwa rasionalisasi
adalah suatu alasan yang disampaikan pelaku fraud untuk mengklaim bahwa
perbuatan fraud tersebut adalah benar. Beberapa upaya yang digunakan pelaku
al., 2012).
4. Kapabilitas
melakukan tindakan fraud yang mana kesempatan seperti ini tidak dimiliki
semua orang (Ruankaew, 2016). Menurut Wolfe & Hermanson, (2004) dalam
untuk menjadi aktor dalam tindakan fraud dan mengenali peluang penipuan
dilakukan oleh individu pada posisi manajemen puncak daripada yang berada di
Teori kontinjensi pertama disampaikan oleh Joan Woodward pada tahun 1958.
gaya kepemimpinan yang terbaik dalam keadaan apapun itu tidak pernah ada.
diantaranya gaya kepemimpinan, kualitas bawahan dan aspek lingkungan. Fred Fiedler
pada tahun 1967 mengembangkan model kontinjensi lengkap pertama untuk
kepemimpinan
kontinjensi tim kinerja yang baik berpedoman pda kesesuaian“yang tepat antara gaya
pemimpin dan sejauh mana”keadaan ini memberikan kontrol kepada pemimpin. Teori
2. Task Structure merupakan bentuk sejuah mana tugas yang diberikan oleh
terstruktur atau tidak. Tugas yang terstruktur yang diberikan oleh pemimpin
pemimpin menyelaraskan gaya kepemimpinan apa yang tepat yang diperlukan oleh
bawahannya. Teori ini melihat pimpinan itu luwes dalam memilah gaya
keadaannya.
2.2. Employee Fraud
maknanya sangat luas dan karakteristik fraud itu seringkali tidak dapat dikenali dan
baru disadari setelah fraud itu terjadi. Xu et al., (2017) mendefinisikan fraud sebagai
“tindakan yang disengaja oleh satu atau lebih individu di antara manajemen,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, karyawan, atau pihak ketiga,
yang melibatkan penggunaan penipuan untuk memperoleh keuntungan yang
tidak adil atau ilegal”
merupakan tindakan yang biasanya dilakukan terhadap suatu entitas atau orang, oleh
organisasi mereka. Fraud bisa terjadi dalam dua cara yaitu fraud terhadap individu
dan fraud terhadap organisasi. Fraud terhadap individu merupakan fraud dimana
individu tersebut tidak menyadari bahwa telah menjadi korban fraud. Misalnya,
beberapa orang memainkan lotere mengetahui bahwa itu tidak mungkin untuk menang
dan tidak menerima hadiah. Hal ini tidak menunjukkan tanda-tanda fraud meskipun
itu mungkin merupakan fraud terhadap individu yang mengikuti permainan lotere.
Jenis fraud yang kedua, yaitu fraud yang dilakukan terhadap organisasi, dapat
dilakukan secara internal atau secara eksternal (ACFE, 2020a). Fraud eksternal
terhadap organisasi memiliki skema yang luas mulai dari pencurian aset hingga
dipercaya untuk mengawasi aset dan sumber daya entitas namun dengan sengaja
menggunakan sumber daya dan aset tersebut untuk kepentingan pribadi (ACFE, 2016).
Pelaku fraud internal mungkin saja eksekutif, karyawan, manajer, dan terkadang
fraud”, “workplace fraud” atau “employee fraud”. Fraud internal diyakini sebagai
ancaman organisasi terbesar dan paling umum yang dihadapi oleh pelaku ekonomi
et al., (2021) juga mendefinisikan employee fraud sebagai bentuk kejahatan yang
dilakukan oleh individu atau kelompok karyawan yang melakukan fraud dengan
control. Employee fraud disini meliputi semua fraud yang dilakukan oleh karyawan
disetiap tingkat dalam entitas. Tiga“klasifikasi utama internal fraud yang diidentifikasi
sebagai penyalahgunaan aset, korupsi dan fraud laporan keuangan. Karyawan dalam
atau salah saji laporan keuangan untuk menggambarkan posisi keuangan, yang
berbagai jenis aktivitas fraud yang terjadi dalam suatu organisasi, ACFE
dengan fraud tree. Fraud tree adalah sistem klasifikasi pengelompokan fraud dan
penyalahgunaan yang dilakukan internal organisasi ke dalam tiga jenis utama fraud
keuangan (ACFE, 2018b). Salah saji yang dilakukan pada fraud laporan
2. Korupsi
Skema korupsi adalah bentuk umum dari employee fraud yang sering
transaksi bisnis dengan cara yang tidak benar terhadap kewajiban individu
(1) korupsi insidental termasuk tindakan penggelapan dalam skala kecil, pilih
dasar kontribusi politik. Skema korupsi mewakili bentuk paling umum kedua
dari employee fraud. Statistik menunjukkan korupsi sebagai bentuk fraud
3. Penyalahgunaan Aset
jam kerja untuk kegiatan pribadi dan penggunaan sumber daya organisasi
seperti layanan internet dan alat tulis untuk keperluan pribadi. (Albrecht et al.,
aset jika tindakan berupa pencurian aset, penyembunyian dan konversi aset.
Selain itu, aset yang diambil harus untuk kepentingan pribadi dari individu
paling mudah dilakukan dan dapat dilakukan oleh semua karyawan terlepas
finansial yaitu :
1. Keserakahan ( Greed )
melakukan fraud. Hal ini disebabkan oleh perasaan tidak puas atas apa
yang dimiliki.
Menurut Kassem & Higson, ( 2012) ada tiga klasifikasi faktor-faktor seseorang
3) External pressure seperti risiko pada stabilitas keuangan, harapan pasar dalam
a. Lingkungan Pengendalian
komponen lainnya.
b. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pngendalian adalah strategi, tata cara, dan norma yang menyuguhkan
dan risiko dikelola secara efektif. Aktivitas pengendalian yang tumpang tindih ini
andal dan menjaga aset entitas. Kegiatan pengendalian kepatuhan diarahkan untk
membangun ketaatan terhdap hukm dan aturan yang berlaku serta kepatuhan
c. Penilaian Risiko
eksternal dan memanfaatkan risiko bisnis agar lebih waspada untuk mencapai
kondisi, tantangan, peluang, dan risiko yang berkaitan dengan tujuan operasional,
dengan sistem pengendalian internal harus memahami dengan benar aspek yang
baik dan efektif perlu dibicarakan. Komunikasi harus mengalir ke segala arah
dalam fungsi pengendalian internal organisasi – atas, bawah, dan lintas – dalam
e. Pengawasan
sistem pengendalian internal melalui pelatihan dan evaluasi personel yang pas,
pengawasan berkelanjutan, dan penerapan saran yang diberikan oleh auditor.
pencegahan dan upaya untuk deteksi dini terjadinya fraud. Namun pengendalian
internal yang lemah akan menciptakan peluang karyawan dalam suatu organisasi
untuk melakukan fraud. Sistem pengendalian internal yang lemah disebabkan karna
prosedur yang kurang sempurna, kebijakan yang kurang tepat, dan program anti fraud
yang berjalan tidak sesuai harapan, ini akan menimbulkan kesempatan yang besar
untuk melakukan fraud (Nawawi & Salin, 2018b). Hal ini juga disampaikan oleh
Asmah et al.,(2020) ; Omukaga, (2020) bahwa peluang melakukan fraud tercipta karna
dalam organisasi seperti belum adanya pemisahan tanggung jawab pekerjaan yang
jelas, tidak memiliki perlindungan yang layak terhadap aset, tidak adanya verifikasi
dan penelaah yang tidak terikat, tidak memiliki aturan yang tegas, mengacuhkan
Etika dan perilaku adalah dua hal yang saling terkait, karna etika merupakan
wujud dari penerapan dari perilaku manusia seperti perilaku etis atau perilaku tidak
etis. Perilku tidak etis adalah pola perbuatan yang tidak benar yang mana pelakunya
melakukan secara sadar dan kemudian menjadi kebiasaan dalam entitas atau organisasi
(Buckley et al., 1998). Kebiasanan yang dilakukan akibat dari perilaku tidak etis ini
dilakukan oleh karyawan dalam organisasi merupakan yang biasa atau bisa dianggap
perbuatan yang benar. Zulkarnain, (2013) juga menyatakan perilaku tidak etis ini sukar
untuk dipahami dimana harus ada hubungan yang rumit antara kondisi serta
kepribadian pelakunya sehingga bisa disimpulkan bahwa prilaku tidak etis ini adalah
karyawan pada organisasi maka (Tang & Chiu, 2003) menyebutkan tanda-tanda dari
perbuatan yang menyalahi atauran atau perilaku tidak etis di entitas. Perilaku tidak etis
dan terlibat dalam tindakan fraud. Kemampuan“mengacu pada jabatan atau fungsi
mengekploitasi peluang penipuan yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain (Basheka
Menurut Gbegi & Adebisi, (2013, Wolfe & Hermanson, (2004)“posisi jabatan
yang dimiliki seseorang dalam organisasi dapat diukur dengan menggunakan indikator
seperti
1. Integritas
pengambilan keputusan etis dapat diamati dan ini dapat membantu dalam
penipuan
2. Abuse of authority
yang dilakukan oleh pejabat dalam organisasi untuk kepentingan pribadi, orang
perilaku fraud.
dapat membuat kebijakan yang salah dan membuat laporan yang tidak sesuai
kepada pihak lain ataupun kepada dirinya sendiri untuk melakukan tindakan
sehingga kinerja organisasi dan tujuan organisasi dapat dimaksimalkan (Mardiani &
di organisasi dapat mendorong pegawai untuk menjalankan tugas sesuai dengan aturan
Ada dua tipe kepemimpinan yang biasa diterapkan dalam gaya kepemimpinan
Pemimpin transformasional adalah sumber inspirasi dan visi bagi bawahan dan
membawa perubahan dalam suatu organisasi (Burns, 1978; Weber, 2009). Weber,
organisasi, motivasi dan karyawan moral dalam sebuah organisasi Menurut Bass
mereka dihargai sementara yang lain dihukum. Oleh karena itu, pemimpin
penghargaan. Naidu & Van der Walt, (2005); Saleem, (2015) menyimpulkan bahwa
waktu yang singkat karena aspek penghargaan dan hukuman yang terkait
menetapkan target untuk bawahan mereka dan menghargai mereka untuk tujuan
yang dicapai (Judge & Piccolo, 2004). Dalam manajemen dengan pengecualian,
di mana pemimpin dan pengikut saling membantu untuk maju ke tingkat yang lebih
hormat kepada pengikut mereka dan mempengaruhi mereka untuk secara antusias
bekerja menuju hasil organisasi yang lebih baik (Asghar & Oino, 2018). Pemimpin
transformasional juga fokus pada bakat dan kelincahan tim karena anggota yang
baik dan dengan demikian dapat menghindari masalah yang berhubungan dengan
pekerjaan (Reid & Dold, 2018). Selanjutnya, Reid & Dold, (2018) juga mengatakan
hasil dari kepemimpinan transformasional ini merupakan hubngan yang saling stimlasi
dan elevasi yang mengubah pengikut menjadi pemimpin dan pemimpin menjadi agen
moral.
dinilai cocok untuk mengurangi perilaku fraud karyawan. Hal ini sebagaimana
motivasi yang diharapkan mampu mengurangi perilaku tidak etis yang cendrung
sebagai berikut :
benar.
2. Kemampuan Memotivasi
3. Kemampuan Komunikasi
yang disampaikan.
Hal yang penting bagi seorang pemimpin untuk mampu mengendalikan emosi
karna semakin baik kita mengendalikan emosi maka semakin mudah untuk
meraih kebahagian
Said et al., (2017) meneliti tentang employee fraud dengan menguji elemen-
elemen fraud triangle theory dan menambahkan faktor ethical value Penelitiannya
terhadap 108 kuesioner yang diberikan kepada karyawan dari tiga bank terbesar di
dengan employee fraud, dan dua elemen fraud triangle theory, yaitu peluang dan
nilai etika yang tinggi sangat penting untuk mengurangi penipuan karyawan. Untuk
dan rasionalisasi negatif karyawan melalui pengendalian internal yang kuat. Studi ini
faktor-faktor yang diuji seperti ethical leaders, whistleblowing policy , ethical value,
dan nilai-nilai etika) dan faktor organisasi (kepemimpinan etis dan praktik
aparat penegak hukum dan pembuat kebijakan tentang pentingnya faktor individu dan
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah etika, kesesuaian kompensasi,
gaya kepemimpinan, dan fraud Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
mengolah data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etika berpengaruh negatif
terhadap fraud kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap fraud dan gaya
Penelitian oleh Zuberi & Mzenzi, (2019) yang meneliti tentang employee fraud
yang terjadi di Tanzania. Penelitian untuk melihat motif employee fraud di Negara
berkembang. Elemen fraud triangle theory diuji untuk melihat faktor terjadinya
employee fraud. Hasil penelitian”ini semua variabel independen berpengaruh positif
aset. Penelitian bertujuan untuk menguji pengaruh unsur-unsur fraud diamond theory
pada fraud penyelewengan aset di industri perbankan Iran. Data primer dikumpulkan
melalui 191 kuesioner survei yang diberikan di antara karyawan dari tiga bank teratas
di Iran, yang memiliki di atas 60 persen pangsa pasar di industri perbankan negara
tersebut. Hasil penelitian menyatakan bahwa keempat elemen fraud diamonds theory
peluang dan rasionalisasi negatif karyawan melalui pengendalian internal yang kuat.
pengaruh penegakan aturan dan perilaku tidak etis terhadap kecenderungan fraud
berbasis gender. Sampel terdiri dari 126 pegawai dari 28 Instansi Pemerintah Daerah
.Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang signifikan dari perilaku tidak etis
signifikan terhadap kecenderungan fraud. Selain itu, perbedaan gender diamati dalam
perilaku tidak etis dan kecenderungan fraud. Di sisi lain, perbedaan gender tidak hadir
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara rasionalisasi dan
dilakukan dengan metode survei langsung, surat pos, dan survei online. Jumlah
responden adalah 363 dan dianalisis menggunakan Structural Equation Model dengan
Penyalahgunaan”Aset
Malaysia. Penelitian ini memanfaatkan data primer yang langsung ditanyakan kepada
Penelitian tentang employee fraud juga diteliti oleh Owusu et al., (2021)
dan rasionalisasi memiliki pengaruh positif terhadap employee frud. Dari uraian
TABEL 2.1
PENELITIAN TERDAHULU
- Rationalisasi
(X3)
5. Soheil“Kaze Bertujan untuk 1. Sampel penelitian 1. Pressure
mian, menguji ini adalah karyawan berpengaruhi
Jamaliah pengruh unsur- bank dengan jumlah positif terhadap
Asset
Said, Elham unsur fraud sampel 191.
Misappropriation.
Hady Nia, diamonds Kuesioner 2. Opportunity
Hamidreza theory terhdap digunakan untuk berpengaruhi
Vakilifard” penyalahgunaa pengumpulan data positif terhadap
(2019) n asset di 2. Statistik deskriptif, Asset
perbankan di analisis faktor, dan Misappropriation.
Iran. regresi cross- 3. Rationalization
berpengaruhi
sectional sebagai
positif terhadap
analisis data Asset
3. Variabel Y Misappropriation.
Asset 5. Capability
Misappropriation; berpengaruhi
4. Variabel X positif terhadap
- Pressure ( X1) Asset
Misappropriation
- Opportunity (
X2)
- Rationalization (
X3)
- Capability ( X4)
6. Dekeng Penelitian ini 1. Sampel terdiri dari 1. Rules Enforcement
Setyo bertujuan untk 126 pegawai negeri berpengaruh
Budiarto, mempelajari dari 28 instansi di negative terhadap
kulonprogo. Sampel Tendency of Fraud
Yona pengaruh
diambil dengan 2. Unethical
Setyoningtya penegakan teknik purposive Behavior
s, ( 2019 ) aturan dan sampling. berpengaruh
perilaku tidak 2. Analisis Regresi positif terhadap
etis terhadap digunakan untuk Tendency of Fraud
kecendrungan analisis data
fraud berbasis 3. Variabel Y :
Tendency of Fraud
gender.
Variabel X :
- Rules Enforcement
(X1)
- Unethical
Behavior (X2).
No Peneliti Tujuan Metodologi Hasil Penelitian
Fenomena kasus fraud yang terjadi didunia masih menjadi masalah yang terus
dicari solusi untuk mengurangi tindakan fraud tersebut. ACFE melaporkan bahwa
kasus fraud yang terjadi 41% dilakukan oleh karyawan yang biasa disebut sebagai
fraud disini mencakup semua fraud yang dilakukan oleh karyawan disetiap tingkat
Fraud diamond theory adalah sebuah teori tentang penyebab seseorang melakukan
tindakan fraud. Fraud diamond theory menyempurnakan fraud triagle theory dengan
terjadinya fraud karna tanpa adanya kemampuan yang dimiliki sesorang maka fraud
diamond theory dimana tekanan diproksikan dalam bentuk tekanan finasial, peluang
dalam bentuk perilaku tidak etis dan kemampuan diproksikan dalam bentuk posisi
jabatan. Gaya kepemimpinan sebagai variabel moderasi merupakan proksi dari faktor
tindakan fraud atau tidak. Gaya kepemimpinan yang baik dapat mengurangi terjadinya
Penelitian ini merujuk pada penelitian Zuberi & Mzenzi, (2019) yang meneliti
triangle fraud. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian rujukan adalah
penelitian ini menggunakan variabel independen dari proksi elemen fraud diamond
melakukan tindakan fraud. Landasan teori yang digunakan untuk variabel gaya
GAMBAR 2.2
KERANGKA PEMIKIRAN
H1
Tekanan finansial H5
Pengendalian Internal H2 H6
yang Lemah
H7 Employee Fraud
H3
Perilaku tidak etis H8
H4
Posisi/Jabatan
Gaya Kepemimpinan
penyebab terjadinya fraud. Elemen - elemen yang terdapat pada fraud diamond theory
telah banyak digunakan peneliti sebagai prediktor terjadinya fraud termasuk employee
fraud. Dalam penelitian ini komponen fraud diamond theory diwujudkan dalam
bentuk tekanan finansial untuk komponen tekanan, internal control yang lemah untuk
kompoten peluang, perilaku tidak etis untuk kompoten rasionalisasi dan posisi jabatan
Elemen dari fraud diamond theory yang pertama yaitu tekanan. Tekanan yang
dialami seseorang biasanya berasal dari permasalahan pribadi ataupun dari organisasi
penyidik secara umum tidak dapat diamati dan tekanan juga kategori masalah yang
tidak mungkin diceritakan kepada teman atau keluarga seperti masalah kecanduan
judi, tekanan terkait pekerjaan dan masalah keuangan lainnya (Dorminey et al., 2010).
Tekanan yang dialami ini dapat berupa tekanan finansial. Masalah keuangan adalah
penyebab utama terjadinya fraud dan tekanan individu untuk melakukan kecurangan
muncul sebagai akibat dari tekanan keuangan yang dihadapi, sehingga tekanan
finansial menjadi penyebab yang paling umum karyawan melakukan fraud (Yusrianti
et al., 2020).
dimiliki dan gaya hidup mewah menjadi faktor-faktor dari tekanan finansial yang
dimiliki oleh pelaku fraud. Faktor-faktor yang tekanan finansial ini didominasi oleh
(2016) kompensasi yang kurang memadai yang diperoleh oleh karyawan adalah
tindakan fraud. Menurut Nawawi & Salin, (2018b) seseorang yang dalam keadaan
tertekan karena ingin mempertahankan gaya hidup mewah atau menghadapi masalah
karyawan melakukan tindakan fraud dimana keserakahan menjadi faktor utama pelaku
Yusrianti et al.,. (2020) dan Owusu et al.,. (2021) juga mengatakan bhwa tekanan
adalah bagian dari faktor pendorong karyawan untuk melkukan tindakan fraud..
Tekanan muncul karna adanya tekanan dari dalam maupun dari luar. Tekanan
keuangan, gaya hidup mewah seseorang, dan lain sebagainya. Sebuah elemen dari
proksi dari elemen peluang. Peluang untuk melakukan tindakan fraud berkaitan erat
seperti pengawasan yang tidak memadai, pemisahan tugas yang buruk, tidak adanya
persetujuan manajemen atau control system yang lemah. Hal ini tentu akan membuka
pintu untuk karyawan yang tidak bermoral untuk melakukan tindakan fraud. Nawawi
& Salin, (2018b) juga berpendapat bahwa pengendalian internal yang lemah membuka
internal dalam oragnisasi. Selanjutnya Zuberi & Mzenzi, (2019) dan Mohamed et al.,
(2021) juga mengatakan bahwa pengendalian internal yang lemah berpengaruh positif
terhadap employee fraud. Avortri & Agbanyo,( 2021) mengungkapkan bahwa peluang
berpengaruh positif terhadap employee fraud. Menurut Asmah et al., (2020) kontrol
oleh karyawan melakukan tindakan fraud karna tindakan fraud yang dilakukan tidak
sebagai berikut;
employee fraud .
Perilaku“tidak etis adalah pola tingkah laku yang salah yang dilakukan secara
sadar dan menjadi kebiasaan dalam entitas atau organisasi (Buckley et al., 1998).
Perilaku tidak etis karyawan seperti perilaku fraud yang dilegitimasi dan menganggap
bahwa perbuatan tersebut adalah benar. Pembenaran inilah yang biasa disebut dengan
rasionalisasi yang merupakan elemen ketiga dari fraud diamond theory. Rasionalisasi
menjadi alasan untuk mengklaim bahwa tindakan fraud itu benar (Nawawi & Salin,
2018a). Tang & Chiu, (2003) menjelaskan bahwa ada beberapa indikator dari perilaku
tidak etis seperti abuse position atau menyalahgunakan kedudukan, abuse power atau
sumber daya organisasi dan no action atau perilaku tidak berbuat apa-apa.
Organisasi yang tidak mengambil tindakan terhadap fraud yang telah dilakukan
oleh karyawan akan menumbuhkan rasionalisasi terhadap tindakan fraud tersebut. Hal
seperti ini akan menjadi pendorong terjadinya fraud. Budiarto & Setyoningtyas,
(2019) mengungkapkan bahwa perilaku tidak etis menjadi faktor seseorang melakukan
fraud artinya semakin tinggi perilaku tidak etis dalam diri seseorang, semakin besar
juga mengatakan penyebab dari fraud penyalahgunaan asset salah satunya adalah
perilaku tidak etis karyawan. Penelitian Mohamed et al., (2021) telah mebuktikan
karyawan yang menyebabkan perilaku tidak etis yaitu (1 )“everybody Does It, ( 2 ) If
It’s Legal, It’s ethical dan ( 3 ) Likelihood of Discovery and Consequences”. Selain
metoda rasionalisasi ini, perilaku tidak etis yang dimiliki oleh karyawan dapat
disebabkan oleh kekecewaan atau rasa tidak puas terhadap organisasi. Berdasrkan
melekat pada suatu kekuasaan, tugas dan fungsi dalam perusahaan. Ini membuat
kebijakan yang cenderung berpihak pada diri sendiri minat. Wolfe & Hermanson,
fraud. Posisi yang tinggi dalam organisasi akan membuat seseorang memiliki
kemampuan dan pemahaman yang baik tentang kelemahan yang dimiliki oleh
perusahaan.
Posisi jabatan dalam fraud diamond theory merupakan wujud dari kapabilitas.
seseorang melakukan fraud. Kapabilitas adalah possi atau fngsi seseorng dalm entitas
yang bisa dimanfaatkan pelaku untk melakukan tindakan fraud yang mana kesempatan
seperti ini tidak dimiliki semua orang (Ruankaew, 2016). Fraud dapat terjadi ketika
individu memiliki kapabilitas yang tinggi seperti memiliki posisi jabatan yang tepat
serta memiliki kecapakan dalam mengendalikan organisasi. Hal ini sejalan dengan
seperti posisi jabatan seseorang dalam organisasi memiliki hubungan yang positif
signifikan dengan tindakan fraud. Menurut Utami et al., (2021) posisi karyawan
memiliki kecenderuang terhadap fraud penyalahgunaan aset. Utami et al., (2021) juga
karyawan tersebut dalam membuat alibi untuk menyembunyikan tindakan fraud yang
dilakukan. Selanjutnya Avortri & Agbanyo, ( 2021) dan Mohamed et al., (2021)
dengan employee fraud.. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibangun hipotesis
sebagai berikut :
fraud.
2.10.5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Dalam Memoderasi
sini dapat dicontohnya seperti tinggi rendahnya prestasi kerja satu organisasi
dipengaruhi oleh sistem motivasi dari pemimpin. Hal ini juga dapat diartikan
efektifitas kinerja organisasi tergantung pada cara atau gaya kepemimpian dan
kesesuaian situasi yang dihadapi dan ini dalam teori kontinjensi Fred Fiedler masuk
yang produktif (Le et al., 2021) Adanya gaya kepemimpinan transformasional ini
tindakan fraud.
tepat dari seorang pemimpin yang dapat memberikan motivasi kepada karyawan yang
bekerja di bawah kepemimpinannya sehingga para karyawan akan berusaha, mau, dan
antusias untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpin yang baik tidak akan
memberikan tekanan yang dapat mengarahkan karyawan pada tindakan fraud. Hasil
fraud. Pelaku fraud menjadikan tekanan finansial sebagai salah satu alasan melakukan
frad. Semakin“besar tekanan finansial yang dihadapai seseorang maka semakin besar
mendorong para pengikutnya ke arah perubahan positif. Arah perubahan positif dan
dorong kearah yang lebih baik yang dilakukan pemimpin akan menekan kecendrungan
hipotesis sebagai”berikut :
Salah satu variabel yang terdapat pada teori kontengensi fiedler adalah task
structur atau struktur tugas. Struktur tugas adalah sejauh mana tugas pekerjaan
diprosedurkan oleh pimpinan, apakah struktur tugas yang diberikan pada bawahan
tersebut terstuktur atau tidak (Robbins & Judge, 2013). Struktur tugas ini menjadi
batasan dimana terdapat standar prosedur operasi untuk menyelesaikan tugas, sebuah
gambaran rinci dari produk atau jasa yang telah terjadi dan indikator objektif mengenai
seberapa baik tugas dilaksanakan. Struktur tugas yang dijalankan oleh seorang
pemimpin dapat menjadi pengendalian internal organisasi jika dijalankan dengan baik.
menjalankan aspek struktur tugas dengan baik maka pengendalin internal organisasi
juga akan baik. Hal ini menjadi harapan bahwa tindakan fraud dalam organisasi jadi
fraud. Ini berarti gaya kepemimpin dapat mencegah terjadinya tindakan fraud.
fraud yang kurang efektif, hal ini menghasilkan peluang yang besar untuk melakukan
fraud (Nawawi & Salin, 2018b). Lemahnya pengendalian internal dapat diatasni jika
Struktur tugas yang baik dari pemimpin diharapkan mampu mengurangi perilaku tidak
etis karyawan. Selain itu, Penelitian Huberts et al., (2007) mengatakan aspek
tidak etis dimana karyawan dapat mencontoh standar integritas dari pemimpinnya
dalam berinteraksi sehari-hari. Jadi pemimpin yang jalankan struktur tugas yang baik
perilaku tidak etis karyawan. Elemen kepemimpinan yang juga perlu dimiliki oleh
(2020) juga mengatakan bhwa gya kepemmpinan mampu memderasi komitmn entitas
karyawan untuk melakukan tindakan fraud. Prilaku tidak etis ada karena adanya rasa
tidak puas dan kecewa terhadap instansi atau organisasi. Adnya gaya kepemimpinan
diharapkan mampu mengurangi tindakan fraud yang dilakukan oleh karyawan yang
fiedler. Variabel leader member relation atau hubungan antar pemimpin dan bawahan
dimana bawahan harus memiliki rasa hormat kepada pimpinan dan pimpinan pun
memiliki saya saling percaya dengan bawahannya (Robbins & Judge, 2013). Selain itu
prosedur pembagian tugas pekerjaan dan penerapan kedisiplinan wajib ada pada
pada sector publik. Penelitian Wijayanto, (2020) telah terbukti bahwa gaya
Penelitian Suharto, (2020) dan Fitriyah, (2020) juga mengungkapkan bahwa gaya
jika seseorang posisi jabatan yang tetap. Posisi jabatan yang tetap dapat dimanfaatkan
oleh pelaku untuk melakukan tindakan fraud. Namun, adanya gaya kepemimpinan
tranformasional dengan stimulasi intelektual yang mampu pemecahan masalah,
pemikiran dan imajinasi, dan keyakinan dan nilai-nilai maka kecenderungan fraud
METODE PENELITIAN
survei dalam pengumpulan data. Metode survei salah satu metode pengumpulan data
dari sekumpulan objek penelitian yang telah ditentukan sebelumnya (Sugiyono, 2010).
Pengumpulan data ini memakai kuesioner sebagai alat untuk mengukur variabel
dependen, independen dan moderasi sesuai dengan model penelitian yang telah
ditetapkan.
kuesioner menggunakan skala Likert dengan interval 1 sampai dengan 5. Skala Likert
dipilih karna dianggap mampu mengukur persepsi, sikap dan pendapat seseorang atau
Provinsi Kepulauan Riau dengan unit analisis pegawai BPS Se-Provinsi Kepulauan
Riau yang berstatus aktif. Badan Pusat Statistik selanjutnya disingkat dengan BPS,
memiliki karakteristik yang memenuhi syarat sebagai populasi penelitian ini. Hal ini
sejalan dengan data ACFE yang mengatakan pelaku fraud tertinggi adalah karyawan
termasuk karyawan di sektor pemerintahan seperti BPS. Kasus fraud yang pernah
terjadi di lingkungan BPS sendiri yaitu korupsi dalam hal pengadaan perlengkapan
53
Selain kasus korupsi pengadaan barang tersebut, kasus korupsi yang
dilakukan oleh karyawan yang tidak terpublikasi dan tetap merugikan organisasi harus
tersebut belum pernah diteliti apa penyebabnya, maka penelitian ini dilakukan untuk
Se Provinsi Kepulauan Riau. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman
menangani masalah employee fraud yang dilakukan oleh karyawan di BPS se Provinsi
Kepulauan Riau. Pegawai BPS Se - Provinsi Kepulauan Riau kondisi Januari 2022
sebanyak 196 pegawai. Pegawai BPS yang menjadi responden dalam penelitian ini
merupakan pegawai yang berstatus pegawai negeri sipil dan aktif. Jumlah responden
independen dan variable moderasi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
internal yang lemah, perilaku tidak etis dan posisi jabatan. Variabel moderasi dalam
fraud merupakan kejahatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok karyawan
oleh karyawan meliputi fraud laporan keuangan , penyalahgunaan asset dan korupsi.
Dalam penelitian ini dimensi employee fraud yang diteliti adalah penyalahgunaan
asset dan korupsi. Hal ini karena penyalahgunaan asset dan korupsi adalah fraud yang
menggunakan indikator dari korupsi dan penyalahgunaan asset. Kuesioner skala Likert
digunakan untuk menjaring jawaban responden dimana skala Likert yang digunakan
dari“1 sampai 5 yaitu : sangat tidak setuju = 1, tidak setuju = 2, netral = 3, setuju = 4
dan sangat setuju = 5”. Apabila jawaban responden cenderung pada skala 5 ini artinya
1. Tekanan Finansial
Menurut Kassem & Higson, (2012a) tekanan adalah masalah yang timbul
akibat adanya tekanan pribadi, pekerjaan dan tekanan eksternal yang mendorong
karyawan melakukan fraud. Tekanan finansial dalam kasus fraud merupakan Tekanan
individu untuk melakukan kecurangan muncul sebagai akibat dari tekanan keuangan
yang dihadapi (Yusrianti et al., 2020). Indikator yang digunakan untuk mengukur
variabel tekanan finansial yaitu personal pressure, employement pressure dan external
pressure mengacu pada penelitian Kassem & Higson, (2012a) yang telah dimodifikasi.
Jawaban responden diukur“dengan skala Likert 1 sampai 5 yaitu : sangat tidak setuju
responden cenderung pada skala 5 ini artinya tekanan finansial yang tinggi.
2. Pengendalian Internal yang Lemah
fraud yang kurang efektif, hal ini menghasilkan peluang yang besar untuk melakukan
fraud (Nawawi & Salin, 2018b).“Indikator yang digunakan dalam penelitian ini
berpedoman pada indikator penelitian yang digunakan oleh (Nawawi & Salin, 2018b).
yaitu : sangat tidak setuju = 1, tidak setuju = 2, netral = 3, setuju = 4 dan sangat setuju”=
tingkah laku yang salah yang dilakukan secara sadar dan menjadi kebiasaan dalam
entitas atau organisasi. Dalam organisasi perilaku tidak etis yang biasa dilakukan
sumber daya organisasi ( abuse resources) serta perilaku tidak melakukan apa-apa (
no action) (Tang & Chiu, 2003). Pengukuran variabel ini dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan dalam bentuk kuesioner skala Likert 1 sampai 5 yaitu sangat
tidak setuju = 1, tidak setuju = 2, netral = 3, setuju = 4 dan sangat setuju”= 5. Apabila
jawaban responden cenderung pada skala 5 ini artinya perilaku tidak etis karyawan
sangat tinggi.
4. Posisi Jabatan
Posisi jabatan adalah sebuah kapabilitas yang tidak dimiliki oleh semua
kapasitas seseorang individu untuk memaksa orang lain untuk melakukan ataupun
mengekploitasi peluang penipuan yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain (Basheka
& Bisangabasaija, 2010) Indkator yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pressure”mengacu pada penelitian (Gbegi & Adebisi, 2013). Variabel posisi jabatan
jawaban responden cenderung pada skala 5 ini artinya pemanfaatan posisi jabatan
kinerja entitas dan tujuan entitas dapat dimaksimalkan (Mardiani & Baekhunah, 2021).
dan suasana kerja karyawan yang kondusif, sehingga dapat mengurangi tekanan
karyawan untk melkukan tindakan yang mergikan organisasi seperti tindakan fraud.
Indikator yang digunakan yaitu“kemampuan mengambil keputusan, kemampuan
dengan menggunakan kuesioner skala Likert 1 sampai 5 yaitu : sangat tidak setuju =
responden cenderung pada skala 5 ini artinya gaya kepemimpinan yang digunakan
sangat bagus. Uraian tentang definisi operasional di atas dirangkum dalam tabel 3.1
dibawah”ini.
TABEL 3.1
DEFINISI OPERASIONAL
Responden penelitin sebanyak 148 pegawai maka nilai minimum yang akan
diperoleh dari kuesioner skala liker adalah sebesar 148. Nilai maksimumnya akan
diperoleh adalah sebesar 740. Interval dari skor kuesioner skala Likertnya sebesar
197. Nilai interval yang diperoleh dapat digunakan untuk mengkategorikan variable
dan rendah. Kategori variable ini dalam bentuk interval yang di tampilkan dalam tabel
3.2. Nilai skor yang peroleh pada masing-masing variabel jika berada pada interval
544-740 point maka variabel masuk dalam kategori tinggi dan dapat dikatakan bahwa
persepsi responden terhadap penyataan dalam kuesioner tinggi. Nilai skor yang
diperoleh pada masing-masing variabel berada pada interval 148-345 maka masuk
dalam kategori rendah yang artinya persepsi responden terhadap pernyataan dalam
kuesioner rendah.
TABEL 3.2
Kategori Interval
Tinggi 544-740
Sedang 346-543
Rendah 148-345
pertanyaan dalam kuesioner ini adalah pertanyaan tertutup yang dapat memudahkan
skala Likert. Menurut Sekaran & Bougie (2016), skala Likert adalah skala yang
dirancang untuk menguji seberapa kuat subjek-subjek yang diteliti setuju dengan
pernyataan pada skala lima poin yaitu 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 =
Provinsi Kepulauan Riau memiliki 182 pegawai yang berstatus pegawai negeri sipil
dan aktif yang akan menjadi responden penelitian. Adapun waktu penelitian
responden menggunakan media seperti email dan whatssap. Kuesioner dibuat dalam
Least Square (SEM-PLS) dengan alat analisisnya SmartPLS 3.2.9. Penggunaan SEM-
PLS ini untuk menguji hubungan prediktif antara konstruk dengan melihat apakah ada
hubungan atau pengaruh antar konstruk tersebut. Dalam penelitian ini, SEM PLS
konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif dan indikator formatif. Pada
analisis jalur untuk SEM PLS terdapat tiga model yaitu inner model untuk
hubungan manifest dengan variabel latennya dan weight relation untuk menunjukkan
nilai estimasi variabel laten. Model persaamaan untuk inner model atau model
Dimana
Model pengukuran atau outer model memiliki dua jenis model yaitu model
indikator formatif dan reflektif. Persamaan matematis untuk model reflektif adalah
sebagai berikut :
x jh = jh j + jh
y jh = jh j + jh
λx ,λy menyatakan loading matrix yang menggambarkan seperti koefisien regresi yang
dengan menganalisis kisaran nilai minimum dan maksimum baik secara teoritis
maupun aktual, nilai rata-rata serta simpangan baku/ standar deviasi dari data
penelitian
tingkat validitas dan reliabilitas dari indikator-indikator yng digunakan pada variabel
laten Ghozali (2021). Adapun tahapan pengujian model pengukuran sebagai berikut
1. Uji Validitas : Konvergen
Uji validitas konvergen dalam PLS dengan indikator reflektif dinilai berdasarkan
dianggap tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70. Menurut Chin, (1998) nilai
loading factor 0,50 – 0,60 dianggap cukup untuk penelitian awal. Nilai loading
Uji validitas diskriminan dinilai berdasarkan: (a) Nilai cross loading pengukuran
dengan konstruknya. Nilainya harus lebih dari 0,7 dalam satu variabel. Namun,
Ghozali (2008) menyatakan pula bahwa nilai cross loading diharapkan lebih
tinggi untuk variabel laten yang diukur, dibandingkan dengan indikator untuk
variabel laten lainnya. (b) Nilai akar dari Average Variance Extracted (AVE).
AVE didefinisikan Hair et al., (2014) sebagai rata-rata nilai akar dari nilai
loading indikator yang terkait dengan konstruk. Model memadai apabila nilai
akar AVE lebih besar dari nilai korelasi antar konstruknya dalam model.
3. Uji Reliabilitas
Nilai composite reliability harus lebih besar dari 0,70, meskipun nilai 0,60 masih
dapat diterima (Chin, 1998). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas tidak
1. Uji R- Square
variabel”dependen
2. Uji t-Statistic
Menurut Ghozali (2021), uji t bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh
antara variabel bebas dan variabel terikat. Adapun persyaratan yang dipakai
dalam uji t adalah jika nilai t hitung lebih besar dari 1,282 (one-tiled), maka
mengetahui nilai T Statistik yang akan dihasilkan > 1,282. Kriteria pengujian dengan
Abdullahi, R., Mansor, N., & Nuhu, M. S. (2015). Fraud Triangle Theory and Fraud
Diamond Theory: Understanding the Convergent and Divergent for Future
Research. European Journal of Business and Management, 7, 30–37.
ACFE. (2018b). Report To The Nations - Global Study on Occupational Fraud and
Abuse: Asia Pacific. Asia Pacific Edition, 10, 80.
ACFE. (2020a). Report To the Nations 2020 Global Study on Occupational Fraud and
Abuse. www.hrmars.com/journals
ACFE, I. C. (2020b). Survei Fraud Indonesia 2019 (Vol. 53, Issue 9). ACFE
INDONESIA CHAPTER.
Addullahi, R., & Mansor, N. (2015). Fraud Triangle Theory and Fraud Diamond
Theory. Understanding the Convergent and Divergent For Future Research
Rabi’u. Internasional Journal of Academic Research in Accounting and
Management Sciences, 5(4), 38–45. https://doi.org/10.6007/IJARAFMS/v5-
3/1823
Aghghaleh, S. F., Iskandar, T. M., & Muhammaddun, Z. (2014). Fraud Risk Factors
of Fraud Triangle and the Likelihood of Fraud Occurrence: Evidence from
Malaysia. Information Management and Business Review, 6(1), 1–7.
https://doi.org/10.22610/imbr.v6i1.1095
Aji, S. S. B. (2018). the Determinants Affecting Fraud Trends. Asia Pacific Fraud
Journal, 3(1), 21. https://doi.org/10.21532/apfj.001.18.03.01.03
Akomea-Frimpong, I., Andoh, C., & Ofosu-Hene, E. D. (2016). Causes, effects and
deterrence of insurance fraud: Evidence from Ghana. Journal of Financial Crime,
23(4), 678–699. https://doi.org/10.1108/JFC-11-2015-0062
Albrecht, W. S., Albrecht, C., & Albrecht, C. C. (2008). Current Trends in Fraud and
its Detection. Information Security Journal: A Global Perspective, 17(1), 2–12.
https://doi.org/10.1080/19393550801934331
Albrecht, W. S., O, A. C., Albrecht, C. C., & F, Z. M. (2012). Fraud Examination (R.
Dewey (ed.); Fourth Edi).
Anandya, D., Easter, L., Ramadhana, K., Husodo, A. T., Sunaryanto, A., & Watch, I.
C. (2021). Hasil Pemantauan Tren Penindakan Kasus Korupsi Semester 1 2021.
Andrianus, A., Billy, B., Yuliati, R., & Adelina, Y. E. (2019). Kecurangan Akademik
Pada Mahasiswa Akuntansi Berdasarkan Perspektif Fraud Diamond. Ekspansi:
Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan Dan Akuntansi, 11(2), 157–178.
https://doi.org/10.35313/ekspansi.v11i2.1346
Arens, A. A., Elder, R. J., Beasley, M. S., & Hogan, C. E. (2017). Summary of the
Audit Process.
Asghar, S., & Oino, I. (2018). Leadership Styles and Job Satisfaction. Market Forces,
XIII(1), 1–14.
Asmah, A. E., Atuilik, W. A., & Ofori, D. (2020). Antecedents and consequences of
staff related fraud in the Ghanaian banking industry. Journal of Financial Crime,
27(1), 188–201. https://doi.org/10.1108/JFC-03-2019-0034
Avortri, C., & Agbanyo, R. (2021). Determinants of management fraud in the banking
sector of Ghana: the perspective of the diamond fraud theory. Journal of
Financial Crime, 28(1), 142–155. https://doi.org/10.1108/JFC-06-2020-0102
Basri, Y. M., Fadilla, O., & Azhar, A. (2021). Determinants of Fraud in the Village
Government : The Pentagon ’ s Fraud Perspective. 4(2), 173–187.
Beasley, M. S., Carcello, J. V., Hermanson, D. R., & Lapides, P. D. (2000). Fraudulent
financial reporting: Consideration of industry traits and corporate governance
mechanisms. Accounting Horizons, 14(4), 441–454.
https://doi.org/10.2308/acch.2000.14.4.441
Buckley, M. R., Wiese, D. S., & Harvey, M. G. (1998). An INvestigation Into the
Dimensions of Unthical Behavior. Journal of Education for Business, 7(5), 284–
290. http://dx.doi.org/10.1016/j.jaci.2012.05.050
Budiarto, D. S., & Setyoningtyas, Y. (2019). Rules Enforcement And Unethical
Behavior: Empirical research on Employee Fraud in Local Government
Agencies. International Journal of Business Economics (IJBE), 1(1), 38–48.
https://doi.org/10.30596/ijbe.v1i1.3314
DiNapoli, T. (2008). Red flags for fraud. Journal of Accountancy, 2(1), 1–15.
Dorminey, J., Fleming, A., Kranacher, M.-J., & Riley, R. (2010). Beyond the Fraud
Triangle. The Cpa Journal, July, 16–24. https://www.fraud-
magazine.com/article.aspx?id=4294970127
Dorminey, J., Scott Fleming, A., Kranacher, M. J., & Riley, R. A. (2012). The
evolution of fraud theory. Issues in Accounting Education, 27(2), 555–579.
https://doi.org/10.2308/iace-50131
Fitriyah, F. K. (2020). The Roles Of Internal Auditor And Leadership Style In Fraud
Prevention And Detection. European Proceedings of Social and Behavioural
Sciences, 152–159. https://doi.org/10.15405/epsbs.2020.10.13
Gbegi, D. ., & Adebisi, J. . (2013). the New Fraud Diamond Model- How Can It Help
Forensic Accountants in Fraud Investigation in Nigeria? European Journal of
Accounting Auditing and Finance Research, 1(4), 129–138.
Ghozali, I. (2021). Partial Least Square. Konsep Teknik, dan Aplikasi Menggunakan
Program SmartPLS 3.2.9 Untuk Penelitian Empiris. Edisi 3 (Edisi 3). Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Huberts, L. W. J. C., Kaptein, M., & Lasthuizen, K. (2007). A study of the impact of
three leadership styles on integrity violations committed by police officers.
Policing, 30(4), 587–607. https://doi.org/10.1108/13639510710833884
Kankpang, A. K., Ewa, U. E., Oti, P. A., Inyang, W. S., & Okon, E. E. (2020).
Financial Pressure and Employee Fraud Dispositions : Analysis of Public
Financial Pressure and Employee Fraud Dispositions : Analysis of Public Service
Productivity. Journal of Critical Reviews, 7(June), 761–769.
Kassem, R., & Higson, A. (2012). The New Fraud Triangle Model. Journal of
Emerging Trends in Economics and Management Sciences (JETEMS), 3(3), 191–
195.
Kazemian, S., Said, J., Hady Nia, E., & Vakilifard, H. (2019). Examining fraud risk
factors on asset misappropriation: evidence from the Iranian banking industry.
Journal of Financial Crime, 26(2), 447–463. https://doi.org/10.1108/JFC-01-
2018-0008
Le, D. T., Christopher, S., Nguyen, T. T. T., Pham, H. T. T., & Nguyen, P. T. L. (2021).
How leadership styles influence organizational outcomes: an empirical study in
Vietnamese SMEs. International Journal of Emerging Markets, 01, 1–19.
https://doi.org/10.1108/ijoem-01-2021-0092
Lestari, E. B., Tarjo, -, & Prasteyono, -. (2017). the Factors Affecting Tendency of
Fraud in Government Sector. Journal of Auditing, Finance, and Forensic
Accounting, 5(2), 67. https://doi.org/10.21107/jaffa.v5i2.3408
Mohamed, N., Zakaria, N. B., & Mohammed, N. F. (2021). The Influencing Factors
of Employee Fraud in Malaysia Financial Instution: The Application of the Fraud
Pentagon Theory. Academy of Strategic Management Journal, 20(6).
Naidu, J., & Van der Walt, M. (2005). An exploration of the relationship between
leadership styles and the implementation of transformation interventions. SA
Journal of Human Resource Management, 3(2), 1-10.
Nawawi, A., & Salin, A. S. A. P. (2018a). Employee fraud and misconduct: empirical
evidence from a telecommunication company. Information and Computer
Security, 26(1), 129–144. https://doi.org/10.1108/ICS-07-2017-0046
Owusu, G. M. Y., Koomson, T. A. A., Alipoe, S. A., & Kani, Y. A. (2021). Examining
the predictors of fraud in state-owned enterprises: an application of the fraud
triangle theory. Journal of Money Laundering Control.
https://doi.org/10.1108/JMLC-05-2021-0053
Reid, W. M., & Dold, C. J. (2018). Burns, Senge, and the Study of Leadership. Open
Journal of Leadership, 07(01), 89–116. https://doi.org/10.4236/ojl.2018.71006
Robbins, S. P., & Judge, T. (2013). Organizational Behavior. Pearson.
https://books.google.co.id/books?id=qpGRNAEACAAJ
Robbins, S. R., & Judge, T. A. (2013). Organizational Behavior (15th ed., Vol. 148).
Pearson Education, Inc.
Said, J., Alam, M. M., Ramli, M., & Rafidi, M. (2017). Integrating ethical values into
fraud triangle theory in assessing employee fraud: Evidence from the Malaysian
banking industry. Journal of International Studies, 10(2), 170–184.
https://doi.org/10.14254/2071-8330.2017/10-2/13
Said, J., Omar, N., Rafidi, M., & Syed Yusof, S. N. (2018). Are organizational factors
more prevailing than individual factors in mitigating employee fraud?: Findings
from Royal Custom Officers. Journal of Financial Crime, 25(3), 907–922.
https://doi.org/10.1108/JFC-09-2017-0087
Saleem, H. (2015). The impact of leadership styles on job satisfaction and mediating
role of perceived organizational politics. Procedia-Social and Behavioral
Sciences, 172, 563-569
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research Methods for Business: A Skill-Building
Approrach. Seventh Edition. In Research Methods for Business: A Skill-Building
Approrach. Seventh Edition (Seventh Ed, p. 420). United Kingdom: John Wiley
& Sons. https://doi.org/10.1007/978-94-007-0753-5_102084
Tang, T. L., & Chiu, R. K. (2003). Income, Money Ethic, Pay Satisfaction,
Commitment, and Unethical Behavior : IS the love of Money the root of evil for
hing kong employees? Journal of Business Ethics, 46(1–4), 12–30.
https://doi.org/10.1023/A
The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission. (2012).
COSO – Internal Control Integrated Framework. The Committee of Sponsoring
Organization of the treadway Commission. In C. of S. O. of the T. Commission
(Ed.), COSO (Framework). AICPA.
Utami, I., Wijono, S., Noviyanti, S., & Mohamed, N. (2019). Fraud diamond,
Machiavellianism and fraud intention. International Journal of Ethics and
Systems, 35(4), 531–544. https://doi.org/10.1108/IJOES-02-2019-0042
Utami, Y. L., Rakhmayani, A., Imtichana, D. O., & Hajar, N. (2021). Determinants of
Asset Misappropriantion By Employee From New Fraud Triangle Theory
Perspective (Case Study on Holding Company in Central Java) Yunita. 5(2), 82–
91.
Vousinas, G. L. (2019). Advancing theory of fraud: the S.C.O.R.E. model. Journal of
Financial Crime, 26(1), 372–381. https://doi.org/10.1108/JFC-12-2017-0128
Weber, M. (2009). The Theory of Social and Economic Organization. New York:
Simon and Schuster.
Xu, Y., Zhang, L., & Chen, H. (2017). Board age and corporate financial fraud: An
interactionist view. Long Range Planning, 51(6), 815–830.
https://doi.org/10.1016/j.lrp.2017.08.001
Yuniarwati, Y., Ardana, I. C., & Elizabeth, S. D. (2021). Factors Affecting Employee
Fraud: A Study Among Private Companies in Jakarta. Proceedings of the
International Conference on Economics, Business, Social, and Humanities
(ICEBSH 2021), 570(Icebsh), 503–510.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.210805.079
Yusrianti, H., Ghozali, I., & N. Yuyetta, E. (2020). Asset Misappropriation Tendency:
Rationalization, Financial Pressure, and the Role of Opportunity (Study in
Indonesian Government Sector). Humanities & Social Sciences Reviews, 8(1),
373–382. https://doi.org/10.18510/hssr.2020.8148
Zuberi, O., & Mzenzi, S. I. (2019). Analysis of employee and management fraud in
Tanzania. Journal of Financial Crime, 26(2), 412–431.
https://doi.org/10.1108/JFC-01-2018-0012