Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Terhadap ASI Eksklusif Di Kabupaten Bogor

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat (Pengmaskesmas)

Vol. 1, No. 1, April 2021, Hal. 1-8


DOI: doi.org/10.31849/pengmaskesmas.v1i1/5508

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu terhadap ASI Eksklusif di


Kabupaten Bogor

Anisa Eka Amalia*, Aprilia Daracantika, Dina Fikriyah, Dyah Nurmarastri, Fitria, Halimah Hakeem,
Nanthyan Khampa, Nisrina Sajid N., Ramadya Kanza N., Rajason Harianja, Zefanya Meilinda, Besral
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
*e-mail: [email protected]

Abstract
Background: Infant Mortality Rate (IMR) is the number of babies under 1 year who die per 1,000 births in one
year. According to data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2019, IMR in Indonesia has
decreased compared to 2018. One of the efforts to suppress IMR is exclusive breastfeeding.
Objective: To increase knowledge and attitudes of mothers towards exclusive breastfeeding to suppress IMR in
Bogor Regency.
Methods: Conduct situation analysis, priority problems, instrument development, and survey the determinants of
the lack of exclusive breastfeeding. The intervention was carried out for mothers with children under two who did
not give exclusive breastfeeding in RT 03 and 04, RW 02, Kadumanggu Village, by providing digital posters and
intervention videos through WhatsApp groups, personal chats, health workers, and cadres. Then an assessment
was carried out through a post-test on the mother's knowledge and attitudes.
Results: Mothers who do not give exclusive breastfeeding are caused by a lack of knowledge and attitudes about
the importance of exclusive breastfeeding. After the intervention activity was carried out, an assessment was given
through a post-test. The results of the assessment showed an increase in the score of knowledge and attitudes of
mothers towards exclusive breastfeeding, so that knowledge and attitudes of mothers influenced the behavior of
exclusive breastfeeding for children under two.
Conclusion: Based on the post-test assessment of 11 respondents after the intervention, an increase in the
knowledge score and mother's attitude towards exclusive breastfeeding was obtained.

Keywords: IMR, baduta, digital poster, educational video

Abstrak
Latar Belakang: Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah bayi di bawah 1 tahun yang meninggal per 1.000
kelahiran dalam kurun waktu satu tahun. Menurut data Kemenkes RI tahun 2019, AKB di Indonesia mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun 2018. Salah satu upaya penekanan AKB adalah pemberian ASI eksklusif.
Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif untuk menekan AKB di
Kabupaten Bogor.
Metode: Melakukan analisis situasi, prioritas masalah, pengembangan instrumen, dan survey determinan
penyebab kurangnya pemberian ASI eksklusif. Pelaksanaan intervensi dilakukan kepada ibu dengan baduta yang
tidak memberikan ASI eksklusif di RT 03 dan 04, RW 02, Desa Kadumanggu, dengan pemberian poster digital
dan video intervensi melalui grup WhatsApp, personal chat, tenaga kesehatan, dan kader. Kemudian dilakukan
penilaian melalui post-test terhadap pengetahuan dan sikap ibu.
Hasil: Ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sikap terhadap
pentingnya ASI eksklusif. Setelah dilakukan kegiatan intervensi, diberikan penilaian melalui post-test. Hasil dari
penilaian tersebut menunjukkan peningkatan skor pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif,
sehingga pengetahuan dan sikap ibu mempengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif terhadap baduta.
Simpulan: Berdasarkan penilaian melalui post-test kepada 11 responden setelah kegiatan intervensi, diperoleh
peningkatan skor pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.

Kata kunci: AKB, baduta, poster digital, video edukasi

1. PENDAHULUAN
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah bayi yang meninggal berusia di bawah 1 tahun per
1.000 kelahiran dalam kurun waktu satu tahun. Berdasarkan hasil survei dari Human Development Index
(HDI), pada tahun 2010, AKB di Indonesia mencapai 31 per 1000 kelahiran. Angka ini lebih tinggi
daripada Filipina, Thailand dan Malaysia (UNDP, 2010). Berdasarkan data dari Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), angka kematian bayi pada tahun 2019 sebesar 21,12. Angka Kematian Bayi mengalami

P-ISSN : 2809-6428| E-ISSN : 2809-5251 1


Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat (Pengmaskesmas) Vol. 1, No. 1, April 2021, Hal. 1-8
DOI: doi.org/10.31849/pengmaskesmas.v1i1/5508

penurunan jika dibandingkan dengan dengan tahun 2018 yang berjumlah 21,89 atau pada 2017 yang
mencapai 22,62 (Kemenkes, 2019).
Angka kematian bayi menjadi salah satu indikator penting untuk mengetahui derajat kesehatan
di suatu Negara. Salah satu cara untuk menekan angka kematian bayi adalah dengan memberikan ASI.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat mengurangi hingga 13 persen angka kematian balita
(Kemenkes, 2020). ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein
untuk daya tahan tubuh dan bermanfaat untuk mematikan kuman dalam jumlah tinggi sehingga
pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi (Kemenkes, 2019).
World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children’s (UNICEF)
dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding menyarankan pola pemberian makanan pada
bayi dari lahir sampai usia dua tahun. Pemberian ASI eksklusif di Jawa Barat tahun 2018 adalah sebesar
37,29 %. Berdasarkan profil kesehatan, cakupan ASI eksklusif Kabupaten Bogor sama dengan angka
cakupan di Kecamatan Babakan Madang tahun 2018 yaitu 45,52%. Dari hasil analisis data Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) Desa Kadumangu Tahun 2019, ASI eksklusif
merupakan salah satu masalah utama kesehatan dengan persentase masyarakat yang tidak memberikan
ASI Eksklusif sebesar 76,6%.
ASI adalah makanan alami yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi dalam enam
bulan pertama. ASI dapat memenuhi setengah atau lebih dari kebutuhan gizi bayi saat tahun pertama
hingga tahun kedua kehidupan (WHO, 2002; 2014). ASI merupakan imunisasi pertama anak,
memberikan perlindungan dari infeksi saluran pernafasan, penyakit diare, dan penyakit lainnya yang
berpotensi mengancam jiwa. ASI eksklusif juga memiliki efek perlindungan terhadap obesitas dan
penyakit tidak menular (Aryatochter, 2018).
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa faktor pengetahuan sikap dan perilaku
memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Hasil dari penelitian Triangan, (2012)
menunjukkan bahwa faktor pemicu dalam pemberian ASI eksklusif kepada bayi adalah pengetahuan,
sikap, dan perilaku ibu, di mana sebagian besar ibu masih belum paham tentang manfaat pemberian ASI
eksklusif. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan pemberian ASI eksklusif (Septyasrini, 2018). Hasil studi Sulistyowati, (2014) menunjukkan
adanya hubungan antara sikap, norma subyektif, dan pengendalian perilaku dengan perilaku
memberikan ASI eksklusif.
Penyuluhan atau edukasi tentang pentingnya ASI eksklusif dapat meningkatkan kemungkinan
ibu berhasil melakukan ASI eksklusif, karena pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dengan
pemberian ASI eksklusif, dimana ibu yang berpengetahuan baik berpeluang lebih besar untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayinya dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang
(Alyani, 2011). Oleh karena itu, dilakukan kegiatan intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap ASI eksklusif di RT 03 dan 04 RW 02 Desa Kadumanggu,
Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor.

2. METODE
Metode yang digunakan mulai dari melakukan analisis situasi dan menentukan prioritas
masalah, kemudian melakukan pengembangan instrumen melalui kuesioner, dan survey determinan
penyebab kurangnya pemberian ASI eksklusif, sehingga sampai pada tahap pelaksanaan intervensi dan
penilaian atau evaluasi. Sasaran dari kegiatan pengabdian ini adalah ibu dengan baduta di RT 03 dan 04
RW 02 Desa Kadumanggu, Kecamatan Babakan Madang, Bogor yang tidak melakukan perilaku
pemberian ASI eksklusif dan memiliki akses untuk menonton video intervensi. Kegiatan ini bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu yang memiliki baduta di RT 03 dan 04 Desa
Kadumanggu terkait manfaat dan pentingnya memberikan ASI eksklusif kepada bayi dari usia 0-6 bulan,
sehingga terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Media yang digunakan berupa poster digital
dan video edukasi tentang pentingnya ASI eksklusif yang diberikan melalui grup WhatsApp, personal

P-ISSN : 2809-6428| E-ISSN : 2809-5251 2


Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat (Pengmaskesmas) Vol. 1, No. 1, April 2021, Hal. 1-8
DOI: doi.org/10.31849/pengmaskesmas.v1i1/5508

chat, serta melalui tenaga kesehatan dan kader setempat. Setelah kegiatan intervensi dilakukan,
diberikan penilaian melalui post-test kepada sasaran untuk mengetahui hasil yang diperoleh.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Desa Kadumanggu termasuk dalam Wilayah Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor.
Sebagian besar wilayah desa adalah lahan pertanian/sawah/tegalan dengan permukaan tanah datar,
berbukit-bukit dan lereng. Berdasarkan data BPS Kabupaten Bogor tahun 2019, Desa Kadumanggu
memiliki jumlah penduduk sebanyak 18.846 jiwa dengan kepadatan penduduk 4.957 jiwa/km2 . Jumlah
kelahiran di Desa Kadumanggu yaitu 113 kelahiran yang terdiri dari 71 kelahiran laki-laki dan 42
kelahiran perempuan. Sedangkan, jumlah kematian terdapat 72 kematian yang terdiri dari 42 kematian
laki-laki dan 30 kematian perempuan.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Bogor tahun 2019, di Desa Kadumanggu terdapat 14
Posyandu, 3 tempat praktek bidan, dan 2 tempat praktek dokter. Tenaga kesehatan yang ada terdiri dari
dokter umum sebanyak 2 orang dan bidan sebanyak 2 orang. Selain itu, berdasarkan Profil Desa
Kadumanggu, kader kesehatan yang ada di Kadumanggu sebanyak 66 orang dan 1 Desa Siaga. Posyandu
di Desa Kadumanggu hadir sebagai bentukkelembagaan masyarakat sebagai Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM). Posyandu dibina oleh Puskesmas Sentul melalui para kader serta RT RW sebagai
pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh masyarakat setempat.
Metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) digunakan untuk menentukan prioritas masalah
di Desa Kadumanggu RT 03 dan 04 RW 02. Urgency merupakan indikator yang berkaitan dengan
mendesaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah, semakin mendesak suatu
masalah untuk diselesaikan maka semakin tinggi urgency masalah tersebut (Istiqomah, 2020).
Seriousness berkaitan dengan dampak dari adanya suatu masalah, semakin tinggi dampak yang
ditimbulkan oleh masalah, maka semakin serius masalah tersebut (Istiqomah, 2020). Growth adalah
indikator yang berhubungan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang masalah
tersebut maka semakin tinggi tingkat prioritas untuk mengatasi suatu masalah (Primyastanto, 2016).
Hasil yang diperoleh dari penentuan prioritas masalah seperti pada tabel 1.

Tabel 1 Skor USG Prioritas Masalah Desa Kadumanggu

No Masalah Kesehatan U S G Total Besaran Ranking


Masalah
1 Tidak ASI Eksklusif 5 5 5 15 76,6% 1

Hipertensi
2 (Ketidakpatuhan Minum 5 4 5 14 68,9% 2
Obat Hipertensi)

3 Tidak Menggunakan Alat


4 4 5 13 47,0% 3
Kontrasepsi

Tempat Melahirkan di
4 4 4 5 13 30,3% 4
Luar Faskes

5 Merokok 5 4 4 13 26,2% 5

Berdasarkan hasil analisis USG terhadap masalah kesehatan yang ada di Desa Kadumanggu,
diperoleh lima masalah kesehatan. Berdasarkan penilaian, masih banyak ibu yang tidak memberikan

P-ISSN : 2809-6428| E-ISSN : 2809-5251 3


Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat (Pengmaskesmas) Vol. 1, No. 1, April 2021, Hal. 1-8
DOI: doi.org/10.31849/pengmaskesmas.v1i1/5508

ASI Eksklusif. Sehingga masalah kesehatan yang menjadi prioritas adalah kurangnya pemberian ASI
eksklusif kepada bayi usia 0-2 tahun.
Pengembangan instrumen pada kegiatan intervensi ini dilakukan dengan pemberian kuesioner
terhadap 30 responden. Kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan mengenai identitas responden,
pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, kepercayaan dan budaya, serta
perilaku terhadap ASI eksklusif. Identitas responden terdiri dari 5 pertanyaan yang berkaitan dengan
diri responden. Pengetahuan responden terdiri dari 15 pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan
yang dimiliki oleh responden tentang ASI eksklusif. Kuesioner sikap terdiri dari 11 pertanyaan yang
berkaitan dengan sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif. Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan
masing-masing terdiri dari 3 dan 6 pertanyaan yang mengarah pada dukungan keluarga ibu dan tenaga
kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif. Kuesioner kepercayaan dan budaya terdiri dari 4
pertanyaan yang berkaitan dengan kepercayaan dan budaya di daerah ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif. Perilaku terdiri dari 8 pertanyaan yang mengarah pada perilaku ibu yang berpengaruh terhadap
pemberian ASI eksklusif. Perizinan survei untuk kegiatan intervensi ditujukan kepada Kepala Desa
Kadumanggu selaku kepala pemerintahan dan pembuat kebijakan di desa tersebut.
Setelah dilakukan survei kepada 30 responden tentang pemberian ASI eksklusif, berdasarkan
usia reproduksi, mayoritas responden dengan usia reproduksi sehat yakni usia 20-30 tahun. Berdasarkan
pendidikan, mayoritas responden berpendidikan tinggi yakni berpendidikan terakhir SMA atau
Perguruan Tinggi. Paling banyak responden berpendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 15 responden.
Hasil penelitian Ana Mahillatul Jannah, menunjukkan bahwa pendidikan ibu berpengaruh terhadap
pemberian ASI eksklusif, yaitu ibu berpendidikan tinggi cenderung memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya dibandingkan dengan ibu berpendidikan rendah. Hal ini didukung penelitian Neni Apriyana
(2012), ibu yang pendidikan rendah berpeluang 4 kali lebih besar untuk tidak memberikan ASI eksklusif
pada bayinya dibandingkan dengan ibu berpendidikan tinggi.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Selain itu, penelitian lain
yang dilakukan oleh Novitasari, et al (2019) dan Risnayanti, et al (2018), menunjukkan bahwa
ibu yang memiliki pengetahuan baik, cenderung memberikan ASI eksklusif sedangkan ibu yang
memiliki pengetahuan kurang, cenderung tidak memberikan ASI eksklusif.
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju).
Newomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain sikap
belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku
(tindakan) atau reaksi tertutup (Notoatmojo, 2012). Hasil penelitian Nurleli (2018) yang menunjukkan
ada hubungan antara sikap dengan tindakan pemberian ASI eksklusif.
Apabila dilihat dari segi pekerjaan, mayoritas responden tidak bekerja yakni hanya sebagai ibu
rumah tangga dan sebanyak 2 responden menjawab bekerja. Berdasarkan paritas, mayoritas responden
dengan multipara sebanyak 17 dari 30 responden telah memiliki anak lebih dari satu, sedangkan 13
responden lainnya hanya memiliki anak satu.
Berdasarkan kepercayaan, semua responden mendukung ASI Eksklusif, sedangkan berdasarkan
kebudayaan, responden tidak ASI Eksklusif dan responden dengan ASI Eksklusif memiliki persentase
seimbang. Dalam penelitian ini ditemukan adanya kebiasaan memberi air putih, pisang atau madu pada
bayi sebanyak 12 responden. Ditemukan pula kebiasaan diberi makan selain ASI sebelum 6 bulan yaitu
sebanyak 12 responden. Kebiasaan lain yang ditemukan di Desa Kadumanggu yaitu kebiasaan
membuang dan tidak memberikan air susu yang bening kekuning-kuningan pada bayi sebanyak 8 dari
30 responden.

P-ISSN : 2809-6428| E-ISSN : 2809-5251 4


Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat (Pengmaskesmas) Vol. 1, No. 1, April 2021, Hal. 1-8
DOI: doi.org/10.31849/pengmaskesmas.v1i1/5508

Dukungan keluarga seperti suami, orangtua ibu, orangtua mertua dan saudara menunjukkan
dukungan yang positif untuk ASI yaitu sebanyak 20 dari 30 responden. Dukungan keluarga sangat
penting terhadap pemberian ASI, dalam arti bahwa keluarga awam akan pentingnya mendukung ibu
dalam pemberian ASI eksklusif 6 bulan pertama kehidupan anak demi memenuhi kebutuhan bayi pada
tahun rawan (Roesli, 2007).
Dukungan nakes yang baik yaitu dari bidan, dokter, dan paraji. Penolong utama persalinan pada
responden paling banyak menggunakan jasa bidan sebanyak 16 responden dan paling rendah paraji
sebanyak 6 responden. Perawat utama dalam masa persalinan paling banyak diraih oleh bidan yaitu 12
responden yang menjawab. Adanya dukungan tenaga kesehatan yang positif memberikan kepercayaan
terhadap ibu bahwa menyusui tidak hanya bermanfaat untuk bayinya, tetapi juga untuk dirinya dan
keluarga. Kemudian dukungan tenaga kesehatan dimana mereka adalah orang yang berpengaruh
terhadap hidup responden untuk memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya (Jatmika et al, 2014).
Kegiatan intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap Ibu yang memiliki
anak usia 0-2 tahun di RT 03 dan RT 04 RW 02 Desa Kadumanggu mengenai pentingnya ASI Eksklusif
dan menyusui hingga anak berusia 2 tahun. Intervensi dilakukan dengan menyebarkan poster digital
tentang ‘Pentingnya Menyusui ASI Eksklusif 6 Bulan dan Menyusui Selama 2 Tahun’, ‘Inisiasi
Menyusui Dini (IMD)’, ‘Mitos vs Fakta Seputar Asi Eksklusif’ dan video edukasi melalui WhatsApp
Group ataupun personal chat kepada sasaran yang merupakan ibu dengan baduta yang tidak memberikan
ASI ekslusif. Didukung juga dengan tenaga kesehatan serta kader desa setempat untuk mengedukasi
sasaran secara langsung.
Untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap sasaran tentang ASI eksklusif sebelum dan
setelah dilakukan intervensi, diberikan sebuah pre-post test. Jumlah peserta intervensi berjumlah 15
orang, namun peserta yang mengisi post-test dan memberi tanggapan selama kegiatan intervensi ada
sebanyak 11 peserta. Sehingga, perhitungan mean dan total skor pre-test dan post-test diambil dari 11
peserta.

Total Skor Pre-post Test tentang


Pengetahuan ASI Eksklusif
800
593
600
420
400 Pre-test

200 Post-test

0
Pre-test Post-test

Gambar 1 Grafik Total Skor Pre-Test dan Post-Test Responden tentang Pengetahuan ASI Eksklusif (n=11)

Pada Gambar 1 dapat dilihat total skor dari 11 peserta sebelum dilakukan intervensi adalah 420,
sedangkan skor pengetahuan tentang ASI eksklusif setelah dilakukan intervensi adalah 593.

P-ISSN : 2809-6428| E-ISSN : 2809-5251 5


Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat (Pengmaskesmas) Vol. 1, No. 1, April 2021, Hal. 1-8
DOI: doi.org/10.31849/pengmaskesmas.v1i1/5508

Mean Skor Pre-post Test tentang


Pengetahuan terhadap ASI
Eksklusif
100 97
95
90 86 Pre-test
85 Post-test
80
Pre-test Post-test

Gambar 2 Grafik Mean Skor Pre-post Test Responden tentang Pengetahuan ASI Eksklusif (n=11)

Pada Gambar 2, dapat dilihat grafik mean skor pengetahuan tentang ASI eksklusif sebelum
dilakukan intervensi adalah 38,2. Sedangkan setelah dilakukan intervensi meningkat menjadi 54.
Sehingga berdasarkan hasil tersebut, variabel pengetahuan peserta tentang ASI eksklusif setelah
dilakukan intervensi mengalami peningkatan.

Total Skor Pre-post Test tentang


Sikap terhadap ASI Eksklusif
100
97
95

90 Pre-test
86
85 Post-test

80
Pre-test Post-test

Gambar 3 Grafik Total Skor Pre-Post Test Sikap terhadap ASI Eksklusif

Sementara itu, pada variabel sikap terhadap ASI Eksklusif, juga mengalami peningkatan. Total
skor sikap positif terhadap ASI Eksklusif sebelum intervensi yaitu 86 dan meningkat menjadi 97 setelah
dilakukan intervensi.

Mean Pre-Post Test tentang


Pengetahuan ASI Eksklusif
60
53,9

40 38,18
Pre-test
20 Post-test

0
Pre-test Post-test

Gambar 4 Grafik Mean Skor Pre-Post Test Sikap terhadap ASI Eksklusif

P-ISSN : 2809-6428| E-ISSN : 2809-5251 6


Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat (Pengmaskesmas) Vol. 1, No. 1, April 2021, Hal. 1-8
DOI: doi.org/10.31849/pengmaskesmas.v1i1/5508

Pada Gambar 4, skor mean sikap terhadap ASI eksklusif meningkat dari 7,8 menjadi 8,8 setelah
dilakukannya intervensi. Sehingga berdasarkan hasil tersebut, variabel pengetahuan peserta tentang ASI
eksklusif setelah dilakukan intervensi mengalami peningkatan.

4. SIMPULAN
Desa Kadumanggu termasuk dalam Wilayah Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor.
Desa Kadungmanggu memiliki jumlah penduduk sebanyak 18.846 jiwa. Dari aspek pelayanan
kesehatan, terdapat 14 Posyandu, 3 tempat praktek bidan, dan 2 tempat praktek dokter, 66 kader
kesehatan dan 1 Desa Siaga. Posyandu dibina oleh Puskesmas Sentul melalui para kader serta RT RW
sebagai pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh masyarakat setempat. Berdasarkan hasil
analisis USG, masalah kesehatan yang menjadi prioritas adalah kurangnya pemberian ASI eksklusif
kepada bayi usia 0-2 tahun. Pengembangan instrumen pada kegiatan intervensi ini dilakukan dengan
pemberian kuesioner terhadap 30 responden. Kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan mengenai
identitas responden, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, kepercayaan
dan budaya, serta perilaku terhadap ASI eksklusif. Determinan penyebab kurangnya pemberian ASI
eksklusif selain pengetahuan, sikap, dan perilaku adalah usia produktif, pekerjaan, kepercayaan,
dukungan keluarga dan tenaga kesehatan. Dilakukan intervensi kepada ibu dengan baduta yang tidak
melakukan pemberian ASI eksklusif. Intervensi yang dilakukan kepada responden menunjukkan
terjadinya peningkatan pengetahuan dan sikap Ibu terhadap ASI Eksklusif di wilayah RT 03 dan 04 RW
02 Desa Kadumanggu, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor.
Bentuk rekomendasi yang dapat diberikan yaitu perangkat desa, puskesmas dan kader Posyandu
dapat lebih aktif dalam menyampaikan pesan kesehatan terkait pentingnya ASI eksklusif, menyusui
hingga anak berusia 2 tahun, serta menjelaskan makna garis yang ada di buku KMS. Hal tersebut
bertujuan agar Ibu terpapar informasi kesehatan mengenai ASI Eksklusi dan menyusui hingga 2 tahun.
Perlu dilakukan kampanye mengenai PHBS, salah satunya meningkatkan pengetahuan wanita usia subur
tentang ASI Eksklusif untuk memberikan bayi ASI eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

Alyani, D, S. 2011. Hubungan Karakteristik Ibu Terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Cipondoh Kota Tangerang Tahun 2011. Skripsi : Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia

Apriyana, Neni. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
pada Ibu Bayi Usia 6-2 Bulan di Puskesmas Pasir Angin Kabupaten Bogor, Jawa Barat Tahun 2012.
Skripsi : FKM Depok

Aryotochter, A. A. M., Prameswari, G. N., Azinar, M., Fauzi, L., & Nugroho, E. (2018). Association
between Exclusive Breastfeeding with Health Belief Model in Working Mothers. Indian Journal of
Public Health Research & Development, 9(12).

Istiqomah, N. (2020). Habituasi dan Teknik Penulisan Laporan Aktualisasi. Deepublish : Yogyakarta

Jatmika, et al. (2014). Dukungan Tenaga Kesehatan Untuk Meningkatkan Niat Ibu Hamil dalam
Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia Vol 9 No. 2 Agustus 2014. Diakses dari
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/view/12734

P-ISSN : 2809-6428| E-ISSN : 2809-5251 7


Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat (Pengmaskesmas) Vol. 1, No. 1, April 2021, Hal. 1-8
DOI: doi.org/10.31849/pengmaskesmas.v1i1/5508

Kementrian Kesehatan. (2019). Susu Formula Tidak Sebanding dengan Pemberian ASI Susu Formula
Tidak Sebanding dengan Pemberian ASI. Diakses melalui https://promkes.kemkes.go.id/susu-formula-
tidak-sebanding-dengan-pemberian-asi

Kementerian Kesehatan. (2019). Berikan ASI untuk Tumbuh Kembang Optimal. Diakses melalui.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19080800004/berikan-asi-untuk-tumbuh-kembang-ptimal.html.

Kementerian Kesehatan. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018

Kementerian Kesehatan. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2019

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Novitasari, Y., Mawati, E. D., dan Rachmania, W. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Tegal Gundil Kota Bogor Jawa Barat Tahun 2018

Nurleli., Purba, Jenny Marlindawati., dan Sembiring, Rinawati. (2018). Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Ibu dengan Tindakan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Rambung Kecamatan Binjai
Selatan, Kota Binjai Tahun 2017. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan. 3. 1.
10.34008/jurhesti.v3i1.16

Primyastanto, M. (2016). Evapro (Evaluasi Proyek). UB Press : Malang

Risnayanti, Sudirman, dan Rosnawati. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian
ASI Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Siniu Kabupaten Parigi Moutong. 220–228

Roesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Pustaka Bunda. Jakarta

Septyasrini, N. Rahayuningsih, B. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Pekerjaan dengan
Pemberian Asi Eksklusif. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan. 11 (1) : 1979-2697

Sulistyowati, T. Siswantara P. (2011). Perilaku Ibu Bekerja dalam Memberikan Asi Eksklusif di
Kelurahan Japanan Wilayah Kerja Puskesmas Kemlagi- Mojokerto. Jurnal Promkes. 2(1) : 89-100

UNDP. 2010. Human Development Report 2010: The Real Wealth of Nations - Pathways to Human
Development. New York. http://hdr.undp.org/en/content/human-development- report-2010

WHO. (2001). The World Health Organization's infant feeding recommendation. Diakses melalui
https://www.who.int/nutrition/topics/infantfeeding_recommendation/en/

WHO. (2014). Global Nutrition Targets 2025. Diakses melalui


https://www.who.int/nutrition/publications/globaltargets2025_policybrief_breastfeedi ng/en/

P-ISSN : 2809-6428| E-ISSN : 2809-5251 8

You might also like