Fiqih Warisan-1 DR Muhammad Yusuf Siddik MA

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 4

Hukum Menerapkan Aturan Warisan Islam

Oleh : Dr. M. Yusuf Siddik, MA

Dalam Fiqih Islam, ilmu tentang cara pembagian harta warisan disebut dengan Ilmu
Faraidh. Secara bahasa Faraidh adalah jamak dari faridhah yang berasal dari kata fardh
yang artinya taqdir atau ketentuan. Namun secara istilah, Faraidh adalah bagian yang
telah ditentukan bagi ahli waris. Ilmu ini juga dinamakan Ilmu Waris (ilmu mawarits).

Tidak seperti halnya hukum Islam lainnya, hukum warisan dijelaskan oleh Allah secara
detail dalam al Qur’an, yaitu pada surah Annisaa’ ayat 11-14 dan ayat terakhir yang
isinya sebagai berikut :

ِ ‫تُو‬ ِ ُِ ‫فُأ َْوََل ِد ُك ُْمُلِل َذ َك ُِرُ ِمثْ ُُلُ َح‬ ِ ‫ي‬


ُ‫اح َدُةُفَ لَ َهُا‬ َ ُْ َ‫يُفَ لَ ُه َُنُثُلُثَاُ َماُتَ َر َُكُ َوإِ ُْنُُ َكان‬ ُِ ْ َ‫قُاثْ نَ ت‬
َُ ‫ساءُُفَ ْو‬ ِ ُِ ْ َ‫ظُ ْاْلُنْ ثَ ي‬
َ ‫يُفَإ ُْنُُ ُك َُنُن‬ ُ ُُِ‫اّلل‬
َُ ُ‫وصي ُك ُُم‬ ُ
ُ‫ث ُفَِإ ُْن‬ ِ ِ ِ
ُُ ُ‫َد ُ َوَوِرثَُهُُأَبَ َو ُاهُُفَِلُم ُه ُالثُّل‬ ُ ‫َد ُفَِإ ُْن ُ َُلُْيَ ُك ُْن ُل َُهُُ َول‬ ِ
ُ ‫س ُِمَُا ُتَ َر َُك ُإِ ُْنُ َكا َُن ُل َُهُُ َول‬ ُُ ‫الس ُد‬ ِ ِ ِ ِ
ُّ ُ ‫ف ُ َوِْلَبَ َويُْه ُل ُك ُِل ُ َواح ُد ُم ْن ُه َما‬ ُُ ‫ص‬ ِ
ْ ‫الن‬
ُ‫ض ُة‬َ ‫بُلَ ُك ُْمُنَ ْفعاُفَ ِري‬ ُُ ‫َوُ َديْنُُآ َََب ُؤُك ُْمُ َوأَبْ نَا ُؤُك ُْمُ ََُلُتَ ْد ُرو َُنُأَيُّ ُه ُْمُأَق َْر‬ ُْ ‫وصيُ ِِبَاُأ‬ ِ ‫صُيَةُُي‬ ِ ِ ِ ُ ‫الس ُد‬ ِِ ِ ِ
ُ ‫سُم ُْنُبَ ْع ُدُ َو‬ ُ ُّ ُ‫َكا َُنُل َُهُُإ ْخ َوةُُفَِلُم ُه‬
ُ ‫َد ُفَِإ ُْنُ َكا َُن ُ ََلُ َُن ُ َول‬
ُ‫َد ُفَ لَ ُك ُُم‬ ُ ‫اج ُك ُْم ُإِ ُْن ُ َُلُْيَ ُك ُْن ُ ََلُ َُن ُ َول‬ ُ ‫ف ُ َما ُتَ َر َُك ُأَ ْزَو‬ُُ ‫ص‬ ِ
ْ ِ‫) ُ َولَ ُك ُْم ُن‬11(ُ ‫اّللَُ َكا َُن ُ َعليما ُ َح ِكيما‬ َُِ ُ ‫ِم َُن‬
َُ ُ ‫اّلل ُإِ َُن‬
ُ ‫َد ُفَِإ ُْنُ َكا َُن ُلَ ُك ُْم ُ َول‬
ُ‫َد ُفَ لَ ُه َُن‬ ُ ‫الربُ ُُع ُِِمَا ُتَ َرْكتُ ُْم ُإِ ُْن ُ َُلُْيَ ُك ُْن ُلَ ُك ُْم ُ َول‬ُّ ُ ‫َو ُ َديْنُ ُ َوََلُ َُن‬ُْ ‫ي ُ ِِبَا ُأ‬ ِ ‫صيَةُ ُي‬
َُ ‫وص‬ ِ ِ ِ ِ ُّ
ُ ‫الربُ ُُع ُِمَُا ُتَ َرْك َُن ُم ُْن ُبَ ْع ُد ُ َو‬
ِ ‫ت ُفَلِ ُك ُِل ُو‬ ُْ ‫وصو َُن ُ ِِبَُا ُأ‬ ِ ِ ِ ِ
ُ‫اح ُد‬ َ ُ ‫َو ُأُ ْخ‬ ُْ ‫ثُُ َك ََللَةُ ُأَ ُِو ُ ْام َرأَُة ُ َول َُهُُأَخُ ُأ‬ ُُ ‫ور‬َ ُ‫َو ُ َديْ ُن ُ َوإِ ُْنُُ َكا َُن ُ َر ُج ُل ُي‬ ُ ُ‫الث ُُّم ُُن ُِمَُا ُتَ َرْكتُ ُْم ُم ُْن ُبَ ْع ُد ُ َوصيَُة ُت‬
ُ‫صيَُةُ ِم َُن‬ ِ ‫ضارُُو‬
َ َ ‫يُ ُم‬ َُْ َ‫َوُ َديْ ُنُغ‬ ُْ ‫وص ُىُ ِِبَاُأ‬ ِ ِ
َ ُ‫ثُم ُْن ُبَ ْع ُدُ َوصيَُةُي‬
ِ ُِ ُ‫فُالثُّل‬ ُ ُُِ‫اء‬ُ ‫كُفَ ُه ُْم ُ ُش َرَك‬ َُ ِ‫سُفَِإ ُْنُُ َكانُوُاُأَ ْكثَ َُرُ ِم ُْن ُذَل‬ ُّ ُ ‫ِم ْن ُه َما‬
ُُ ‫الس ُد‬
ُ‫ين ُفِ َيها‬ َُ ‫ار ُ َخالِ ِد‬ ُُ َ‫اّللَُ َوَر ُسول َُهُ ُيُ ْد ِخل ُْهُ ُ َجنَاتُ ُ ََتْ ِري ُ ِم ُْن ُ ََتْتِ َها ُ ْاْل َْْن‬ َُِ ُ ‫ود‬
َُ ُ ‫اّلل ُ َوَم ُْن ُيُ ِط ُِع‬ ُُ ‫ْك ُ ُح ُد‬ َُ ‫) ُتِل‬12(ُ ُ‫اّللُُ َعلِيمُ ُ َحلِيم‬ َُِ
َُ ‫اّلل ُ َو‬
)ُ14(ُُُ‫ابُ ُم ِهي‬ ُ ‫ودُهُُيُ ْد ِخل ُْهُُ ََنرُاُ َخالِداُفِ َيهاُ َول َُهُُ َع َذ‬ َ ‫اّللَُ َوَر ُسول َُهُُ َويَتَ َع َُدُ ُح ُد‬ َُ ُ‫ص‬ ُِ ‫)ُ َوَم ُْنُيَ ْع‬13(ُُ‫يم‬ ُُ ‫كُالْ َف ْوُُزُال َْع ِظ‬ َُ ِ‫َوذَل‬
Warisan anak dan orangtua
“Allah mewasiatkan (mewajibkan) pada anak-anak kamu, bagi laki-laki seperti bagian
dari dua perempuan. Jika mereka (anak-anak) perempuan lebih dari dua orang, maka
bagi mereka 2/3 bagian dari apa yang ditinggalkan (oleh yang meninggal). Namun jika ia
(anak perempuan) 1 orang, maka baginya 1/2, dan bagi kedua orangtuanya, masing-
masing 1/6 dari yang ditinggalkan (oleh yang meninggal), jika (yang meninggal)
memiliki anak laki-laki. Maka jika ia tidak memiliki anak laki-laki, kedua orang tuanya
mewarisinya, dan bagi ibu adalah 1/3. Jika ia memiliki saudara-saudara, maka bagi ibu
1/6, setelah wasiat yang diwasiatkan oleh yang meninggal, atau hutang. Ayah-ayah dan
anak-anak kamu tidak tahu siapa diantara mereka yang lebih dekat memberikan
manfaat bagi kamu, ketentuan dari Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana”.
Warisan suami, istri dan saudara seibu
“Dan bagi kalian (suami-suami) ½ dari apa yang ditinggalkan oleh isteri-isteri kamu, jika
mereka tidak mempunyai anak, namun jika mempunyai anak, maka bagi kamu ¼ dari
yang mereka tinggalkan, setelah wasiat yang diwasiatkan oleh mereka, atau hutang.
Dan bagian mereka (para isteri) ¼ dari yang kamu tinggalkan, jika kamu memiliki anak,
namun jika tidak memiliki anak, bagi mereka 1/8, setelah wasiat yang kamu wasiatkan
dan hutang. Dan jika seorang laki-laki atau seorang perempuan diwarisi secara kalalah
(tidak punya ayah dan tidak punya anak), tetapi mempunyai saudara laki-laki (seibu
saja), atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing kedua
jenis saudara itu 1/6 harta. Tapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka
mereka bersekutu (berbagi sama rata) dalam 1/3 itu, sesudah dipenuhi wasiat yang
dibuat olehnya, atau sesudah dibayar hutangnya, dengan tidak memberi mudharat(

1
kepada ahli waris). (Allah menetapkan semua itu sebagai) syariat yang benar-benar dari
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun”.
Ganjaran bagi yang melaksanakan hukum waris Allah
“(Hukum-hukum tersebut) adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, nisacaya Allah memasukkannya ke dalam syurga yang
mengalir dibawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itu (adalah)
kemenangan yang besar”.
Ancaman bagi yang melanggar hukum waris Allah
“Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, dan melanggar ketentuan-
ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, sedang ia kekal di
dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan”. (An-Nisaa’ : 11-14)

‫ْف َما ت ََركَ َوه َُو َي ِرث ُ َها إِ ْن لَ ْم َي ُك ْن لَ َها َولَ ٌد فَإِ ْن‬ ُ ‫ْس لَهُ َولَ ٌد َولَهُ أ ُ ْختٌ فَلَ َها ِنص‬َ ‫َّللا يُ ْفتِي ُك ْم فِي ْالك َََللَ ِة إِ ِن ا ْم ُر ٌؤ َهلَكَ لَي‬
ُ ‫َي ْستَ ْفتُونَكَ قُ ِل ه‬
ٍ‫ش ْيء‬ ُ
َ ‫َّللا ِبك ِل‬
ُ ‫َضلوا َو ه‬ ُّ َ ُ َ
ِ ‫َّللا لك ْم أ ْن ت‬ َ ْ ُ ْ ْ ‫ه‬
ُ ‫سا ًء فَلِلذك َِر مِ ث ُل َح ِظ اْلنث َيي ِْن يُ َب ِي ُن ه‬ ً ْ
َ ‫ان مِ هما ت ََركَ َوإِ ْن كَانُوا إِخ َوة ً ِر َجاًل َو ِن‬ ِ ‫كَا َنتَا ْاث َنتَي ِْن فَلَ ُه َما الثلث‬
َ ُ ُّ
) 176( ‫علِي ٌم‬ َ
Warisan bagi Saudara seayah atau seayah dan seibu
“Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalalah (seorang yang meninggal, namun
tidak punya ayah dan anak). Katakanlah (wahai Muhammad) : Allah memberi fatwa
kepada kamu tentang kalalah (yaitu) : jika seorang meninggal dunia dan ia tidak
mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudara perempuan
itu ½ dari harta yang ditinggalkannya, dan saudara laki-laki mempusakai (saudara
perempuan), jika ia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu 2 orang,
maka bagi keduanya 2/3 dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika
mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka
bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian 2 orang saudara perempuan.
Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu”. (An-Nisaa’ : 176).

3. SEBAB TURUN AYAT WARIS = BANYAK YANG MENZOLIMI ANAK YATIM

ُ‫ُفعمدُأخوهُفقبضُماُتركُسعد‬،ُ‫ُُإنُسعداُُهلكُوتركُبنتيُوأخاه‬،ُ‫ُايُرسولُُهللا‬:ُ‫عنُجابرُبنُعبدُهللاُ"ُأنُامرأةُ َس ْعدُابنُالربيعُقالت‬
ُ‫ ُابنتا ُسعد؟ ُفنزلت ُآية ُاملواريث ُفقال‬،ُ ُ‫ ُاي ُرسول ُهللا‬:ُ ‫ ُمث ُجاءته ُفقالت‬.ُ ‫ ُوإمنا ُتنكح ُالنساء ُعلى ُأمواَلن؛ ُفلم ُجيبها ُف ُجملسها ُذلك‬،
ُ‫قالُالرتمذي‬
ُ ُ"ُ»‫ابنتيهُالثلثيُوإىلُامرأتهُالثمنُولكُمُاُبقي‬
ْ ُ‫ُ«ادفعُإىل‬:ُ‫عُيلُأخاه»ُفجاءُفقالُله‬
ُ ‫ُ«اد‬:ُ‫رسولُهللاُصلىُهللاُعليهُوسلم‬
.ُُ‫ص ِحيح‬
َ ُُ‫سن‬
ِ
َ ‫ُهذاُ َحديثُُ َح‬:

“Dari Jabir bin Abdullah, sesungguhnya isteri Sa’ad bin Rabi’ berkata : ya Rasulullah,
sesungguhnya Sa’ad telah meninggal dan ia meninggalkan 2 orang anak perempuan
dan saudara laki-laki, namun saudaranya laki-laki mengambil (semua) peninggalannya,
sementara perempuan (kadang-kadang) dinikahi karena (ia memiliki) harta. Rasulullah
tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut saat itu. Kemudian (isteri Sa’ad) datang
lagi : ya Rasulullah, (bagaimana dengan) 2 anak perempuan Sa’ad? Maka turunlah
ayat-ayat warisan, lalu Rasulullah bersabda : panggilkan untukku saudaranya, maka
datanglah saudaranya, Rasulullahpun berkata kepadanya : berikan kepada 2 anak
perempuannya 2/3 dan kepada isterinya 1/8, sementara sisanya untukmu”. Berkata
Turmudzi : ini hadits hasan shahih. 1

1
Sunan Turmudzi, Kitab Faraidh ‘an Rasulillah, hadits no. 2018, 7/437, Sunan Abu Dawud, Kitab
Faraidh, hadits no. 2505, 8/95

2
Ulama sepakat, bahwa pada dasarnya pembagian harta warisan berdasarkan
ketentuan Allah pada ayat-ayat diatas wajib, dengan dalil sebagai berikut :

1. Pada awal ayat Allah SWT menggunakan kata “yuushiikumullah” yang artinya
“Allah berwasiat kepadamu”. Setiap kata “Allah berwasiat” atau “kami berwasiat”
adalah merupakan suatu hal yang wajib untuk diterapkan, seperti halnya ayat yang
tentang kewajiban berbakti kepada orang tua :
ِ ِ
‫ض َع ْتهُُُ ُك ْرها‬
َ ‫ساَنُُ ََحَلَْت ُهُُأ ُُّم ُهُُُ ُك ْرهاُ َوَو‬ ْ ُ‫سا َُنُبَِوال َديُْه‬
َ ‫إح‬ ِْ ُ‫َوَوصَيْ نَا‬
َ ْ‫اْلن‬
“Dan kami telah wasiatkan kepada manusia, agar ia berbuat baik kepada orang
tuanya, (karena) ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah”.

َُِ ُ‫ضةُُ ِم َُن‬


2. Dalam ayat 11, Allah menyebut kata : ‫اّلل‬ َ ‫فَ ِري‬, yang berarti “ketentuan dari Allah”.
Kata ‘ketentuan’ di dalam ayat tersebut menggunakan kata ‘fariidhah” yang berasal
dari kata “faradha” yang artinya “mewajibkan”.

3. Pada ayat 14, Allah memberikan ancaman bagi yang melanggar ketentuannya,
dan melampaui batasan-batasan yang telah ditetapkan-Nya dengan ancaman
berupa azab api neraka. Tidak ada perbuatan yang mendapat ancaman dengan
azab neraka melainkan meninggalkan kewajiban.

4. Tidak melaksanakan hukum waris, berakibat memakan harta anak yatim.

5. Harta orang yang telah wafat adalah milik Allah, yang semula dititipkan kepada
almarhum. Saat ia meninggal harta tersebut dikempalikan kepada pemiliknya yaitu
Allah, dan hanya Allah yang berhak membaginya. Makanya hukum warisan
dijelaskan Allah secara rinci dalam al Qur’an.

Terdapat beberapa hadits yang menyebutkan keutamaan ilmu Faraidh, antara lain :

a. Dari Ibnu Mas'ud, Rasululloh SAW bersabda: "Pelajarilah Al-Qur'an dan


ajarkanlah kepada manusia. Pelajarilah Faraidh dan ajarkanlah kepada manusia.
Karena aku adalah orang yang akan mati, sedang ilmupun akan diangkat.
Hampir saja dua orang berselisih tentang pembagian warisan dan tidak
menemukan seseorang yang memberitahukannya kepada keduanya"(HR
Ahmad).

b. Dari 'Abdulloh bin 'Amr, Rasululloh SAW bersabda: "Ilmu itu ada tiga macam,
dan selain dari yang tiga itu adalah tambahan. (Yang tiga itu ialah) ayat yang
jelas, sunnah yang datang dari nabi, dan cara pembagian warisan (faraidh) yang
adil". (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah).

c. Dari Abu Hurairoh, Rasulullah SAW bersabda: "Pelajarilah Faraidh dan


ajarkanlah kepada manusia, karena Faraidh adalah separuh dari ilmu dan akan
dilupakan. Faraidh adalah ilmu yang pertama kali dicabut dari umatku". (HR Ibnu
Majah dan Ad-Daroquthni).

Kenapa Rasulullah SAW secara khusus memerintahkan mempelajari hukum warisan?

1. Karena warisan berpotensi menimbulkan permusuhan antara anggota keluarga.

3
2. Karena banyak yang belum memahami, bahwa warisan adalah harta yang
dikembalikan kepada pemiliknya setelah yang diberi titipan telah meninggal
dunia, maka tidak ada yang berhak memilikinya kecuali sesuai jatah yang Allah
berikan untuknya,

You might also like