Analisa Suarni

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

NAMA : SUARNI

NIM : 201901076

KELAS : KEPERAWATAN R3B


TUGAS : KEPRAWATAN ANAK

Aktivitas Serum Bilirubin pada Pasien


Atresia Bilier Sebelum dan Sesudah Operasi Kasai

ABSTRAK
Pendahuluan : Atresia bilier merupakan kondisi yang mematikan sebelum ditemukannya operasi
Kasai. Periode bebas penyakit kuning, usia pasien saat dilakukan Kasai menjadi penting karena
dapat digunakan untuk memprediksi kelangsungan hidup hati asli. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kadar serum bilirubin total dan bilirubin direk sebelum dan sesudah 7 hari operasi
Kasai dan luaran pada bayi dengan atresia bilier.
Metode: Penelitian observasional analitik pada anak-anak dengan atresia bilier yang menjalani
operasi Kasai dari Januari 2014 hingga Juli 2020. Data laboratorium yang tidak lengkap dan/atau
data klinis dan data tindak lanjut setelah Kasai tidak lengkap, akan dieksklusi. Perubahan
bilirubin sebelum dan sesudah Kasai menggunakan uji pair t test dan uji wilcoxon rank test, data
disajikan dalam nilai mean +SD.
Hasil: Terdapat 30 pasien atresia bilier yang menjalani operasi Kasai, 18 (60%) pasien adalah
perempuan. Umur pada saat pengobatan Kasai berkisar antara 59 hingga 238 hari dengan median
152,5 hari. Rata-rata bilirubin total, bilirubin direk sebelum Kasai adalah 11,03+4,57 mg/dL dan
8,58+3,23 mg/dL, sedangkan setelah Kasai masing-masing adalah 12,03+5,49 mg/dL dan
9,75+3,12 mg/dL. Sembilan kasus (30% dari total) mengalami penurunan bilirubin serum total
dalam waktu 7 hari setelah operasi Kasai, tujuh kasus dengan penurunan lebih dari 20%.
Terdapat peningkatan bilirubin total setelah operasi Kasai sebesar 1,00 (95%CI =2,44s/d-0,44).
nilai p=0,082 (p>0,05), sedangkan peningkatan bilirubin direk setelah Kasai sebesar 1,18
(95%CI=2,06s/d0,29). nilai p=0,011 (p<0,05)
Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan adanya perbedaan kadar bilirubin direk sebelum dan
sesudah Kasai secara signifikan. Penurunan bilirubin total dan bilirubin direk tidak berhubungan
dengan luaran kematian pada pasien.
PENDAHULUAN

Atresia bilier (AB) merupakan penyebab obstruktif yang paling sering diidentifikasi pada
penyakit kuning dalam 3 bulan pertama kehidupan1 . Atresia Bilier (AB) merupakan penyakit
yang berpotensi fatal pada bayi muda, dimana terjadi kolangiopati obliteratif progresif yang
mempengaruhi saluran intra dan ekstrahepatik sebagai kolestasis persisten pada bayi baru
lahir2,3. Hal ini sering menyebabkan fibrosis hati, penyakit hati stadium akhir4,5, dan kematian
terkait penyakit hati atau indikasi untuk transplantasi hati pada anak-anak. Prevalensi atresia
bilier bervariasi menurut lokasi di seluruh dunia1 . Insiden 1:19000 kelahiran hidup di Kanada6 .
Peristiwa di Amerika Utara dan Eropa berkisar dari 1:8000-1:16000, sedangkan di Asia adalah
1:5000–1:80007 . Meskipun diagnosis dini ditegakkan lebih awal dan operasi Kasai dilakukan
tepat waktu sehingga dapat memulihkan aliran empedu dan meningkatkan kelangsungan hidup
dengan hati asli (Native Liver Survival/NLS), namun lebih dari 50% anak dengan AB
ditempatkan pada daftar tunggu untuk transplantasi hati selama masa hidupnya2,4. Sayangnya,
transplantasi hati hanya dapat dilakukan di rumah sakit tertentu sebagai pusat transplantasi.
Selain itu kesulitan teknis dari orang tua pasien yang sering terjadi,yaitu setelah kasai dan
luaranya pada bayi dengan atresia bilier menolak saat dirujuk ke pusat transplantasi. Sehingga
prognosis pasien AB yang menjalani operasi Kasai menjadi tidak pasti8 . Berbagai metode
dilakukan untuk mengidentifikasi prediktor hasil operasi Kasai, seperti usia saat pembedahan,
serum bilirubin total setelah pembedahan, bilirubin direk (BD), aspartate aminotransferase (AST)
setelah pembedahan Kasai, kolangitis berulang, dll. Namun penelitian mengenai serum bilirubin
total (BT) perioperatif sebagai prediktor masih terbatas8 . Di rumah sakit, kami juga belum
memiliki data informasi bilirubin serum perioperatif pada anak-anak AB yang menjalani operasi
Kasai, sebagai dasar edukasi orang tua pasien. Hasil setelah operasi Kasai dapat dievaluasi
dengan periode bebas penyakit kuning (serum bilirubin 20% dalam 7 hari setelah Kasai dikaitkan
dengan hasil awal yang baik dan memberikan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun yang lebih
baik8 . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar serum bilirubin total dan bilirubin
direk sebelum (bilirubin direk), sedangkan data numerik yang tidak berdistribusi normal
menggunakan uji wilcoxon rank test (bilirubin total), data disajikan dalam nilai mean +SD.
Perubahan serum bilirubin total dan bilirubin direk menggunakan uji Wilcoxon rank test dan uji
pair t test. Parameter laboratorium yang dikumpulkan adalah waktu terdekat sebelum dan
sesudah operasi Kasai.
METODE
Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan menggunakan data rekam medis.
Didapatkan sebanyak 34 pasien atresia bilier yang menjalani operasi Kasai di RSUD Soetomo
Surabaya antara Januari 2014 sampai Juli 2020. Kriteria eksklusi meliputi: (i) tidak ada data
laboratorium dan/atau klinis (ii) kehilangan data tindak lanjut setelah Kasai. Kriteria inklusi
dipenuhi oleh 30 pasien (88,24%). Dua subyek tidak dapat disertakan dalam penelitian karena
data laboratorium tidak ada dan dua subyek lainnya drop out setelah menjalani operasi Kasai.
Pemilihan pasien diilustrasikan pada Gambar 1. Pada penelitian ini dilakukan pencatatan dengan
melihat rekam medis pasien untuk mengumpulkan data laboratorium terutama serum bilirubin
dalam 7 hari setelah operasi Kasai. Selain itu menilai persentase penurunan serum bilirubin pada
semua subyek. Target keberhasilan operasi Kasai pada pasien atresia bilier tercapai jika terjadi
penurunan serum bilirubin total sebesar >20%. Kejadian kematian dilihat sampai 30 hari setelah
pembedahan.

PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, jenis kelamin pasien yang datang dengan atresia bilier sebanyak 18 (60%)
adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan laporan sebelumnya oleh Bezerra dkk, bahwa atresia
bilier lebih sering terjadi pada orang Asia dan Afrika dibandingkan Eropa dan lebih sering terjadi
pada perempuan dibandingkan laki-laki. Akan tetapi insiden atresia bilier dapat bervariasi
menurut wilayah atau waktu dalam satu tahun, tetapi secara umum berhubungan berbagai faktor,
misalnya adanya paparan racun hewan atau lingkungan, diet orang tua, status kesehatan, atau
penduduk14 . Usia saat operasi Kasai merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
prognosis atresia bilier. Semakin tua operasi Kasai, semakin buruk prognosisnya15. Dalam
penelitian ini, hanya ditemukan 1 kasus (3,33%) yang ditemukan berusia kurang dari 60 hari (60
hari, dan pasien pertama kali datang ke rumah sakit pada usia tersebut. Namun, satu anak yang
dioperasi pada usia

KESIMPULAN
Dalam penelitian ini terdapat perbedaan signifikan kadar bilirubin direk sebelum dan sesudah
operasi Kasai. Sedangkan penurunan bilirubin total dan bilirubin direk tidak berhubungan
dengan luaran kematian pada pasien. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan penelitian
prospektif jangka panjang paska operasi Kasai, dan sosialisasi mengenai diagnosis dan
penatalaksanaan serta prognosis atresia bilier pada tingkat kesehatan yang lebih rendah, sehingga
diharapkan dapat dirujuk ke jenjang selanjutnya pada usia lebih muda lagi.
HASIL
Ada tiga puluh pasien atresia bilier yang menjalani operasi Kasai dimana delapan belas (60%)
adalah perempuan. Usia penderita atresia bilier pada saat dilakukan operasi Kasai antara 59
sampai 238 hari dengan median usia yaitu 152,5 hari. Rata-rata bilirubin total dan bilirubin direk
sebelum operasi Kasai adalah 11,03 mg/dL (rentang 4,29-21,51); dan 8,58 mg/dL (rentang 2,79-
15,37), sedangkan setelah operasi Kasai bilirubin total adalah 12,03 mg/dL (5,02-26,9) dan
bilirubin direk 9,75 mg/dL (4,38-17,38), dapat dilihat pada tabel 1. Sebagian besar pasien atresia
bilier yang menjalani operasi Kasai di rumah sakit ini tidak mengalami penurunan bilirubin total
dan bilirubin direk dalam 7 hari pertama setelah operasi. Tabel 2 menunjukkan peningkatan 1,0
mg/dL bilirubin total berdasarkan mean sebelum dan sesudah operasi, sedangkan bilirubin direk
meningkat 1,17 mg/dL.
Di akhir penelitian didapatkan total 9 pasien meninggal dan sebagian besar diantaranya dengan
penurunan bilirubin total 0,05) yang berarti bahwa penurunan bilirubin total tidak berhubungan
dengan luaran kematian. Sedangkan pada luaran meninggal, semua pasien dengan penurunan
bilirubin direk 0,05) yang berarti bahwa
ekstrahepatik adalah saluran empedu yang normal saat lahir, kemudian sesuatu menyebabkan
kerusakan (secara mandiri atau dengan bantuan sistem kekebalan yang aktif), yang
mengakibatkan jaringan fibrosa. Seiring bertambahnya usia, saluran empedu menjadi lebih rusak
dan memiliki prognosis yang lebih buruk15. Hal ini menunjukkan bahwa usia pada operasi
atresia bilier akan mempengaruhi prognosis. Penurunan serum bilirubin total merupakan
parameter sederhana, dan mudah, untuk menilai keberhasilan tindakan Kasai, akan tetapi pada
penelitian ini, sebagian besar gagal untuk mencapai target dengan penurunan serum bilirubin
total >20%. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bilirubin total ≥ 2,0 mg/dL selama 3
bulan setelah operasi Kasai, akan mengidentifikasi sebagian besar anak yang akan meninggal
atau membutuhkan transplantasi pada usia 2 tahun dan juga memprediksi komplikasi awal
penyakit hati kronis12 . Penelitian lain menunjukkan episode bebas penyakit kuning
kemungkinan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk usia saat tindakan operasi,
episode kolangitis paska operasi, kelainan bawaan, infeksi virus dll13 . Dalam rangkaian tiga
puluh kasus ini, 9 kasus (30%) mengalami penurunan serum bilirubin total dalam waktu 7 hari
setelah operasi Kasai, tujuh kasus dengan penurunan lebih dari 20%, dan kami menganggapnya
cukup baik setelah dilakukan operasi Kasai pada pasien atresia bilier. Dengan kata lain,
kelompok kasus ini menunjukkan potensi keberhasilan. Sisa pada kelompok yang tidak
mengalami penurunan bilirubin total setelah pembedahan, akan memberikan prognosis yang
buruk dan peningkatan risiko kematian. Sebuah studi sebelumnya oleh Ohkohchi dkk, ditemukan
bahwa 90% anak-anak tanpa ikterus setelah operasi Kasai dapat hidup lebih dari 10 tahun,
sedangkan 70% dengan penyakit kuning yang menetap setelah operasi akan meninggal pada usia
6 bulan10 , sehingga serum bilirubin total harus diperiksa dan bisa menjadi penanda gagal hati
pada atresia bilier stadium akhir
DAFTAR PUSTAKA
1. Fawaz R, Baumann U, Ekong U, Fischler B, Hadzic N, Mack CL, dkk. Guideline for the
evaluation of cholestatic jaundice in infants: Joint recommendations of the North American
society for pediatric gastroenterology, hepatology, and nutrition and the European society for
pediatric gastroenterology, hepatology, and nutriti. J Pediatr Gastroenterol Nutr.
2017;64(1):154– 68.
2. Chen SY, Lin CC, Tsan YT, Chan WC, Wang J Der, Chou YJ, dkk. Number of cholangitis
episodes as a prognostic marker to predict timing of liver transplantation in biliary atresia
patients after Kasai portoenterostomy. BMC Pediatr. 2018;18(119):1–7.
3. Tyraskis A, Davenport M. Steroids after the Kasai procedure for biliary atresia: the effect of
age at Kasai portoenterostomy. Pediatr Surg Int. 2016;32(3):193–200.

You might also like